• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU (Kasus pada Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelurahan Urug, Tasikmalaya, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU (Kasus pada Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelurahan Urug, Tasikmalaya, Jawa Barat)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU

(Kasus pada Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelurahan Urug, Tasikmalaya, Jawa Barat)

SKRIPSI WAHYUDI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(2)

RINGKASAN

WAHYUDI. D34102062 EFEKTIVITAS PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU (Kasus pada Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelurahan Urug, Tasikmalaya, Jawa Barat) Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Sutisna Riyanto, MS

Pembimbing anggota : Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA

Efektivitas pelatihan budidaya lebah madu ditentukan oleh mampu tidaknya hasil pelatihan tersebut diterapkan oleh alumni yang telah mengikuti pelatihan.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui persepsi alumni pelatihan tentang pelatihan budidaya lebah madu yang pernah diikuti, (2) untuk mengetahui efektivitas pelatihan budidaya lebah madu, dan (3) untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu.

Penelitian berlangsung selama satu bulan yaitu pada tanggal 1 sampai 31 Juli 2006 di Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Populasi penelitian adalah seluruh alumni pelatihan lebah madu yang diadakan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat yaitu sebanyak 90 orang. Penentuan sampel penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan asal daerah alumni pelatihan yaitu sebanyak 30 orang yang berasal dari Kelurahan Urug, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer (kuesioner) dan data sekunder.

Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji korelasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara keseluruhan alumni pelatihan budidaya lebah madu mengatakan bahwa pelatihan sudah dilaksanakan dengan cukup baik, (2) secara umum pelatihan budidaya lebah madu cukup efektif dan (3) umur, penghasilan, materi dan fasilitas pelatihan adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu.

Keywords: Efektivitas Pelatihan, Lebah madu

(3)

ABSTRACT

Training Effectivity of Honey Bee Breeding Wahyudi, S. Riyanto, Richard W. E. Lumintang

Honey bee breeding training effectivity was ascertained by the ability of alumni to practice the result of training. The aims of this research are (1) to know perception of alumni about Honey bee breeding training, (2) to know the practicing of Honey bee breeding training result and (3) to know the factors related to the practice of Honey bee breeding training result. This research was on July 1st-31th, 2006 at Urug Village, Kawalu District, Tasikmalaya City, West Java. The research populations are total participant of Honey bee breeding training, with 30 persons were used as samples.

Method for choosing samples was using purposive sampling technique base on alumni district origin. Data analysis was analyzed by descriptive analysis and correlation test. The result of this research are (1) the whole of alumni were satisfied, (2) the practicing of Honey bee breeding training was done effectively enough and (3) age, income, subject matter and facilities of training were the factors related to the practicing of Honey bee breeding training.

Keywords : Training effectivity, Honey bee

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Oktober 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak ke-empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Rahman Saali dan Ibu Hj. Nurlaila.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 11 Pagi Jakarta pada tahun 1996. Pendidikan menengah pertama di selesaikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 161 Jakarta pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 29 Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi Sosial Ekonomi Peternakan dengan minat studi Komunikasi dan Penyuluhan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2002.

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan, diantaranya sebagai panitia SEIP Project tahun 2003, panitia Lomba Cepat Tepat Sosial Ekonomi Industri Peternakan (LCTSEIP) 2004 dan panitia TOEFL FAPET 2004. Penulis pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP), Forum Silaturahmi Alumni 29 (FORSA 29) dan Ikatan Alumni SMU Se-Pesanggrahan-Kebayoran dan Sekitarnya (IAS3). Selain itu, penulis juga pernah menjadi tim pemantau independen Ujian Akhir Nasional (UAN) SMP-SMA Kabupaten Bogor pada tahun 2006.

(5)

KATA PENGANTAR

Skripsi yang berjudul Efektivitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Salah satu alternatif usaha peternakan yang sangat cocok dengan alam lingkungan Indonesia yaitu usaha peternakan lebah madu. Namun pengetahuan dan keterampilan peternak lebah madu yang masih terbatas mengakibatkan produksi madu Indonesia tidak mencukupi kebutuhan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan jalan memberi pelatihan tentang budidaya lebah madu yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2006

Penulis

(6)

EFEKTIVITAS PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU

(Kasus pada Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelurahan Urug, Tasikmalaya, Jawa Barat)

WAHYUDI D34102062

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(7)

EFEKTIVITAS PELATIHAN BUDIDAYA LEBAH MADU

(Kasus pada Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelurahan Urug, Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh WAHYUDI

D34102062

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan

Komisi Ujian Lisan pada tanggal 14 September 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Sutisna Riyanto, MS Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA NIP. 131 779 500 NIP. 130 367 101

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur. Sc.

NIP. 131 624 188

(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ………...

ABSTRACT ...………...

RIWAYAT HIDUP ………

KATA PENGANTAR ………

DAFTAR ISI ...………

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ………...

PENDAHULUAN ..………

Latar Belakang ..……….

Perumusan Masalah ...……….

Tujuan Penelitian ...……….

Kegunaan Penelitian ...………

KERANGKA BERPIKIR ...………

TINJAUAN PUSTAKA ...………..

Budidaya Lebah madu ...

Pelatihan ...………...

Pelaksanaan Program Pelatihan ...………...

Efektivitas Pelatihan ...………

Metode Pelatihan ...………...

Peserta Pelatihan ...……….

Pelatih ...

Persepsi ...

Proses Persepsi ...

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...

METODE ...

Lokasi dan Waktu ...

Populasi dan Sampel ...

Desain Penelitian ...

Data dan Instrumentasi ...

Analisis Data ...

DEFINISI OPERASIONAL ...

GAMBARAN UMUM ...

HASIL DAN PEMBAHASAN ...

Karakteristik Individu ...

Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu tentang

Kualitas Pelatihan ...

Efektivitas Pelatihan ...

Halaman i ii iii iv v vii viii 1 1 2 2 3 4 6 6 8 8 9 10 11 12 12 13 13 14 14 14 14 14 15 17 20 22 22 24 29

(9)

Hubungan Karakteristik Alumni Pelatihan dengan Efektivitas Pelatihan ...

Hubungan Kualitas Pelatihan dengan Efektivitas Pelatihan ...

KESIMPULAN DAN SARAN ...

UCAPAN TERIMA KASIH ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

37 40 44 45 46 47

(10)

DAFTAR TABEL Nomor

1. Karakteristik Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu ..………

2. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu tentang Kualitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

3. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Metode Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

4. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Fasilitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

5. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Materi Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

6. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Pelatih Budidaya Lebah Madu ...

7. Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu tentang Suasana Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

8. Rataan Skor Efektivitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

9. Rataan Skor Pengetahuan Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

10. Rataan Skor Sikap Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu terhadap Budidaya Lebah Madu ...

11. Rataan Skor Tindakan Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu terhadap Hasil Pelatihan Budidaya Lebah Madu ...

12. Hubungan Karakteristik Alumni Pelatihan dengan Efektivitas Pelatihan ...

13. Hubungan Kualitas Pelatihan dengan Efektivitas Pelatihan ...

Halaman 22

24 25

26

27 28 29 30 31 33 36 38 41

(11)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

1. Hasil Uji Chi Square Pendidikan Non Formal dengan Efektivitas Pelatihan …..……….

2. Hasil Uji Chi Square Pekerjaan Pokok dengan Efektivitas Pelatihan ………...

3. Hasil korelasi rank Spearman (rs) Umur, Pendidikan Formal, Pendapatan dan Lama Beternak dengan Efektivitas Pelatihan ...

4. Hasil korelasi rank Spearman (rs) Kualitas Pelatihan dengan Efektivitas Pelatihan ……….

5. Kuesioner Penelitian ………...

Halaman

48 50 52 53 54

(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang berusaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya melalui pembangunan di berbagai sektor.

Salah satu sub-sektor yang penting peranannya dalam kegiatan perekonomian nasional adalah sub-sektor peternakan. Selain dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan sumber protein yang terkandung di dalam produk peternakan, juga dapat menyokong peningkatan pendapatan nasional.

Salah satu alternatif dalam mencari dan mengembangkan usaha peternakan yang sangat cocok dengan alam lingkungan Indonesia yaitu usaha peternakan lebah madu. Hal ini disebabkan lahan untuk tanaman penghasil nektar dan tepung sari masih sangat luas.

Pengetahuan dan keterampilan peternak yang masih terbatas mengakibatkan produksi madu Indonesia belum mencukupi kebutuhan. Produksi nasional madu yang saat ini diperkirakan 8.800 ton per tahun masih jauh dari kebutuhan yang semestinya sekitar 25.000 ton per tahun. Hal ini menyebabkan Indonesia belum mampu mengekspor madu sebagai sumber devisa negara. Besarnya kebutuhan madu dalam negeri disebabkan produk yang dihasilkan oleh lebah madu tidak hanya digunakan untuk konsumsi perorangan, tetapi juga dibutuhkan oleh industri makanan, minuman, obat-obatan, susu, sabun mandi, shampo dan sebagainya.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan memberi pelatihan tentang budidaya lebah madu yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat. Kegiatan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak lebah madu terhadap budidaya lebah madu.

Pelatihan merupakan proses mengubah perilaku, karena peserta yang sudah mengikuti pelatihan harus memiliki nilai tambah berupa perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Efektif atau tidak suatu kegiatan pelatihan budidaya lebah madu dapat dilihat berdasar tiga aspek yaitu: (1) pengetahuan, (2) sikap, dan (3) tindakan. Setiap program pelatihan mencantumkan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, oleh karenanya program tersebut perlu direncanakan secara cermat. Tujuan jangka panjang dari pelatihan budidaya lebah madu adalah meningkatkan pendapatan

(13)

alumni pelatihan budidaya lebah madu, sehingga alumni pelatihan budidaya lebah madu dapat hidup lebih baik dan lebih sejahtera melalui usaha ternaknya.

Perumusan Masalah

Peningkatan dan pengembangan masyarakat peternak lebah madu perlu adanya pembinaan, pendidikan, dan pelatihan. Ketiga upaya ini saling terkait, namun pelatihan pada dasarnya mengandung unsur-unsur pembinaan dan edukasi.

Keberadaan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat sangat mendukung visi dan misi pengembangan peternakan melalui karyanya yang inovatif dan kreatif. Salah satu program yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat adalah menyelenggarakan pelatihan budidaya lebah madu dengan sasaran masyarakat umum khususnya peternak.

Suatu kegiatan pelatihan tidak hanya dinilai dari manfaat dan kualitas pelaksanaan pelatihan, yang terpenting sejauh mana materi pelatihan diterapkan di lapangan dengan berbagai kendala yang ada. Efektivitas suatu pelatihan pada akhirnya ditentukan oleh mampu tidaknya hasil pelatihan tersebut diterapkan dan dikembangkan oleh alumni pelatihan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Efektivitas pelatihan juga tidak hanya ditentukan oleh pelaksanaan pelatihan tetapi bagaimana peserta pelatihan menilai pelatihan tersebut. Efektivitas pelatihan dapat dilihat dari sudut pandang peserta pelatihan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan berikut:

1. Bagaimana persepsi alumni pelatihan tentang pelatihan budidaya lebah madu yang pernah diikuti?

2. Bagaimana efektivitas pelatihan budidaya lebah madu?

3. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi alumni pelatihan tentang pelatihan budidaya lebah madu yang pernah diikuti.

2. Mengetahui efektivitas pelatihan budidaya lebah madu.

3. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu.

(14)

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Lembaga atau Instansi pelatihan dalam membuat pengembangan program pelatihan.

2. Sebagai informasi untuk pengembangan perilaku peserta pelatihan di masa datang.

(15)

KERANGKA PEMIKIRAN

Pelatihan merupakan suatu kegiatan proses belajar-mengajar yang bertujuan merubah perilaku peserta pelatihan. Kedudukan pelatih dalam kegiatan pelatihan adalah sebagai guru dan peserta pelatihan sebagai murid, sedangkan proses belajar- mengajar yang terjadi disebut proses pelatihan. Proses pelatihan yang terjadi akan mengakibatkan perubahan perilaku, karena peserta pelatihan harus memiliki nilai tambah berupa peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan keterampilan.

Efektivitas pelatihan akan ditentukan oleh seberapa banyak peserta tersebut bisa menarik manfaat dari pelatihan yang diikuti. Efektivitas pelatihan terkait dengan faktor individu dan faktor eksternal (kualitas pelatihan). Faktor individu yang mempengaruhi efektivitas pelatihan budidaya lebah madu, antara lain: umur; jenis kelamin, pekerjaan pokok, tingkat pendidikan (formal dan non formal), pendapatan dan pengalaman beternak. Pelatihan yang diikuti oleh peserta pelatihan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi efektivitas pelatihan budidaya lebah madu, faktor eksternal tersebut mencakup: metode pelatihan, materi pelatihan, fasilitas pelatihan, suasana pelatihan dan pelatih. Tujuan pelatihan agar dapat tercapai maka pengaruh dari faktor individu dan faktor eksternal harus diperhatikan dan dipenuhi sehingga peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan dari peserta pelatihan dapat terus dikembangkan. Gambar 1 menggambarkan hubungan antar variabel yang terkait dalam penelitian ini.

(16)

Keterangan :

= Garis Hubungan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Karakteristik Alumni

pelatihan:

• Umur

• Jenis Kelamin

• Pekerjaan Pokok

• Tingkat Pendidikan:

- Formal - Non Formal

• Pendapatan

• Lama Beternak

Kualitas Pelatihan :

• Metode Pelatihan

• Materi Pelatihan

• Fasilitas Pelatihan

• Suasana Pelatihan

• Pelatih

Efektivitas Pelatihan :

• Pengetahuan

• Sikap

• Tindakan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Lebah Madu

Lebah madu adalah insekta sosial yang hidup dalam suatu keluarga besar, yang disebut koloni lebah. Setiap sarang dihuni oleh satu koloni. Koloni lebah mempunyai sifat poliformisme, dimana setiap anggota koloni mempunyai keunikan anatomis, fisiologi dan fungsi biologis yang berbeda satu golongan dari lainnya (Sihombing, 2005).

Satu koloni lebah madu terdapat hanya satu ekor ratu (queen), beberapa puluh sampai ratusan lebah jantan (drones), belasan ribu lebah pekerja (worker-bees), ditambah anggota lainnya seperti telur, larva, dan pupa. Jumlah anggota masing- masing strata, kecuali lebah ratu yang hanya satu, tergantung dari spesies lebah dan kondisi lingkungan terutama ketersediaan pakan lebah dan temperatur lingkungan.

Peralatan

Koloni lebah madu harus selalu mendapatkan perawatan dan perlindungan, terutama dari pengaruh lingkunagn yang merugikan. Untuk menjaga agar koloni lebah tetap hidup, berkembang baik dan sehat atau tetap survive, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah melengkapinya dengan memberikan jaminan terhadap kesehatan dan kenyamanan hidup koloni lebah serta memberikan kemudahan dalam pengelolaan.

Peternakan lebah madu yang sudah dikelola secara modern, diperlukan beberapa peralatan yaitu, peralatan utama yang terdiri dari stup (kotak) dan frame (sisiran/bingkai), peralatan pelengkap, dan perlengkapan petugas.

Pengelolaan

Tujuan utama dari pengelolaan koloni adalah menjaga koloni lebah agar tetap hidup, berkembang naik dan sehat serta menjamin produk-produk perlebahan antara lain madu, royal jelly dan pollen dapat tetap dihasilkan tanpa menggangu perkembangan koloni lebah tersebut.

Untuk menjaga koloni tetap survive ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain menempatkan koloni lebah pada lokasi sesuai yang dikehendaki dengan memperthatikan ketersediaan pakan, ketinggian tempat, tingkat polusi suara dan udara, bukan daerah pertanian intensif yang tingkat pengguanaan

(18)

insektisidanya tinggi. Mempersatukan koloni kecil dan lemah dengan maksud mempertahankan keberadaan koloni, pengembangan koloni dilakukan dengan perencanaan dan tujuan yang jelas, dan dilakukan ketika koloni cukup kuat.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan tepat dan benar, karena pada prinsipnya adalah mengatur populasi jasad pengganggu tetap terkendali. Pemeriksaan koloni dilakukan secara teratur dan mempunyai tujuan yang jelas, meliputi pemeriksaan di luar dan di dalam stup kotak lebah.

Ratu (Queen)

Perkembangan evolusi lebah, ratu mengalami spesialisasi hanya sebagai penghasil telur. Ukuran tubuh ratu adalah dua kali panjang serta 2,8 kali bobot lebah pekerja. Ovarium lebah ratu berkembang dengan sempurna, sehingga mampu bertelur sebanyak 1.000 sampai 2.000 butir telur per hari (tertunas dan tidak tertunas). Kemampuan bertelur lebah ratu sampai umur 3 sampai 5 tahun, akan tetapi masa produktifnya sampai umur dua tahun.

Jantan (Drone)

Fungsi lebah jantan satu-satunya selama hidupnya adalah mengawini ratu perawan (virgin queen). Mata dan sayapnya lebih besar dari kedua strata lebah lainnya. Tibia pada pasangan kaki belakang tidak mempunyai keranjang pollen, juga tidak memiliki kelenjar malam (wax glands) dan sengat. Kecuali pada musim kawin, jantan tinggal dalam sarang dan kadang-kadang keluar terbang sebentar sewaktu cuaca cerah dan tidak melakukan tugas apapun. Makan sekalipun, lebah jantan harus disuapi oleh lebah pekerja. Pada saat musim paceklik tiba sebagian lebah-lebah jantan akan dibinasakan dan dikeluarkan oleh lebah-lebah pekerja dari sarang. Lama hidup lebah jantan sekitar tiga bulan.

Lebah Pekerja (Worker-bees)

Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berkembang sempurna. Namun demikian, lebah bekerja mempunyai organ-organ tubuh yang memungkinkan mampu melakukan berbagai tugas dalam koloni.

Komunikasi antar sesama lebah berkembang dengan baik sehingga tidak seekor pun bertindak sebagai individu, dengan tingkah laku yang terprogram dan

(19)

terorganisasi. Dalam prakteknya, semua aktivitas di dalam sarang melibatkan lebah- lebah pekerja.

Pelatihan

Hardjana (2006) mengatakan bahwa pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja, sesuai pekerjaan seseorang. Pelatihan berlangsung dalam jangka waktu pendek antara dua sampai tiga hari hingga dua sampai tiga bulan. Pelatihan dilakukan secara sistematis, menurut prosedur yang terbukti berhasil, dengan metode yang sudah baku dan sesuai, serta dijalankan secara sungguh-sungguh dan teratur. Filippo (1994) mengatakan bahwa pelatihan adalah tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Menurut Hamalik (2005) pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian dalam bentuk pembelajaran kepada peserta oleh tenaga profesional dalam satuan waktu yang bertujuan untuk merubah perilaku peserta pelatihan.

Menurut Hamalik (2005), tujuan pelatihan bersumber dari kualitas manusia, terdiri dari aspek-aspek berikut: (1) peningkatan semangat kerja; (2) pembinaan budi

pekerti; (3) meningkatkan taraf hidup; (4) meningkatkan kecerdasan;

(5) meningkatkan keterampilan; dan (6) meningkatkan lapangan kerja. Pelatihan dalam arti luas mempunyai tujuan untuk membantu pekerja dalam mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru, mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah dikuasai, mendorong pekerja agar mau belajar dan berkembang, meningkatkan pribadi pekerja, mengembangkan efektivitas lembaga, dan memberi motivasi kepada pekerja untuk terus belajar dan berkembang (Hardjana, 2006).

Pelaksanaan Program Pelatihan

Hamalik (2005), mengatakan program pelatihan harus disiapkan secara matang oleh tenaga yang berwenang dan bantuan tenaga ahli dibidangnya. Faktor yang menjadi pertimbangan untuk menetapkan isi program pelatihan adalah:

1. Kebutuhan pelatihan, kebutuhan dapat ditentukan jenis dan jumlah pelatihan yang diperlukan.

2. Cara penyelenggaraan pelatihan, cara memberikan pelatihan disesuaikan dengan tujuan, jenis kegiatan, materi, dan peserta pelatihan yang bersangkutan.

(20)

3. Biaya pelatihan, biaya perlu ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

4. Hambatan-hambatan, kemungkinan rintangan dan hambatan yang dapat terjadi pada saat peserta mengaplikasikan hasil pelatihannya.

5. Fasilitas pelatihan, pertimbangan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelatihan.

6. Pengawasan latihan, pertimbangan hal-hal yang perlu mendapat pengawasan (misal : nama peserta, biaya, dan lain-lain).

Susi (1995) mengatakan untuk mewujudkan suatu pelatihan yang baik, diperlukan manajemen pelatihan yang baik pula, yaitu suatu metode pengelolaan pelatihan yang mencapai wujud pelatihan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.

Efektivitas Pelatihan

Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai dengan melakukan hal yang tepat (Stoner et al., 1996), efektivitas merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi. Efektivitas pelatihan adalah penilaian yang berkenaan dengan hakekat pelatihan dan pengaruh yang dihasilkannya (Hamalik, 2005).

Program pelatihan meliputi unsur sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan, penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan, yang nantinya turut menentukan efektivitas pelatihan.

2. Pelatih (instruktur), pelatih memegang peranan yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan, oleh karenanya perlu dipertimbangakan hal seperti berikut: (a) pelatih telah disiapkan secara khusus sebagai seseorang yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu, (b) memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih, (c) berasal dari lingkungan organisasi atau lembaga sendiri adalah yang terbaik.

3. Lamanya pelatihan, lamanya pelaksanaan pelatihan berdasarkan pertimbangan, jumlah dan mutu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan, kemampuan belajar para peserta, media pengajaran yang digunakan. Hardjana (2006) menambahkan unsur pelatihan secara keseluruhan meliputi: topik, tujuan, metode, jadwal, pelatih, fasilitas, dan evaluasi.

Hardjana (2006) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pelatihan, antara lain adalah peserta, pelatih, interaksi antara

(21)

peserta dan pelatih, materi, ciri-ciri kelompok, fasilitas, sarana dan lingkungan.

Mujiman (2006) mengatakan bahwa situasi belajar yang efektif mengandung 5 unsur pokok yang efektif yaitu:

1. pengajar/pemimpin yang efektif.

2. orang-orang yang ingin dan perlu belajar.

3. isi atau mata ajaran yang berguna.

4. bahan dan alat pengajaran yang tepat.

5. lingkungan fisik yang tepat.

Pelatihan dinilai bermakna dan berdaya guna bila menunjukkan hasil yang diinginkan, baik oleh peserta maupun penyelenggara pelatihan. Hasil dan dampak suatu program pelatihan dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap para peserta pelatihan (Hamalik, 2005). Aspek pengetahuan adalah informasi yang tersimpan dan terstruktur. Aspek keterampilan adalah tindakan mengamati, mengungkapkan kembali, merencanakan dan melakukan, baik yang bersifat reproduktif maupun yang bersifat produktif. Aspek sikap mengandung nilai- nilai, sikap perilaku dan perasaan sebagai dasar perilaku secara keseluruhan.

Metode Pelatihan

Metode berasal dari kata Yunani, meta yang berarti dengan atau sesudah dan hodos yang berarti jalan. Secara harfiah metode berarti dengan jalan atau mengikuti jalan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan metode pelatihan adalah cara yang ditempuh dan langkah-langkah yang diambil untuk mencapai tujuan pelatihan, baik secara keseluruhan maupun persepsi (Hardjana, 2006). Metode pelatihan merupakan salah satu sub-sistem dalam sistem pelatihan, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja.

Metode adalah cara-cara atau prosedur yang digunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.

Hamalik (2005) mendefinisikan metode pelatihan sebagai cara-cara dan teknik komunikasi yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan dan melaksanakan proses pembelajaran. Sejumlah metode yang digunakan dalam pelatihan, yaitu:

1. Model Komunikasi Ekspositif

a. Sistem satu arah, pelatih bertanggungjawab dalam mentransfer informasi.

Para peserta bersikap pasif terhadap apa, bagaimana perlu tidaknya

(22)

komunikasi itu, tidak ada balikan efektif dari pihak peserta kepada pelatih.

Pola ini berorientasi pada isi materi bukan pada tujuan yang hendak dicapai.

b. Sistem dua arah, pada sistem ini terdapat pola balikan untuk memeriksa apakah peserta menerima informasi dengan tepat, hal ini akan menjadi patokan pelatih dalam memodifikasi cara penyajiannya.

2. Model Komunikasi Diskoveri

a. Ceramah reflektif yaitu penyajian satu arah oleh pelatih dengan merangsang peserta untuk melakukan diskoveri di depan kelas.

b. Diskoveri terbimbing yaitu penyajian dengan melibatkan peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pelatih.

3. Teknik Komunikasi Kelompok Kecil a. Tutorial perorangan

b. Tutorial kelompok c. Lokakarya

d. Diskusi kelompok

4. Pembelajaran berprogram, suatu proses umum untuk merancang materi pelajaran.

Materi dirancang sedemikian rupa agar peserta belajar sendiri untuk mencapai tujuan tingkah laku dengan menggunakan materi pelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, serta tidak memerlukan dukungan dari pihak pelatih.

5. Pelatihan dalam industri, metode ini diterapkan dalam berbagai bentuk seperti:

latihan kepemimpinan, latihan keselamatan, latihan untuk perbaikan, dan latihan pekerjaan.

Peserta Pelatihan

Hamalik (2005) menyatakan bahwa karakteristik peserta seperti: jenjang pendidikan, pekerjaan, pengalaman bekerja, motivasi dan minat pribadi mempengaruhi aspek moral, moril, intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan.

Mengetahui karakteristik peserta pelatihan sangat berguna dalam penyusunan rencana pelajaran dan menentukan metode pembelajaran yang akan disusun agar tujuan pelatihan tercapai. Berdasarkan uraian tersebut, karakteristik alumni pelatihan budidaya lebah madu yang diduga berpengaruh terhadap kebutuhan pelatihannya meliputi: usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengalaman belajar, motivasi, kebutuhan, dan pendapatan.

(23)

Pelatih

Pelatih adalah orang yang membantu peserta pelatihan untuk menambah pengetahuan, mengubah perilaku menjadi produktif dan meningkatkan kecakapan serta keterampilan mereka melalui kegiatan pelatihan (Hardjana, 2006). Menurut Hamalik (2005), pelatih memegang peran penting terhadap kelancaran program pelatihan. Seorang instruktur harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang keilmuan atau studi tertentu, sesuai dengan bidang keilmuan yang diterapkan dalam program pelatihan, kemampuan dalam bidang kependidikan dan keguruan, yakni yang berkenaan dengan proses pembelajaran, kemampuan kemasyarakatan, baik di lingkuangan lembaga pelatihan maupun di masyarakat luas, kemampuan kepribadian yang berkenaan dengan profesinya sebagai guru atau instruktur pelatihan.

Berbagai persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang instruktur tersebut akan menunjang program pelatihan, terpenuhinya kualifikasi sebagai seorang instruktur memperlancar jalannya pelatihan sehingga berjalan efektif. Ciri-ciri seorang instruktur menurut Hamalik (2005), yaitu memiliki keterampilan mengajar, pengetahuan yang luas mengenai bidang tertentu yang sesuai dengan materi pelatihan, penguasaan materi, keterampilan berkomunikasi dengan khalayak, serta memiliki kemampuan kemasyarakatan.

Persepsi

Persepsi merupakan pangalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi melalui stimuli inderawi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2004). Menurut Sarwono (1999), persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Sedangkan menurut Devito (1997), persepsi merupakan proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi panca indera. Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku yang meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera, atensi dan interpretasi (Mulyana, 2000). Pada hakekatnya persepsi adalah interpretasi seseorang

(24)

terhadap suatu objek menurut pengalaman dan pengetahuannya. Persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu sehingga persepsi terjadi kapan saja saat stimulus menggerakkan alat indera, dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Sugiharto, 2001).

Proses Persepsi

Persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu, seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi adalah proses penyeleksian stimulus dan hanya stimulus yang sesuai dengan kebutuhan atau yang menarik saja yang kemudian akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi merupakan suatu proses menyusun rangsangan ke dalam bentuk yang sederhana dan terpadu, sedangkan interpretasi yaitu proses dimana seseorang membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan yang lebih dikenal dengan evaluasi dan identifikasi (Sugiyanto, 1996).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Rakhmat (2004) menyebutkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi yaitu, faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor- faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Faktor fungsional umumnya obyek- obyek yang memenuhi tujuan individu dan berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosional, latar belakang budaya dan lain sebagainya.

(25)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada tanggal 1-31 Juli 2006.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian sebanyak 90 orang alumni pelatihan budidaya lebah madu yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 April-2 Mei 2006 oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat. Penentuan sampel penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan asal daerah alumni pelatihan yaitu sebanyak 30 orang alumni pelatihan yang berasal dari Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Pemilihan sampel ini dilakukan dengan pertimbangan sebagian besar alumni yang berasal dari Kota Tasikmalaya tersebut telah membudidayakan lebah madu.

Desain Penelitian

Penelitian didesain sebagai studi kasus yang bersifat deskriptif korelasional.

Studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu, dimana wilayah objek penelitiannya terbatas dan bersifat sementara. Peubah bebas (independent variable) yaitu karakteristik alumni pelatihan budidaya lebah madu dan kualitas pelatihan, sedangkan peubah terikat (dependent variable) adalah efektivitas pelatihan.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner yang disebar dan diisi oleh alumni pelatihan budidaya lebah madu. Data sekunder diperoleh dari telaah pustaka yang relevan dan terkait dengan masalah penelitian, dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat, Kelurahan Urug Tasikmalaya, dan PT. Lebah Madu Pramuka Propinsi Jawa Barat.

(26)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari tiga bagian :

1. Mengetahui karakteristik alumni pelatihan budidaya lebah madu.

2. Mengetahui persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai pelaksanaan program pelatihan.

3. Mengetahui efektivitas pelatihan budidaya lebah madu.

Analisis Data

Sebelum analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut :

1. Memberi skor pada masing-masing jawaban.

2. Memindahkan data berupa nilai dari kuesioner ke lembar tabulasi.

3. Memindahkan data ke dalam Microsoft excel untuk siap di analisis.

Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik alumni pelatihan budidaya lebah madu, persepsi alumni pelatihan terhadap kualitas pelatihan budidaya lebah madu, dan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu. Uji korelasional digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik alumni pelatihan budidaya lebah madu dan persepsi alumni pelatihan terhadap pelatihan budidaya lebah madu dengan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu. Uji korelasional menggunakan uji Chi Square dan rank Spearman dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for windows. Rumus kedua uji korelasional tersebut adalah sebagai berikut (Siegel, 1997):

∑∑

= =

= r

i k

i j

ij ij

Eij E O

1

2

2 ( )

χ Keterangan:

χ2 = Nilai Chi Square

Oij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j.

Eij = Banyak kasus yang diharapkan di bawah H0 untuk dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j.

(27)

Keterangan : rs = Nilai koefisien rank Spearman

d = Disparitas (X1-X2) N = Banyaknya Pengamatan

(

1

)

1 6 2

2

− −

=

N N rs d

(28)

DEFINISI OPERASIONAL

A. Karakteristik individu alumni pelatihan budidaya lebah madu adalah ciri dan sifat yang melekat pada setiap individu alumni pelatihan yang meliputi :

1. Umur, yaitu lamanya alumni pelatihan budidaya lebah madu hidup dari lahir sampai saat penelitian berlangsung, diukur berdasarkan ukuran waktu dalam hitungan tahun. Umur diukur berdasarkan skala ordinal yaitu: 19-34 tahun (muda), 35-50 tahun (sedang), dan 51-66 tahun (tua).

2. Jenis kelamin, adalah kategori kelamin alumni pelatihan budidaya lebah madu, diukur berdasarkan skala nominal yang meliputi: laki-laki dan perempuan.

3. Tingkat Pendidikan Formal, yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh alumni pelatihan budidaya lebah madu, diukur dengan skala ordinal yaitu: SD/sederajat (rendah), SMP/sederajat (sedang), SMU/sederajat- Perguruan Tinggi (tinggi).

4. Pendidikan non formal, yaitu banyaknya pelatihan yang pernah diikuti oleh alumni pelatihan budidaya lebah madu sampai dengan penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala nominal yang dibedakan dalam beberapa kategori yaitu belum pernah mengikuti dan pernah mengikuti pelatihan.

5. Pekerjaan pokok, yaitu aktivitas alumni pelatihan budidaya lebah madu dalam mencari hasil ekonomi yang mendapat prioritas dalam mengerjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga, diukur dengan skala nominal. Dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: bidang pertanian dan non pertanian.

6. Pengalaman beternak lebah madu, yaitu lamanya alumni pelatihan budidaya lebah madu memiliki pengalaman dalam membudidayakan lebah madu.

Diukur dalam skala ordinal yaitu: 5 bulan-2 tahun (baru) dan >2 tahun (lama).

7. Pendapatan, yaitu besarnya uang yang dihasilkan alumni pelatihan budidaya lebah madu rata-rata per bulan dalam satuan rupiah yang didapat dari usaha pokok dan atau usaha sampingannya, diukur dalam skala ordinal, yaitu:

Rp 100.000,00-Rp 400.000,00 (pendapatan rendah); Rp 401.000,00- Rp 700.000,00 (pendapatan sedang); Rp 701.000,00-Rp 1.000.000,00 (pendapatan tinggi).

(29)

B. Kualitas Pelatihan, adalah mutu pelatihan budidaya lebah madu yang dapat dirasakan hasilnya oleh alumni pelatihan budidaya lebah madu, yang diukur dalam skala ordinal dengan indikator sebagai berikut :

1. Metode pelatihan, adalah cara yang ditempuh dan langkah-langkah yang diambil untuk mencapai tujuan pelatihan, yang meliputi: (a) ceramah;

(b) tanya jawab; (c) praktek; dan (d) kunjungan. Diukur dengan skala ordinal:

(1) tidak baik; (2) kurang baik; (3) cukup baik; (4) baik.

2. Fasilitas Pelatihan, yaitu sarana yang dimiliki oleh pihak penyelenggara

dalam menyelenggarakan program pelatihan, meliputi: (a) ruang belajar;

(b) makalah pelatihan; (c) papan tulis; (d) konsumsi selama pelatihan; dan (e) penyediaan peralatan untuk praktek. Diukur dengan skala ordinal:

(1) tidak memadai; (2) kurang memadai; (3) cukup memadai; (4) memadai.

3. Materi Pelatihan, yaitu bahan-bahan ajaran yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelatihan, meliputi: (a) kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta; (b) ketertarikan peserta terhadap materi; (c) tingkat kemudahan

materi. Diukur dengan skala ordinal: (1) tidak sesuai/tertarik/mudah;

(2) kurang sesuai/tertarik/mudah; (3) cukup sesuai/tertarik/mudah;

(4) sesuai/tertarik/mudah.

4. Pelatih, yaitu orang yang menyampaikan materi kepada peserta pelatihan, meliputi: (a) penguasaan materi; (b) kemampuan mengajar; (c) kemampuan menjalin komunikasi dengan peserta; dan (4) penampilan. Diukur dengan skala ordinal: (1) tidak menguasai/mampu/menjalin hubungan yang baik/

baik; (2) kurang menguasai/mampu/menjalin hubungan yang baik/baik;

(3) cukup menguasai/mampu/menjalin hubungan yang baik/baik;

(4) menguasai/mampu/menjalin hubungan yang baik/baik.

5. Suasana Pelatihan, yaitu keadaan pada saat proses pelatihan berlangsung, meliputi: (a) kenyamanan; (b) kebersihan; (c) ketenangan; dan (d) keakraban.

Diukur dengan skala ordinal: (1) tidak nyaman/bersih/tenang/akrab; (2) kurang nyaman/bersih/tenang/akrab; (3) cukup nyaman/bersih/tenang/akrab;

(4) nyaman/bersih/tenang/akrab.

(30)

C. Efektivitas Pelatihan, adalah sejauhmana materi pelatihan diterapkan di lapangan oleh alumni pelatihan budidaya lebah madu, dengan indikator sebagai berikut:

1. Pengetahuan, yaitu segenap apa yang diketahui alumni pelatihan budidaya lebah madu tentang budidaya lebah madu sebagai hasil dari pelatihan yang dapat dijadikan dasar untuk pengelolaan budidaya lebah madu dan memecahkan masalahnya secara empirik, yang diukur dengan skala ordinal:

(1) tidak tahu; (2) tahu sebagian kecil; (3) tahu sebagian besar; (4) tahu.

2. Sikap, yaitu kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam kaitannya dengan pengelolaan budidaya lebah madu, meliputi 5 inovasi dalam penyuluhan yaitu: keuntungan relative, kompatibilitas, trialibilitas, kompleksitas, dan observabilitas. Diukur dengan skala ordinal:

(1) tidak setuju; (2) ragu-ragu; (3) setuju; (4) sangat setuju.

3. Tindakan, yaitu segala kegiatan yang dilakukan alumni pelatihan budidaya lebah madu dalam pengelolaan budidaya lebah madu sebagai akibat dari pengetahuan dan sikapnya tentang budidaya lebah madu, yang diukur dalam

skala ordinal: (1) tidak melakukan; (2) melakukan sebagian kecil;

(3) melakukan sebagian besar; (4)melakukan.

(31)

GAMBARAN UMUM Lokasi Penelitian

Kelurahan Urug merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Kelurahan Urug memiliki luas wilayah sebesar 909.290 Ha dengan luas perhutani sebesar 309.190 Ha. Kelurahan Urug terletak pada ketinggian ±30 meter di atas permukaan laut dengan solum tanah

±50 Cm.

Batas-batas wilayah Kelurahan Urug yaitu sebelah utara berbatasan langsung dengan Kelurahan Gunung Gede, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Kelurahan Setiawargi, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Urug sebanyak 7.016 orang.

Mayoritas memiliki pekerjaan pokok di bidang pertanian sebanyak 735 orang.

Sedangkan lainnya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 58 orang, TNI/POLRI sebanyak 9 orang, dan pedagang sebanyak 101 orang. Mayoritas penduduk Kelurahan Urug beragama islam.

Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Urug terdiri dari sarana pendidikan, jalan, dan peribadatan. Sarana pendidikan terdiri dari sarana pendidikan formal yaitu 5 Sekolah Dasar, 13 Madrasah, 1 Pesantren, dan 7 Taman Kanak- kanak/Taman Pendidikan Al-Quran. Sarana pendidikan non formal terdiri dari Kejar Paket B dan C. Sarana jalan terdiri atas Jalan Propinsi sepanjang 6 Km, Jalan Kabupaten atau Kota sepanjang 3 Km dan Jalan Kelurahan sebanyak 5 jalur, masing- masing ±9 Km. Sarana peribadatan terdiri dari 13 Masjid Jami, 17 Mushala dan 3 langgar.

Pelatihan

Dinas Kehutanan Jawa Barat merupakan salah satu lembaga yang menyelenggarakan pelatihan budidaya lebah madu yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak lebah madu. Kegiatan tersebut melibatkan tiga lokasi di Propinsi Jawa Barat yang memliki potensi untuk membudidayakan lebah madu, yaitu Tasikmalaya, Banjar, dan Subang.

(32)

Pelatihan dilakukan selama lima hari dari tanggal 28 April-2 Mei 2006 di masing-masing lokasi tanpa dikenakan biaya. Setiap lokasi terdiri dari 30 peserta yang berlatar belakang peternak lebah madu maupun yang beru merintis ternak lebah madu. Dinas Kehutanan Jawa Barat meminta Dinas Pertanian masing-masing lokasi untuk menunjuk peserta pelatihan tersebut.

Dinas kehutanan Jawa Barat menunjuk pelatih dari Apiari Pramuka Jawa Barat sebagai pemandu dalam membudidayakan lebah madu. Apiari Pramuka Jawa Barat merupakan lembaga yang dikenal berpengalaman dalam membudidayakan lebah madu dengan cara modern yang dapat memudahkan peternak dalam membudidayakan lebah madunya.

Pelaksanaan pelatihan terbagi dalam tiga sesi. Sesi pertama, yaitu pemeberian materi pelatihan selama dua hari berturut-turut. Materi yang diberikan diantaranya pengenalan kasta lebah, pengenalan peralatan, pekan lebah, pengelolaan koloni lebah, penen madu dan pollen, dan budidaya lebah ratu. Sesi kedua, yaitu praktek budidaya labah madu selama dua hari berturut-turut. Peralatan praktek telah tersedia lengkap dengan buku panduan budidaya lebah madu. Dan sesi ketiga, yaitu kunjungan ke Pusat Apiari Pramuka di Cibubur Jakarta. Kunjungan menggunakan kendaraan yang telah disediakan oleh pihak.penyelenggara.

Evaluasi dilakukan pada setiap akhir pelatihan yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan peserta mengenai materi yang diberikan oleh pelatih dalam membudidayakan lebah madu. Evaluasi juga dilakukan beberapa bulan setelah pelaksanaan pelatihan berlangsung guna untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan peternak dalam membudidayakan lebah madunya.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan ciri-ciri pribadi alumni pelatihan budidaya lebah madu yang dapat menggambarkan keadaan para alumni pelatihan.

Karakteristik individu dapat mempengaruhi individu dalam membudidayakan lebah madu. Karakteristik individu alumni pelatihan budidaya lebah madu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Karakteristik Kategori Jumlah

(orang)

Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

27 3

90,0 10,0

Umur 19 – 34 tahun (muda)

35 – 50 tahun (sedang) 51 – 66 tahun (tua)

17 11 2

56,6 36,7 6,7 Pendidikan formal SD/sederajat (rendah)

SMP/sederajat (sedang)

SMA/sederajat-Perguruan Tinggi (tinggi)

15 5 10

50,0 16,7 34,3 Pendidikan non

formal

Pernah mengikuti pelatihan Belum pernah mengikuti pelatihan

14 16

46,7 53,3 Pengalaman beternak 5 bulan-2 tahun (baru)

> 2 tahun (lama)

21 9

70,0 30,0 Pekerjaan pokok Bidang pertanian

Non pertanian

21 9

70,0 30,0 Pendapatan Rp 100.000,00-Rp 400.000,00 (rendah)

Rp 401.000,00-Rp 700.000,00 (sedang) Rp 701.000,00-Rp 1.000.000,00 (tinggi)

8 13 9

26,7 43,3 30,0

Jenis Kelamin

Alumni pelatihan budidaya lebah madu di daerah penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan dalam membudidayakan lebah madu membutuhkan keberanian lebih yang tidak dimiliki oleh perempuan.

Umur

Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, umur alumni pelatihan budidaya lebah madu bervariasi antara 19-66 tahun dengan rata-rata 36 tahun.

Sebagian besar alumni pelatihan budidaya lebah madu berumur 19-34 tahun (muda).

Secara umum alumni pelatihan budidaya lebah madu berada pada usia produktif yaitu 19-50 tahun yang artinya kemampuan kerja untuk membudidayakan lebah madu masih baik. Jumlah alumni pelatihan budidaya lebah madu di usia muda cukup

(34)

banyak karena mereka pada umumnya memiliki semangat yang tinggi dalam mengikuti pelatihan budidaya lebah madu.

Pendidikan

Sebaran tingkat pendidikan formal alumni pelatihan budidaya lebah madu adalah dari tamat SD/sederajat-Perguruan tinggi. Mayoritas alumni pelatihan budidaya lebah madu (50%) berpendidikan formal tamat SD/sederajat (rendah).

Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat penyerapan informasi yang diberikan kepadanya dan cenderung berani mencoba suatu inovasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin terlatih dirinya untuk belajar dan semakin banyak cara belajar yang dimiliki, sehingga semakin besar kemampuan belajar.

Mayoritas alumni pelatihan budidaya lebah madu yang belum pernah mengikuti pelatihan cukup banyak (53,3%). Pelatihan yang diikuti umumnya dalam bidang pertanian, seperti pelatihan pengendalian hama terpadu, pembuatan pupuk kompos, dan lain-lain yang tidak terkait langsung dengan budidaya lebah madu.

Pengalaman beternak

Mayoritas alumni pelatihan budidaya lebah madu (70%) memiliki pengalaman beternak 5 bulan-2 tahun. Hal ini berarti pengalaman beternak alumni pelatihan budidaya lebah madu tergolong baru, sehingga sangat tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai cara membudidayakan lebah madu, khususnya melalui pelatihan.

Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok alumni pelatihan budidaya lebah madu bervariasi, yaitu bidang pertanian dan non pertanian. Pekerjaan pokok di luar pertanian umumnya sebagai pedagang, bordir, ojek, dan lain-lain. Mayoritas alumni pelatihan budidaya lebah madu (70%) memiliki pekerjaan pokok di bidang pertanian, yaitu bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Pendapatan

Sebaran pendapatan alumni pelatihan budidaya lebah madu bervariasi dari Rp 100.000-Rp 1.000.000 per-bulan. Mayoritas alumni pelatihan budidaya lebah madu (43,3%) mempunyai pendapatan Rp 401.000,00-Rp 700.000,00 per-bulan

(35)

(sedang). Pendapatan alumni pelatihan budidaya lebah madu berasal dari sektor pertanian dan non pertanian (ojek, bordir, penjahit dan pedagang). Pendapatan yang diperoleh dari budidaya lebah madu sendiri rata-rata sebesar Rp. 200.000 per-bulan.

Hal ini dapat diartikan bahwa alumni pelatihan budidaya lebah madu memiliki skala usaha yang relatif sedang.

Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu tentang Kualitas Pelatihan

Persepsi menurut Rakhmat (2004), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai kualitas pelatihan terdiri dari aspek metode, fasilitas, materi, pelatih dan suasana pelatihan.

Tabel 2. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu tentang Kualitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Kualitas Pelatihan Rataan Skor*

Metode Pelatihan 3,58

Fasilitas Pelatihan 3,32

Materi Pelatihan 3,31

Pelatih 3,41

Suasana Pelatihan 3,34

Total Skor 3,39

Ket *: 1= tidak baik; 2=kurang baik; 3=cukup baik; 4 =baik

Alumni pelatihan budidaya lebah madu secara keseluruhan berpendapat bahwa pelatihan budidaya lebah madu sudah dilaksanakan dengan cukup baik (3,39).

Artinya metode yang digunakan dalam pelatihan sudah sesuai, fasilitas cukup memadai, materinya cukup sesuai, kualifikasi pelatihnya cukup bagus dan suasananya mendukung.

Metode Pelatihan

Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan budidaya lebah madu adalah metode andragogik partisipatori, yaitu suatu metode pembelajaran yang menempatkan petani-ternak didik sebagai pusat kegiatan pembelajaran (student oriented) dan pengajar memposisikan diri sebagai fasilitator. Metode ini

(36)

menempatkan petani-ternak sebagai manusia dewasa yang berpengalaman. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, praktek dan kunjungan lapang. Rataan skor persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai metode pelatihan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Metode Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Metode Pelatihan Rataan skor*

Ceramah Tanya Jawab Praktek Kunjungan

3,50 3,73 3,70 3,37

Total Skor 3,58

Ket *: 1= tidak baik; 2=kurang baik; 3=cukup baik; 4 =baik

Total rataan skor persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai metode pelatihan adalah 3,58. Hal ini berarti metode pelatihan yang diterapkan pada program pelatihan sudah baik. Metode yang paling baik menurut alumni pelatihan budidaya lebah madu adalah tanya jawab (diskusi) dan praktek. Namun ceramah dan kunjungan, meskipun rataannya tidak setinggi dua metode lainnya, tapi sudah termasuk baik menurut pandangan alumni pelatihan budidaya lebah madu.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu menganggap baik sesi ceramah dan sesi tanya jawab. Alumni pelatihan budidaya lebah madu dapat mendengarkan mengenai isi materi dari pelatih pada saat sesi ceramah. Pada sesi tanya jawab alumni pelatihan budidaya lebah madu dapat berpartisipasi aktif dengan bertanya mengenai materi yang belum dapat dimengerti dan dipahami.

Metode praktek diterapkan untuk mendukung materi yang di berikan. Alumni pelatihan budidaya lebah madu diberi kesempatan untuk terlibat secara langsung pada saat sesi praktikum, sehingga diharapkan alumni pelatihan budidaya lebah madu mampu mengaplikasikannya sendiri di luar program pelatihan. Selanjutnya pada saat sesi kunjungan, alumni pelatihan budidaya lebah madu diajak ke pusat pelatihan budidaya lebah madu Apriari Cibubur Jakarta untuk melihat langsung lingkungan, stup-stup dan peralatan yang digunakan dalam membudidayakan lebah madu.

(37)

Fasilitas pelatihan

Fasilitas pelatihan merupakan sarana yang diberikan kepada peserta pelatihan oleh pihak penyelenggara pelatihan. Fasilitas pelatihan yang diberikan meliputi ruang belajar, buku panduan pelatihan, papan tulis, makanan/minuman dan peralatan untuk praktek. Rataan skor persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai fasilitas pelatihan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Fasilitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Fasilitas Rataan Skor*

Ruang Belajar 3,27

Buku Panduan Pelatihan 3,47

Papan Tulis 3,33

Makanan/Minuman 3,30

Peralatan praktek 3,23

Total rataan skor 3,32

Ket *: 1= tidak memadai; 2=kurang memadai; 3=cukup memadai; 4 =memadai

Berdasarkan data pada Tabel 4, total rataan skor persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai fasilitas yang disediakan adalah 3,32. Nilai ini memberi arti bahwa fasilitas yang diberikan cukup tersedia. Fasilitas tersebut dinilai mampu menunjang jalannya pelatihan. Fasilitas yang paling baik menurut alumni pelatihan budidaya lebah madu adalah buku panduan pelatihan. Namun ruang belajar, papan tulis, makanan/minuman dan peralatan praktek meskipun rataannya tidak setinggi buku panduan pelatihan, tapi sudah termasuk cukup memadai menurut pandangan alumni pelatihan budidaya lebah madu.

Umumnya alumni pelatihan budidaya lebah madu merasa terbantu dengan adanya buku panduan pelatihan yang berisi mengenai rangkuman-rangkuman materi pelatihan, sehingga alumni pelatihan budidaya lebah madu bisa lebih memahami mengenai materi-materi yang diberikan. Fasilitas ruang belajar dan papan tulis yang tersedia juga dapat memberikan alumni pelatihan budidaya lebah madu merasa terbantu dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh pelatih. Tersedianya peralatan untuk praktek seperti peralatan utama (stup) dan peralatan pelengkap (fondasi sarang, penyekat ratu, kurungan ratu, mangkokan ratu dan bingkai stimulasi)

(38)

dapat memberikan kelancaran, ketertiban pelaksanaan pelatihan budidaya lebah madu.

Materi Pelatihan

Materi yang diberikan dalam pelatihan budidaya lebah madu adalah pengenalan kasta, pengenalan peralatan, pakan lebah madu, pengelolaan koloni lebah madu, budidaya lebah ratu, panen madu dan pollen. Persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu terhadap materi pelatihan yang diberikan terdiri atas ketertarikan, kesesuaian dan kemudahan terhadap materi yang diterima saat pelatihan. Rataan skor persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai materi pelatihan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Materi Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Materi Pelatihan Rataan Skor*

Ketertarikan Materi 3,38

Kesesuaian Materi 3,47

Kemudahan Materi 3,09

Total Rataan Skor 3,31

Ket *: 1= tidak menarik; tidak sesuai; tidak mudah 2= kurang menarik; kurang sesuai; kurang mudah 3= cukup menarik; cukup sesuai; cukup mudah 4= menarik; sesuai; mudah

Total rataan skor persepsi alumni pelatihan budidaya lebah madu tentang materi pelatihan adalah 3,31. Artinya materi yang diterima oleh alumni pelatihan budidaya lebah madu cukup menarik, sesuai dengan kebutuhan dan mudah dipahami.

Kesesuaian materi dengan kebutuhan alumni pelatihan budidaya lebah madu memiliki rataan yang paling baik. Namun ketertarikan dan kemudahan materi meskipun rataannya tidak setinggi kesesuaian materi, tapi sudah termasuk baik yaitu materi yang diberikan cukup menarik dan mudah dipahami.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu berpendapat materi yang disajikan dalam program pelatihan cukup menarik, sehingga mereka berantusias mengikuti pelatihan. Ketertarikan terhadap materi pelatihan menyebabkan alumni pelatihan budidaya lebah madu mengikuti dengan seksama mengenai materi yang disampaikan, sehingga dapat memahami segala apa yang telah disampaikan.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu menganggap materi program pelatihan yang pernah diikuti sudah sesuai dengan kebutuhan. Terlihat dari rataan

(39)

skor dengan nilai cenderung tinggi yaitu 3,47 yang termasuk dalam kategori cukup sesuai. Rataan skor untuk tingkat kemudahan materi adalah 3,09 yang berarti alumni pelatihan budidaya lebah madu menilai bahwa materi-materi yang disajikan cukup mudah dipahami karena isi materi mudah dimengerti.

Pelatih

Instruktur memegang peranan penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan, oleh karena itu perlu dipilih pelatih yang ahli, berkualifikasi dan profesional (Hamalik, 2005). Penilaian alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai pelatih disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Skor Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu mengenai Pelatih Budidaya Lebah Madu

Pelatih Rataan Skor*

Penguasaan materi 3,20

Kemampuan mengajar 3,33

Menjalin hubungan 3,60

Penampilan 3,50

Total Skor 3,41

Ket *: 1=tidak menguasai; tidak mampu; tidak menjalin hubungan yang baik; tidak baik 2=kurang menguasai; kurang mampu; kurang menjalin hubungan yang baik; kurang baik 3=cukup menguasai; cukup mampu; cukup menjalin hubungan yang baik; cukup baik 4=menguasai; mampu; menjalin hubungan yang baik; baik

Berdasarkan data pada Tabel 6, total rataan skor untuk penilaian alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai pelatih adalah 3,41. Nilai ini memberi arti bahwa alumni pelatihan budidaya lebah madu menganggap pelatih cukup baik dan cukup menguasai materi yang disampaikan kepada alumni pelatihan budidaya lebah madu. Menjalin hubungan dan penampilan pelatih memiliki rataan yang tinggi.

Namun penguasaan materi dan kemampuan mengajar, meskipun rataannya tidak setinggi dua aspek di atas, tapi sudah termasuk cukup baik.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu berpendapat bahwa pelatih cukup menguasai dan cukup baik dalam mengajarkan materi budidaya lebah madu. Alumni pelatihan budidaya lebah madu juga menilai bahwa pelatih memiliki penampilan yang baik dan memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik kepada peserta pelatihan.

(40)

Suasana Pelatihan

Suasana pelatihan yang dimaksud dalam penelitian adalah keadaan pada saat proses pelatihan berlangsung. Suasana pelatihan secara keseluruhan disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Persepsi Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu tentang Suasana Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Suasana Pelatihan Rataan skor*

Kenyamanan 3,40 Kebersihan 3,27

Tenang 3,30

Akrab 3,37

Total rataan skor 3,34

Ket *: 1= tidak nyaman; tidak bersih; tidak tenang; tidak akrab 2= kurang nyaman; kurang bersih; kurang tenang; kurang akrab 3= cukup nyaman; cukup bersih; cukup tenang; cukup akrab 4= nyaman; bersih; tenang; akrab

Berdasarkan data pada tabel 7, total rataan skor untuk penilaian suasana pelatihan adalah 3,34. Hal ini berarti alumni pelatihan budidaya lebah madu menganggap suasana pelatihan berlangsung cukup baik. Pelatihan dilaksanakan dalam suasana yang nyaman, akrab, tenang, dan bersih.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu menganggap suasana pelatihan cukup memberikan kenyamanan, karena segala sarana dan prasarana sudah tersedia.

Suasana tempat pelatihan dirasakan cukup bersih karena sebelum kegiatan pelatihan dimulai, ada petugas yang membersihkan ruang pelatihan. Pelaksanaan pelatihan dirasakan cukup akrab dan cukup tenang. Hal ini karena hubungan antar alumni pelatihan budidaya lebah madu sudah dekat, saling kenal dan dapat mengikuti pelatihan dengan tertib.

Efektivitas Pelatihan

Efektivitas pelatihan adalah tingkat pencapaian program penyuluhan. Tingkat tercapainya tujuan dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada perilaku alumni pelatihan budidaya lebah madu lebah madu. Efektivitas pelatihan terkait dalam tiga aspek yaitu: (1) pengetahuan, (2) sikap dan (3) tindakan. Pelatihan lebah madu yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat secara keseluruhan cukup efektif.

Rataan skor mengenai efektivitas pelatihan disajikan pada Tabel 8.

(41)

Tabel 8. Rataan Skor Efektivitas Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Perilaku Rataan skor*

Pengetahuan 3,08 Sikap 3,24 Tindakan 2,76

Total rataan skor 3,03

Ket *: 1 = tidak efektif; 2=kurang efektif; 3 =cukup efektif; 4 =efektif

Secara umum rataan skor efektivitas pelatihan budidaya lebah madu menunjukkan bahwa pelatihan sudah cukup efektif. Alumni pelatihan mempunyai sikap yang cukup positif terhadap budidaya lebah madu, cukup memahami dan cukup mampu mempraktekannya.

Berdasarkan efektivitas pelatihan budidaya lebah madu, sikap merupakan aspek yang paling efektif. Mayoritas dari alumni pelatihan budidaya lebah madu menganggap baik mengenai budidaya lebah madu. Tindakan merupakan aspek yang kurang efektif, berarti alumni pelatihan budidaya lebah madu belum sepenuhnya menerapkan budidaya lebah madu yang diajarkan pada saat pelatihan. Hal ini disebabkan kurang tersedianya peralatan untuk membudidayakan lebah madu.

Mayoritas alumni pelatihan sudah mengetahui isi materi yang telah diberikan pada saat pelatihan namun belum seluruhnya dilakukan. Materi budidaya lebah ratu merupakan materi yang belum dilakukan oleh alumni pelatihan kaena keterbatasan alat dan faktor ketelitian dalam membudidayakan lebah ratu.

Pengetahuan

Alumni pelatihan dapat memahami sebagian besar aspek-aspek pengelolaan budidaya lebah madu (rataan skor 3,08). Pengetahuan alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai materi lebah madu terdiri atas materi pengenalan kasta, peralatan, pakan lebah madu, pengelolaan koloni lebah, budidaya lebah ratu, panen madu dan pollen. Rataan skor pengetahuan alumni pelatihan budidaya lebah madu mengenai materi tersebut disajikan pada Tabel 9.

(42)

Tabel 9. Rataan Skor Pengetahuan Alumni Pelatihan Budidaya Lebah Madu

Pengetahuan Rataan skor

Pengenalan kasta 3,27

Penggunaan Peralatan 3,42

Pakan lebah madu 3,21

Pengelolaan koloni lebah 3,06

Budidaya lebah ratu 2,36

Panen madu dan pollen 3,14

Total rataan skor 3,08

Ket *: 1= tidak tahu; 2=tahu sebagian kecil; 3=tahu sebagian besar; 4 =tahu

Aspek budidaya lebah ratu hanya dipahami sebagian kecil oleh alumni pelatihan, sedangkan aspek lainnya sebagian besar dipahami. Aspek yang paling dikuasai oleh alumni pelatihan adalah penggunaan peralatan.

Pengenalan Kasta. Berdasarkan Tabel 9 rataan skor mengenai pengenalan kasta adalah 3,27. Alumni pelatihan budidaya lebah madu sudah mengetahui sebagian besar mengenai jenis-jenis lebah madu (Apis cerana, Apis melifera, dan Apis dorsata), strata lebah madu (lebah ratu, jantan, dan pekerja), ciri-ciri lebah ratu (ukurannya dua kali lebah pekerja dan dapat menghasilkan feromon), ciri-ciri lebah jantan (mata dan sayapnya lebih besar dari kedua strata lebah lainnya, pada kaki belakang tidak mempunyai keranjang pollen, juga tidak memilki kelenjar malam), dan ciri-ciri lebah pekerja (ukurannya paling kecil dari kedua strata lainnya).

Penggunaan Peralatan. Alumni pelatihan budidaya lebah madu sudah mengetahui sebagian besar mengenai materi penggunaan peralatan. Alumni pelatihan budidaya lebah madu sudah mengetahui alat-alat yang digunakan seperti bahan, bentuk dan ukuran stup, pondasi sarang yang digunakan untuk mempercepat pembangunan sarang, penyekat ratu yang digunakan untuk menahan gerak atau menghalangi ratu supaya tidak naik ke kotak super, kurungan ratu yang digunakan untuk mengamankan ratu atau untuk mengenalkan ratu sementara waktu pada koloni yang membutuhkan ratu baru, mangkokan ratu yang digunakan untuk membuat calon- calon ratu baru, dan bingkai stimulasi yang digunakan untuk wadah pakan tambahan.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu juga sudah mengetahui mengenai alat bantu yang digunakan seperti pengasap untuk menjinakkan lebah, penutup muka untuk melindungi muka dari serangan lebah, pengungkit untuk membantu mengangkat sisiran yang melekat kuat pada stup, sarung tangan untuk melindungi tangan dari

(43)

sengatan lebah, dan sikat lebah untuk menghalau lebah dari sisiran sarang yang digunakan terutama pada saat panen madu.

Pakan lebah madu. Alumni pelatihan budidaya lebah madu mengetahui sebagian besar mengenai materi pakan lebah madu. Materi pakan lebah madu yang diberikan dalam pelatihan lebah madu adalah tanaman yang menghasilkan nektar (kaliandra, bunga matahari, dan karet) dan tanaman yang menghasilkan pollen (jagung dan padi). Nektar adalah bagian bunga tumbuhan yang dapat menghasilkan madu.

Sedangkan pollen atau tepung sari bunga diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh anther sebagai sel-sel kelamin jantan tumbuhan dalam bentuk butiran atau serbuk.

Pollen dimakan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat dan mineral.

Pengelolaan koloni. Alumni pelatihan budidaya lebah madu mengetahui sebagian besar mengenai materi pengelolaan koloni. Materi pengelolaan koloni lebah madu yang diberikan dalam pelatihan lebah madu adalah syarat-syarat penempatan kotak lebah madu yang baik (kaya akan tanaman pakan lebah yang mengandung nektar dan pollen, terdapat sumber air bersih, dan tidak ada angin kencang), hal-hal yang perlu diamati saat pemeriksaan di dalam stup atau kandang lebah (pemeriksaan tingkah laku lebah untuk mengetahui tanda-tanda serangan hama, pemeriksaan sarang terutama terhadap sel-sel sarang tempat keberadaan anakan yaitu telur, larva dan pupa serta pemeriksaan terhadap kondisi lebah ratu dan tingkah laku ratu dalam bertelur) dan pemeriksaan luar stup (pemeriksaan terhadap ketersediaan sumber pakan dan juga kemungkinan adanya organisme pengganggu).

Budidaya lebah ratu. Rataan skor mengenai budidaya lebah ratu adalah 2,36.

Alumni pelatihan budidaya lebah madu mengetahui sebagian kecil mengenai materi budidaya lebah ratu karena materinya sulit dimengerti oleh alumni pelatihan. Materi budidaya lebah ratu yang diberikan dalam pelatihan lebah madu adalah cara budidaya lebah ratu dan pengertian grafting. Urutan cara budidaya lebeh ratu yaitu:

1) sel-sel ratu ditempatkan pada sisiran kemudian dikenalkan selama 6 jam ke dalam koloni lebah, 2) sisiran diisi dengan larva umur1-2 hari, lalu dimasukkan kembali ke dalam koloni dan dibiarkan selama 9-10 hari, 3) melakukan pencakokan sel ratu ke

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Karakteristik Alumni pelatihan: •  Umur •  Jenis Kelamin •  Pekerjaan Pokok •  Tingkat Pendidikan:      - Formal      - Non Formal •  Pendapatan  •  Lama Beternak Kualitas Pelatihan : •  Metode Pelatihan •  Materi Pelatih

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan visi–misi Presiden Joko Widodo yang dipaparkan dalam sembilan agenda pokok pada poin ke-tujuh yang berbunyi “Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2017

Dengan demikian, realisasi Tema Tekstual pada teks „Kota “Syurga” di Iran‟ ini menunjukkan bahwa informasi yang disajikan cenderung diorganisasikan

Para Wajib Pajak menggunakan tarif amortisasi untuk harta tidak berwujud dengan menggunakan masa manfaat kelompok masa 4 (empat) tahun sesuai pendekatan prakiraan harta tak

Pada tangki pencampur II (M-102) terjadi pencampuran sirup dengan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan minuman berkarbonasi (PT.Coca Cola, 2010).. Pada unit ini tidak

Dimana pelarut asam yang dipilih adalah asam klorida (HCl) dengan alasan pada beberapa penelitian tentang ekstraksi pektin dari kulit kakao, pelarut asam klorida

Kaum Punkers memiliki beberapa simbol dalam komunitasnya. Beberapa simbol tersebut menjadi identitas kaum Punkers, yang membedakan dengan komunitas lainnya. kaum Punkers

Chen Bakery, untuk itulah dibentuk sebuah identifikasi masalah agar dapat dibuatnya sistem baru, dimana sistem yang baru ini akan lebih sesuai dengan kebutuhan agar dapat