• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan dan konseling berbeda dari sasaran evaluasi dalam pengajaran. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang evaluasi program bimbingan dan konseling, terlebih dahulu perlu dibahas dan dikaji pengertian evaluasi program bimbingan dan konseling.

Yusuf (dalam Tohirin, 2009:60) mengemukakan bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan proses penilaian terhadap keberhasilan program bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data serta analisis data yang akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan.

Prasetyo (2010:50) evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah usaha penelitian dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.

Nurihsan (2005:35) evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu proses pengumpulan informasi untuk mengetahui dan menentukan efektivitas dari program bimbingan dan konseling dalam membantu para siswa untuk mengetahui serta memahami kebutuhan-kebutuhan dan kelemahannya.

(2)

Sedangkan menurut Winkel (dalam http://tenblog- bimbingankonseling.blogspot.com/bimbingan dan konseling) di akses 26 April 2013 Pukul 10.00 Wita, evaluasi program bimbingan dan konseling mencakup usaha menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan evaluasi menuntut diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan. Sejalan dengan itu, Suherman (2009:79) mengemukakan pendapatnya bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data untuk menentukan nilai dari suatu program dalam membantu pengelolaan, perencanaan program, latihan staf dan peningkatannya, agar memperoleh pertimbangan yang sebaik-baiknya tentang efektivitas dan efisiensi tidaknya suatu program.

Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan hasil evaluasi itulah dapat diambil suatu kesimpulan apakah kegiatan yang telah dilakukan itu mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan efesien atau tidak, serta apakah kegiatan tersebut perlu diteruskan atau tidak.

2.2 Tujuan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Stone (dalamhttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/evaluasi program bimbingan dan konseling) di akses 26 April 2013 Pukul 10.00 Wita, merekomendasikan enam tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling, diantaranya:

(3)

a. Mengukur keefektivan dari keseluruhan program dan kegiatannya

b. Mengumpulkan data yang akan menentukan apakah memerlukan modifikasi program

c. Menentukan tingkatan penerimaan program dan dukungan dari stakeholders d. Memperoleh informasi yang dapat digunakan oleh publik

e. Mengumpulkan data untuk staf evaluasi

f. Menganalisis biaya program dan membandingkannya dengan kebutuhan program ke depan.

Sedangkan menurut Hastuti (dalam Sukardi, 2008:86) evaluasi program bimbingan dan konseling memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya : a. Tujuan umum

Secara umum, penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

2. Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

3. Secara operasional penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk:

a) Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

(4)

b) Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.

c) Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

b. Tujuan khusus

Sedangkan secara khusus, penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah ( madrasah ).

2. Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan dan konseling untuk perbaikan layanan yang diberikan.

3. Untuk membantu kepala sekolah ( madrasah ), guru-guru termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tiap siswa.

4. Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.

5. Untuk mendorong semua personil bimbingan dan konseling agar bekerja lebih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan dan konseling di sekolah.

(5)

Berdasarkan penjelasan mengenai tujuan dari pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang tujuan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, sehingga mampu untuk mendorong semua personil bimbingan dan konseling di sekolah agar lebih giat dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling.

2.3 Prinsip Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Untuk mencapai tujuan dan terlaksananya program bimbingan dan konseling dengan baik, maka pelaksanaannya harus dikelola seefisien dan seefektif mungkin selaras dengan pinsip-prinsip suatu program. Gibson dan Mitchell (dalam Prasetyo, 2010:80) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut:

a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program.

Adapun tujuan dari program bimbingan dan konseling yakni untuk menghasilkan tenaga professional dalam bidang bimbingan dan konseling yang menguasai konsep-konsep layanan bimbingan dan konseling, serta terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang bimbingan dan konseling.

b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.

c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang professional.

(6)

d. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan. Hal ini bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan.

Berdasarkan prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keefektifan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling haruslah menuntut adanya umpan balik (feed back) dan tindak lanjut (follow-up) dari pelaksanaan evaluasi, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membuat kebijakan / keputusan.

2.4 Lingkup Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah

Lingkup evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup empat komponen, sebagaimana yang dikemukakan Tohirin (2009:53) yakni:

a. Evaluasi peserta didik (input)

Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima oleh sekolah yang bersangkutan.

Menurut Sukardi (2003:250) jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa: kemampuan sekolastik, bakat, minat, kepribadian, prestasi belajar, riwayat kependidikan, riwayat hidup, citia-cita pendidikan atau jabatan, hobi dan penggunaan waktu luang, kebiasaan belajar, hubungan sosial, keadaan fisik dan kesehatan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan minat terhadap mata pelajaran sekolah.

(7)

b. Evaluasi program

Evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Prayitno (2004:59) bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan layanan, yakni sebagai berikut :

1. Layanan kepada peserta didik.

2. Layanan kepada guru.

3. Layanan kepada kepala sekolah.

4. Layanan kepada orang tua siswa atau masyarakat.

c. Evaluasi proses

Dalam evaluasi proses, yang dievaluasi yakni proses pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan.

Menurut Syamsul (dalam Suherman, 2009:89) dalam evaluasi proses, banyak faktor yang perlu diperhatikan berhubungan dengan proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling diantaranya :

1. Organisasi dan administrasi program bimbingan.

2. Personal / petugas pelaksana bimbingan dan konseling.

3. Fasilitas dan perlengkapan bimbingan dan konseling.

4. Kegiatan bimbingan dan konseling.

5. Partisipasi guru/personil sekolah lainnya.

6. Anggaran pembiayaan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

(8)

d. Evaluasi hasil

Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang telah dijalankan, maka harus dilihat bagaimana perkembangan dalam diri siswa yang mendapatkan layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Dengan kata lain, evaluasi terhadap hasil pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ditujukan pada pencapaian tujuan program baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Sejalan dengan itu Hallen (dalam Prayitno, 2004:29) mengemukakan bahwa lingkup evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, diantaranya:

a. Evaluasi Peserta Didik (raw-input)

Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling maka pemahaman terhadap peserta didik (konseli) yang mendapat bimbingan dan konseling penting dan perlu. Pemahaman mengenai (raw input) peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin, dengan pemahaman terhadap raw input dapat dipakai mempertimbangkan hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling bila dibandingkan dengan produk yang dicapai.

Evaluasi raw-input dimulai dari pelayanan himpunan data pada saat peserta didik (konseli) diterima di sekolah bersangkutan.

b. Evaluasi Program

Evaluasi program pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah harus disesuaikan dengan pola dasar pedoman operasional pelayanan bimbingan dan

(9)

konseling. Kegiatan operasional dari masing-masing pelayanan hendaknya disusun dalam suatu sistematika yang rinci, diantaranya:

1. Tujuan Khusus pelayanan bimbingan dan konseling 2. Kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling 3. Lingkup pelayanan bimbingan dan konseling

4. Rincian kegiatan dan jadwal kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling 5. Hubungan antara kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dengan

kegiatan luar sekolah

6. Metode dan teknik layanan bimbingan dan konseling 7. Sarana pelayanan bimbingan dan konseling

8. Evaluasi dan penelitian pelayanan bimbingan dan konseling

9. Evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling dan butir-butir di atas memerlukan alat-alat/instrumen evaluasi yang baik.

c. Evaluasi Proses

Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan bimbingan dan konseling yang mengarah pada tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah banyak faktor yang terlibat yang perlu dievaluasi, terutama yang terkait dengan pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling.

Menurut Syahril (dalam Surya, 2006:56) faktor pengelolaan yang perlu di evaluasi, diantaranya:

1. Organisasi dan administrasi program pelayanan bimbingan dan konseling

(10)

2. Petugas pelaksanaan atau personel (tenaga profesional) dan bukan profesional.

3. Fasilitas dan perlengkapan seperti; fasilitas teknis yang terdiri dari : tes, inventory, dan instrumen evaluasi lainnya.

4. Fasilitas fisik seperti; ruang kerja konselor, ruang konseling, ruang tunggu, ruang pertemuan, ruang adminisrasi, ruang penyimpanan instrumen, ruang penyimpanan data.

5. Perlengkapan seperti; meja, kursi, filling kabinet, files, lemari dan sebagainya.

6. Anggaran biaya

Anggaran biaya yang perlu dipersiapkan adalah untuk pos-pos seperti; honorarium pelaksana, pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik dan perlengkapan, biaya operasional (perjalanan, kunjungan rumah, penilaian dan penelitian)

d. Evaluasi Hasil

Untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.

Dengan memperhatikan lingkup evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling akan terlaksana dengan baik jika memperhatikan empat komponen yang berkaitan dengan jenis-jenis evaluasi seperti; evaluasi peserta didik sebagai objek atau sasaran pelayanan bimbingan

(11)

dan konseling, evaluasi program sebagai acuan untuk mengembangkan mutu program pelayanan bimbingan dan konseling, evaluasi proses sebagai usaha untuk menentukan efektivitas dan efisiensi pelayanan program bimbingan dan konseling, kemudian yang terakhir dan terpenting dari ketiga jenis evaluasi program bimbingan dan konseling yakni evaluasi terhadap hasil pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang berfungsi sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan program nantinya.

2.5 Aspek-Aspek Yang Perlu Dievaluasi Dalam Program Bimbingan dan Konseling

Menurut Surya (2006:32) aspek-aspek program bimbingan dan konseling yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

a. Dasar atau acuan penyusunan program seperti ; produk hukum dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan dan kebijakan baik berasal dari pemerintah maupun sekolah.

b. Proses penyusunan program dengan melihat bagaimana program bimbingan dan konseling diwujudkan, apakah melalui penelaahan kebutuhan, melihat kondisi sekolah, melibatkan tim pengembang atau hanya pekerjaan perseorangan.

c. Kurikulum layanan seperti ; layanan dasar, perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.

Sedangkan menurut Tohirin (2009:88) aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam program bimbingan dan konseling yaitu :

a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan layanan,

(12)

b. Keterlaksanaan program yang telah direncanakan,

c. Dampak layanan bimbingan dan konseling terhadap kegiatan belajar mengajar,

d. Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan dan konseling

e. Kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan, pencapaian tugas- tugas perkembangan, dan hasil belajarnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam program bimbingan dan konseling yaitu partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa, kegunaan layanan menurut siswa, perolehan siswa dari layanan, minat siswa terhadap layanan lebih lanjut, perkembangan siswa dari waktu ke waktu, perolehan guru pembimbing, komitmen pihak-pihak terkait, serta kelancaran dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan. Deskripsi tentang aspek yang dievaluasi tersebut mencerminkan sejauh mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga bagi kemajuan dan perkembangan layanan serta memberikan kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap siswa.

2.6 Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Menurut Surya (2006:40) dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah harus melalui prosedur- prosedur evaluasi yakni sebagai berikut:

a. Identifikasi tujuan yang akan dicapai dalam program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

(13)

Melakukan identifikasi terhadap tujuan yang ingin dicapai sangatlah penting karena memberikan arah terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan, artinya selama melakukan evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pengembangan rencana evaluasi program bimbingan dan konseling

Pengembangan rencana evaluasi merupakan langkah lanjutan setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai.

Zikri (dalam Surya, 2006:42) mengemukakan bahwa komponen- komponen rencana evaluasi program bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan adalah :

1. Data atau informasi yang dibutuhkan 2. Alat pengumpulan data yang digunakan

3. Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi 4. Personil pelaksanaan

5. Waktu pelaksanaan 6. Kriteria penilaian dan

7. Bagaimana pelaporan serta pada siapa laporan disampaikan.

c. Proses pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling

Setelah rencana disusun dan disetujui, pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling bergantung pada metode yang digunakan.

Prinsip pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang telah direncanakan sehingga terjadi interaksi antara faktor yang satu dengan lainnya dan dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

(14)

d. Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi program bimbingan dan konseling Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi dianggap sangat penting sebab langkah ini merupakan bentuk konkrit sikap akuntabilitas atas program dan hasil kegiatan yang telah dilakukan seorang guru bimbingan dan konseling sekolah beserta staf lainnya.

Sedangkan menurut Nurihsan (2007:53) dalam melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh guru pembimbing di sekolah, diantaranya :

1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan evaluasi program bimbingan dan konseling. Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka guru pembimbing (konselor) perlu mempersiapkan pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi. Pertanyaan- pertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi seperti ; tingkat keterlaksanaan program (aspek proses), dan tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).

2. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut.

(15)

Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi. Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.

3. Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut.

Stone (dalam Suherman, 2009:56) tahap tindak lanjut dalam prosedur evaluasi meliputi dua kegiatan, yaitu a) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (b) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.

Dengan melihat prosedur-prosedur pelaksanaan evaluasi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berhasil atau tidaknya pelaksanaan evaluasi juga ditentukan oleh penggunaan prosedur evaluasi yang baik sesuai apa yang telah direncanakan. Sehingga pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling dapat dipertanggung jawabkan dengan baik, serta dapat menghasilkan suatu layanan bimbingan dan konseling yang ideal.

2.7 Metode Pendekatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kegiatan. Sebagaimana yang dikemukakan Sukardi (2008:257) bahwa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu :

(16)

a. Metode survei

Metode survei lebih sering menggunakan metode evaluasi dalam setting sekolah. Metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap serta pandangan personil sekolah lainnya, dan sikap serta pandangan siswa terhadap program bimbingan dan konseling.

Jadi, metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.

b. Metode observasi

Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang diamati seperti; kapan akan diamati?, oleh siapa akan diamati?, akan direkam dengan cara yang bagaimana?, dan akan diberi interpretasi evaluatif menurut apa?.

Oleh karena itu, sebelum observasi dilaksanakan, observer perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar data yang diperoleh lebih terarah dan tepat.

c. Metode eksperimental

Metode eksperimental dimaksudkan untuk mempelajari satu kelompok atau lebih yang menyangkut apakah tujuan layanan yang diharapkan dapat tercapai atau belum, apakah layanan tersebut efektif dan efisien atau tidak.

(17)

Metode ini harus dilaksanakan dalam periode waktu yang cukup lama, supaya pengaruh perbedaan layanan bagi kedua kelompok dapat dibandingkan.

d. Metode studi kasus

Metode studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa yang dijadikan objek studi kasus.

Sebelum melakukan studi kasus perlu ditetapkan hal-hal yang dianggap penting tentang diri siswa yang berkaitan dengan usaha layanan-layanannya.

Metode studi kasus cukup banyak memakan waktu, akan tetapi dapat menghasilkan informasi yang dapat dijadikan sebagai data yang objektif.

Sehubungan dengan penjelasan tentang metode yang digunakan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling, Prasetyo (2010:89) mengemukakan pendapat yang sama bahwa metode atau pendekatan yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah di antaranya:

a. Pendekatan Survei

Pendekatan ini merupakan suatau usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.

b. Pendekatan Eksperimental

Pada pendekatan ini dibentuk dua kelompok peserta didik. Kelompok pertama dijadikan kelompok instrumen yaitu yang mendapat pelayanan

(18)

bimbingan dan konseling. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yaitu yang tidak mendapat layanan bimbingan dan konseling.

Dalam suatu periode tertentu kemudian keduanya diperbandingkan. Dari hasil perbandingan akan diketahui sejauh mana program bimbingan dan konseling itu dapat membantu peserta didik.

c. Pendekatan Kelompok Tunggal

Prosedur ini ialah dengan menghilangkan kelompok kontrol, dan menggantinya dengan penilaian terhadap kelompok yang sama sebelum dan segera sesudah pelayanan bimbingan diberikan kepada kelompok itu.

d. Penilaian oleh Klien (Peserta didik)

Prosedur yang sederhana adalah dengan mengumpulkan pendapat kepada peserta didik yang telah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling mengenai kegunaan dan faedah pelayanan bimbingan dan konseling yang diterimanya.

Hal ini mempunyai kelemahan bahwa pendapat peserta didik kurang teliti.

Pendapatnya akan sangat dipengaruhi oleh masalah yang diusahakan untuk dipecahkan dalam rangka pelayanan yang diperolehnya yang sangat mempengaruhi penilaian yang diberikannya.

e. Studi Lanjutan (Follow-up Study)

Studi lanjutan ini mempunyai nilai evaluatif terhadap program bimbingan konseling yang sudah dan atau sedang berjalan.

f. Penilaian Para Ahli

Prosedur ini dilakukan dengan meminta kepada para ahli bimbingan dan konseling yang tidak turut serta dalam memberikan pelayanan bimbingan dan

(19)

konseling di sekolah yang bersangkutan, untuk memberikan penilaian tentang pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

g. Penilaian Diri Oleh Konselor (Counselor Self-Evaluation)

Prosedur ini pada dasarnya sama dengan penilaian oleh para ahli. Dalam hal ini konselor dianggap sebagai ahli, akan tetapi ahli yang turut mengambil bagian di dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian faktor subjektif kurang dapat dihindarkan, tetapi informasi dapat terkumpul lebih memadai dan lebih dapat dipercaya.

2.8 Sumber Data dan Kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

a. Sumber data evaluasi

Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling, maka diperlukan sumber data yang relevan.

Adapun sumber data yang perlu dihubungi, sangat bergantung pada jenis data atau informasi yang diperlukan. Menurut Prayitno (2004:33) sumber data yang dapat dihubungi, yaitu :

1. Kepala sekolah 2. Wakil kepala sekolah

3. Koordinator bimbingan dan konseling 4. Konselor sekolah

5. Guru mata pelajaran 6. Personil sekolah lainnya 7. Siswa dan teman terdekatnya

(20)

8. Orang tua dan masyarakat

9. Para ahli atau lembaga-lembaga terkait

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dapat bertindak sebagai evaluator terutama yaitu koordinator bimbingan dan konseling, kepala sekolah dan konselor sekolah.

b. Kriteria evaluasi

Penetapan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling sudah lama merupakan persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas. Patokan untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Stone (dalamhttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/evaluasi program bimbingan dan konseling) di akses 26 April 2013 Pukul 10.00 Wita,) kriteria yang dapat dijadikan langkah awal dalam menilai efektif dan efisiennya suatu program bimbingan dan konseling adalah :

1. Terdapat seorang tenaga ahli bimbingan dan konseling untuk setiap orang siswa, dengan alasan bahwa rasio ini pada umumnya memungkinkan konselor untuk melayani populasi siswa secara memadai

2. Tenaga-tenaga bimbingan mempunyai kualifikasi yang memadai dalam hal pendidikan prajabatan bidang bimbingan dan konseling

3. Terdapat sistem kartu pribadi (commutative record) yang memuat data relevan tentang siswa, yang dikelola dengan baik dan digunakan secara aktual dalam memberikan layanan kepada siswa

(21)

4. Terdapat sumber-sumber informasi pendidikan dan jabatan (career information) yang lengkap, mudah untuk dimanfaatkan dan secara berkala diperbarui

5. Tersedia sarana-sarana material dan teknis yang memadai

6. Tersedia dana finansial yang cukup, sehingga kegiatan-kegiatan dapat berjalan dan tidak sering mengalami kemacetan karena tidak tersedia dana.

2.9 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Ada beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling, sebagaimana yang dikemukakan Sukardi (2008:253) yaitu sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan konseling membutuhkan banyak waktu dan biaya. Tidak dapat diragukan lagi untuk memulai evaluasi tampaknya memerlukan biaya yang cukup mahal dan perlu biaya yang banyak.

b. Belum adanya guru inti atau instruktur bimbingan dan konseling yang ahli dalam bidang evaluasi programa bimbingan dan konseling di sekolah.

Kebanyakan yang terlibat dalam bidang ini adalah perguruan tinggi yang sudah tentu konsep dan kerangka kerjanya tidak berorientasi pada kepentingan sekolah.

c. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah belum tegas dan baku sampai saat ini.

(22)

Dengan memperhatikan pendapat tentang hambatan-hambatan dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan evaluasi bukan merupakan suatu persoalan yang mudah. Olehnya itu, perlu adanya tenaga ahli yang betul-betul memahami konsep tentang evaluasi program bimbingan dan konseling sehingga akan tercipta sebuah program bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.

2.10 Upaya-Upaya Penanggulan Masalah Dalam Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Menurut Mitchell (dalam Sukardi, 2003) bahwa upaya penanggulan masalah dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling yakni : a. Memberikan tindak lanjut “singkat dan segera” misalnya berupa pemberian

penguatan (reinforcement) dan penugasan kecil (siswa diminta melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya).

b. Menempatkan atau mengikutsertakan siswa yang bersangutan dalam jenis layanan tertentu (misalnya dalam layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok).

c. Membentuk program satuan layanan atau pendukung yang baru, sebagai kelanjutan atau pelengkap dari layanan sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan tentang upaya-upaya penanggulangan masalah dalam pelaksanaan evaluasi, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa guru pembimbing atau konselor harus tanggap dalam merespon masalah yang terjadi pada peserta didiknya.

(23)

Hal tersebut dilakukan agar proses pelayanan bimbingan dan konseling dapat mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan, meskipun begitu banyak hambatan-hambatan yang di alami guru pembimbing atau konselor dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah

Referensi

Dokumen terkait

-> Multi – connections : dapat digabungkan dengan peralatan jaringan untuk menampilkan secara tour dari channel yang bersangkutan. Setelah memilih koneksi, anda dapat

KESIMPULAN dari Tugas Akhir ini adalah desain dan fotografi berperan sangat penting dalam mendukung perancangan ulang identitas visual ini, dibutuhkan kualitas

Formasi pementasan bedaya Putri Pakungwati yang digunakan yaitu tiga, lima, tujuh bahkan sembilan namun dalam aspek gerak dan iringan tidak mengalami perubahan,

Orang yang berhak menerima zakat atau sering disebut dengan mustahiq zakat adalah seperti yang Alloh SWT firmankan dalam quran surat At-Taubah ayat 60 yang artinya:..

Perompak yang berjaya merompak bank itu semalam telah diberkas oleh pihak polis.. Bank yang berjaya dirompak oleh perompak semalam telah diberkas oleh

Perta- ma, multimedia Lectora ini sesuai dengan prinsip-prinsip desain pembelajaran dan sesuai dengan silabus model pembelajaran Kurikulum 2013 tematik integratif,

Perusahaan menuntut pekerja menyelesaikan pengoperasian control cabin setiap harinya dengan waktu yang cepat, akan tetapi suara bising di area kerja menjadi salah satu anggapan

Dalam menentukan ide untuk membuat film dokumenter tidaklah sulit, karena kita tidak perlu harus pergi jauh-jauh dan memusingkan. Karena ide untuk film dokumenter