• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS OLEH REZKI ZURRIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS OLEH REZKI ZURRIAH"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

 

F U

R

MAG FAKULTA UNIVERSI

TESI

OLEH REZKI ZUR 1370170

GISTER AK AS EKONO

ITAS SUM 2016 S

H RRIAH 071

KUNTANS OMI DAN B MATERA U

6

SI BISNIS UTARA

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

REZKI ZURRIAH 137017071

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(3)

Islamic Index

Nama Mahasiswa : REZKI ZURRIAH Nomor Pokok : 137017071

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak, CA) (Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, CA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak,CA)

Tanggal Lulus : 11 Januari 2016

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak, CA Anggota : 1. Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, CA

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA 3. Prof. Dr. HB Tarmizi, SU

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA

(5)

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Melalui Praktek Manajemen Laba : Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di

Jakarta Islamic Index

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar adalah merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian – bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Medan, Desember 2015 Yang Membuat Pernyataan

Materai

(Rezki Zurriah)  

           

(6)

independen dan ukuran dewan komisaris), arus kas bebas, ukuran perusahaan, leverage (diproksikan : DAR) terhadap nilai perusahaan melalui praktek manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2010 sampai tahun 2014. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, diperoleh sebanyak 12 perusahaan sampel dari populasi 56 perusahaan dengan total observasi 60 unit analisis. Metode pengumpulan data sekunder dengan tehnik studi dokumentasi berupa laporan keuangan tahunan yang di publikasikan melalui website www.idx.co.id. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas, ukuran perusahaan, dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Secara parsial kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan arus kas bebas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Menajemen laba rill berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji Sobel pada variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas dan ukuran perusahaan menunjukkan bahwa manajemen laba rill tidak terbukti sebagai variable intervening. Sedangkan hasil uji Sobel pada varibael leverage menunjukkan bahwa manajemen laba rill terbukti sebagai variabel intervening.

Kata kunci : kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba rill, nilai perusahaan.

 

(7)

independent commissioners, and the size of board of commissioners), free cash flow, firm size, and leverage (proxied as DAR) on firm value through the practice of earnings management in companies listed in the Jakarta Islamic Index in the period of 2010-2014. The samples were 12 companies, taken by using purposive sampling technique for the population of 56 companies at the total observation of 60 analytical units. Secondary data were gathered by conducting documentary study like annual financial statement publicized in website, www.idx.co.id. The gathered data were analyzed by using multiple linear regression analysis and path analysis. The result of the research showed that institutional ownership, independent commissioners, the size of board of commissioners, free cash flow, firm size, and leverage simultaneously had significant influence on the value of companies listed in the Jakarta Islamic Index. Partially, institutional ownership, i9ndepndent commissioners, the size of board of commissioners, and leverage did not have any significant influence on firm value, while free cash flow and firm size had positive and significant influence on firm value. Based on the result of Sobel test on the variables of institutional ownership, independent commissioners, the size of board of commissioners, free cash flow, and firm size, it was found that real earnings management did not act as intervening variable, while the result of Sobel test on the variable of leverage showed that real earnings management acted as intervening variable.

Keywords: Institutional Ownership, Independent Commissioners, Size of Board of Commissioners, Free cash Flow, Firm Size, Leverage, Real Earnings Management, Firm Value

                 

(8)

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Melalui Praktek Manajemen Laba : Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai Strata Dua (S2) pada Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari semua pihak, baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, CPA selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembanding dalam penelitian tesis ini.

4. Ibu Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, CA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. HB Tarmizi, SU selaku anggota komisi pembanding yang telah banyak memberikan kritikan dan saran sehingga menghasilkan tesis yang lebih baik.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku sekretaris Program Studi sekaligus anggota komisi pembanding dalam penelitian tesis ini.

(9)

ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

9. Ayah dan ibu tercinta, Alm. H. Zulkarnaen Samin dan Hj. Siti Ernasari Pulungan yang selalu memberikan doa dan restunya kepada penulis untuk senantiasa dapat menyelesaikan pendidikan ini.

10. Saudara – saudara tercinta Fatma, Dian, Adam, Azhari dan Mya yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

11. Adly Azhari yang selalu mendukung dan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

12. Teman – teman seperjuangan Nony, Putri, Taufik dj, Listya, Ayu, Fika, Mirza, Kahfi, Taufik, Nida, Mayang, Riki dan lain – lain yang memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Akan selalu merindukan canda tawa dan kelucuan kalian.

Penulis menyadari bahwa keterbatasan yang dimiliki untuk menjadikan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan dalam tesis ini. Namun demikian besar harapan penulis agar tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2015 Penulis,

(Rezki Zurriah)  

     

(10)

1. Nama : Rezki Zurriah

2. Tempat/Tgl Lahir : Padangsidimpuan, 19 Oktober 1989

3. Alamat : Jln. Dr. Mansyur Gang Kemuning No. 23B Medan 4. No. Telepon : 081218555037

5. Agama : Islam

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Orang Tua : 1. Alm. H. Zulkarnaen Samin 2. Hj. Siti Ernasari Pulungan 8. Pendidikan :

1. SD Negeri 9 Padangsidimpuan, Lulus Tahun 2001 2. SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, Lulus Tahun 2004 3. SMA Negeri 2 Padangsidimpuan, Lulus Tahun 2007

4. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (S-1), Lulus Tahun 2012

    

           

(11)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Originalitas Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis ... 12

2.1.1 Teori Signal ... 12

2.1.2 Teori Keagenan (Teori Agency) ... 13

2.1.3 Nilai Perusahaan ... 15

2.1.4 Manajemen Laba ... 16

2.1.4.1 Pengertian Manajemen Laba ... 16

2.1.4.2 Manajemen Laba Rill ... 17

2.1.4.3 Faktor -Faktor Pendorong Manajemen Laba 19

2.1.5 Mekanisme Good Corporate Governance ... 20

2.1.6 Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) ... 25

2.1.7 Ukuran Perusahaan ... 26

2.1.8 Leverage ... 27

2.1.9 Jakarta Islamic Index (JII) ) ... 28

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 46

3.2. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 52

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

4.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 53

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 54

4.5.1 Variabel Independen ... 54

4.5.2 Variabel Dependen ... 56

4.5.3 Variabel Intevening ... 56

4.6. Model dan Teknik Analisis ... 59

(12)

4.6.3.1.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 63

4.6.3.1.2 Uji Statistik F (Uji Simultan) ... 63

4.6.3.1.3 Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 64

4.6.3.2 Uji Hipotesis 2 ... 64

4.6.3.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 64

4.6.3.2.2 Uji Statistik t ... 65

4.6.3.3 Uji Hipotesis 3 dengan Path Analysis ... 65

4.6.3.3.1 Mendeteksi Pengaruh Mediasi ... 65

4.6.3.3.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 66

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian ... 67

5.1.1. Statistik Deskripsi ... 67

5.1.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 70

5.1.2.1. Uji Normalitas ... 70

5.1.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 72

5.1.2.3. Uji Multikolonieritas ... 73

5.1.2.4. Uji Autokorelasi ... 74

5.1.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 75

5.1.3.1. Hasil Uji Hipotesis 1 ... 75

5.1.3.1.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 75

5.1.3.1.2 Hasil Uji F (Uji Simultan) . ... 76

5.1.3.1.3 Hasil Uji t (Uji Parsial) . ... 77

5.1.3.2. Hasil Uji Hipotesis 2 ... 80

5.1.3.2.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 80

5.1.3.2.3 Hasil Uji t ... 81

5.1.3.3. Hasil Uji Hipotesis 3 dengan Path Analysis ... 82

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 109

6.2.Keterbatasan Penelitian ... 109

6.3.Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 116

(13)

Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 58

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ... 67

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas ... 71

Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 74

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 74

Tabel 5.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 76

Tabel 5.6 Hasil Uji F (Uji Simultan) ... 76

Tabel 5.7 Hasil Uji t (Uji Parsial) ... 77

Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 80

Tabel 5.9 Hasil Uji t ... 81

Tabel 5.10 Hasil Uji Path Analysis Untuk Persamaan Sub Struktural 1 . 82

Tabel 5.11 Hasil Uji Path Analysis Untuk Persamaan Sub Struktural 2 86

Tabel 5.12 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total ... 91

(14)

Gambar 5.1 Histogram ... 71

Gambar 5.2 Grafik Normal P-P Plot ... 72

Gambar 5.3 Grafik Plot ... 73

Gambar 5.4 Hasil Path Analysis ... 90

(15)

Lampiran 3 Deskriptif Statistik ... 120

Lampiran 4 Uji Normalitas ... 121

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas ... 123

Lampiran 6 Uji Multikolonieritas ... 124

Lampiran 7 Uji Autokorelasi ... 125

Lampiran 8 Hasil Uji Hipotesis 1... 126

Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis 2... 127

Lampiran 10 Hasil Uji Hipotesis 3-Persamaan Sub Struktural 1 ... 128

Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis 3-Persamaan Sub Struktural 2 ... 129

Lampiran 12 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total ... 130

(16)

independen dan ukuran dewan komisaris), arus kas bebas, ukuran perusahaan, leverage (diproksikan : DAR) terhadap nilai perusahaan melalui praktek manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2010 sampai tahun 2014. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, diperoleh sebanyak 12 perusahaan sampel dari populasi 56 perusahaan dengan total observasi 60 unit analisis. Metode pengumpulan data sekunder dengan tehnik studi dokumentasi berupa laporan keuangan tahunan yang di publikasikan melalui website www.idx.co.id. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas, ukuran perusahaan, dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Secara parsial kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan arus kas bebas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Menajemen laba rill berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji Sobel pada variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas dan ukuran perusahaan menunjukkan bahwa manajemen laba rill tidak terbukti sebagai variable intervening. Sedangkan hasil uji Sobel pada varibael leverage menunjukkan bahwa manajemen laba rill terbukti sebagai variabel intervening.

Kata kunci : kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba rill, nilai perusahaan.

 

(17)

independent commissioners, and the size of board of commissioners), free cash flow, firm size, and leverage (proxied as DAR) on firm value through the practice of earnings management in companies listed in the Jakarta Islamic Index in the period of 2010-2014. The samples were 12 companies, taken by using purposive sampling technique for the population of 56 companies at the total observation of 60 analytical units. Secondary data were gathered by conducting documentary study like annual financial statement publicized in website, www.idx.co.id. The gathered data were analyzed by using multiple linear regression analysis and path analysis. The result of the research showed that institutional ownership, independent commissioners, the size of board of commissioners, free cash flow, firm size, and leverage simultaneously had significant influence on the value of companies listed in the Jakarta Islamic Index. Partially, institutional ownership, i9ndepndent commissioners, the size of board of commissioners, and leverage did not have any significant influence on firm value, while free cash flow and firm size had positive and significant influence on firm value. Based on the result of Sobel test on the variables of institutional ownership, independent commissioners, the size of board of commissioners, free cash flow, and firm size, it was found that real earnings management did not act as intervening variable, while the result of Sobel test on the variable of leverage showed that real earnings management acted as intervening variable.

Keywords: Institutional Ownership, Independent Commissioners, Size of Board of Commissioners, Free cash Flow, Firm Size, Leverage, Real Earnings Management, Firm Value

                 

(18)

1.1 Latar Belakang Masalah

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun yaitu sejak perusahaan didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka kesejahteraan pemilik juga akan meningkat. Laba merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Dimana laba tersebut digunakan untuk tujuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai saham (Karnadi dalam Analisa, 2011). Nilai pemegang saham akan meningkat jika nilai perusahaan juga meningkat dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham.

Nilai perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan. Dimana dengan nilai perusahaan yang tinggi maka perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang baik dan sebaliknya dengan nilai perusahaan yang rendah maka perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berada dibawah nilai sebenarnya. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemegang saham, karena dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kreditur menilai nilai perusahaan berkaitan dengan tingkat liquiditas perusahaan dimana perusahaan mampu atau tidak mampu

(19)

membayar public nila di bursa y

Su keu

Dari g Tobin’s menunjuk menunjuk nilai peru menunjuk ketidaksta pemegang yang meru aset.

r pinjaman ai perusaha ang tercerm

umber : Ra uangan tahu

gambar 1.1 Q dari ta kkan fluktu kkan fenome

usahaan m kkan kenaik abilan nilai g saham da upakan cerm

0 2 4 6 8 10

Tobin's Q

yang diberi aan dapat di min dari listi

Gambar 1

ata – rata unan (2015)

dapat dilih ahun 2010 uasi naik ena yang sa menunjukkan

kan nilai p i perusahaa an perusaha

minan dari

ikan oleh kr ilihat dari m ing price (K

1.1 Rata –

nilai peru )

hat bahwa n sampai turun dise ama disetiap

n fenomen perusahaan

an tersebu aan dipresen

keputusan

Perusah

Nilai Pe

reditur. Bag mekanisme Karnadi dala

Rata Nilai

usahaan dio

nilai perusah 2013 men etiap tahun p tahunnya.

na penurun dari tahun t dapat di ntasikan ole

investasi,

aan

erusahaa

gi perusahaa permintaan am Analisa,

Perusahaa

olah penel

haan yang nunjukkan n yang be

. Jika di lih nan walau n 2010 sam

ikatakan b eh harga p pendanaan

an

an yang sud n dan penaw

2011).

an

iti dari lap

dihitung de perubahan erbeda. Ha hat di tahun upun ada mpai 2012.

bahwa keka pasar dari s

dan manaj

Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2

ah go waran

poran

engan dan al ini

2013 yang Dari ayaan aham emen

2010 2011 2012 2013

(20)

Terkadang perusahaan tidak berhasil dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Hal ini dapat disebabkan karena pihak manajemen bukanlah pemegang saham, dimana pemegang saham mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada manajemen. Manajemen akan berjuang dengan sekuat tenaga untuk meningkatkan nilai perusahaan yang akhirnya juga akan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para pemegang saham. Untuk mensejahterakan pemegang saham, para pemegang saham membayar jasa profesional pihak manajemen untuk mengedepankan kepentingan pemegang saham. Tetapi teori agency menyatakan hal yang berbeda dimana manajemen bisa saja bertindak mengutamakan kepentingan pribadinya.

Dengan adanya konflik agency antara pemegang saham dan manajemen, dimana manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan akan memicu manajemen memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Dengan menginformasikan laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena yang menjalankan perusahaan adalah manajemen bukan pemegang saham. Untuk menghindari konflik agency ini, maka penerapan good corporate governance dalam perusahaan diperlukan untuk melindungi para pemegang saham.

Beberapa mekanisme good corporate governance yang menjadi faktor – faktor penentu nilai perusahaan dalam menghindari konflik agency adalah kepemilikan institusional, komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris.

Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik agency yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham (Saifuddin, 2011). Suranta dan Machfoedz (2003) menemukan bahwa

(21)

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan Herawaty (2008) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Keberaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan guna memberikan perlindungan terhadap pemegang saham miniritas dan pihak – pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan (Mayangsari dalam Guna dan Herawaty, 2010).

Penelitian yang dilakukan Herawaty (2008) menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Debby, dkk (2014) menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kemampuan dewan komisaris untuk mengawasi merupakan fungsi yang positif dari porsi dan independensi dari dewan komisaris eksternal serta bertanggungjawab atas kualitas laporan keuangan yang disajikan. Saillangan dan Machfoedz (2006) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Sementara itu faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan selain dari mekanisme good corporate governance yaitu arus kas bebas (free cash flow), ukuran perusahaan dan leverage. Konflik agency juga dapat disebabkan karena adanya arus kas bebas. Arus kas bebas adalah hak dari pemegang saham sehingga investor ikut menuntut pembagian arus kas bebas yang ada pada perusahaan sedangkan manajemen berpandangan untuk menggunakan arus kas bebas melalui reinvestasi yang dapat menguntungkan mereka (Putri, 2013). Arus kas bebas yang tinggi menggambarkan pertumbuhan cash creation dimasa yang akan datang.

Dengan kinerja perusahaan yang tinggi akan mengindikasikan nilai perusahaan

(22)

yang tinggi. Ketika arus kas bebas yang dihasilkan perusahaan tinggi, pertumbuhan perusahaan juga tinggi maka inverstor akan memberikan respon positif. Arus kas bebas merupakan penentu dalam nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan lebih terfokus pada usaha meningkatkan arus kas bebas (Agustia, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andini dan Wirawati (2014) menunjukkan bahwa arus kas bebas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai besaran perusahaan atau skala perusahan yang ditentukan dari jumlah total aset yang dimiliki perusahaan (Saffudin, 2011). Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar peluang perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaannya. Analisa (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan menurut Siallangan dan Machfoedz (2006) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Untuk faktor terakhir yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah leverage atau hutang. Jika leverage dipergunakan secara efektif dan efisien maka dapat meningkatkan nilai perusahaan (Saffudin, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Analisa (2011) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

(23)

Salah satu yang dapat dilakukan manajemen dalam penyusunan laporan keuangan dengan melakukan manajemen laba dimana manajemen dapat mengatur tingkat laba yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan akan menggambarkan semakin sejahtera para pemegang saham. Tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham adalah tujuan yang diarahkan pada peningkatan harga saham di pasar modal. Sehingga perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba maka dengan itu akan mendorong manajemen melakukan manajemen laba.

Manajemen merupakan wakil dari pemegang saham, akan tetapi pada kenyataannya manajemen mengendalikan perusahaan secara keseluruhan. Maka bisa terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen yang mempunyai kepentingan pribadi. Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengungkapkan lebih sedikit informasi dalam laporan keuangan agar tidak mudah terdeteksi.

Gunny dalam Wardani (2013) mengelompokkan manajemen laba menjadi tiga kelompok yaitu (1) akuntansi yang curang, (2) manajemen laba akrual dan (3) manajemen laba rill. Cohen et al (2007) menemukan bahwa manajemen sudah bergeser dari manajemen laba akrual ke manajemen laba rill setelah periode Sarbanes Oxley Act (SOX). Hal ini disebabkan karena manajemen laba rill lebih sesuai dengan keputusan bisnis dan lebih sulit untuk dideteksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Taufik (2014) manajemen laba rill berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sedangkan penelitian yang dilakukan Wardani (2013) manajemen laba rill berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Dari ketidak

(24)

konsistesan beberapa hasil penelitian terdahulu diatas, maka peneliti berkeinginan untuk menguji kembali faktor – faktor tersebut.

Untuk melihat nilai perusahaan dari suatu perusahaan yang go public apakah tinggi atau rendah dapat dikaitkan dengan laba ataupun harga pasar dari saham yang dihasilkan perusahaan dalam satu periode apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Harga pasar dari saham – saham tersebut diinformasikan melalui Bursa Efek Indonesia, salah satunya Jakarta Islamic Index (JII). JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata – rata saham untuk jenis saham – saham yang memenuhi kriteria syariah. Saham – saham yang masuk dalam JII terus dievaluasi dari sisi ketaatannya terhadap prinsip – prinsip syariah. Sehingga muncul pertanyaan, apakah saham – saham yang terdaftar di JII mempunyai nilai perusahaan yang tinggi, dimana dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran atau kesejahteraan pemegang saham?.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Melalui Praktek Manajemen Laba : Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance (diproksikan : kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris), arus kas bebas, ukuran perusahaan dan leverage

(25)

(diproksikan : DAR) terhadap nilai perusahaan baik secara simultan dan parsial?

2. Apakah terdapat pengaruh manajemen laba rill terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance (diproksikan : kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris), arus kas bebas, ukuran perusahaan dan leverage (diproksikan : DAR) terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba rill sebagai variabel intervening?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance (diproksikan : kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris), arus kas bebas, ukuran perusahaan dan leverage (diproksikan : DAR) terhadap nilai perusahaan baik secara simultan dan parsial.

2. Untuk menguji dan mangalisis pengaruh manajemen laba rill terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance (diproksikan : kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris), arus kas bebas, ukuran perusahaan dan leverage (diproksikan : DAR) terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba rill sebagai variabel intervening.

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang nilai perusahaan dan manajemen laba.

2. Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor dalam berinvestasi dengan melihat sejauh mana faktor – faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan serta menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di perusahaan publik.

3. Bagi Emitem, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan keputusan dalam meningkatkan nilai perusahaan serta sebagai bahan mengevaluasi, memperbaiki dan miningkatkan kinerja manajemen dimasa yang akan datang.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan nilai perusahaan maupun praktek manajemen laba.

5. Bagi Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, tesis ini merupakan tambahan kekayaan hasil penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai rujukan dan untuk dikembangkan lebih lanjut.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang pernah dilakukan oleh Siallangan dan Machfoedz (2006) yang meneliti mekanisme good corporate governance, kualitas laba dan nilai perusahaan pada perusahaan go public sektor

(27)

manufaktur di Indonesia. Dan juga merupakan pengembangan model penelitian yang dilakukan oleh Martini, dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian,variabel independen dan variabel intervening.

Objek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Pada penelitian ini ada penambahan variabel independen yaitu arus kas bebas, ukuran perusahaan dan leverage. Penambahan variabel arus kas bebas, dengan arus kas bebas yang tinggi akan mengindikasi nilai perusahaan yang tinggi maka semakin sehat perusahaan tersebut karena perusahaan memiliki kas yang tersedian untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan deviden sedangkan penambahan variabel ukuran perusahaan dan leverage dalam melihat nilai perusahaan yang menyebabkan terjadinya manajemen laba karena ukuran perusahaan dapat mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor dalam pembentukan manajemen laba sedangkan apabila perusahaan mempunyai rasio leverage yang tinggi berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan proporsi aktivanya sehingga akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba.

Sedangkan menjadikan manajemen laba sebagai variabel intervening karena dengan laba atau keputusan yang diambil manajemen dalam informasi laporan keuangan dapat mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi untuk memakmurkan atau mensejahterakan para pemegang saham. Ikhtisar dari originalitas penelitian tercantum dalam tabel 1.1.

(28)

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Penelitian Terdahulu Penelitian Ini

Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Melalui Praktek Manajemen Laba.

Variabel Independen :

 Corporate Governance

Variabel Independen :

 Corporate Governance

 Arus kas bebas

 Ukuran Perusahaan

 Leverage

Variabel Dependen :

 Nilai Perusahaan

Variabel Dependen :

 Nilai Perusahaan Variabel Intervening :

 Kualitas Laba

Variabel Intervening :

 Manajemen Laba Rill Tempat Penelitian : Perusahaan Go

Public Sektor Manufaktur

Tempat Penelitian : Jakarta Islamic Index (JII)

Sumber : Originalitas Penelitian diolah peneliti (2015).

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Signal

Teori signal menjelaskan perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Teori signal pada dasarnya membahas adanya ketidaksamaan informasi antara pihak internal dan pihak eksternal perusahaan (Wahyuni dkk, 2013). Pihak internal perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya dibandingkan dengan pihak eksternal seperti inverstor luar. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat informasi asimetri antara perusahaan dengan pihak eksternal.

Munculnya informasi asimetri menyulitkan pihak investor dalam menilai secara objektif tentang kualitas dari perusahaan. Pernyataan yang dibuat oleh manajemen akan diragukan kebenarannya karena baik perusahaannya bagus atau tidak bagus akan sama – sama mengklaim bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik.

Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan keuangan. Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

(30)

pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang dapat menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi yang menurut pertimbangannya sangat diminati investor dan pemegang saham khususnya informasi yang merupakan good news.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan dasar yang dapat digunakan untuk memahami corporate governance dan manajemen laba. Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika pemegang saham (principal) mempekerjakan manajer (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agent timbul karena adanya kemungkinan agent tidak melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingan prinsipal sehingga menimbulkan biaya keagenan.

Teori agensi mengasumsikan bahwa agent memiliki lebih banyak informasi daripada principal karena principal tidak dapat mengamati kegiatan yang dilakukan agent secara terus – menerus dan berkala. Karena principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent, maka principal tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti bagaimana usaha agent memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Situasi inilah yang disebut asimetri informasi (Saffudin, 2011).

Teori agensi menyatakan bahwa konflik antara principal dan agent dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan. Scott (2000) menyatakan bahwa

(31)

perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimalkan utility masing – masing dengan informasi yang dimiliki. Teori agensi memiliki asumsi bahwa masing – masing individu semata – mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimalkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunitik dari agent yaitu perilaku manajemen untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Muliati (2010) menyatakan bahwa agent dan principal adalah orang – orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang baik untuk kepentingan principal. Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasi biaya keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu : (1) monitoring cost ; (2) bonding cost ; dan (3) residual cost.

(32)

2.1.3 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan berupa rasio keuangan dan perubahan harga saham. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti dengan tingginya kemakmuran pemegang saham, semakin tinggi harga saham maka nilai perusahaan akan juga tinggi. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek, salah satunya dengan harga saham perusahaan karena mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Pamungkas, 2012).

Beberapa penelitian, nilai perusahaan juga dapat diartikan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran para pemegang saham secara maksimum dengan harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi tingkat kemakmuran pemegang saham (Ludwina dan Wardhani, 2012).

Penilaian dalam perusahaan mengandung unsur – unsur proyeksi, asuransi, perkiraan dan judgement. Dengan beberapa konsep dasar penilaian yaitu : (1) nilai ditentukan untuk suatu periode tertentu; (2) nilai harus ditentukan pada harga wajar; (3) penilian tidak dipengaruhi sekelompok pembeli tertentu.

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah Tobin’s Q. James Tobin membangun suatu teori yang disebut teori tobin’s Q yang merupakan perbandingan antara nilai pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan tentang nilai hasil pengembalian setiap

(33)

dana yang diinvestasikan. Jika nilai tobin’s Q diatas satu maka investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi sedangkan jika nilai tobin’s Q dibawah satu maka investasi dalam aktiva tidak menarik investor.

2.1.4 Manajeman Laba

2.1.4.1 Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya atau perusahaannya sendiri (Saffudin, 2011). Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek, yaitu (1) intervensi menajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukkan dalam laporan keuangan seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. (2) tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai

(34)

kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

Gunny dalam Wardani (2013) mengelompokkan manajemen laba menjadi tiga, yaitu (1) akuntansi yang curang, (2) manajemen laba akrual dan (3) manajemen laba rill. Akuntansi yang curang merupakan pemilihan akuntansi yang melanggar prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Manajemen laba akrual merupakan pilihan akuntansi yang diperbolehkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum yang mencoba untuk menutupi atau mengaburkan kinerja perusahaan yang sebenarnya. Manajemen laba rill merupakan tindakan yang terjadi ketika manajemen melakukan tindakan yang menyimpang dari praktek operasi normal perusahaan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.

2.1.4.2 Manajemen Laba Rill

Manajemen laba rill merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari – hari selama periode akuntansi.

Motivasi dari manajemen laba rill adalah waktu, dimana manajemen laba rill dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi atau meningkatkan target laba, menghindari kerugian dan mencapai target ramalan analis.

Berdasarkan pengembangan penelitian empiris yang dilakukan Cohen et al (2007) dan Roychowdhurry (2006) tentang manajemen laba rill menunjukkan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba rill setelah periode Sarbanes Oxley Act (SOX). Selain itu manajemen laba rill lebih sulit dideteksi auditor dibandingkan dengan manajemen laba akrual

(35)

(Ratmono, 2010). Menurut Graham et al dalam Wardani (2013) pergeseran manajemen laba akrual menuju manajemen laba rill disebabkan beberapa faktor diantaranya : (1) manajemen laba akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Pilihan akuntansi yang dilakukan terkait dengan akrual pada perusahaan mempunyai resiko yang lebih besar terhadap pemeriksaan oleh pihak yang berwenang di pasar modal dan perusahaan akan mendapatkan sangsi apabila terbukti melakukan penyimpangan standar akuntasi yang berlaku umum dengan tujuan untuk manipulasi laba, (2) hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang beresiko.

Menurut Cohen et al (2007) dan Ratmono (2010) ada tiga metode yang dilakukan dalam manajemen laba rill yaitu :

a. Manipulasi penjualan, merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Jika manajemen melakukan aktivitas ini secara lebih ekstensif daripada aktivitas normal berdasarkan situasi ekonominya, dengan tujuan meningkatkan target laba, maka tindakan seperti ini masuk dalam kategori manajemen laba.

b. Penurunan beban – beban diskresionari (discretionary expenditures), perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian dan pengembangan, iklan, penjualan, administrasi dan umum terutama dalam pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namum dengan resiko menurunkan arus kas periode mendatang.

c. Produksi yang berlebihan (overproduction), untuk meningkatkan laba manajemen perusahaan dapat memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan cost of goods sold dan meningkatkan laba operasi.

(36)

2.1.4.3 Faktor – faktor pendorong manajemen laba

Positive accounting theory menyajikan tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba yaitu bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis (Watt dan Zimmerman,1990).

Masing – masing dari ketiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba. Bonus plan hypothesis yaitu dimana manajemen akan memilih metode akuntansi untuk memaksimalkan ultilitasnya dengan bonus yang tinggi.

Manajemen perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earning lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

Debt covenant hypothesis, manajemen yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Sedangkan political cost hypothesis dimana jika semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal ini dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan misalnya mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak penghasilan perusahaan dan lain – lain.

Scott (2000) juga mengemukakan beberapa motivasi terjadi manajemen laba diantaranya bonus purposes, political motivations, taxation motivations, pergantian CEO, initital public offering (IPO) dan pentingnya memberikan informasi kepada investor.

Selain motivasi, menurut Scott (2000) pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara : taking a bath, income minimization, income maximization, dan income smoothing. Dimana taking a bath terjadi pada saat

(37)

reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa mendatang. Income minimization dilakukan saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan pengambilan laba pada periode sebelumnya.

Income maximization, saat laba menurun tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola income maximization ini dilakukan perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.5 Mekanisme Good Corporate Governance

Mekanisme good corporate governance merupakan salah satu konsep yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan efisiensi ekonomi, yang meliputi serangkaian hubungan antara manjemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan pemangku kepentingan perusahaan lainnya. Mekanisme corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sarana – sarana dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Salah satu cara yang digunakan untuk memonitoring masalah kontrak dan membatasi perilaku oportunitik manajemen adalah corporate governance (Watts, 2003 dalam Wisnumurni, 2010).

(38)

Berkaitan dengan masalah keagenan, mekanisme corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Dimana kepemilikan institusional dapat memonitoring manajemen perusahaan karena dengan adanya kepemilikan institusional maka akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Selain itu dengan adanya komisaris independen yang memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip good corporate governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dam pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Sehingga dengan adanya dewan komisaris yang secara luas dipercaya memiliki peranan penting dalam memonitor manajemen tingkat atas. Maka dengan kata lain corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agen yang pada akhirnya dapat menurunkan tindakan manajemen laba (Wisnumurni, 2010).

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mengeluarkan asas – asas dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006, yang terdiri dari :

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang – undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

(39)

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar, untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang – undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dab mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelasanaan asas Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing – masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asa kewajaran dan kesetaraan.

Dari beberapa mekanisme good corporate governance, peneliti hanya fokus kepada beberapa indikator diantaranya kepemilikan institusional, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris.

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah porsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockholders pada akhir tahun (Wahyuni dan Pawestri dalam Pamungkas, 2012). Institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di atas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial.

Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajemen.

(40)

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitoring manajemen perusahaan karena dengan adanya kepemilikan institusional maka akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring ini tentunya akan menjamin kemakmuran pemegang saham karena pengaruh kepemilikan institusional sebagai pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

Dengan tingkat kepemilikan yang tinggi dalam suatu perusahaan akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar oleh para investor institusional sehingga akan dapat mengkontrol manajemen untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham sehingga dapat mengurangi agency cost (Saffudin, 2011).

Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata – mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance 2006).

Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan guna memberikan perlindungan terhadap pemegang saham miniritas dan pihak – pihak lain yang terkait perusahaan (Mayangsari dalam Guna dan Herawaty, 2010).

Tugas komisaris berdasarkan UUPT No. 40 Tahun 2007 pasal 108 adalah :

(41)

1. Mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perusahaan.

2. Memberikat nasihat kepada direksi dalam anggaran dasar PT dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.

Penting dan strategisnya peranan komisaris menjadikannya bertanggung jawab secara rentang dengan direksi apabila sesuatu terjadi terhadap perusahaannya.

Dikaitkan dengan prinsip dan aturan corporate governance, maka komisaris memegang peranan yang sangat penting di dalam perusahaan. Dalam kerangka corporate governance komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Fungsi akuntabilitas komisaris ini ditujukan agar perlindungan terhadap para penanam modal serta stakeholder lainnya dikelola oleh perusahaan dengan baik.

Ukuran Dewan Komisaris

Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan memiliki hasil yang beragam. Salah satu pendapat menyatakan bahwa makin banyaknya personel yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan (Sundgren dan Wells, 1998 dalam Nasution dan Setiawan, 2007). Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya agency problems (masalah keagenan) yaitu dengan makin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya,

(42)

diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing – masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan manajemen serta kesulitan dalam mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan (Yermack, 1996 dalam Nasution dan Setiawan, 2007). Dalam UUPT No.40 Tahun 2007 disebutkan bahwa dalam perusahaan harus memiliki minimal 2 orang anggota dewan komisaris.

Terkait manajemen laba, ukuran dewan komisaris dapat memberikan efek yang berkebalikan dengan efek terhadap kinerja. Sesuai dengan pernyataan Scott (2000) bahwa melakukan manajemen laba dapat dilaksanakan dengan berbagai cara salah satunya menurunkan laba (income decreasing earnings management).

Untuk itu hubungan yang terjadi antara ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba seharusnya positif, makin banyak anggota dewan komisaris maka makin banyak manajemen laba yang terjadi.

2.1.6 Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)

Arus kas bebas bagi perusahaan adalah gambaran dari arus kas yang tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi setelah dikurangi dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya. Arus kas bebas dapat menimbulkan konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham yang disebut sebagai konflik agency. Pihak manajemen akan memilih dana tersebut dapat diinvestasikan lagi ke proyek yang dapat menghasilkan keuntungan karena dapat meningkatkan insentif yang diterimanya (Jensen dalam Putri, 2013).

Arus kas ini merefleksikan tingkat pengembalian bagi penanam modal, baik itu dalam bentuk hutang atau ekuitas. Arus kas bebas dapat digunakan untuk

(43)

membayar hutang, pembelian kembali saham, pembayaran deviden atau disimpan untuk kesempatan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Jika arus kas bebas dari perusahaan bernilai positif (FCF ≥ 0) maka keuangan perusahaan dalam konsidi yang baik sedangkan jika arus kas bebas dari perusahaan bernilai negatif (FCF ≤ 0) dan perusahaan harus mengeluarkan saham untuk penambahan modal, maka akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan per saham dari perusahaan.

Arus kas bebas merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mengembalikan keuntungan bagi para pemegang saham melalui pengurangan hutang, peningkatan deviden atau pembelian saham kembali dengan itu nilai perusahaan akan juga ikut meningkat. Arus kas bebas merupakan determinan dalam penentu nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan lebih terfokus pada usaha meningkatkan arus kas bebas.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan. Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam kapitalitasi pasar. Semakin besar kapitalisasi pasar, maka semakain dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007 dalam Saffudin, 2011). Selain dari kapitalisasi pasar, ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.

Jika perusahaan memiliki total asset yang besar maka pihak perusahaan dalam hal ini manajemen akan leluasa dalam mempergunakan asset yang ada. Ukuran

(44)

perusahaan juga akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hai ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan dana yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan laba dan juga pertumbuhan tingkat pengendalian saham (Dewi, 2010 dalam Saffudin, 2011).

Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan semakin banyak dan memperkecil kemungkinan terjadinya asimetri informasi yang bisa menyebabkan terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara yaitu : (1) log total aktiva (Marihot dan Setiawan, 2007), (2) log total penjualan (Nuryaman, 2008), (3) kapitalisasi pasar (Halim dkk, 2005 dan Saffudin, 2011).

Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini berdasarkan kepada log total aktiva perusahaan.

2.1.8 Leverage

Salah satu faktor penting dalam sumber pendanaan adalah leverage (hutang). Leverage adalah sumber dana yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai asetnya diluar sumber dana modal. Menurut Sam’ani (2008) dalam Saffudin (2011) Leverage dibagi menjadi dua yaitu :

1. Leverage operasi adalah suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan.

2. Leverage keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan equity yang dimilikinya.

(45)

Hutang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar hutangnya. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan hutang bisa berpengaruh positif atau negatif terhadap nilai perusahaan. Pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari pengguna hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan biasanya menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai perusahaan.

Bagi perusahaan, hutang mempunyai dua keuntungan. Pertama, pemegang hutang (debtholder) mendapat pengambilan yang tetap. Kedua, bunga yang dibayarkan dapat mengurangi beban pajak sehingga menurunkan efektif dari hutang. Kelemahan hutang yaitu bila semakin tinggi rasio hutang (debt ratio) maka semakin tinggi pula resiko perusahaan sehingga suku bunga tinggi. Apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga maka pemegang saham harus menutupi kekurangan tersebut, dan jika perusahaan tidak sanggup maka perusahaan akan bangkrut.

2.1.9 Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index (JII) adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata – rata saham untuk jenis saham – saham yang memenuhi kriteria syariah. JII terdiri dari 30 saham syariah yang paling likuid yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

(46)

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia.

Dalam melakukan investasi di pasar modal harus memperhatikan kesesuaian suatu produk investasi atau surat berharga dengan prinsip – prinsip syariah ajaran Islam. Dewan Syariah Nasional (DSN) suatu lembaga di bawah MUI melalui Fatwa DSN No: 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober 2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal (Nurhayati dan Wasilah, 2013). Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional, ada empat syarat yang harus dipenuhi agar saham – saham tersebut dapat masuk ke JII :

1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan dan memperdagangkan makanan atau minuman yang haram.

4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

Pengkajian ulang yang dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan

(47)

perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks.

Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain.

Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup liquid. Sebagian saham – saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan regular yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Analisa (2011) berjudul pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI. Variabel dalam penelitian ini ukuran perusahaan (X1), leverage (X2), profitabilitas (X3) dan kebijakan deviden (X4). Indikator yang digunakan oleh masing – masing variabel adalah Ukuran perusahaan menggunakan log of total asset, leverage menggunakan rasio leverage sedangkan profitabilitas menggunakan ROE, kebijakan deviden menggunakan DPR dan nilai perusahaan menggunakan PBV. Analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan kebijakan deviden berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

(48)

Darwis (2012) berjudul pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai pemoderasi. Variabel dalam penelitian ini manajemen laba (X1), nilai perusahaan (Y) dan variabel pemoderasi corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial (X2) dan kepemilikan institusional (X3). Dalam penelitian indikator variabel yang digunakan adalah Manajemen laba dengan akrual modal kerja / penjualan periode, nilai perusahaan menggunakn PBV sedangkan untuk variabel pemoderasi corporate governance diproksi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Analisi dalam penelitian ini adalah analisis regresi, dalam penelitian ini dihasilkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan variabel pemoderasi corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan antara manajemen laba dan nilai perusahaan dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan antara manajemen laba dan nilai perusahaan.

Debby, dkk (2014) berjudul good corporate governance, company’s characteristics and firm’s value : empirical study of listed banking on Indonesian stock exchange. Variabel dalam penelitian ini good corporate governance yang terdiri dari manajerial ownership (X1), audit committee (X2), independent commissioner (X3), firm size (X4), return on equity (X5) dan firm’s value (Y).

Indikator yang digunakan oleh masing – masing variabel adalah Manajerial ownership dengan perbandingan jumlah anggota dewan direksi dengan dewan komisaris, audit committe yaitu variabel dummy, bila perusahaan memiliki komite audit 1 dan sebaliknya, independent commissioner dengan jumlah anggota komisaris independen, firm size menggunakan log total asset, profitabilitas

(49)

menggunakan ROE dan firm’s value menggunakan Tobin’s Q. Analisis dalam penelitian ini analisis linier berganda dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa variabel manajerial ownership, audit comittee dan independent commissioner berpengaruh secara negatif terhadap firm’s value sedangkan firm size dan return on equity berpengaruh secara positif terhadap firm’s value.

Fuzuli, dkk (2013) berjudul the influence of good corporate governance and earnings management on firm value. Variabel dalam penelitian ini institutional ownership (X1), board of commissioner (X2), earnings management (X3) dan firm value (Y). Dalam penelitian ini indikator variabel yang digunaka adalah Manajerial ownership menggunakan perbandingan jumlah anggota dewan direksi dengan dewan komisaris, Institutional ownership menggunakan perbandingan jumlah saham instusi dengan jumlah saham beredar dipasar, board of commissioner menggunakn jumlah anggota dewan komisaris, earnings management dengan total akrual dan firm value dengan PBV. Analisis dalam penelitian ini analisis linier berganda dan hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa institutional ownership berpengaruh negatif terhadap firm value sedangkan board of commissioner dan earnings management dinyatakan tidak berpengaruh terhadap firm value.

Gill dan Obradovich (2013) berjudul the impact of corporate governance and financial leverage on the value of American firm’s. Variabel dalam penelitian ini CEO duality (X1), audit committee (X2), financial leverage (X3), firm size (X4), return on asset (X5), insider holdings (X6) dan firm’s value (Y). Indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CEO duality merupakan variabel dummy, yang berkedudukan CEO bernilai 1 dan sebaliknya, audit

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan menggunakan path analysis hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pengetahuan produk, kualitas produk, dan religiusitas berpengaruh positif dan tidak

Implementasi dari adanya teknologi-teknologi baru yang bermunculan, yaitu dengan membuat sebuah website Sistem Informasi Penjadwalan Meeting menggunakan SMS Gateway Berbasis Web,

Irawan Soehrtono, Metode Peneltian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.. dilakukan

pembelajaran yang telah diajarkan akan mempengaruhi hasil siswa, maka. disini guru harus lebih kreatif lagi dalam penyampaian materi

diperkirakan bukan pohon yang dapat tahan pada lingkungan roof garden, hal ini ditinjau dari bentuk trikoma yang kurang mendukung pohon untuk hidup di lingkungan roof garden

Lampiran Surat Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.. Nomor: In.01/DT/KP.07.6/6564/2013 tanggal 23 September 2013 tentang Pemberitahuan Jadawal

Hasil pendugaan fungsi permintaan daging sapi dalam sistem persamaan simultan dengan prosedur autoreg menunjukkan bahwa parameter-parameter dalam fenomena ekonomi seperti harga

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam peningkatan kemampuan