BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa latin “ Methodos” yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Sudjana (2002: 260)” Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan Metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar”.
Sejalan dengan pendapat Sudjana, menurut Moedjiono dan Dimyati (1992:45)” Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu cara untuk mencapai suatu tujuan”. Sejalan pendapat Sudjana, Slameto (2003:15), Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980), Metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengeahuan), cara kerja Konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan menyajikan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran Aktif (Actife Learning)
Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar atau mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana. Beberapa kutipan definisi ini menawarkan beberapa gambaran apa yang dipikirkan orang mengenai belajar aktif.
menjadi pendengar pasif terhadap apa yang disampaikan guru. Sejalan dengan pendapat wardani (2010:8) di atas, menurut Glasgow dalam Permatasari (2011:16), memberikan pengertiannya tentang Pembelajaran aktif yaitu bahwa:
“Pembelajaran Aktif berusaha sungguh-sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang mereka akan ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukannya. Peran mereka berkembang lebih jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar”.
Pembelajaran aktif (Active Learning), dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif (Actife Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Pembelajaran Aktif (Active Learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Memberikan strategi dengan pembelajaran aktif (Active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran Konvensional.
Pembelajaran secara pasif, siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar secara aktif, siswa mencari sesuatu. Siswa ingin menjawab pertanyaan, memperlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu pekerjaan.
Metode pembelajaran aktif (Actife Learning) didalam proses belajar mengajar yaitu setiap Materi Pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Zaini (2010:15) berpendapat bahwa Pembelajaran Aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Kegiatan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Menurut Silberman dalam Komarudin Hidayat (2002:3), menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan, menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencoba ketrampilan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Aktif
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PEMBELAJARAN AKTIF Berpusat pada guru. Berpusat pada anak didik Penekanan pada menerima pengetahuan Penekanan pada menemukan
Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan Kurang memberdayakan semua Membemberdayakan semua Menggunakan metode pembelajaran yang
monoton Menggunakan banyak metode pembelajaran yang variatif Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada. Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) dalam Kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat Ahli, dapat diartikan bahwa Metode Pembelajaran Aktif adalah suatu metode pembelajaran yang memberi ruang gerak kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa akan melakukan eksplorasi dan tindakan kreatif dan anak mengalaminya sendiri seperti: menemukan, melihat, mencoba, bertanya, dan memecahkan masalah sendiri.
2.1.3 Pengertian Tipe Quiz Team
Hidayat (2002: 163), Tipe Quiz Team ini dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
Pembelajaran dengan Tipe Quiz Team ini, diawali dengan guru menerangkan materi setelah selesai menerangkan materi lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis.
Adanya pertandingan akademis ini maka akan tercipta kompetisi antar kelompok, siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan semangat yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Salah satu cara untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada Mata Pelajaran IPA yaitu dengan penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team.
Dalvi (2006:53), menyatakan bahwa “Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab”. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team ini diawali dengan menerangkan materi pelajaran, lalu siswa dibagi kedalam kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut. Setelah selesai materinya maka diadakan suatu pertandingan akademis, sehingga siswa semangat untuk belajar. Apabila dalam proses pembelajaran menggunakan Metode pembelajaran yang tepat maka proses belajar yang dilaksanakan dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team yang dikemukakan oleh Dalvi (2006:68) bahwa: “Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar”.
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam memahami materi dan menjawab soal. Dalam Tipe Quiz Team ini, diawali dengan guru menerangkan materi, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami Mata Pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis ini maka akan tercipta kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan semangat yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan dan hasil belajar siswa akan meningkat. 2.1.4 Prosedur Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team
Silberman dalam Komarudin Hidayat (2002: 163) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan Tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang dapat disajikan dalam tiga segmen.
2. Bagilah peserta didik menjadi tiga tim, yaitu tim A, B, dan C.
3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah untuk menjelaskan topik materi yang
akan digunakan untuk pertandingan akademis. Batasi dalam menjelaskan materi sampai 10 menit atau kurang.
4. Minta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak
memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5. Tim A menguji anggota Tim B. Jika Tim B tidak bisa menjawab, Tim C diberi
kesempatan untuk menjawabnya.
6. Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota Tim C. Jika
Tim C tidak bisa menjawab, Tim B diberi kesempatan untuk menjawabnya. Dan ulangi prosesnya.
7. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah
tim B sebagai pemandu kuis.
8. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari
2.1.5 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2000:5) hasil belajar merupakan penguasaan (bahan pengajaran) yang ditimbulkan oleh pemahaman atau pengertian. Belajar akan meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap yang sesuai dengan tujuan belajar dan bertambahnya ketrampilan individu. Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan pengetahuan, pemahaman, kecakapan serta perubahan aspek-aspek pada individu yang belajar. Hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku setelah anak melalui proses belajar Winkel (2004). Hasil belajar menurut pandangan Hamalik (2009) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan kecakapan aktual (actual Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu untuk mencapai prestasi.
Menurut Darsono (2000:110) hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/ psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Pendapat dari Darsono tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah siswa memperoleh pengalaman belajar.
Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.6 Pengukuran Peningkatan Hasil Belajar
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam menurut Sudjana (2000:22) yaitu: (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan suatu evaluasi setelah selesai mengajarkan satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tugas-tugas.
Anas (2011:12), pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Dengan kata lain Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Contoh dari 100 butir soal yang diajukan dalam tes, Dedy menjawab dengan betul 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Teknik mengukur hasil belajar ada dua yaitu: Teknik Nontes; Instrumen
kemudian dilakukan penilaian. Lembar observasi; Lembar observasi ini ditujukan kepada guru dan siswa, untuk menilai kegiatan belajar mengajar, apakah sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Teknik Wawancara; Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud untuk menilai.
Teknik Tes adalah suatu cara atau sarana untuk mengukur hasil belajar. Teknik tes menyangkut data-data kuantitatif, berupa angka atau skor yang melambangkan tingkat kemampuan siswa yang dites.
Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif/ujian blok, tes sumatif/ujian semester, tugas individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan di luar jam pembelajaran. Pertanyaan lisan di kelas dan ulangan harian dapat berwujud pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran, baik yang ditujukan kepada individu maupun kelompok, atau ulangan/latihan setelah berakhirnya suatu materi pembelajaran tertentu dalam waktu yang relatif pendek.
Bentuk tes atau soal dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) tes objektif, (2) tes non objektif (esai), dan (3) tes perbuatan. Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban Siswa diperiksa oleh siapa pun dan kapan pun akan menghasilkan skor yang kurang lebih sama karena tes objektif hanya memiliki satu alternatif jawaban yang betul. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang adalah tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian (completion), dan penjodohan (matching).
pembelajaran dan teknik nontes berupa lembar observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa.
2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri (2002:141) faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ada empat yaitu:
1) Faktor lingkungan
meliputi : faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya.
2) Faktor Instrumental
meliputi : kurikulum, program, sarana, fasilitas dan Guru.
3) Faktor kondisi psikologis
Meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.
4) Kondisi fisiologis
meliputi : keadaan jasmani dari siswa (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik.
Menurut Slameto (2003:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu :
1) Faktor Intern
Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktifitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
2) Faktor Ekstern
guru, dan materi pembelajaran yang mencakup strategi, pendekatan, metode, teknik pembelajaran.
2.1.8 Pengertian IPA
Menurut Srini.M.Iskandar (1997:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai natural science atau disebut science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Webster dalam Srini.M.Iskandar ( 1997:2), IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan menurut Purnell dalam Srini.M.Iskandar (1997:2), mengartikan IPA adalah pengetahuan manusia yang luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen secara sistematis, serta dijelaskan dengan batuan-bantuan, hukum-hukum, prinsip-prisip, teori-teori, dan hipotesa. Siswa dituntut aktif dalam segala aktifitas belajar mengajar dalam mata pelajaran IPA. Menurut Suyoso (1998), IPA berasal dari kata Sain yang berarti alam. Sain merupakan ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh secara teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara universal. Berdasarkan beberapa pendapat Ahli tentang pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa untuk mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.9 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya
2.1.10 Tujuan Mata Pelajaran IPA
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar Siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
2.2 Kajian-Kajian Penelitian Yang Relevan
Eva Nurhayati (2007), dalam penelitiannya “Pengaruh Penggunaan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 3 Jepara Tahun 2006/2007”. Dari hasil analisis data awal kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang relatif sama, tidak ada perbedaan kemampuan awal dari kedua kelompok. Untuk minat belajar kedua kelompok mempunyai varian yang sama. Hasil uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen (83.18) hasil belajarnya lebih dari 70% atau telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan untuk kelompok kontrol hasil belajar (79.60) telah mencapai ketuntasan belajar. Minat belajar siswa setelah pembelajaran antara Kelas eksperimen dan Kelas kontrol terdapat perbedaan, minat belajar kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.
pada siswa yang mempunyai aktivitas lebih tinggi memiliki prestasi yang lebih baik.
Ayu Permatasari (2011), dalam penelitiaannya berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Kesimpulan dari penelitian ini dapat terlihat hasil F hitung levene test sebesar 1,749 dengan probabilitas 0,191 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogeny. Dengan demikian analisis uji beda t-tes harus menggunakan asumsi egual varience assumed. Nilai t adalah 8,102 dengan probabilitas signifikasi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dengan pembelajaran Konvensional. Perbedaan rata-ratanya berkisar antara 17,43560 sampai 28.87690 dengan perbedaan rata-rata 23,15625. Hal ini berarti Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team berpengaruh terhadap hasil belajar di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
2.3 Kerangka Berfikir
Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari diri (faktor internal) maupun dari luar (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sangat penting dalam artian untuk membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Sudjana (2000: 15), salah satu upaya pembaharuan dibidang pendidikan adalah pembaharuan strategi atau meningkatkan relevansi Metode mengajar. Strategi mengajar dianggap relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Strategi mengajar merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi pelajaran dengan memusatkan perhatian pada situasi belajar untuk mencapai tujuan. Strategi mengajar yang baik adalah strategi yang menuntut keaktifan siswa dalam berfikir dan bertindak secara berdikari dan kreatif dalam mengembangkan materi yang sudah dikuasai.
Penelitian ini akan mengulas salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu Metode pembelajaran. Akan diteliti ada tidaknya pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Tipe Quiz Team merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Tipe Quiz Team ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan.
Menurut Mel Silberman dalam Komarudin Hidayat (1996:3), menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka mengunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.
cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk berlatih dalam pertandingan akademis untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team, siswa sepenuhnya terlibat, antara lain untuk menyusun pertanyaan, menyusun jawaban soal yang akan digunakan bahan pertanyaan untuk tim lain.
2.1 Gambar Kerangka Berfikir 2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ho : tidak ada pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar IPA.
Ha : ada pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar IPA.
Metode (X)