• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan, kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk memperolehnya, kapasitas untuk memberikan alasan dan berpikir abstrak, dan kemampuan untuk menghasilkan pikiran-pikiran produktif dan original yang keluar dari diri peserta didik (Yaumi,2013:9).

Anak yang tergolong luar biasa atau memiliki kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/ kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi yang tuli, buta, mempunyai gangguan berbicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus atau luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3).

Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut Hallahan (dalam Mangunsong 2009:3) adalah yang memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan terkait, jika menyadari akan berpotensi penuh kemanusian pendidikan khusus diperlukan karena tampak berbeda dari peserta didik pada umumnya dalam satu atau lebih hal berikut: mungkin memiliki

(2)

keterbelakangan mental, ketidak mampuan belajar, gangguan emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan berkomunikasi, autisme, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan.

Kekhususan yang relevan dari perbedaan cara belajar, membutuhkan instruksi yang berbeda dari yang umum (biasanya) diperlukan peserta didik.

Kekhususan dapat mencangkup bidang sensori, fisik, kognitif, emosi, atau kemampuan komunikasi atau kombinasinya. Kekhususan bisa sangat berbeda dalam penyebab, tingkat keparahan, dampak bagi kemajuan pendidikan, dan dampak yang berbeda inipun bisa bergantung dari usia seseorang, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya.

Peserta didik yang memiliki keterbatasan khusus ditempatkan di sekolah untuk mengikuti pendidikan seperti peserta didik yang normal untuk melakukan proses pembelajaran di kelas adapun pengertian pembelajaran merupakan suatu aktivitas untuk mentransformasikan bahan pelajaran kepada subyek belajar yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan serta sikap peserta didik sebagai tujuan utama dalam proses mentransformasikan bahan pelajaran sebagai bagian dari perubahan dalam diri peserta didik (Abdussalam, 2012:19).

Semua peserta didik yang memiliki keterbatasan khusus harus mengikuti pendidikan dengan peserta didik normal dengan penuh (tidak ada pemisahan atau perpindahan kelas sewaktu-waktu). Istilah inklusi sebenarnya mengambarkan suatu filosofi pendidikan sosial, dimana ada kepercayaan bahwa semua orang (apupun perbedaan yang memiliki) adalah bagian yang

(3)

berharga dalam kebersamaan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pendidikan, ini dapat diartikan bahwa semua peserta didik, terlepas dari kemampuan maupun ketidak mampuan, latar belakang budaya atau bahasa, sosial, ekonomi, agama atau jender, menyatu dalam komunitas sekolah yang sama.

Kecerdasan visual spasial atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang didefinisikan sebagai kemampuan mempresepsi dunia visual spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi visual spasial tersebut dalam berbagai bentuk (Yaumi, 2013:15).

Kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik berkebutuhan khusus dapat dimaksimalkan dengan penggalian kreativitas yang terpendam dalam dirinya. Penggalian kreativitas akan muncul bila seorang guru dapat membantu pembelajarannya dengan pendekatan, metode, dan media yang khusus. Dengan perlakuan yang serba khusus dan istimewa, bakat dan potensi diri peserta didik berkebutuhan khusus bisa terwadahi dan tergali secara sempurna. Pada tahapan-tahapan berikutnya, bakat dan minatnya dapat dioptimalkan dengan maksimal.

Kreativitas dapat diartikan sebagai hasil interaksi antara sikap, proses, dan lingkungan di mana seseorang atau sekelompok yang menghasilkan suatu karya. Karya yang dihasilkan dinilai baru dan berguna dalam konteks sosial, kemampuan, dan produk. Dengan demikian kreativitas merupakan aktivitas berpikir yang menghasilkan cara baru dalam memandang suatu masalah dan

(4)

menghasilkan sebuah karya yang memiliki sifat baru, berdaya guna tinggi, dan dapat dipahami berdasarkan pendapat Aziz, (2010:17).

Interaksi antara sikap, proses dan lingkungan karya yang dinilai baru dan berguna dalam konteks sosial. Seorang pribadi kreatif mampu untuk memberikan suatu pemikiran baru atas permasalahan-permasalahan yang hadapi baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain dalam lingkungan kehidupannya sehari-hari definisi kreativitas menurut Rahmat, (2010: 21).

Berdasarkan proses pembelajaran, kreativitas peserta didik berkebutuhan khusus bisa digali, dikembangkan, dan dievaluasi sebagaimana peserta didik pada umumnya. Secara khusus di bidang seni, kreativitas dan potensi kecerdasan peserta didik berkebutuhan khusus menurut Abdussalam (2005:34-36) mempunyai beberapa tingkatan dan level yang bisa dikembangkan oleh seorang guru.

Penggalian kreativitas tersebut akan bisa maksimal bila dibantu dengan teknik dan metode yang mempermudah peserta didik berkebutuhan khusus dalam menggali potensi dirinya. Baik penggalian yang diproses dengan hasil pembelajaran atau bersifat alamiah. Untuk anak berkebutuhan khusus yang seharusnya digali dan dikembangkan adalah aspek kreativitasnnya di bidang seni, bukan aspek kognitif matematik dan linguistiknya sebagaimana yang banyak dilakukan lembaga pendidikan selama ini.

Jika penggalian dan pengembangan potensi kecerdasan peserta didik berkebutuhan khusus lebih ditekankan pada apsek kognitif, maka aspek

(5)

kreativitasnya menjadi kurang berkembang dan cenderung menghilang.

Adanya strategi dan metode program pembelajaran yang integratif dapat membantu peserta didik berkebutuhan khusus dalam mengembangkan aspek kreativitasnya. Mind mapping merupakan salah satu teknik untuk menggali, mengolah, dan mengembangkan pembelajaran atau pengetahuan yang sudah ada dalam diri ABK (Swardana, 2013:2).

Secara fungsional mind mapping merupakan salah satu teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan sarana prasarana grafis lainnya untuk membentuk sebuah kesan. Mind mapping merupakan teknik grafis yang kuat dalam memberikan kunci universal untuk membuka potensi otak. Mapping tidak hanya digunakan pada pembelajaran visual saja, melainkan juga dengan bersamaan antara visual, audio, dan kinestetik.

Teknik mind mapping ini menggunakan keterampilan kortikal-kata, gambar, nomor, logika, ritme, warna, dan ruang kesadaran. Selain itu juga bagaimana cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna tinggi. Karena teknik ini dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran peserta didik dalam menyalurkan potensi dirinya sebagai hasil dari pembelajaran. Dengan demikian, ABK akan tertantang untuk kreatif secara mandiri.

Berdasarkan dalam pembelajaran kelas inklusi mind mapping dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi kreativitasnya yang belum bisa digali dengan cara konvensional. Lebih dari itu, dengan mind

(6)

mapping potensi kecerdasan visual spasial peserta didik berkebutuhan khusus yang selama ini terpendam bisa digali lebih mendalam dan komperhensif melalui tahapan-tahapan mind mapping.

SDN Junrejo 1 Batu merupakan sekolah yang sudah menerapkan pendidikan inklusi yang mewadahi peserta didik berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan peserta didik normal lainnya. Berdasarkan pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah tersebut jumlah di setiap kelas terdapat 9 peserta didik berkebutuhan khusus dengan berbagai macam jenis ketunaan yang dihadapi oleh satu guru pembimbing khusus. Adapun demikian secara teknisnya dalam memberikan pembelajaran lebih cenderung disamakan, yang mana lebih mengarah pada aspek perkembangan kognitif matematik dan linguistik. Sehingga potensi kecerdasan visual spasial menjadi terlupakan untuk diasah.

Adapun permasalahan yang muncul ketika peneliti melakukan obsevasi pada sekolah tersebut adalah sebagai berikut. Pelaksanaan pembelajaran yang selalu bertumpu pada pengembangan kemampuan kognitif matematik dan linguistik. Artinya peserta didik berkebutuhan khusus diberi bekal untuk menguasai sejumlah materi pelajaran. Kurang adanya fasilitas Peserta didik berkebutuhan khusus belum memiliki sarana khusus untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial serta di luar aspek kognitif yang diajarkan oleh guru.

Pembelajaran dengan menggunakan simbol-simbol atau gambar- gambar yang dilakukan oleh seorang guru secara berulang-ulang akan mempengaruhi konsentrasi dan minat belajar peserta didik berkebutuhan

(7)

khusus. Lebih dari itu penggunaan simbol dan gambar tersebut dapat mengoptimalkan pengembangan kreativitasnya di bidang seni.

Guru anak berkebutuhan khusus di SDN Junrejo 1 Batu membuat alternatif dalam pembelajaran kelas inklusi. Yaitu menggunakan mind mapping untuk anak berkebutuhan khusus. Sehingga pembelajaran dengan pendekatan bimbingan individual dapat menggali potensi kecerdasan ABK secara mendalam dan komprehensif. Mind mapping merupakan strategi edukatif untuk mengetahui kecerdasan peserta didik berkebutuhan khusus yang terpendam.

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di sekolah SDN Junrejo 1 Batu dengan mengamati potensi kecerdasan visual spasial peserta didik berkebutuhan khusus dengan teknik pembelajaran mind mapping. Teknik ini digunakan untuk mengoptimalkan potensi kreativitas peserta didik berkebutuhan khusus dalam kelas inklusi dengan menyatukan berbagai jenis ketunaan. Penyatuan berbagai jenis ketunaan dalam pembelajaraan dengan teknik mind mapping dalam research ini dirangkum dengan Judul “Analisis Potensi Kecerdasan Visual Spasial Anak Berkebutuhan Khusus Menggunakan Mind Mapping Pada Setting Kelas Inklusi Di SDN Junrejo 1 Batu”.

(8)

B. Rumusan Masalah

Dalam research ini peneliti mengajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus dalam setting pembelajaran inklusi?

2. Bagaimana tahapan potensi kecerdasan visual spasial anak berkebutuhan khusus menggunakan teknik mind mapping pada setting pembelajaran inklusi di SDN Junrejo 1 Batu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan dalam penelitian ini:

1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus dalam setting pembelajaran inklusi

2. Untuk mengetahui tahapan potensi kecerdasan visual spasial anak berkebutuhan khusus menggunakan teknik mind mapping pada setting pembelajaran inklusi di SDN Junrejo 1 Batu

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini yang secara garis besarnya terbagi dalam dua macam, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara rinci kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat akademik yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri peseta didik

(9)

berkebutuhan khusus dengan teknik mind mapping. Harapan idealnya adalah dengan teknik ini potensi kreativitas di bidang seni peserta didik berkebutuhan khusus pada setting pembelajaran inklusi bisa berkembangan secara maksimal dan optimal. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian ulang dan referensi untuk peneliti di kemudian hari.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberi pengetahuan tentang perkembangan potensi peserta didik berkebutuhan khusus dalam pembelajaran dengan teknik mind mapping. Dan untuk memberi pengetahuan tentang efektifitasnya teknik mind mapping dalam memaksimalkan penggalian dan pengembangan potensi peserta didik di bidang seni.

Selebihnya, diharapkan bagi praktisi pendidikan Sekolah Dasar secara umum, dan khususnya SDN Junrejo 1 Batu agar menjadikan teknik mind mapping sebagai alternative aplikatif dalam pembelajaran kelas inklusi untuk menggali dan mengembangkan potensi ABK.

Manfaat research ini bagi peneliti sendiri untuk menambah wawasan, kompetensi, dan kemampuan pedagogis dalam mengembangkan potensi kreativitas di bidang seni peserta didik berkebutuhan khusus dengan teknik mind mapping, khususnya peserta didik inklusi di SDN Junrejo 1 Batu.

Dengan pengalaman research ini peneliti akan lebih siap menghadapi persoalan pengembangan kreativitas seni peserta didik ABK. Selebihnya peneliti berharap bisa terinspirasi untuk membuat teknik lain dalam rangka menggali dan mengembangkan potensi diri ABK dalam setting pembelajaran inklusi.

(10)

E. Penegasan Istilah

Ada beberapa istilah yang perlu dan penting untuk peneliti jelaskan dalam reseach ini. Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa istilah yang digunakan sebagaimana berikut:

1. Analisis

Istilah analisis dalam penelitian adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilih sesuatu untuk digolongkan, dan dikelompokkan kembali menurut kreteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya (Pribadi, 2011:121).

Dalam penelitian ini, analisis dimaksudkan sebagai kegiatan menguraikan hasil pengamatan potensi kecerdasan peserta didik berkebutuhan khusus menggunakan mind mapping.

2. Kecerdasan Visual Spasial

Kecerdasan visual spasial atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang didefinisikan sebagai kemampuan mempresepsi dunia visual spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi visual spasial tersebut dalam berbagai bentuk (Yaumi, 2013:15).

3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi, khususnya yang terkati dengan fungsi kemanusiaannya. Peserta didik secara fisik, psilokologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan-kebutuhan pengembangan potensinya secara maksimal (Mangunsong, 2009:3).

(11)

4. Pendidikan Inklusi

Yang dimaksud inklusi adalah suatu tempat penyatuan bagi anak-anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah. Atau yang dimaksud inklusi adalah usaha-usaha menyatukan anak- anak yang memiliki hambatan-hambatan dengan cara-cara yang realitis dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh (Smith, 2005:45).

5. Mind Mapping

Mind mapping merupakan sebagai sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan cara kerja alami otak (asosiatif dan imajinatif) sehingga mampu memaksimalkan kapasitas dan potensi otak peserta didik (Lucy,2012:178).

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan dengan kondisi rasio utang terhadap total aset yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian laporan keuangan, karena waktu yang ada digunakan untuk menekan

Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak dibagikan kepad anggoya; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang

Penerapan kompensasi pada guru yang bercirikan: kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung, kompensasi bukan uang, penyelesaian pekerjaan, pencapaian prestasi,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap konektivitas di PT Ricky Putra Globalindo Tbk, mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap

Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan

atau Penerbitan Informasi Waktu dan Tempat Pembuatan Informasi Dinas Pendidikan, 05/10/2015 Dinas Pendidikan, 13/09/2015 Dinas Pendidikan, 08/10/2015 Dinas Pendidikan,

Adapun bagaimana metode istinbāṭ Lajnah Baḥthul Masā‟il dalam menetapkan hukum, tentu tidak terlepas daripada fatwa-fatwa atau pendapat ( qawl) ulama-ulama al- Shāfi‟īyyah ,

Daerah-daerah yang lokasinya jauh dengan ibu kota RI sangat kesulitan berkomunikasi, sehingga pemerintah pusat yang berkedudukan di Yogyakarta memberikan