A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak dengan memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan. Seperti yang dikemukakan oleh Eisenberg yang menyatakan bahwa “Court and Administrative Proceedings, the most familiar process to lawyer, features a third party with power to imposed a solution upon the disputants. It usually produces a win/lose result”.
Dalam mengambil keputusan bagi para pihak, litigasi sekurang- kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin ketentraman sosial sebagai suatu ketentuan umum. Sebagai suatu proses gugatan, litigasi sangat baik sekali untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan masalah-masalah dalam posisi pihak lawan. Litigasi juga memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar keterangannya sebelum diambil keputusan.
Proses Acara Litigasi
Mediasi Gagal Panggilan
Pihak Penetapan
Hari Sidang Penetapan
Majelis Pendaftaran
Gugatan
Pemeriksaan Tertulis
Putusan Sidang
Musyawarah Kesimpulan
Pembuktian
Mediasi Berhasil
Selain menjamin perlakuan yang adil kepada para pihak, kesempatan untuk didengar, menyelesaikan sengketa dan menjaga ketertiban umum, litigasi juga memiliki kebaikan dan keuntungan dalam membawa nilai-nilai masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa. Namun litigasi memiliki banyak kekurangan, litigasi memaksa para pihak berada pada posisi yang ekstrem dan memerlukan pembelaan atas setiap maksud yang dapat mempengaruhi keputusan, litigasi benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, apakah persoalan materi atau prosedur untuk persamaan kepentingan dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan terhadap fakta yang ada.
Litigasi juga tidak cocok untuk sengketa yang bersifat
Polisentris, yaitu sengketa yang melibatkan banyak pihak, banyak
persoalan dan beberapa kemungkinan alternatif penyelesaian. Proses-
proses litigasi mensyaratkan pembatasan sengketa dan persoalan-
persoalan sehingga para hakim atau para pengambil keputusan lainnya
dapat lebih siap membuat keputusan.
Kritik yang muncul terhadap lembaga peradilan dalam menyelesaikan persengketaan adalah
Penyelesaian sengketa lambat
Dengan proses pemeriksaan yang formalistis dan sangat teknis mengakibatkan banyak perkara yang mengantri untuk mendapatkan putusan
Biaya perkara mahal
Dengan semakin lamanya proses penyelesaian perkara maka semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan baik biaya resmi maupun upah pengacara
Peradilan tidak tanggap
Pengadilan sering berlaku tidak adil karena hanya memberikan perlayanan dan kesempatan serta keleluasaan kepada lembaga besar dan orang kaya
Putusan pengadilan tak menyelesaikan masalah
Putusan pengadilan tidak akan memberi penyelesaian yang memuaskan kepada para pihak, karena putusannya bersifat win-lose.
Kemampuan para hakim generalis
Para hakim dianggap hanya memliki pengetahuan yang terbatas hanya di bidang hukum saja, selain tiu hanya pengetahuan yang bersifat umum saja.
B. PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI APS
1. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, dapat lembut dan bernuansa, sebagaimana manusia itu sendiri. Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa paling sederhana dan murah. Walaupun demikian, sering juga pihak-pihak yang bersengketa mengalami kegagalan dalam negosiasi karena tidak menguasai teknik bernegosiasi yang baik.
Terkadang negosiasi disebut juga dengan fasilitasi (facilitation).
Lazimnya negosiasi diklasifikasikan dalam bentuk “dispute negotiation”
(negosiasi penyelesaian sengketa) dan “transactional negotiation” (negosiasi transaksional). Dalam negosiasi sengketa, para pihak yang bersengketa terhadap suatu peristiwa yang telah terjadi misalnya melanggar kontrak (wanprestasi) diselesaikan oleh para pihak itu sendiri, biasanya menggunakan negosiator. Dalam negosiasi transaksional melibatkan perencanaan para pihak untuk peristiwa-peristiwa yang akan mendatang, seperti lisensi, hak cipta dan sebagainya.
a) Tahapan Perencanaan
Tahap awal dari negosiasi ini merupakan tahapan terpenting dari keseluruhan tahapan negosiasi. Pada tahapan ini diatur mengenai tujuan dan batasan-batasan dalam negosiasi. Pada tahap ini juga harus diketahui tipe pihak yang akan menjadi lawan negosiasi :
Mengenal lawan negosiasi
Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan negosiasi.
Mempersiapkan agenda negosiasi dan logistik
Mempersiapkan tim dan strategi
Menentukan BATNA (Best Alternative to Negotiated Agreement) atau aturan dasar.
b) Tahap orientasi dan mengatur posisi :
Tahapan dimana negosiasi dimulai dengan tujuan saling mengenal antara pihak yang satu dengan pihak lawan secara langsung.
Saling bertukar informasi
Saling menjelaskan permasalahan dan kebutuhan
Mengajukan penawaran kesepakatan awal
c) Tahap pemberian konsesi atau tawar-menawar
Pada tahapan ini kedua belah pihak akan mengajukan tawaran solusi atas konflik yang terjadi. Kedua pihak menyampaikan tawaran, menjelaskan
alasannya dan mempengaruhi pihak lain untuk dapat menerima tawarannya.
Mencoba memahami pemikiran dari pihak lain.
Mengidentifikasi kebutuhan bersama
Mengembangkan, mengidentifikasi opsi-opsi penyelesaian.
d) Tahap penutup dan konklusi
Merupakan tahap akhir dari suatu negosiasi, dimana kedua belah pihak telah memiliki perjanjian kesepahaman yang dibuat baik secara lisan maupun
tertulis. Pada tahap ini bisa juga terjadi ketidaksepahaman antara kedua belah pihak, yang berarti negosiasi tidak berjalan dengan lancar.
Mengevaluasi opsi-opsi berdasarkan kriteria objektif
Kesepakatan hanya menguntungkan bila tidak ada opsi lain yang lebih baik.
Bila tidak berhasil mencapai kesepakatan, membatalkan komitmen atau menyatakan tidak ada komitmen.
NEGOSIASI
Para pihak
Para
pihak Sepakat
Tidak sepakat
Eksekusi
Pendaftran perjanjian
akta kesepakatan
pada PN
Mediasi
Negosiasi Sepakat /
setuju negosiasi
Tidak Dilaksanakan
Negosiator para pihak
Permohonan
fiat eksekusi Dilaksanakan
2. Mediasi
Mediasi merupakan perluasan dari negosiasi. Mediasi merupakan suatu proses dimana para pihak untuk suatu sengketa dengan bantuan pihak ketiga (mediator) yang netral mengidentifikasi isu-isu yang disengketakan, membuat opsi- opsi, mempertimbangkan alternatif-alternatif dan berusahan untuk mencapai kesepakatan.
Gary Goodpaster mengartikan mediasi sebagai proses
negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak
memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh
kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Kesepakatan
yang dibuat tersebut tentu bersifat mutual.
Di dalam buku Usman Rahmadi, disebutkan 7 fungsi mediator seperti yang dikemukakan oleh Leonard L. Riskin dan James E. Westbrook, yaitu :
Sebagai Katalisator
Sebagai Pendidik
Sebagai Penerjemah
Sebagai Narasumber
Sebagai Agen realitas
Sebagai Kambing hitam
3. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan suatu proses yang mana para pihak untuk suatu sengketa, denganbantuan pihak yang netral (konsiliator), mengidentifikasikan isu-isu yang disengketakan, membangun opsi- opsi, mempertimbangkan alternatif dan berusaha untuk mencapai kesepakatan. Tidak seperti mediator, konsiliator dapat memiliki peran advisory pada isi sengketa atau hasil penyelesaiannya, tetapi tidak memiliki peran determinatif.
Konsiliator dapat menasihatkan atau menentukan proses
konsiliasi untuk mengusahakan resolusi dan dapat memberi saran-
saran sebagai syarat-syarat penyelesaian, memberi saran sebagai ahli
yang dapat mensyaratkan penyelesaian, dan dapat secara aktif
mendorong para pihak mendorong kesepakatan. Dalam hal ini
konsiliator berwenang menyusun dan merumuskan penyelesaian untuk
ditawarkan kepada para pihak.
MEDIASI DAN KONSILIASI
Para pihak
Para pihak
Mediator / Konsiliator Mediasi / Konsiliasi
Perorangan
Sepakat
Lembaga
Permohonan fiat eksekusi Tidak
sepakat
Dilaksanakan
daftarkan Di pada PN
Tidak dilaksanakan Kesepakatan
final dan binding
Eksekusi
Upaya hukum lainnya
C. Kelebihan dan Kekurangan APS
A.
KELEBIHAN
Sifat kesukarelaan dalam proses
Proses yang cepat
Keputusan non-judical
Kontrol tentang kebutuhan organisasi
Prosedur rahasia (confidential)
Fleksibilitas dalam merancang syarat-syarat penyelesaian masalah
Hemat waktu
Hemat biaya
Pemeliharaan hubungan
Tinggi kemungkinan kesepakatan dilaksanakan
Kontrol dan lebih mudah memperkirakan hasil
Keputusan bertahan sepanjang waktu
B. KEKURANGAN
Tidak dapat berjalan tanpa adanya kesepakatan dan niat yang baik dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan sengketa
Tidak efektif jika dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang mengambil keputusan
Sulit berjalan apabila posisi para pihak tidak seimbang.
Memungkinkan diadakan untuk menunda penyelesaian untuk mengetahui informasi yang dirahasiakan lawan
Dapat membuka kekuatan dan kelemahan salah satu pihak
Dalam putusannya seringkali membuat kesepakan yang
kurang menguntungkan
Kesimpulan
Proses LITIGASI A P S
a. Yang mengatur Hakim Para pihak (parties)
b. Prosedur Formalistik dan teknis Informal
c. Jangka waktu Lama dan berlangsung lambat
Segera 5 – 6 minggu
d. Biaya Sangat mahal Murah (low cost)
e. Aturan pembuktian Sangat formal dan teknis Tidak perlu
f. Publikasi Terbuka untuk umum Tertutup
Proses LITIGASI A P S
g. Hubungan para pihak Antagonistik Kooperatif h. Fokus penyelesaian Masa lalu Masa depan i. Metode negosiasi Sama keras pada prinsip
hukum
Kompromis
j. Komunikasi Jalan buntu Memperbaiki masalah yang sudah lalu
k. Hasil putusannya Win - Lose Win - Win l. Pemenuhan
putusannya
Ditolak dan mencari dalih
Sukarela m. Suasana emosional Emosi bergejolak Bebas emosi