• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah gizi yang hingga saat ini belum dapat teratasi adalah anemia (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Dinegara berkembang, prevalensi anemia cukup tinggi, di India sekitar 88%

ibu hamil menderita anemia dan pada wilayah Asia lainnya ditemukan hampir 60%

ibu hamil dengan anemia (Gibney, et.all, 2009). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil terjadi penurunan secara tajam selama 15 tahun terakhir. Prevalensi anemia sebesar 70% pada tahun 1986, turun menjadi 63,5% pada tahun 1992, 50,9% tahun 1995 dan 40,1% pada tahun 2001 (Baliwati, dkk, 2006).

Anemia pada kehamilan bukannya tanpa resiko. Pada dasarnya ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum dan selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinnya (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). Penelitian Chi, dkk tahun 1981 pada dua belas rumah sakit pendidikan di Indonesia didapatkan angka kematian ibu 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia (Prawirohardjo, 2002).

(2)

Oleh karenanya perlu dilakukan upaya untuk menurunkan prevalensi anemia gizi besi pada kehamilan. Departemen Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2008 (Medicastore, 2007).

Pemberian zat besi secara oral merupakan salah satu pendekatan untuk

pencegahan dan pengendalian anemia defisiensi zat besi (Paath, 2005). Tablet zat besi pertama sekali diperkenalkan oleh Blaud pada tahun 1832 yang kemudian disebut ”pil Blaud” (DeMaeyer, 1998). Lebih lanjut Paath (2005) menjelaskan bahwa tablet besi disarankan diberikan perhari untuk semua wanita hamil tanpa memandang status besi oleh karena manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil dan kesulitan biaya untuk menetapkan diagnosa defisiensi besi selama kehamilan. Suplementasi harus diberikan pada trimester ke 2 dan 3, saat efisiensi absorbsi meningkat dan risiko terjadinya mual muntah berkurang. Di Indonesia, Departemen Kesehatan menyarankan pemberian tablet besi pada semua wanita hamil sekitar 60 mg perhari selama 90 hari.

Gibney, et.all (2009) memastikan bahwa distribusi suplemen zat besi dalam jumlah

yang adekuat dan kepatuhan ibu hamil terhadap program pengobatan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut.

Namun, hingga sekarang cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet besi masih rendah. Menurut Shanty (2008), SKRT tahun 1999 melaporkan bahwa cakupan distribusi tablet besi hanya 27% dan kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi sebesar 23%.

(3)

Penelitian Artika (2004) di Desa Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang didapatkan bahwa sebanyak 9 orang ibu hamil (30,0%) tidak patuh dalam meminum tablet zat besi. Penelitian lainnya yang dilakukan Widarsa, dkk (2007) di wilayah Puskesmas Abiansemal Bandung, disimpulkan bahwa lebih dari 34% ibu hamil mengalami anemia. Pemberian suplemen besi per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka anemia, tetapi 9% dari mereka masih menderita anemia.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Gillispi (1998) bahwa kadar hemoglobin akan meningkat 1 gram/ dl jika dalam waktu 1-2 bulan ibu hamil mengonsumsi pil besi 60 mg.

Data cakupan distribusi tablet Fe1 di Indonesia (yaitu yang mendapatkan 30 tablet atau 1 bungkus pada kunjungan pertama atau mulai minggu ke 20) pada tahun 2002 adalah 64,62% dan dan Fe3 (yaitu yang mendapatkan 90 tablet atau 3 bungkus sampai trimester III) sebesar 54,92%. Cakupan Fe1 pada tahun 2003 adalah 69,14%

dan 59,62% untuk Fe3 (Depkes RI, 2003).

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2006, distribusi cakupan pemberian tablet Fe1 adalah 69,38% dan 57,19% untuk Fe3 dengan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 200/100.000 kelahiran hidup. Cakupan terendah berada pada Kabupaten Aceh Besar yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3 dengan AKI 127/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi NAD, 2007). Di Kabupaten Aceh Besar cakupan terendah pada Kecamatan Lembah Seulawah sebesar 0,56% untuk Fe1 dan Kecamatan Lhoong, Leupung dan Lembah Seulawah sebesar 0% untuk Fe3

(4)

Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe.

Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan kurangnya pemeriksaan kadar Hb secara rutin.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya kerja, peran petugas. Faktor obat yaitu pengobatan yang sulit dilaksanakan, tidak menunjukkan kearah penyembuhan, waktu yang lama dan efek samping obat. Faktor penderita seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan dukungan keluarga (Anonim, 2008).

Sedangkan secara khusus, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet Fe yaitu pengetahuan ibu hamil, pendidikan dan kunjungan ante natal care. Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam setiap kunjungan ante natal care, petugas kesehatan harus mengenal kehamilan risiko tinggi khususnya anemia kurang gizi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil (Anonim, 2002).

Petugas kesehatan atau lebih khususnya dokter mempunyai peranan penting dalam proses pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien (Sarwono, 2007).

Petugas kesehatan menurut Potter dan Perry (2007) terdiri dari empat kelompok

(5)

profesi yaitu bidan, perawat, dokter dan profesi kesehatan lain seperti ahli gizi, dan lain sebagainya.

Salah satu petugas kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan anemia pada ibu hamil adalah bidan. Bidan menurut IBI (2005) dapat berperan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, pengelola institusi pelayanan kesehatan, pendidik dalam asuhan kebidanan dengan memberikan pendidikan kesehatan dan konseling serta peneliti.

Menurut Simatupang (2008), sebagai pelaksana pelayanan kebidanan bidan dapat berperan sebagai provider dan konselor dan menurut Herawati (2006) petugas kesehatan dapat berperan sebagai komunikator, motivator, fasilitator dan konsultan.

Muninjaya (2004) juga menjelaskan bahwa petugas kesehatan harus menyadari peranannya sebagai customer yaitu staf yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan pelayanan medis dan kesehatan kepada masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan. Menurut IBI (2005), dalam pengelolaan anemia kehamilan, bidan harus memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil dan pada setiap kunjungan antenatal, memberikan penyuluhan tentang gizi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C dan menanyakan apakah ibu hamil meminum tablet Fe sesuai dengan ketentuan.

Kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan dalam peningkatan kepatuhan konsumsi tablet Fe masih belum baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Noviyanti (2004) di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh bahwa dari 68 orang ibu hamil, 6 orang (8,8%) menyatakan peran

(6)

Fe. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Susanti (2002) di Pekalongan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor pelayanan petugas (seperti pemeriksaan kasus anemia, konseling dan pemberian tablet Fe) dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe.

Dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan masalah rendahnya peran petugas dalam pelayanan kesehatan, misalnya pasien jarang sekali diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau perasaannya. Seringkali petugas memberikan terlalu banyak informasi dan berbicara dengan gaya paternalistik dan merendahkan pasien, terutama jika pasien berasal dari sosial ekonomi yang rendah (Sarwono, 2007).

Masalah lainnya adalah ketidakpuasan pasien dalam proses konseling.

Sebagai konselor, petugas kesehatan harus mau mendengarkan perasaan dan pandangan pasien dan memberikan anjuran dan saran yang realistis, sehingga saran itu lebih mungkin dilaksanakan oleh pasien, kenyataannya 40-50% pasien tidak sepenuhnya mematuhi instruksi petugas kesehatan, misalnya tidak meminum obat sesuai dengan dosisnya atau malah menggunakan obat lain disamping obat yang diberikan oleh petugas. Padahal kepatuhan pasien kepada dokternya adalah kepuasan terhadap hasil dari proses konsultasi dan konseling (Sarwono, 2007).

Berdasarkan paparan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

(7)

1.2. Permasalahan

Cakupan distribusi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar masih sangat rendah bahkan yang terendah dibandingkan dengan kabupaten lain di NAD, yaitu 12,40%

untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3. Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan rendahnya pemeriksaan kadar Hb secara rutin.

Berdasarkan permasalahan diatas, perumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

(8)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Bidang Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar agar dapat meningkatkan pendistribusian tablet Fe kepada puskesmas dan posyandu dan dapat melakukan supervisi kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam kegiatan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe.

2. Sebagai bahan informasi bagi Kabupaten Aceh Besar tentang kegiatan petugas kesehatan dalam monitoring kepatuhan konsumsi tablet Fe serta pengaruhnya terhadap cakupan konsumsi tablet Fe dan prevalensi anemia.

3. Sebagai bahan masukan bagi organisasi kesehatan untuk meningkatkan peran petugas dalam kegiatan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe.

4. Sebagai informasi bagi institusi pendidikan kesehatan tentang perilaku masyarakat khususnya ibu hamil dalam mentaati program pengobatan serta upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Dikatakan bahwa adanya hubungan yang sangat bermakna antara motivasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasca operasi sectio caesarea dan penilitian lain yang dilakukan oleh

Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian meliputi identifikasi sejauh mana tingkat kepuasan kerja pegawai dan faktor-faktor pentingldominan apa saja yang menyebabkan kepuasan

Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes adalah melakukan Pendaftaran dan pendataan nelayan kecil untuk mendapatkan

Dari nilai ANC tersebut serta hasil pemeriksaan laboratorium lainnya, maka dapat diketahui bahwa pasien tidak mengalami neutropenia dan tidak terdapat indikasi terjadinya

Agenda media media pada tahap ketiga yaitu valence (valensi) yaitu, secara visualisasi pemberitaan bagi suatu peristiwa fenomena Cabe-cabean di produksi secara

Aplikasi Pupuk Bokashi dan NPK Organik pada Tanah Ultisol untuk Tanaman Padi Sawah Dengan Sistem

9.1.2 ep 2 9.1.2 ep 2 Budaya mutu dan Budaya mutu dan keselamatan pasien keselamatan pasien diterapkan dalam diterapkan dalam pelayanan klinis pelayanan klinis Evaluasi Evaluasi