• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Permintaan

Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23) menyatakan permintaan sebagai sejumlah barang dan jasa yang diminta oleh konsumen dari suatu perusahaan pada tingkat harga beberapa.

Hukum permintaan menyatakan “Jika harga barang turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat. Sebaliknya jika harga naik maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga konstan”. Sukirno (2013:76) menjelaskan hukum permintaan memiliki hubungan seperti itu karena pembeli akan mecari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang yang mengalami kenaikan harga tersebut.

Samuelson (2003:53) menjelaskan skedul permintaan adalah adanya suatu hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang dimiliki dari barang tersebut asalkan hal-hal lain tidak berubah. Gambaran secara grafis dari skedul permintaan adalah kurva permintaan. Kurva permintaan mempunyai karakteristik “Hukum permintaan yang mempunyai lereng menurun”

yaitu apabila harga suatu komoditi naik dan hal-hal lain tidak berubah, pembeli

cenderung membeli lebih sedikit komoditi itu, demikian pula apabila harga turun

sedangkan hal-hal lain tetap, kuantitas yang diminta akan meningkat.

(2)

Adapun kurva permintaan yang berlereng menurun tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

P

D P

2

P

1

D Q

2

Q

1

Q

Sumber: Sukirno (2013:78)

Gambar 2.1.

Kurva Permintaan

Dalam kurva permintaan barang x diatas, harga (P) diukur pada sumbu vertikal sedangkan kuantitas yang diminta (Q) ada pada sumbu horizontal. Tiap- tiap angka P kemudian digambarkan pada sebuah titik dan membentuk kurva DD.

Slope yang berlereng negatif dari kurva permintaan diatas menjelaskan hukum permintaan yang berlereng negatif, dimana jika harga barang naik dari P1 ke P2 maka kuantitas barang yang diminta akan menurun dari Q1 ke Q2.

Menurut Samuelson (2003:55) faktor lain yang mempengaruhi berapa banyak barang yang akan diminta adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan rata-rata dari konsumen sangat menentukan permintaan. Apabila pendapatan masyarakat naik, maka individu cenderung membeli hampir segala sesuatu dalam jumlah yang lebih banyak, sekalipun harga-harga tidak berubah.

2. Ukuran pasar yang diukur, misalnya jumlah penduduk jelas mempengaruhi

jumlah permintaan. Jika penduduk bertambah, maka permintaan semangkin

meningkat

(3)

3. Harga-harga dan ketersediaan barang terkait mempengaruhi permintaan akan suatu komoditi. Sebuah hubungan penting terutama sekali ada diantara barang-barang yang mempunyai hubungan subsitusi.

4. Selera atau preferensi menggambarkan bermacam-macam pengaruh budaya dan sejarah. Perubahan selera terhadap suatu komoditi akan menyebabkan kenaikan atau penurunan tingkat permintaan untuk komoditi tersebut.

5. Faktor-faktor khusus mempengaruhi permintaan akan barang-barang tertentu.

Contohnya adalah cuaca dan iklim.

2.2 Teori Penawaran

Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:26) penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu.

Rasul et al (2012:57) menyatakan penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga. Hukum permintaan menyatakan “Jika harga barang turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun, sebaliknya jika harga naik maka jumlah barang yang diminta cenderung menaik dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga konstan”.

Menurut Samuelson (2003:58) skedul penawaran untuk suatu komoditi

memperlihatkan hubungan antara harga pasarnya dengan kuantitas dari komoditi

tersebut yang diproduksi dan dijual oleh produsen sementara hal-hal lain

dianggap tetap. Kuantitas yang ditawarkan pada umumnya menunjukan respon

positif terhadap harga, ini menunjukan “Kurva penawaran memiliki lereng yang

meningkat” yaitu apabila harga suatu komoditi naik dan hal-hal lain tidak

berubah, produsen cenderung memproduksi lebih banyak komoditi itu. Demikian

(4)

pula apabila harga turun sedangkan hal-hal lain tetap, kuantitas yang ditawarkan akan menurun.

Adapun kurva penawaran adalah sebagai berikut:

P

S P

2

P

1

S

Q

1

Q

2

Q

Sumber : Sukirno (2013:87)

Gambar 2.2.

Kurva Penawaran

Dalam kurva penawaran barang x diatas, harga (P) diukur pada sumbu vertikal sedangkan kuantitas yang diminta adalah (Q) ada pada sumbu horizontal.

Tiap-tiap angka P kemudian digambarkan pada sebuah titik dan membentuk kurva SS, slope yang berlereng positif dari kurva penawaran diatas menjelaskan hukum penawaran yang berlereng positif. Jika harga barang naik dari P1 ke P2, maka kuantitas barang yang diminta akan naik dari Q1 ke Q2.

Menurut (Samuelson, 2003:60) unsur-unsur lain selain harga barang yang juga mempengaruhi penawaran adalah biaya komoditi tersebut, yang ditentukan oleh keadaan teknologi dan harga-harga input, harga-harga barang yang terkait, kebijakan pemerintah dan pengaruh-pengaruh khusus. Unsur-unsur tersebut dapat membuat harga dan kuantiti barang yang ditawarkan semakin naik atau turun.

Tingkat teknologi memegang peranan yang penting dalam menentukan

banyaknya jumlah barang yang ditawarkan. Dalam hubungannya dengan proses

(5)

suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan dua efek yaitu dapat memproduksi barang lebih cepat dan biaya produksi semakin murah (Sukirno, 2012:88). Selain itu sukirno (2012:88) juga menyebutkan bahwa terdapat faktor- faktor khusus yang dapat mempengaruhi penawaran terutama di zaman globalisai ini, yaitu berupa kebijakan pemerintah untuk mengimpor daging yang harganya lebih murah atau kualitasnya lebih bagus.

2.3 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama (Siswosoemarto, 2012:291). Tujuan perdagangan internasional menurut Sukirno (2012:360) adalah:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri dikarenakan setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang yang dibutuhkan.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi dimana walaupun suatu negara dapat memproduksikan suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksikan oleh negara lain tetapi ada kalanya negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. Dengan mengadakan spesialisasi keuntungan yang diperoleh yaitu berupa keuntungan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu negara dapat digunakan dengan lebih efisien

3. Memperluas pasar industri dalam negeri, dikarenakan jenis industri telah

memenuhi permintaan dalam negeri sebelum alat-alat produksi sepenuhnya

digunakan. Ini menunjukan bahwa industri tersebut masih dapat berproduksi

dan satu-satunya untuk memperluas pasar adalah dengan mengekspornya.

(6)

Jenis-jenis perdagangan internasional menurut Siswosoemarto (2012:293) adalah berupa ekspor, impor, barter, konsinyasi, package deal, penyeludupan, dan border cross. Kegiatan perdagangan internasional yang banyak dilakukan pada saat ini adalah ekspor dan impor dimana keduanya dicatat dalam neraca perdagangan.

2.4 Teori Impor

Import adalah proses transportasi atas suatu komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal umumnya terjadi dalam proses perdagangan berupa memasukan barang dari negara lain ke dalam negeri, sedangkan ekspor adalah proses transportasi atas suatu komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal umumnya terjadi dalam proses perdagangan berupa memasukan barang dalam negeri ke negara lain (Siswosoemarto, 2012:295).

Keberadaan impor dan ekspor tentunya dilatarbelakangi oleh adanya excess supply pada satu pihak dan excess demand di pihak lainya. Konsep excess supply terjadi disebabkan kecenderungan tingkat suatu harga mengalami kenaikan di atas harga keseimbangan yang berlaku di pasar sedangkan excess demand justru sebaliknya yaitu kecenderungan tingkat harga menurun dibawah harga keseimbangan (Sumanjaya et al, 2011:51).

Kegiatan perdagangan luar negeri berupa ekspor dan impor ini bukan tidak

memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang sering terjadi dari perdagangan

internasional yang erat kaitannya dengan globalisasi menurut Sukirno (2012:382)

adalah (1) menghambat pertumbuhan sektor industri (2) sektor keuangan semakin

tidak stabil (3) memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi.

(7)

Untuk mencegah dampak tersebut, maka pemerintah ikut turun tangan dalam melakukan kebijakan berupa proteksi. Proteksi secara normal mengarah pada sesuatu yang menguntungkan produksi dalam negeri terhadap persaingan barang-barang impor di pasaran dalam negeri (Sumanjaya et al, 2011:101).

Langkah proteksi dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen utama yang meliputi tarif, kuota dan anti dumping (Sumanjaya et al, 2011:103).

Tarif adalah hambatan yang berbentuk pajak atas barang-barang impor sedangkan kuota adalah hambatan yang menentukan jumlah maksimum suatu jenis barang yang dapat diimpor dalam periode tertentu (Sukirno, 2012:375).

Selanjutnya instrumen anti dumping berupa kebijakan pemerintah untuk campur tangan terhadap penjualan suatu barang dengan tingkat harga yang jauh lebih murah (Sumanjaya et al, 2011:104).

Harga D

0

S

o

P

0

equlibrium sebelum perdagangan internasional

P

t

harga dunia setelah tarif

tarif

P

w

harga dunia sebelum tarif impor Setelah tarif

kuantitas Q

1

Q

3

Q

0

Q

4

Q

2

Impor sebelum tarif

Sumber: Mankiw (2003:234)

Gambar 2.3.

Kurva Analisa Pemberlakuan Tarif

Penerapan tarif akan meningkatkan harga impor menjadi harga lebih tinggi

dari Pw ke Pt. yaitu menjadi sebesar harga impor ditambah tarif yang diterapkan.

(8)

Perubahan ini tentu saja mempengaruhi perilaku para penjual dan pembeli domestik. Permintaan turun dari Q

2

ke Q

4..

Dengan demikian penerapan tarif menurunkan kuantitas impor dan mendorong pasar domestik mendekati kondisi equilibrium.

Selain tarif impor, kurs juga dapat mempengaruhi perubahan harga barang impor. Para ekonom membedakan nilai tukar mata uang domestik terhadap uang mata asing menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar rill. Nilai tukar nominal adalah harga relatif mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar rill adalah harga relatif barang-barang di kedua negara, atau kadang kala disebut term of trade. Hubungan antar kedua nilai tukar ini dirumuskan sebagai berikut (Mankiw, 2003:259) :

R = e . Pf/P dimana:

R = nilai kurs riil e = nilai kurs nominal Pf = harga luar negeri P = harga dalam negeri

Dengan demikian, semakin tinggi nilai tukar rill, berarti harga barang- barang luar negeri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang-barang domestik.

2.5 Permintaan Impor Daging Sapi di Sumatera Utara

Permintaan impor daging sapi adalah jumlah daging sapi yang diminta

suatu negara terhadap negara lain pada tingkat harga tertentu. Menurut Mankiw

(2003:229) impor sama dengan selisih antara kuantitas permintaan domestik

(9)

dengan kuantitas penawaran domestik berdasarkan harga dunia atau harga yang berlaku di pasar internasional.

Harga daging sapi

Penawaran domestik (QS)

A

P

0

harga sebelum perdagangan dunia

B D

P

1

harga sesudah perdagangan dunia

C

Impor

permintaan domestik (QD)

Q2 Q

0

Q

1

kuantitas Sumber : Mankiw (2003:229)

Gambar 2.4

Kurva Perdagangan Internasional di Negara Pengimpor

Ketika perdagangan dunia terjadi harga domestik turun menyesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar internasional, kesejahteraan konsumen domestik meningkat. Surplus konsumen naik dari A menjadi ABD. Sedangkan sebaliknya kesejahteraan produsen domestik turun dari BC menjadi C saja.

Besarnya perubahan harga dari Po ke P1 mengubah permintaan daging sapi dari Qo menjadi Q1, penawaran domestik turun dari Qo ke Q2. Kekurangan antara permintaan dan penawaran dilakukan dengan mengimpor yaitu sebesar Q2 ke Q1.

Jika diasumsikan kurva perdagangan internasional adalah kurva dari

komoditi daging sapi di Sumatera Utara dengan harga tertentu, maka

keseimbangan permintaan domestik Q = QD = QS. Saat terjadi perdagangan

dunia harga daging sapi turun dan menyebabkan penawaran daging sapi lokal juga

(10)

turun sedangkan impor semakin meningkat. Besaran permintaan daging sapi domestik adalah sebesar produksi daging sapi lokal ditambah impor. Hal ini menunjukan besaran seluruh permintaan domestik sama dengan penawaran daging sapi, dimana daging sapi yang ditawarkan adalah daging sapi lokal ditambah daging sapi impor.

2.6 Model Teoritis

2.6.1 Permintaan Impor Daging Sapi

Besarnya produksi daging sapi di Sumatera Utara belum sepenuhnya mampu memenuhi tingkat permintaan komoditas ini. Pada umumnya suatu daerah melakukan impor karena produksi di daerah tersebut relatif kecil dibadingkan dengan konsumsinya. Permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mt = Qd – Qs dimana:

Mt = volume impor

Qd = jumlah konsumsi domestik QS = jumlah produksi domestik

Dari fungsi diatas terlihat besaran impor merupakan selisih antara jumlah

permintaan domestik dengan jumlah ketersediaan daging lokal. Jika volume impor

(Mt) sama dengan jumlah permintaan impor daging sapi, jumlah konsumsi (Qd)

adalah jumlah permintaan daging sapi domestik, dan jumlah produksi (Qs) adalah

jumlah daging sapi lokal yang ditawarkan maka fungsi permintaan impor daging

sapi dapat diturunkan sebagai berikut:

(11)

DIDS = f (DDSD, SDSL) dimana:

DIDS = jumlah permintaan impor daging sapi DDSD = jumlah permintaan daging sapi Domestik SDSL = jumlah penawaran daging sapi lokal

Mankiw (2003:231) menyatakan perubahan harga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran domestik terhadap barang impor, maka Fungsi permintaan terhadap barang impor menjadi sebagai berikut:

DDSI = f (DDSD ,SDSL, PDSI) dimana:

PDSI = harga daging sapi impor

Menurut (Sukirno, 2012:402) kebijakaan negara pengimpor dan kurs juga mempengaruhi jumlah permintaan impor, dengan demikian fungsi permintaan impor daging sapi adalah sebagai berikut:

DDSI = f (DDSD

,

SDSL, PDSI, Gm, Kurs) dimana:

Gm = kebijakan pemerintah berupa tarif impor daging sapi

Kurs = nilai tukar Rupiah terhadap dollar US

2.6.2 Penawaran Daging Sapi Lokal

Besarnya produksi daging sapi di Sumatera Utara belum sepenuhnya

mampu memenuhi volume permintaan komoditas ini. Besarnya jumlah daging

sapi lokal yang ditawarkan akan memiliki hubungan yang mempengaruhi

besarnya impor karena jika jumlah yang daging yang ditawarkan tidak sebanding

dengan permintaan, maka yang terjadi adalah impor.

(12)

Fungsi penawaran menurut Rasul et al (2012:60) adalah hubungan antara harga barang itu sendiri dengan jumlah barang yang ditawarkan.

Qs = f (P) dimana:

Qs = jumlah barang yang ditawarkan P = harga

Jika jumlah barang yang ditawarkan (Qs) adalah penawaran daging sapi lokal dan harga (P) adalah harga daging sapi lokal, maka fungsinya menjadi seperti berikut:

SDSL = f (PDSL) dimana:

SDSL = jumlah penawaran daging sapi lokal.

PDSL = harga daging sapi lokal.

Menurut Rasul et al (2012:60) dan Sukirno (2012:87) terdapat faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah permintaan akan barang impor dan teknologi. Priyanto (2005:279) menyatakan teknologi inseminasi buatan merupakan salah satu program tekonogi memperbaiki kualitas performa sapi yang ada melalui program persilangan dengan bibit (semen) sapi impor, sehingga fungsi penawaran daging sapi domestik menjadi seperti berikut:

SDSL = f (PDSL, DIDS, TIB) dimana:

TIB = teknologi insemenasi buatan

(13)

2.7 Penelitian Terdahulu

Giamalva (2013) “Korea’s Demand For U.S. Beef”, membahas permintaan Korea terhadap daging sapi dari Amerika Serikat dari tahun 2003 sampai 2010.

Hasil penelitiannya menunjukan secara bersama-sama indeks harga dan jumlah permintaan domestik Korea mempengaruhi permintaan daging sapi Amerika sedangkan permintaan domestik dipengaruhi oleh populasi dan harga.

Ranitya Kusumadewi “Trade Liberalization and Indonesian Product”, melakukan penelitian dengan menggunakan persamaan simultan antara impor dengan produksi barang-barang pertanian di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukan antara produksi dan impor mempunyai persamaan simultan dengan nilai R square 46%.

Tentamia (2002) “Analisa Permintaan dan Penawaran Bawang Merah di Indonesia”, menghasilkan penelitian yang menyatakan produksi bawang merah di Jawa Tengah responsif terhadap perubahan harga bawang merah dan upah, sedangkan permintaan responsif terhadap harga dan pendapatan..

Priyanto (2005) “Evaluasi Kebijakan Impor Daging Sapi Melalui Analisis Penawaran dan Permintaan”, melakukan pengamatan dengan pendekatan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan menggunakan metode TSLS.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa teknologi inseminasi buatan berpengaruh positif pada perkembangan produksi sapi lokal, sedangkan impor daging sapi dipengaruhi oleh produksi daging sapi domstik dan kebijakan impor.

Yuliadi (2008) “Analisis Impor Indonesia: Pendekatan Persamaan

Simultan”, menghasilkan penelitian yang menyatakan variabel ekspor (X)

(14)

berpengaruh positif terhadap perubahan impor (Z). Nilai koefisien regresi variabel X sebesar 8,368562 dan nilai koefisien variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (ER) sebesar 1 rupiah/$AS akan meningkatkan impor sebesar 5,625782 milyar rupiah.

2.8 Kerangka Pemikiran Operasional

Daging sapi merupakan salah satu komoditi yang selama ini memberikan

pengaruh pada perbaikan gizi di masyarakat. Indonesia khususnya Sumatera

Utara memiliki konsumsi daging sapi yang semakin bertambah setiap tahun

namun produksi daging sapi di Sumatera Utara relatif rendah sehingga belum

mampu memenuhi kebutuhan domestik. Excess demand yang terjadi diatasi

dengan mengimpor daging sapi dari luar. Dampak panjang dari ketergantungan

tersebut bagi peternak sapi adalah semakin malas untuk memproduksi sapi

dikarenakan harga sapi impor lebih murah. Dampak selanjutnya, Indonesia

menjadi terkena food trap atau jebakan bahan pangan serta dampak negatif impor

lainya karena terlalu bergantung pada luar negri untuk memenuhi kebutuhan

bahan pangannya. Hal ini sangat disayangkan karena kita merupakan negara

agraris yang seharusnya dapat menghemat pengeluaran devisa negara dengan

jalan peningkatan produksi dalam negeri oleh karena itu, untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi diperlukan suatu upaya untuk mengetahui

perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi lokal

dan permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara beberapa tahun terakhir.

(15)

Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5

Jalur Kerangka Pemikiran Operasional

Peranan penting komoditas daging sapi sebagai konsumsi pangan, pendapatan peternak, kebutuhan dan perdagangan domestik.

Produksi daging sapi lokal belum mampu memenuhi peningkatan permintaannya sehingga diselesaikan melalui kebijakan impor.

Persaingan yang terbuka pada pasar impor daging sapi dunia dan kebijakan tarif maupun kuota yang belum optimal menyebabkan harga daging sapi lokal yang tidak dapat bersaing dan penurunan minat peternak dalam memproduksi daging

Mengancam stabilitas produksi daging sapi lokal, kemudian Indonesia mengalami food trap karena terlalu sering mengimpor.

Analisis

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran Penawaran daging sapi lokal:

1. Harga daging sapi lokal.

2. Teknologi inseminasi buatan 3. Permintaan impor daging sapi

Permintaan impor daging sapi:

1. Harga daging sapi impor 2. Permintaan daging sapi domestik 3. Tarif impor

4. Penawaran daging sapi lokal 5. kurs

(16)

2.9 Hipotesis

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitan ini adalah:

1. Terdapat pengaruh yang positif antara permintaan daging sapi domestik dengan permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara, sedangkan harga daging sapi impor, penawaran daging sapi lokal, tarif impor daging sapi dan kurs berpengaruh negatif terhadap permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara.

2. Terdapat hubungan simultan antara penawaran daging sapi lokal denganu

permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Surat rekomendasi dari IKARGI dan telah melunasi iuran anggota IKARGI sampai dengan 1 tahun terakhir (fotocopy bukti transfer dilampirkan dalam amplop beserta berkas

Harga internasional lebih tinggi dibandingkan harga provinsi, sehingga Kopi Arabika cenderung diekspor ke luar negeri dan berdampak pada peningkatan volume ekspor.. Data

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik di atas dalam bentuk penelitian, penulis membagi dua kelompok, kelompok pertama diberikan

Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh bahwa banyaknya tanaman jagung dan banyaknya jagung muda mempengaruhi hasil produksi jagung artinya keterlibatan kedua

bahwa dalam rangka memaksimalkan pengelolaan sumber daya air melalui upaya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya

Asam amino non esensial adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh dan tubuh dapat mensintesa sendiri melalui reaksi aminasi reduktif asam keton atau melalui

Payung hukum penyandang disabilitas telah diatur di dalam Konstitusi Negara Indonesia namun pada tataran di daerah untuk pengaturan atau perda bagi penyandang disabilitas

Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas umum (toilet), restaurant, ruang informasi, sarana transportasi di dalam