10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Interpersonal
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua individu yang saling bertukar informasi atau gagasan yang masing-masing dari individu tersebut memiliki sikap, sifat, fikiran dan perilaku yang berbeda. Komunikasi interpersonal biasanya dilakukan secara tatap muka untuk memungkinkan setiap individu menangkap reaksi dari lawan bicaranya secara langsung baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun non verbal.
Komunikasi interpersonal terbagi menjadi dua jika dilihat berdasarkan sifatnya;
a. Komunikasi diadik
Komunikasi diadik atau disebut juga two way communication merupakan komunikasi interpersonal yang melibatkan antara dua individu yang merupakan komunikan dan komunikator yang saling berhadapan.
Komunikasi yang dilakukan oleh dua individu ini biasanya melibatkan komunikasi antara suami dan istri, guru dan murid, dua sejawat. Pada komunikasi diadik dua individu saling bergantian menjadi seorang komunikator maupun komunikan dan efek dari komunikasi ini terjadi secara langsung baik dalam bentuk verbal atau non verbal.
b. Komunikasi triadik
Komunikasi triadik merupakan komunikasi interpersonal yang di
dalam nya terdiri dari tiga orang yakni satu komunikator dan dua
11
komunikan. Komunikasi triadik lebih condong pada komunikasi kelompok atau komunikasi masa, maka dari itu komunikasi diadik terbilang lebih efektif karena komunikator akan lebih memusatkan perhatiannya kepada satu komunikan sehingga komunikasi dan umpan balik yang terjadi dapat dikuasai sepenuhnya.
2.1.2 Aspek Komunikasi Interpersonal
Dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan dengan efektif. Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A.Devito pada bukunya yang berjudul Komunikasi Antarpribadi, bahwasanya terdapat beberapa ciri yang membuat komunikasi antarpribadi menjadi lebih efektif; (Alo Liliweri, 1997).
a. Keterbukaan atau openness, yang artinya komunikan dan komunikator menyampaikan gagasan atau ide nya dengan kejujuran dan saling terbuka satu sama lain tanpa adanya rasa takut atau malu serta bisa saling mengerti satu sama lain.
b. Empati atau emphaty, merupakan sikap yang dilakukan seseorang untuk bisa memahami bagaimana perasaan yang dirasakan orang lain dengan memproyeksikan dirinya terhadap lingkungan yang ada.
c. Dukungan atau supportiveness, merupakan kegiatan untuk saling mendukung pendapat dan gagasan orang lain agar tujuan dan keinginan yang telah disampaikan bisa tercapai dengan baik.
d. Perasaan positif atau positiveness, merupakan sikap seseorang dalam
menyampaikan gagasan nya dengan rasa positif dan menghargai lawan
12
bicaranya. Menghargai seseorang bisa dalam bentuk pujian kepada orang tersebut.
e. Kesamaan atau equality, merupakan kesetaran antar sesama karna hal ini akan membuat keberlangsungan komunikasi interpersonal menjadi lebih efektif. Namun tiap orang tidak seluruhnya bisa sama dalam segala hal, maka dari itu memahami adanya perbedaan dalam sebuah hubungan interpersonal akan lebih mudah menerima kesetaraan di dalamnya.
2.1.3 Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi itu sendiri, faktor tersebut antara lain (Ahmad, Syarwani &
Harahap, 2014):
a. Konsep Diri
Konsep diri menjadi hal yang penting bagi komunikasi interpersonal. Makna konsep diri yakni sebuah pendirian dan pemikiran yang dimiliki oleh seseorang dan dapat mempengaruhi orang lain dalam berinteraksi (Stuart & Sundeen, 1998). Konsep diri sendiri terbagi menjadi dua jenis, pertama ialah konsep diri baik yang artinya seseroang akan cenderung berfikir optimis dengan tidak takut gagal dan ia bisa memimpin dengan baik. Yang kedua konsep diri buruk, yang artinya orang tersebut akan merasa tidak percaya diri, tidak pernah mau mencoba hal baru dan selalu merasa takut untuk gagal, orang yang memiliki konsep diri tidak baik akan sulit untuk berkembang.
b. Membuka Diri
13
Maksud dari membuka diri ialah bagaimana seseorang dalam membagikan perasaan dirinya terhadap apa yang sedang di alaminya saat itu kepada orang lain.
Membuka diri dilakukan guna mempermudah proses komunikasi yang sedang berlangsung, hal tersebut akan membuat seseorang lebih mudah memahami bagaimana kekurangan maupun kelebihan yang ada pada diri individu lain.
c. Percaya Diri
Seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri lebih tinggi disbanding orang lain yang ada disekitarnya cenderung lebih mudah dalam menghadapi situsasi dalam proses komunikasi yang sedang berlangsung. Berbeda hal nya dengan seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri lebih rendah, maka ia akan cenderung menarik dirinya dan menghindar dari situasi komunikasi yang ada, hal ini dikarenakan ada rasa takut yang membuat dirinya berfikir bahwa orang lain akan menyalahkan apa yang akan ia bicarakan. Maka dari itu faktor percaya diri menjadi sangat penting dalam melakukan kegiatan komunikasi.
2.2 Keharmonisan Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial unti terkecil yang ada pada lingkungan masyarakat dan keluarga lah yang akan bertanggung jawab menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 1997).
Keluarga yang merupakan salah satu organisasi untit sosial terpenting,
memiliki tatanan di dalamnya. Di dalam tatanan keluarga terdapat kepala keluarga
yang menjadi tokoh paling penting dalam mengarahkan dan membina kemana arah
14
rumah tangga itu berjalan. Dalam sebuah keluarga umumnya terdiri dari seorang suami, istri dan anak, mereka akan membentuk sebuah interaksi komunikasi yang masuk ke dalam kategori komunikasi interpersonal, kualitas komunikasi dalam keluarga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan karena hal tersebut berpengaruh pada suasana di dalam rumah tangga itu sendiri, apakah suasana yang diciptakan harmonis atau malah sebaliknya.
2.2.2 Pengertian Keharmonisan Keluarga
Keluarga yang harmonis menjadi sebuah keadaan yang bisa membuat kualitas hubungan rumah tangga berjalan dengan baik. Keluarga yang harmonis menjadi dambaan dan tujuan yang diinginkan oleh banyak orang. Keluarga harmonis juga diartikan sebagai keluarga yang terpenuhi segala kebutuhannya dan komunikasi yang berlangsung di dalamnya juga teratur, disamping itu keluarga yang harmonis dinilai dari bagaimana merka berusaha untuk saling menghargai dan memperhatikan satu sama lain (Novianti et al., 2017).
2.2.3 Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga
Di dalam keluarga yang harmonis terdapat beberapa aspek yang dimiliki, salah
satunya pada tiap individu dalam keluarga harus saling memberi kasih sayang dan
saling menjaga kualitas komunikasi dengan baik, hal ini akan menimbulkan rasa
kasih sayang tulus dan bisa saling mengerti satu sama lain dalam keluarga
(Mawarni, 2017).
15
Menurut (Gunarsa & Gunarsa, 2000) ada beberapa aspek yang wajib dimiliki oleh keluarga untuk mencapai keharmonisan, beberapa aspek tersebut diuraikan sebagaimana berikut;
a. Kasih sayang antara keluarga
Tiap anggota dalam keluarga menunjukkan sikap saling menghargai dan saling menyayangi agar bisa merasakan betapa baik nya keluarga tersebut.
Setiap anggota dalam keluarga juga mengekspresikan kasih sayang serta penghargaan secara jujur. Penghargaan dalam keluarga sangat penting untuk dilakukan karena dengan hal tersebut tiap-tiap anggota akan merasa lebih dicintai dan diakui keberadaannya.
b. Saling pengertian antar sesama
Tidak hanya saling memberi kasih sayang namun saling mengerti satu sama lain dalam keluarga juga dibutuhkan, hal ini guna mengurangi adanya masalah yang sulit dipahami dikemudian hari.
c. Dialog atau Keefektifan dalam Berkomunikasi
Agar tercipta keharmonisan dalam rumah tangga, diperlukan adanya kemampuan dalam berkomunikasi yang baik oleh setiap anggota yang ada pada keluarga tersebut. Disamping itu terdapat beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi agar menciptakan suasana harmonis di dalam rumah tangga, antara lain:
1. Menyediakan cukup waktu
Terdapat komunikasi spontan dan tidak spontan dalam sebuah keluarga.
Komunikasi yang bersifat spontan seperti halnya percakapan hari-hari
tanpa adanya perencanaan mengenai apa yang ingin dibicarakan.
16
Komunikasi yang bersifat tidak spontan seperti saat sedang mengalami konflik permasalahan yang perlu diselesaikan dengan membicarakan masalah tersebut untuk menyelesaikannya.
2. Mendengarkan
Untuk meningkatkan komunikasi yang baik diperlukan adanya saling mendengar dan tidak untuk saling menghakimi. Diperlukan adanya masukan dan feed back dari masing-masing individu agar keberlangsungan komunikasi berjalan dengan baik.
3. Pertahanan kejujuran
Tiap individu mau terbuka dengan sesama dengan tidak menutup-nutupi apa yang sedang terjadi pada diri masing-masing.
2.3 Pernikahan Beda Negara
Pernikahan beda negara tidak lah menjadi hal tabu lagi di lingkungan
masyarakat sekarang. Mudah nya akses untuk berkomunikasi ke segala penjutu
dunia membuat seseorang yang jauh sekalipun menjadi semakin terasa dekat, selain
digunakan untuk berkomunikasi adanya smartphone di era sekarang ini banyak
orang menggunakan alat tersebut hanya untuk sekedar mencari infomasi atau
bahkan mencari relasi pertemanan baru melalui internet. Penikahan beda negara
merupakan satu contoh dari adanya dampak perkembangan teknologi di jaman
sekarang, namun pernikahan beda negara sendiri sampai saat ini masih sering
menimbulkan persoalan, dan hal yang paling sering menjadi kendala pada dua
individu dalam hubungan tersebut ialah perbedaan bahasa, kebiasaan, kultur
budaya yang berbeda yang membuat keduanya harus saling beradaptasi satu sama
17
lain agar dapat menjalin hubungan menjadi lebih dekat. Pernikahan beda negara sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam UUD Pasal 57 No.1 Tahun 1974 (Pemerintah Indonesia, 1974)
Proses komunikasi interpersonal antara kedua pasangan tentu akan menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Setiap pasangan berbeda kewarganegaraan tentu akan mengalami hambatan dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari.
Pasangan menikah antar negara akan lebih sering menimbulkan kesulitan-kesulitan seperti konflik antar individu yang terjadi. Dari konflik-konflik yang muncul tersebut maka komunikasi merupakan media utama yang digunakan untuk menyelesaikan konflik diantara keduanya. Namun dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik agar kedua pasangan itu bisa saling memahami dan menyelesaikan konflik secara cepat tanpa timbul adanya perpecahan di dalamnya.
Pernikahan yang terjadi pada tiap-tiap pasangan pasti selalu diharapkan dapat
berjalan dengan baik dan memiliki keharmonisan di dalamnya. Untuk menciptakan
keharmonisan maka dibutuhkan tindakan saling support antar sesama dan ada
faktor-faktor pendukung lainnya seperti memiliki keturunan, karena setiap
pasangan akan selalu mendambakan anak yang bisa menjadi faktor penambah
keharmonisan dalam keluarga. Pasangan yang memutuskan menikah dengan lawan
jenisnya dengan kewarganegaraan yang berbeda tentu sudah memikirkan matang-
matang perbedaan yang akan mereka hadapi dikemudian hari, seperti halnya
masalah bahasa, kebiasaan, budaya, agama dan lain-lain yang harus siap untuk
dihadapi.
18 2.4 Teori Kepercayaan, Sikap dan Nilai
Teori yang dikemukakan oleh Milton Rokeach merupakan salah satu tori konsistensi yang paling komperhensif. Teori ini menghasilkan penjelasan yang luas tentang tingkah laku manusia berdasarkan kepercayaan (beliefe), sikap (attitudes) dan juga nilai (value). Rokeach menyatakan bahwa hal yang bisa mempengaruhi manusia untuk bertindak ialah sebuah keyakinan dan sikap, kemudian nilai digunakan untuk memandu manusia dalam bertindak. Maka dari itu hubungan antara keyakinan, nilai dan sikap erat kaitannya dengan kehidupan manusia (Larson, 1986).
Menurut teori ini manusia mempunyai sistem keyakinan, sikap dan nilai yang sangat terorganisir dalam hal membimbing sikap atau tingkah laku manusia.
Rokeach berpendapat bahwa kepercayaan adalah hal yang jumlahnya mencapai ratusan ribu, hal tersebut dibuat oleh seseorang atas lingkungan dan dirinya sendiri.
Di dalam pusat sistem kepercayaan memiliki sifat yang relative mapan sehingga tidak mudah untuk berubah, hal tersebut bisa dikatakan sebagai inti dari sebuah kepercayaan. Berbeda dengan kepercayaan yang letaknya berada pada bagian pinggir, ia bersifat tidak signifikan atau peripheral yang artinya hal tersebut dapat dengan mudah untuk berubah.
Sikap adalah gabungan dari sekelompok kepercayaan yang ada pada suatu
objek sehingga menjadi perhatian untuk mendorong seseorang dalam bertindak
atau bertingkah laku menggunakan cara-cara tertentu terhadap objek. Pada intinya
kepercayaan dan juga sikap menjadi dua hal penting yang harus dilihat secara
bersamaan. Pada teori konsistensi milik Milon Rokeach ini disamping sikap dan
kepercayaan terdapat juga konsep nilai yang paling penting untuk melengkapi
19
keduanya. Nilai dapat dijadikan sebagai acuan dalam hidup seseorang dan nilai terbagi menjadi dua yakni nilai instrumental yang dijadikan sebagai acuan hidup setiap hari nya dan nilai terminal yang menjadi tujuan akhir yang menjadi dasar alasan untuk hidup.
Dari teori yang telah diutarakan oleh Milton Rokeach diambil kesimpulan bahwasanya manusia akan dipandu untuk bisa memenuhi kebutuhannya agar selalu tetap konsisten dikarenakan keadaan inkonsisten nantinya akan menimbulkan tekanan untuk berubah. Dari teori konsistensi yang di utarakan oleh Rokeach dan teori konsistensi lainnya, dapat dilihat bahwa perlunya manusia bertingkah laku dan berfikir dengan cara yang konsisten dan juga jelas. Karena sering kali manusia kurang menerapkan kekonsistenan dalam hidup nya sehingga kerap timbul masalah di kemudian hari.
Dalam hubungan ikatan pasangan suami istri sangat dibutuhkan kekonsistenan pada masing-masing individu dalam menjalankan rumah tangga.
seseorang yang sudah memutuskan untuk bersama terutama dalam ikatan resmi pernikahan harus bisa berusaha untuk selalu konsisten dalam memupuk kepercayaan, memberi kasih sayang kepada sesame, saling mengisi kekurangan, dan yang terpenting ialah menjaga komuninkasi dengan baik terhadap pasangan, hal ini perlu dilakukan untuk menghidupkan keharmonisan dalam berumah tangga.
Adanya kepercayaan, penerapan nilai-nilai baik atau positif pada tiap individu dan
menumbuhkan sikap kasih sayang penuh kepada pasangan akan memberikan
dampak baik kedepannya dalam keberlangsungan rumah tangga yang berjalan
harmonis dan langgeng. Namun akan terjadi sebaliknya jika dalam hubungan
rumah tangga, kedua individu tidak saling menumbuhkan kepercayaan,
20
menerapkan sikap buruk kepada pasangan dan tidak memunculkan nilai-nilai baik pada diri individu masing-masing, maka hal tersebut akan menimbulkan perpecahan dan kehancuran dalam rumah tangga. Maka dari itu konsistensi dalam rumah tangga harus lah diterapkan, hal tersebut sangat penting agar bisa membawa hubungan pernikahan berjalan dengan baik dan langgeng, terutama pada pasangan yang menikah dengan seseorang yang memiliki latar belakang kebangsaan yang berbeda atau yang dialami oleh pasangan menikah beda negara.
2.5 Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan penelitian terdahulu untuk membandingkan tema dengan permasalahan sejenis yang pernah dilakukan penelitian oleh orang lain.
No. Nama peneliti
dan judul
penelitian
Hasil penelitian Perbedaan
1. Rivika, Miriam dan Yuriwaty (2014).
Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Suami Istri Beda Negara (Studi Pada Beberapa
Penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik yang bertujuan untuk manusia saat berinteraksi agar lebih kritis dan aktif. Pada penelitian ini di dapatkan bahwa komunikasi antarpribadi yang terjadi pada pasangan suami istri beda negara di kota Manado cukup efektif,
Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian yang akan datang ialah dari sisi teori yang digunakan.
Penelitian yang akan datang
menggunakan teori
konsistensi Milton
21 Keluarga Di Kota
Manado)
terdapat beberapa hambatan dalam berkomunikasi namun pasangan tersebut masih bisa mengatasinya.
Rokeach dan pada penelitian ini peneliti
menggunakan teori interaksi simbolik.
2. Ari Murti Ani (2015).
Memahami Komunikasi Antarpribadi Dalam Perkawinan Campuran
Pasangan Suami Istri Beda Negara Indonesia – Italia.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, dan dari hasil penelitian tersebut ditemukan komunikasi verbal dan non verbal merupakan bentuk interaksi simbolik yang dialami oleh kedua pasangan pernikahan beda negara tersebut. Pasangan pernikahan beda negara sepakat menggunakan bahasa mix yang diciptakan untuk membuat cara berkomunikasi menjadi lebih mudah dan memiliki khas dengan bahasa dari masing-masing individu, gerak isyarat menggunakan tangan dan jari, melalui
Penelitian ini menggunakan 2 pasang subjek yang terdiri dari suami istri Indonesia-Italy dan sauami istri yang berasal dari Indonesia-Jerman.
Sedangkan dalam penelitian
selanjutnya peneliti akan menggunakan tiga pasang subjek yang merupakan pasangan dari Indonesia-Belanda, Indonesia-Swiss dan Indonesia-Turki.
Selain ini pada
22
bahasa tubuh dan ekspresi wajah seperti kontak mata sebagai bentuk simbol serta
petunjuk dalam
berkomunikasi.
penelitian
selanjutnya peneliti memiliki tujuan yang lebih spesifik yakni untuk mencari tahu bagaimana pasangan suami istri beda negara menjaga keharmonisan dalam rumah tangga.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu