• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017

I NDEKS D EMOKRASI I NDONESIA (IDI) 2016

INDEKSDEMOKRASIINDONESIA(IDI) PAPUABARAT2016SEBESAR60,35DARISKALA0 SAMPAI100,ANGKAINIMENINGKAT0,38POINDIBANDINGKANDENGANIDIPAPUA BARAT 2015SEBESAR59,97.

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia.

Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

Metodologi penghitungan IDI menggunakan 4 sumber data yaitu : (1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2016 Provinsi Papua Barat mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015.

IDI Papua Barat 2016 sebesar 60,35 dalam skala 0 sampai 100. Angka ini naik 0,38 poin dibandingkan dengan angka IDI 2015 yang sebesar 59,97 poin. Kondisi demokrasi Papua Barat tahun 2015 yang terkategori “Kondisi Demokrasi Buruk” (indeks < 60), mengalami perbaikan di tahun 2016 sehingga terkategori “Kondisi Demokrasi Sedang” (nilai indeks : 60-80).

Perbaikan nilai indeks dari 2015-2016 dipengaruhi tiga aspek demokrasi yakni (1) Kebebasan Sipil meningkat 1,34 poin (dari 92,33 menjadi 93,67), (2) Aspek Lembaga Demokrasi yang naik 2,04 poin (dari 51,81 menjadi 53,85). Untuk Aspek Hak-Hak Politik mengalami kemunduran dan turun 1,43 poin (dari 39,48 menjadi 38,05).

Perlu diketahui, mulai periode 2015 diterapkan 2 indikator baru komponen dari variabel “Peran

Birokrasi Pemerintah Daerah”, sebagai langkah penyempurnaan agar lebih sensitif pada situasi

lapangan yang terkini.

(2)

Berita Resmi Statistik No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 2

1. Perkembangan IDI Papua Barat 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) level nasional 2016 berada pada angka 70,09 dalam skala indeks 0 sampai 100. Angka ini mengalami revisit dibandingkan dengan IDI 2015 yang capaiannya sebesar 72,82.

Meskipun sedikit mengalami penurunan, tingkat demokrasi secara nasiona masih dalam kategori “Sedang”.

Capaian IDI Provinsi Papua Barat 2015 sebesar 59,97. Angka ini merupakan pencapaian “Terburuk”

Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir. Pada tahun 2016, capaian IDI Papua Barat sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,38 poin menjadi 60,35 poin. Capaian ini berdampak pada perubahan status kondisi demokrasi Papua Barat menjadi kategori “Sedang”.

Fluktuasi angka IDI Papua Barat adalah cermin dinamika demokrasi di Provinsi Papua Barat. IDI sebagai alat ukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi, karena IDI disusun secara cermat berdasarkan evidence based (fakta) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi.

Capaian IDI Papua Barat dari 2009 hingga 2016 mengalami fluktuasi. Pada awal mula IDI dihitung tahun 2009 IDI Papua Barat sebesar 63,06. Kemudian meningkat pada 2010 menjadi sebesar 67,75, dan kembali turun menjadi 61,78 di tahun 2011. Pada tahun 2012 IDI Papua Barat kembali meningkat menjadi 65,70 dan kembali merosot di tahun 2013 sebesar 60,70 dan kembali naik menjadi 65,65 di tahun 2014 dan pada tahun 2015 merupakan puncak kemerosotan demokrasi di Papua Barat, dimana angka IDI Papua Barat turun menjadi 59,97 dan terkategori buruk (indeks<60), dan kembali meningkat menjadi 60,35 di tahun 2016 dan berkategori sedang.

Grafik 1. Perkembangan IDI Papua Barat, 2009-2016

(3)

2. Perkembangan Indeks Aspek-Aspek IDI

Angka IDI Papua Barat 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga Demokrasi. Untuk capaian demokrasi 2016 nilai indeks aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,67; aspek Hak-hak Politik sebesar 38,05; dan aspek Lembaga Demokrasi sebesar 53,85.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Papua Barat, 2009-2016

Apabila dimaknai secara kategori “baik”, “sedang”, dan “buruk”, pada 2016 hanya indeks aspek kebebasan sipil yang berkategori “baik”, sedangkan aspek lembaga demokrasi dan aspek hak-hak politik berkategori “buruk”. Indeks aspek Kebebasan Sipil sejak awal pengukuran tahun 2009 hingga saat ini merupakan satu-satunya aspek yang nilainya diatas 90,00 dengan kategori “baik”, sementara pada aspek Hak-hak Politik sejak 2009 hingga tahun 2016 stabil pada kategori “buruk”.

Fenomena yang menarik adalah pada aspek Lembaga Demokrasi. Capaian nilai indeks aspek ini pada tahun 2015 terkategori “sedang”. Sejak pengukuran pada 2009 hingga 2015 aspek Lembaga Demokrasi tetap pada kategori berfluktuasi dan pada periode 2009-2010 aspek ini berfluktuasi tetapi masih terkategori

“sedang”, kemudian tahun 2011 aspek ini menurundrastis 14,70 poin (dari 64,73 menjadi 50,03) dan terkategori “buruk”. Hal senada juga terjadi pada tahun 2015 dimana kemerosotan aspek ini cukup parah hingga turun mencapai 15,11 poin. Kemerosotan ini merupakan kondisi terburuk selama 7 (tujuh) terakhir dari aspek lembaga demokrasi.

Hal menarik dan perlu pencermatan khusus yaitu pada aspek hak-hak politik. Selama kurun waktu 8 tahun IDI dihitung, aspek Hak-hak Politik selalu berada pada posisi di bawah diantara dua aspek lainnya dan selalu berkategori “buruk”. Kisaran angka aspek ini selalu dibawah 50 poin. Jika ditelaah lanjut, capaian buruk aspek ini disebabkan karena proses demokrasi yang terjadi cukup memprihatinkan. Kasus-kasus demonstrasi yang bersifat kekerasan, pengaduan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan

100 80 60

0

Hak-hak Politik Kebebasan Sipil

Lembaga Demokrasi

(4)

Berita Resmi Statistik No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 4

yang selalu meningkat, serta kejadian-kejadian pada saat Pilkada seperti terhambatnya hak pemilih, keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pemilihan dan kasus-kasus lainnya yang sangat intolerir terhadap kondisi demokrasi yang sebenarnya.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI

Perkembangan pencapaian nilai indeks variabel tahun 2015 hingga tahun 2016 sangat menarik untuk dicermati. Menurut nilai indeks variabel IDI 2015-2016 terdapat empat variabel yang mengalami penurunan indeks, dua variabel tidak mengalami perubahan dan lima variabel yang mengalami peningkatan. Ke empat variabel yang mengalami kemunduran antara lain indeks variabel kebebasan berpendapat yang turun 2,11 poin, berikutnya indeks variabel Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan turun sebesar 3,56 poin, indeks variabel Peran Partai Politik yang turun 1,07 poin serta indeks variabel Peran Peradilan yang Independen merosot 9,38 poin.

Pada Grafik 3 terlihat lebarnya jarak plot tahun 2015 dengan plot tahun 2016, memperlihatkan variabel Peran Peradilan yang Independen merosot paling besar.

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Papua Barat, 2015-2016

Untuk indeks variabel yang meningkat adalah variabel Kebebasan Berkeyakinan yang meningkat

2,58 poin, indeks variabel Kebebasan dari Diskriminasi naik 0,10 poin, indeks variabel Hak Memilih dan

Dilipilih naik 0,71 poin, indeks variabel Peran Birokrasi Pemerintahan naik 4,52 poin. Indeks varibel

selanjutnya yang meningkat cukup signifikan adalah Peran DPRD sebesar 16,99 poin. Peningkatan kinerja

anggota DPRD di tahun 2016 adalah faktor pendorong peningkatan indeks variabel Peran DPRD. Adapun

(5)

faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain, meningkatnya jumlah perda yang dihasilkan, serta rekomendasi dewan ke eksekutif yang meningkat. Angka perkembangan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

4. Perkembangan Skor Indikator IDI

Indikator pada IDI 2016 terdapat 16 indikator mencapai kinerja kategori “baik” (skor di atas 80) yaitu indikator 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 18, 19, 24, 25, 27 dan 28 (lihat Tabel 1).

Namun, pada tahun 2016 masih terlihat masalah kronis yakni terdapat kinerja indikator demokrasi

“buruk” (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah (ind.3) ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat, (ind.4) ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat (ind.13) Kualitas daftar pemilih tetap (DPT), (ind.15) Persentase anggota perempuan terhadap total anggota DPRD provinsi, (ind.16) Demonstrasi/Mogok yang Bersifat Kekerasan, (ind.17) Jumlah pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan, (20) Alokasi Anggaran Pendidikan/kesehatan, (21) Perda yang Merupakan Inisiatif DPRD, (22) Rekomendasi DPRD Kepada Eksekutif, (23) Kegiatan Kaderisasi yang Dilakukan Peserta Pemilu, dan (26) Upaya Penyediaan Informasi APBD oleh Pemerintah Daerah. Indikator tersebut nampaknya memerlukan perhatian khusus dari semua pihak agar nilainya dapat membaik karena trendnya selalu buruk.

Menarik perhatian adalah pada aspek Lembaga Demokrasi yang selama dua periode (2015-2016) selalu berkategori “buruk” .Dari perubahan indikatornya dapat diketahui salah satu penyebab utamanya dipicu oleh indikator ke 26 terkait penyediaan informasi APBD oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat yang angkanya dibawah 10 poin. Hal ini dikarenakan kondisi riil lapangan bahwasannya pemerintah daerah Provinsi Papua Barat belum menyediakan informasi APBD di website daerah yang disajikan rinci menurut 12 butir indikator terkait anggaran.

Untuk Indikator 25 dan 26 sesungguhnya merupakan indikator baru yang menggantikan indikator sebelumnya. Indikator 25 adalah Kebijakan Pejabat Pemerintah Daerah yang Dinyatakan Bersalah oleh PTUN. Indikator 26 adalah Upaya Penyediaan Informasi APBD oleh Pemerintah Daerah. Selengkapnya untuk indeks indikator dapat dilihat pada lampiran.

5. Perkembangan Aspek IDI wilayah Maluku dan Papua

Perbandingan kondisi demokrasi di wilayah timur Indonesia (Maluku & Papua) tahun 2016

memperlihatkan bahwa keempat provinsi (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) terkategori

kondisi demokrasi “sedang” (nilai indeks 60-80).

(6)

Berita Resmi Statistik No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 6 Grafik 4. Perkembangan Capaian IDI Wilayah Maluku dan Papua, 2015-2016

Jika dirinci menurut indeks ketiga aspek IDI, untuk aspek kebebasan sipil, Provinsi Papua Barat memiliki capaian terbaik dengan besar indeks variabel sebesar 93,67. Untuk aspek ini, Provinsi Maluku memiliki capaian terendah yakni 87,17, dan secara kategori keempat provinsi ini terkategori “baik”,

Hal berkebalikan terjadi untuk aspek hak-hak politik. Wilayah Papua (Papua dan Papua Barat) paling rendah pencapaiannya yakni 41,13 dan 38,05 serta terkategori “buruk”. Kondisi demokrasi terkait aspek ini di Provinsi Papua dan Papua Barat disebabkan oleh hal yang sama yakni permasalahan ketika pelaksanaan Pilkada. Selain itu tingginya itensitas demonstrasi yang bersifat kekerasan (pemalangan) yang terjadi di kedua wilayah ini. Hal serupa terjadi juga pada Aspek Lembaga Demokrasi. Untuk aspek ini pencapaian Provinsi Papua dan Papua Barat masih terkategori “buruk” sedangkan untuk Provinsi Maluku dan Maluku Utara Peran Lembaga Demokrasi (eksekutif dan legislatif) berada pada kondisi “Sedang”.

Grafik 5. Perkembangan Aspek IDI Wilayah Maluku dan Papua Tahun 2016

(7)

6. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof.

Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia.

Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks

tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level

nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh

Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi

kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran

masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena

itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah

saja.

(8)

Berita Resmi Statistik No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 8 Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2016

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 1

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus-kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data-data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan nara sumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya

Penghitungan IDI melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung skor akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Skor masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI.

Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi.

Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini

merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat

terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling

(9)

rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik”

(indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Pada 2015 sejalan dengan dinamika demokrasi dan agar sensitif dengan kondisi lapangan terkini

maka diterapkan dua indikator baru yakni indikator 25 “Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang

dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN” dahulu “Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah

untuk kepentingan calon/parpol tertentu dalam pemilu legislatif” dan indikator 26 yakni “Upaya penyediaan

informasi APBD oleh pemerintah daerah” dahulu “Laporan dan berita keterlibatan PNS dalam kegiatan

politik parpol pada pemilu legislatif”.

(10)

Berita Resmi Statistik No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 10 Tabel 1: Perkembangan Indeks Aspek, Variabel dan Skor Indikator IDI Papua Barat 2015-2016

o ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2015 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA 59,79 60,35

A. KEBEBASAN SIPIL (CIVIL LIBERTIES) 92,33 93.67

I. Kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 100.00

1 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 100,00

2 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 100,00

II. Kebebasan berpendapat 34,05 31,94

3 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berpendapat 20,83 33,33

4 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berpendapat 100,00 25,00

III. Kebebasan berkeyakinan 97,42 100,00

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat dalam

menjalankan agamanya 100,00 100,00

6 Tindakan atau pernyataan pejabat Pemerintah yang membatasi kebebasan atau

mengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaran agamanya 100,00 100,00 7 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap

kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama 85,00 100,00

IV. Kebebasan dari diskriminasi 99,90 100,00

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok rentan

lainnya 100,00 100,00

9 Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah yang diskriminatif dalam hal

gender, etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya 100,00 100,00

10 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender,

etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya 100,00 100,00

B. HAK-HAK POLITIK (POLITICAL RIGHTS) 39,48 38,05

V. Hak memilih dan dipilih 60,99 61,70

11 Hak memilih atau dipilih masyarakat terhambat 83,33 83,33

12 Kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas sehingga kelompok dengan

keterbatasan akses tidak dapat menggunakan hak memilih 60,00 60,00

13 Kualitas daftar pemilih tetap (DPT) 55,00 55,00

(11)

14 Penduduk yang menggunakan hak pilih dibandingkan dengan yang memiliki hak untuk

memilih dalam pemilu (voters turnout) 83,54 83,54

15 Perempuan terpilih di DPRD provinsi 14,81 22,73

VI. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan 17,96 14,40

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 0,00 0,00

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 35,92 28,81 C. LEMBAGA-LEMBAGA DEMOKRASI (DEMOCRATIC INSTITUTIONS) 51,81 53,85

VII. Pemilu yang bebas dan adil 98,10 98,10

18 Kejadian yang menunjukkan keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan Pemilu 100,00 100,00 19 Kejadian atau pelaporan tentang kecurangan dalam penghitungan suara 96,20 96,20

VIII. Peran DPRD 10,83 27,82

20 Besaran alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 16,43 25,49

21 Perda yang berasal dari hak inisiatif DPRD 0,00 66,67

22 Rekomendasi DPRD kepada eksekutif 0,00 3,57

IX. Peran Partai politik 10,00 8,93

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan parpol peserta pemilu 0,00 0,00

24 Perempuan dalam kepengurusan parpol tingkat provinsi 100,00 89,33

X. Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 44,50 49,02

25 Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN 97,37 97,37

26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah 0,00 8,33

XI. Peran Peradilan yang independen 100,00 90,63

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 81,25

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100,00 100,00

(12)

Berita Resmi Statistik No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 12 Tabel 2. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2015-2016

Provinsi

IDI 2014 IDI 2015

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

Aceh 67.78 74.81 63.98 64.97 72,48 92,92 63,94 60,33

Sumatera Utara 69.01 82.02 62.17 63.52 67,37 82,71 62,29 56,13 Sumatera Barat 67.46 52.99 69.77 82.01 54,41 51,01 54,33 58,82

Riau 65.83 66.46 66.61 63.80 71,89 71,78 77,98 62,34

Jambi 70.68 75.89 62.12 77.72 68,89 84,39 65,63 54,58

Sumatera Selatan 79.81 96.06 78.79 61.00 80,95 91,17 81,94 66,53

Bengkulu 73.60 78.50 68.45 75.61 74,23 85,14 63,84 77,01

Lampung 65.95 71.99 63.19 62.74 61,00 60,49 59,32 64,31

Kep. Bangka Belitung 72.31 81.25 66.95 69.60 83,00 87,65 81,09 80,20 Kepulauan Riau 70.26 80.16 65.01 66.13 72,84 85,43 71,28 59,48

DKI Jakarta 85.32 89.64 83.19 83.26 70,85 81,11 67,54 63,19

Jawa Barat 73.04 79.10 81.89 51.37 66,82 73,37 72,34 49,79

Jawa Tengah 69.75 79.44 67.28 61.48 66,71 66,06 67,24 66,69

D.I.Yogyakarta 83.19 90.41 77.98 82.38 85,58 90,00 81,59 86,37

Jawa Timur 76.90 85.26 67.44 81.39 72,24 73,73 76,49 63,63

Banten 68.46 74.28 63.72 68.66 71,36 83,47 68,30 60,99

Bali 79.83 94.42 77.42 65.31 78,95 96,94 69,60 71,18

Nusa Tenggara Barat 65.08 51.59 61.11 88.36 65,41 65,06 62,08 71,13 Nusa Tenggara Timur 78.47 93.19 71.69 70.73 82,49 96,25 81,68 66,46 Kalimantan Barat 76.40 96.81 65.57 67.95 75,28 83,29 75,70 64,54 Kalimantan Tengah 73.46 85.07 68.31 67.05 74,77 84,98 70,66 68,43 Kalimantan Selatan 74.76 54.15 85.77 83.17 73,43 61,04 83,58 72,89 Kalimantan Timur 81.24 93.07 82.74 63.99 73,64 78,25 78,35 60,36 Kalimantan Utara 80.16 98.10 83.65 52.05 76,98 100,00 66,64 64,48 Sulawesi Utara 79.40 86.71 77.92 72.53 76,34 96,31 70,42 60,62 Sulawesi Tengah 76.67 94.60 68.85 66.53 72,20 80,39 67,89 68,76 Sulawesi Selatan 67.90 69.38 64.25 71.84 68,53 75,54 61,51 70,86 Sulawesi Tenggara 69.44 91.14 56.95 61.99 71,13 88,07 55,51 74,66

Gorontalo 76.77 81.35 69.97 81.81 77,48 82,35 75,54 74,42

Sulawesi Barat 68.25 81.88 61.16 62.37 72,37 82,89 69,02 64,47

Maluku 65.90 76.04 63.20 57.43 78,20 87,17 76,18 70,13

Maluku Utara 61.52 73.53 61.00 47.25 73,27 92,27 61,79 67,59

Papua Barat 59.97 92.33 39.48 51.81 60,35 93,67 38,05 53,85

Papua 57.55 82.72 41.81 50.87 61,02 92,15 41,13 53,45

INDONESIA 72.82 80.30 70.63 66.87 70,09 76,45 70,11 62,05

================ 000================

(13)

Info lebih lanjut hubungi : Dedi Cahyono SE., MA, M.S.E

(Kabid Statistik Sosial) Cp : 0812 272 1488

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Sowi IV No. 99, Manokwari 98312 Telp (0986) 2702414

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI merupakan indeks komposit yang dihitung dengan rata-rata tertimbang dari indeks tiga aspek yakni aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak politik, dan aspek lembaga

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 90,00; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 81,59;

Angka IDI 2016 Provinsi Aceh merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 92,92; aspek Hak-Hak Politik yang

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga Demokrasi.. Aspek Kebebasan

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 84,39; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 65,63;

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 82,89; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 69,02;