• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. 67/08/64/Th.XIX, 3 Agustus 2016

I NDEKS D EMOKRASI I NDONESIA (IDI) K ALIMANTAN T IMUR 2015

INDEKSDEMOKRASIINDONESIA(IDI)KALIMANTANTIMUR2015SEBESAR81,24 NAIKSEBESAR3,47POINDIBANDINGKANDENGANTAHUN2014

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Kalimantan Timur 2015

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Kalimantan Timur 2015 sebesar 81,24 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 3,47 poin dibandingkan dengan IDI Kalimantan Timur 2014 sebesar 77,77. Dengan peningkatan ini, tingkat demokrasi Kalimantan Timur secara umum juga mengalami kenaikan dari kategori sedang menjadi kategori baik.

Perubahan IDI dari 2009 hingga 2015 mengalami fluktuasi (2009 sebesar 72,31; 2010 sebesar 73,04, 2011 sebesar 66,37, 2012 sebesar 71,23, 2013 sebesar 68,13, 2014 sebesar 77,77 dan 2015 sebesar 81,24. Nilai IDI Kalimantan Timur 2015 merupakan capaian tertinggi selama 7 tahun penghitungan IDI (2009-2015).

Perlu diketahui, mulai periode 2015 diterapkan 2 indikator baru komponen dari variabel “Peran Birokrasi Pemerintah Daerah”, sebagai langkah penyempurnaan agar lebih sensitif pada situasi lapangan yang terkini.

Fluktuatifnya angka IDI adalah cermin dinamika situasi demokrasi di wilayah Kalimantan Timur.

IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas dan memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi regional. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi di

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Kalimantan Timur 2015 sebesar 81,24 dalam skala 0 sampai 100.

Angka ini naik 3,47 poin dibandingkan dengan IDI Kalimantan Timur 2014 sebesar 77,77. Kinerja demokrasi Kalimantan Timur berada pada kategori “baik”. Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks <

60).

Perubahan IDI Kalimantan Timur dari 2014-2015 dipengaruhi perubahan tiga aspek demokrasi yakni Kebebasan Sipil turun 0,21 poin (dari 93,28 menjadi 93,07), Hak-Hak Politik naik 12,32 poin (dari 70,42 menjadi 82,74), dan Lembaga-lembaga Demokrasi turun 5,95 poin (dari 69,94 menjadi 63,99).

Metodologi pengumpulan data IDI terdiri dari 4 sumber data yaitu : (1) review surat kabar, (2) review

dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

(2)

Grafik 1. Perkembangan IDI Kalimantan Timur, 2009-2015

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Kalimantan Timur

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga Demokrasi. Untuk capaian demokrasi 2015 nilai indeks aspek kebebasan sipil sebesar 93,07; aspek hak-hak politik sebesar 82,74; dan aspek lembaga demokrasi sebesar 63,99.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Kalimantan Timur, 2009-2015

Apabila dimaknai secara kategori “baik”, “sedang”, dan “buruk”, pada 2015 tidak ada lagi indeks aspek yang berkategori “buruk”. Indeks aspek Kebebasan Sipil sejak awal pengukuran 2009 sudah mencapai kategori “baik”.

Sementara pada aspek Hak-hak Politik sejak 2009 hingga 2013 stabil pada kategori “buruk”.

Perubahan signifikan terjadi pada 2014 dan 2015, aspek ini menembus kategori “sedang” pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 meningkat kembali mencapai kategori “baik”.

72.31 73.04

66.37 71.23 68.13

77.77

81.24

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

100

80

60 Baik

sedang

Buruk

0

98.22 97.79

91.84

97.16

92.14 93.28

93.07

54.78 53.89

45.12

51.69

55.36

70.42

82.74

67.57

72.34

68.10

69.68 58.20 69.94

63.99

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

100

80

60 Baik

Sedang

Buruk 0

Kebebasan Sipil

Lembaga Demokrasi

(3)

Aspek Lembaga Demokrasi sejak 2009-2012 merupakan aspek yang secara kategori stabil pada kategori “sedang”. Namun pada tahun 2013 sempat terjadi penurunan signifikan sampai menembus kategori “buruk”. Dan di tahun 2014-2015 aspek ini meningkat kembali ke kategori

“sedang”.

Selama kurun waktu 7 tahun IDI Kalimantan Timur dihitung, baru dua tahun terakhir ini indeks aspek Hak-hak Politik lebih tinggi dibandingkan aspek Lembaga Demokrasi. Sementara nilai aspek Kebebasan Sipil selalu berada pada posisi di atas aspek lainnya. Pada tahun 2015 terjadi kenaikan signifikan pada aspek Hak-hak politik yaitu sebesar 12,32 poin dibandingkan tahun 2014. Ini merupakan pencapaian gemilang dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sementara nilai kebebasan sipil dan lembaga demokrasi mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,21 dan 5,95 poin.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Kalimantan Timur

Menurut nilai indeks variabel IDI 2015 terdapat tujuh variabel yang mengalami peningkatan indeks, dua variabel mengalami penurunan dan dua variabel tetap. Dari tujuh variabel yang mengalami kenaikan, empat diantaranya meningkat cukup berarti. Kenaikan terbesar terjadi pada indeks variabel kebebasan berpendapat dan partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.

Pada Grafik 3 terlihat lebarnya jarak plot tahun 2014 dengan plot tahun 2015, memperlihatkan variabel Kebebasan Berpendapat dan Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan meningkat paling besar, dari kategori “sedang” tembus menjadi “baik”, masing-masing dari 63,90 pada 2014 menjadi 89,59 pada 2015 dan 71,09 pada 2014 menjadi 95,65 pada 2015.

Variabel lain yang juga meningkat secara bermakna adalah variabel Peran Partai Politik dan Peran DPRD yang masing-masing meningkat sebesar 14,64 dari 7,36 pada 2014 menjadi 22,00 pada 2015 dan sebesar 9,96 dari 40,56 pada tahun 2014 menjadi 50,52 pada tahun 2015. Selebihnya meningkat tidak cukup bermakna, nilai indeks relatif tetap. Angka perkembangan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada Grafik 3 dapat diketahui variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah menurun sangat tajam sebesar 47,59 dari 100,00 pada 2014 menjadi 52,41 pada 2015. Akibat penurunan tersebut, kategori indeks variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah merosot dari kategori “baik” menjadi

“buruk”. Penurunan ini sejatinya imbas dari perubahan indikator penyusunnya. Pada tahun 2015

dilakukan evaluasi IDI yang salah satunya mengevaluasi komponen IDI. Hasilnya merekomendasi

mulai IDI 2015 perlu dilakukan penggantian pada indikator 25 dan 26. Dengan demikian komponen

variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah berubah. Angka perkembangan indeks variabel secara

rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Kalimantan Timur, 2014-2015

4. Perkembangan Skor Indikator IDI Kalimantan Timur

Indikator pada IDI 2015 Kalimantan Timur terdapat 18 indikator mencapai kinerja kategori “baik”

(skor di atas 80) yaitu indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 16, 17, 18, 19, 24, 27, dan 28.

Pada tahun 2015 masih terdapat masalah kronis yakni kinerja demokrasi “buruk” (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota, perda yang merupakan inisiatif DPRD, rekomendasi DPRD kepada eksekutif, dan kegiatan kaderisasi yang dilakukan peserta pemilu, kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN dan upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

5. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan

0 20 40 60 80 100

Kebebasan Berkumpul dan

Berserikat

Kebebasan Berpendapat

Kebebasan Berkeyakinan

Kebebasan dari Diskriminasi

Hak Memilih dan Dipilih Partisipasi Politik

dalam Pengambilan…

Pemilu yang Bebas dan Adil Peran DPRD Peran Partai Politik

Peran Birokrasi Pemerintah

Daerah

Peran Peradilan yang Independen

2014 2015

(5)

Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi- provinsi di seluruh Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2015

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 1

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah/walikota/bupati, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus-kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data- data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan narasumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya

Dari sisi penghitungan Indeks, IDI harus melalui tiga tahapan proses yakni pertama,

menghitung indeks akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga,

(6)

dengan yang lain. Indeks masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Pada 2015 sejalan dengan dinamika demokrasi dan agar sensitif dengan kondisi lapangan terkini maka diterapkan dua indikator baru yakni indikator 25 “Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN” dahulu “Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan calon/parpol tertentu dalam pemilu legislatif” dan indikator 26 yakni

“Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah” dahulu “Laporan dan berita keterlibatan

PNS dalam kegiatan politik parpol pada pemilu legislatif”.

(7)

Tabel 1: Perkembangan Indeks Aspek, Variabel dan Skor Indikator IDI Kalimantan Timur 2014-2015

o ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2014 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA KALIMANTAN TIMUR 77,77 81,24

A. KEBEBASAN SIPIL (CIVIL LIBERTIES) 93.28 93,07

I. Kebebasan berkumpul dan berserikat 91.25 100,00

1 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat

90.00 100,00 2 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat

100.00 100,00

II. Kebebasan berpendapat 63.90 89,59

3 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat

56.67 87,50 4 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berpendapat

100.00 100,00

III. Kebebasan berkeyakinan 96.92 89,84

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat dalam menjalankan agamanya

95.65 91,30 6 Tindakan atau pernyataan pejabat Pemerintah yang membatasi kebebasan atau

mengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaran agamanya

100.00 87,50 7 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap

kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama

100.00 85,00

IV. Kebebasan dari diskriminasi 96.53 99,90

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya

100.00 100,00 9 Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah yang diskriminatif dalam hal

gender, etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya

87.50 100,00 10 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender,

etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya

100.00 100,00

B. HAK-HAK POLITIK (POLITICAL RIGHTS) 70.42 82,74

V. Hak memilih dan dipilih 69.75 69,82

11 Hak memilih atau dipilih masyarakat terhambat 98.72 98,72

12 Kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas sehingga kelompok dengan keterbatasan akses tidak dapat menggunakan hak memilih

60.00 60,00

13 Kualitas daftar pemilih tetap (DPT) 67.77 67,77

14 Penduduk yang menggunakan hak pilih dibandingkan dengan yang memiliki hak untuk memilih dalam pemilu (voters turnout)

68.72 68,72

15 Perempuan terpilih di DPRD provinsi 36.36 36,36

VI. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan 71.09 95,65

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 42.17 91,30

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 100,00 100,00 C. LEMBAGA-LEMBAGA DEMOKRASI (DEMOCRATIC INSTITUTIONS) 69.94 63,99

VII. Pemilu yang bebas dan adil 99.37 99,37

18 Kejadian yang menunjukkan keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan Pemilu 100.00 100,00 19 Kejadian atau pelaporan tentang kecurangan dalam penghitungan suara 98.73 98,73

VIII. Peran DPRD 40.56 50,52

20 Besaran alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 54.23 65,77

21 Perda yang berasal dari hak inisiatif DPRD 30.77 37,50

22 Rekomendasi DPRD kepada eksekutif 0.00 7,14

IX. Peran Partai politik 7.36 22,00

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan parpol peserta pemilu 0.00 14,29 24 Perempuan dalam kepengurusan parpol tingkat provinsi 73,56 91,46

(8)

ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2014 2015

X. Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 100,00 52,41

25 Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN - 55,26 Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan calon/parpol

tertentu dalam pemilu legislatif

100,00 -

26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah/ - 50,00

Laporan dan berita keterlibatan PNS dalam kegiatan politik parpol pada pemilu legislatif 100,00 -

XI. Peran Peradilan yang independen 100,00 100,00

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 100,00

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100,00 100,00

(9)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Informasi lebih lanjut hubungi : M. Habibullah, S.Si, M.Si

(Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE

(Kepala Bidang Statistik Sosial) Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121

e-mail: [email protected]

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,28; aspek Hak-hak Politik sebesar 70,42; dan

Angka IDI merupakan indeks komposit yang dihitung dengan rata-rata tertimbang dari indeks tiga aspek yakni aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak politik, dan aspek lembaga

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 91,14; aspek

Angka IDI Sulawesi Utara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,56; aspek Hak-hak Politik sebesar 80,89; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks 80,16; aspek Hak-hak Politik sebesar 65,01; dan aspek

Angka IDI 2016 Provinsi Aceh merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 92,92; aspek Hak-Hak Politik yang

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga Demokrasi.. Aspek Kebebasan

Angka IDI 2016 Provinsi Riau merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 71,78; aspek Hak-Hak Politik yang