• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA

No. 75/08/Th. XIX, 3 Agustus 2016

I NDEKS D EMOKRASI I NDONESIA (IDI) SULTRA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGGARA 2015 TERCATAT 69,44 (SKALA0100),TURUN0,69POINDIBANDINGIDISULAWESITENGGARA2014(70,13).

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Sulawesi Tenggara 2015

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara 2015 tercatat sebesar 69,44 (skala 0 – 100), angka ini turun 0,69 poin dibandingkan dengan IDI Sulawesi Tenggara 2014 yang tercatat sebesar 70,13. Meskipun mengalami penurunan, tingkat demokrasi Sulawesi Tenggara masih dalam kategori “sedang”.

Dari tahun 2009 hingga tahun 2015 IDI Sulawesi Tenggara tercatat mengalami fluktuasi (2009 sebesar 64,29; 2010 sebesar 54,79; 2011 sebesar 57,56; 2012 sebesar 57,26; 2013 sebesar 52,61;

2014 sebesar 70,13; dan 2015 sebesar 69,44). Nilai IDI Sulawesi Tenggara 2014 merupakan capaian tertinggi selama 7 tahun penghitungan IDI (2009-2015). Fluktuatifnya angka IDI merefleksikan cerminan dinamika situasi demokrasi di wilayah Sulawesi Tenggara. IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik- turunnya kondisi demokrasi regional. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi.

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara tahun 2015 tercatat sebesar 69,44 (skala 0 – 100), turun 0,69 poin dibandingkan capaian tahun 2014 (70,13). Pada tingkatan tersebut kinerja demokrasi di Sulawesi Tenggara tercatat berada pada kategori “sedang”. Secara umum tingkat demokrasi wilayah dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni “baik” (indeks > 80), “sedang”

(indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Penurunan IDI Sulawesi Tenggara 2015 bersumber pada turunnya indeks aspek “Lembaga- lembaga Demokrasi” yang turun 8,93 poin (dari 70,92 menjadi 61,99). Sementara indeks aspek

“Kebebasan Sipil” mengalami kenaikan 0,25 poin (dari 90,89 menjadi 91,14) dan aspek “Hak-Hak Politik” naik 3,75 poin (dari 53,20 menjadi 56,95). Data IDI dihimpun dari 4 (empat) sumber yaitu:

(1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dlsb), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

(2)

Grafik 1. Perkembangan IDI Sulawesi Tenggara, 2009-2015

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 91,14; aspek “Hak-hak Politik” sebesar 56,95; dan aspek “Lembaga Demokrasi” sebesar 61,99.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Sulawesi Tenggara, 2009-2015

Nilai indeks dalam 2 (dua) aspek demokrasi yang diukur pada 2015 mengalami peningkatan dibandingkan 2014. Indeks aspek “Hak-hak politik” mengalami peningkatan terbesar yaitu 3,75 poin dibandingkan indeks aspek “kebebasan sipil” yang mengalami peningkatan hanya sebesar 0,75 poin.

Sedangkan indeks aspek “lembaga demokrasi” mengalami penurunan sebesar 8,93 poin. Meskipun terjadi penurunan nilai indeks Sulawesi Tenggara, tidak menyebabkan pola sebaran kategori berubah

64,29

54,79 57,56 57,26

52,61

70,13

69,44

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

100

80

60 Baik

Sedang

Buruk

0

94,66

83,71 85,81 91,39

84,32 90.89 91,14

43,97

30,46 29,18 29,50 28,95

53.20 56,95 58,37 57,06

67,11

58,44 50,32

70.92

61,99

0 20 40 60 80 100

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

b u ruk se d an g b aik

Lembaga Demokrasi Kebebasan Sipil

Hak-Hak Politik

(3)

dibandingkan dengan tahun pengukuran sebelumnya, yaitu “Kebebasan Sipil” secara umum masih berada pada kategori “baik”, aspek “Hak-hak Politik” masih berada pada kategori “buruk” karena belum mencapai angka 60, dan aspek “Lembaga Demokrasi” masih berada pada kategori “sedang”. Perlu menjadi perhatian, pada aspek “Hak-hak Politik” meskipun dalam rincian komponennya terdapat perbaikan pada “hak memilih dan dipilih” akan tetapi masih dijumpai pula kecenderungan penyampaian aspirasi dalam bentuk demonstrasi yang diwarnai kekerasan seperti merusak, memblokir, membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah. Sementara dari aspek “Lembaga Demokrasi”, peran DPRD dan partai politik terindikasi belum menunjukkan perbaikan yang berarti.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara

Pada IDI Sulawesi Tenggara 2015 terdapat 5 (lima) variabel yang mengalami peningkatan indeks, 3 (tiga) variabel tidak mengalami perubahan dan 3 (tiga) variabel mengalami penurunan. Dari 5 (lima) variabel yang mengalami kenaikan, 2 (dua) di antaranya meningkat cukup berarti. Kenaikan terbesar tercatat pada indeks variabel “partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan”. Grafik 3 memperlihatkan variabel “partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan” meningkat dari dari 29,45 pada 2014 menjadi 36,15 pada 2015). Indeks variabel lain yang meningkat cukup berarti adalah variabel “kebebasan dari diskriminasi” dari 93,75 pada 2014 menjadi 99,90 pada 2015. Satu variabel yang tercatat mengalami penurunan indeks terbesar adalah variabel “peran birokrasi pemerintah daerah” yaitu dari 100,00 pada 2014 menjadi 61,11 pada 2015, sedangkan 3 (tiga) variabel yang tercatat tidak mengalami perubahan yaitu “kebebasan berkumpul dan berserikat”, “pemilu yang bebas dan adil”, dan peran peradilan yang independen. Perkembangan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara, 2014-2015

4. Perkembangan Skor Indikator IDI Sulawesi Tenggara -

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kebebasan berkumpul dan berserikat

Kebebasan Berpendapat

Kebebasan Berkeyakinan

Kebebasan dari Diskriminasi

Hak memilih dan dipilih Partisipasi politik dalam

pengambilan keputusan dan pengawasan Pemilu yang bebas dan

adil Peran DPRD Peran Partai Politik

Peran Birokrasi Pemerintah daerah

Peran peradilan yang independen

2014 2015

(4)

Pada IDI Sulawesi Tenggara 2015 terdapat 14 indikator yang tercatat mencapai kinerja kategori

“baik” (skor di atas 80) yaitu indikator 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 18, 19, 25, 27, dan 28 (Tabel 2 angka yang bercetak tebal). Di sisi lain IDI Sulawesi Tenggara 2015 masih mencatat masalah “kronis” yakni pada variabel “Peran DPRD” dan “ Peran Partai Politik” yang terus terperangkap pada kategori “buruk”

(skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah alokasi anggaran pendidikan/kesehatan, perda yang merupakan inisiatif DPRD, rekomendasi DPRD kepada eksekutif dan kegiatan kaderisasi yang dilakukan peserta pemilu. Oleh karena itu, kiranya indikator tersebut membutuhkan perhatian ekstra agar nilainya dapat membaik pada kesempatan mendatang.

5. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang layak dipandang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat terbukti tidak mudah. Pengukuran pembangunan demokrasi memerlukan data terukur untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat.

Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr.

Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI yang merupakan indikator komposit menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia atau wilayah. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights) dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI juga dimaksudkan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi- provinsi seluruh Indonesia. Sebagai indikator IDI tidak hanya memperlihatkan gambaran demokratisasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja, namun juga melihat perkembangan demokrasi dari peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan produk bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

(5)

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2015

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 2

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding (coding) surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus-kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan narasumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah lebih lanjut di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya.

Dari sisi penghitungan Indeks, besaran angka IDI harus didapat melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung indeks akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Indeks masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif, dengan 0 untuk menggambarkan tingkat terendah dan 100 untuk menggambarkan tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoritik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi.

Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

(6)

6. Tabel-tabel

Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara, 2014-2015

No Nama Variabel 2014 2015 Selisih

I Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 100.00 100.00 0,00

II Kebebasan Berpendapat 76.12 62.48 -13.64

III Kebebasan Berkeyakinan 90.77 90.85 0.08

IV Kebebasan dari Diskriminasi 93.75 99.90 6.15

V Hak Memilih dan Dipilih 76.96 77.75 0.79

VI Partisipasi Politik dalam Pengambilan

Keputusan dan Pengawasan 29.45 36.15 6.70

VII Pemilu yang Bebas dan Adil 100.00 100.00 0.00

VIII Peran DPRD 42.38 44.52 2.14

IX Peran Partai Politik 10.00 7.37 -2.63

X Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 100.00 61.11 -38.89

XI Peran Peradilan yang Independen 100.00 100.00 0.00

(7)

Tabel 2. Skor Indikator Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 - 2015

Nomor Indikator 2014 2015

1 Aspek Kebebasan Sipil

Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat 100.00 100.00 2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang

menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat 100.00 100.00 3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berpendapat 73.33 75.00

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang

menghambat kebebasan berpendapat 90.00 0.00

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah

agama 86.96 86.96

6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan

ibadah agama 100.00 100.00

7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran

agama 100.00 100.00

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 100.00 100.00 9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender

dst 77.50 100.00

10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan

gender 100.00 100.00

Aspek Hak-Hak Politik

11 Hak memilih atau dipilih terhambat 100.00 100.00

12 Ketersediaan fasilitas sehingga penyandang cacat tidak dapat

menggunakan hak pilih 60.00 60.00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 76.29 76.29

14 Voters turnout 72.34 72.34

15 Perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi 59.26 66.67

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 0.00 0.00

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 58.90 72.29 Aspek Lembaga Demokrasi

18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan pemilu 100.00 100.00

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 100.00 100.00

20 Alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 59.61 49.61

21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 23.08 25.00

22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 10.71 42.86

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai peserta pemilu 0.00 0.00

24 Perempuan pengurus partai politik 100.00 73.69

25 Kebijakan Pejabat Pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah

oleh keputusan PTUN - 84.21

Laporan dan berita Penggunaan fasilitas pemerintah untuk

kepentingan calon/parpol tertentu dalam pemilu legislatif 100.00 - 26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah - 41.67

Laporan dan berita keterlibatan PNS dalam kegiatan politik parpol

pada pemilu legislatif 100.00 -

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100.00 100.00

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100.00 100.00

(8)

Gambar

Grafik 1. Perkembangan IDI Sulawesi Tenggara, 2009-2015
Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara, 2014-2015
Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara, 2014-2015
Tabel 2. Skor Indikator Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 - 2015

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 78,5; aspek Hak-hak Politik sebesar 68,45; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,28; aspek Hak-hak Politik sebesar 70,42; dan

Angka IDI merupakan indeks komposit yang dihitung dengan rata-rata tertimbang dari indeks tiga aspek yakni aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak politik, dan aspek lembaga

Angka IDI Sulawesi Utara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,56; aspek Hak-hak Politik sebesar 80,89; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks 80,16; aspek Hak-hak Politik sebesar 65,01; dan aspek

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 90,89; aspek