• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 57/08/35/Th. XIII, 13 Agustus 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI)2014

INDEKSDEMOKRASIINDONESIA(IDI)JAWATIMUR2014SEBESAR70,36DALAMSKALA 0SAMPAI100,ANGKAININAIK11,04POINDIBANDINGKANDENGANIDIJAWATIMUR 2013SEBESAR59,32.

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia 2014

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Jawa Timur 2014 sebesar 70,36 dalam skala 0 sampai 100, angka ini naik 11,04 poin dibandingkan dengan IDI Jawa Timur 2013 sebesar 59,32. Dengan peningkatan tersebut, kinerja demokrasi Jawa Timur telah berada pada kategori “sedang”.

Perkembangan IDI dari 2009 hingga 2014 mengalami fluktuasi, tahun 2009 angka IDI sebesar 62,49, 2010 sebesar 55,12, 2011 sebesar 55,98, 2012 sebesar 54,99, 2013 sebesar 59,32, dan 2014 sebesar 70,36. Kinerja Demokrasi Jawa Timur berdasarkan penghitungan Indeks tahun 2014 berada pada kategori sedang, sedangkan sejak tahun 2010 hingga 2013 masih berada pada kategori buruk.

Hal ini menunjukkan IDI sebagai sebuah alat untuk mengukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan IDI merupakan refleksi realitas yang terjadi.

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Jawa Timur 2014 sebesar 70,36 dalam skala 0 sampai 100, angka ini mengalami peningkatan sebesar 11,04 poin dibandingkan dengan angka IDI Jawa Timur 2013 sebesar 59,32. Kinerja Demokrasi Jawa Timur telah berada pada kategori “sedang”. Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni “baik” (indeks >80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Kenaikan IDI Jawa Timur dari 2013-2014 dipengaruhi oleh perubahan di tiga aspek demokrasi yang diukur yakni Kebebasan Sipil (Civil Liberty) yang naik 10,25 poin (dari 71,37 menjadi 81,62), Hak-Hak Politik (Political Rights) yang naik 20,86 poin (dari 35,43 menjadi 56,29, dan Lembaga- lembaga Demokrasi (Institution of Democracy) yang menurun 3,56 poin (dari 82,10 menjadi 78,54).

Metodologi pengumpulan data IDI terdiri dari 4 sumber data yaitu : (1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

(2)

Grafik 1. Perkembangan IDI Jawa Timur, 2009-2014

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 81,62; aspek hak-hak politik sebesar 56,29; dan aspek lembaga demokrasi sebesar 78,54.

Secara lebih rinci, pada 2014 distribusi indeks dalam ketiga aspek demokrasi yang diukur terlihat nilai indeks aspek kebebasan sipil dan hak-hak politik mengalami peningkatan berturut-turut 10,25 dan 20,86 poin. Sementara nilai indeks aspek lembaga demokrasi mengalami penurunan sebesar 3,56 poin. Peningkatan nilai indeks menyebabkan pola sebaran kategori aspek berubah dengan tahun pengukuran sebelumnya, yaitu aspek kebebasan sipil secara umum dari kategori

“sedang” menjadi “baik”, dan aspek lembaga demokrasi kembali “sedang”, sementara aspek hak-hak politik masih “buruk”. Perlu menjadi perhatian, pada aspek hak-hak politik kendati terdapat perbaikan pada hak memilih dan dipilih namun masih terdapat kecenderungan penyampaian aspirasi dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan seperti merusak, memblokir, membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah. Sementara dari aspek lembaga demokrasi peran DPRD masih cenderung rendah.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Jawa Timur, 2009-2014 62,49

55,12 55,98 54,99 059

70,36

2009 2010 2011 2012 2013 2014

100 80

60 Baik Sedang

Buruk

0

083 078

072

081

071 082 082

079 100

80 Baik

Sedang

(3)

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI

Variabel pada IDI 2014 terdapat sembilan variabel yang mengalami peningkatan indeks yakni kebebasan berkumpul dan berserikat (naik 1,25 poin), kebebasan berpendapat (naik 36,14 poin), kebebasan berkeyakinan (naik 16,11 poin), hak memilih dan dipilih (naik 30,05 poin), partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan (naik 11,67 poin), pemilu yang bebas dan adil (naik 5,44 poin), peran DPRD (naik 9,65 poin), peran partai politik (naik 1,24 poin), dan peran birokrasi pemerintah daerah (naik 21,24 poin). Sementara itu, terdapat dua variabel yang mengalami penurunan indeks yakni kebebasan dari diskriminasi (turun 11,00 poin) dan peran peradilan yang independen (turun 50 poin).

Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Jawa Timur, 2013-2014

No Nama Variabel 2013 2014 Selisih

1 Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 98,75 100,00 1,25

2 Kebebasan Berpendapat 55,53 91,67 36,14

3 Kebebasan Berkeyakinan 61,09 77,20 16,11

4 Kebebasan dari Diskriminasi 93,05 82,05 -11,00

5 Hak Memilih dan Dipilih 48,21 78,26 30,05

6 Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan

dan Pengawasan 22,66 34,33 11,67

7 Pemilu yang Bebas dan Adil 94,56 100,00 5,44

8 Peran DPRD 44,39 54,04 9,65

9 Peran Partai Politik 98,37 99,61 1,24

10 Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 74,46 95,70 21,24 11 Peran Peradilan yang Independen 100,00 50,00 -50,00

4. Perkembangan Skor Indikator IDI

Indikator pada IDI 2014 terdapat 15 indikator yang mengalami kinerja baik (merupakan indikator yang memiliki skor di atas 80) diantaranya yaitu indikator 1, 2, 3, 4, 7, 8, 11, 13, 18, 19, 23, 24, 25, 26, dan 27 (lihat Tabel 2 Perkembangan Skor Indikator 2013 dan 2014). Pada tahun 2014 masih terdapat masalah kronis yakni kinerja demokrasi “buruk” (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Provinsi, demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan, pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan, alokasi anggaran pendidikan/kesehatan, rekomendasi DPRD kepada eksekutif, dan penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

(4)

Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator 2013 dan 2014

Nomor Indikator 2013 2014

1

Kebebasan Sipil

Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 100,00

2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat 90,00 100,00

3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat

kebebasan berpendapat 66,67 90,00

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berpendapat 0,00 100,00

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 73,91 73,91 6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 77,50 77,50 7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama 0,00 90,00 8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 100,00 100,00 9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender dst 75,00 75,00 10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender 100,00 66,67

Hak-Hak Politik

11 Hak memilih atau dipilih terhambat 76,28 82,69

12 Kurang fasilitas sehingga penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak pilih 50,00 60,00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 30,00 86,07

14 Voters turnout 68,45 74,80

15 % Perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi 56,67 50,00

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 0,00 26,09

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 45,32 42,57 Lembaga Demokrasi

18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan pemilu 95,45 100,00

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 93,67 100,00

20 Alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 55,87 55,10

21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 40,00 71,43

22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 7,14 35,71

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai peserta pemilu 100,00 100,00

24 % perempuan pengurus partai politik 83,66 96,11

25 Penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan parpol 58,00 98,97 26 Keterlibatan PNS dalam kegiatan parpol peserta pemilu 90,91 92,42

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 100,00

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100,00 0,00

(5)

5. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof.

Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia.

Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2014

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui

(6)

focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus- kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data-data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan narasumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya.

Dari sisi penghitungan Indeks, IDI harus melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung indeks akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Indeks masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Gambar

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Jawa Timur, 2009-2014 62,49 55,12 55,98 54,99 059 70,36 200920102011201220132014100 80 60 Baik Sedang Buruk 0  083  078  072  081  071  082  082 079 100    80 Baik  Sedang
Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Jawa Timur, 2013-2014
Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator 2013 dan 2014

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI DKI Jakarta 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 89,64; aspek hak-hak politik sebesar 83,19;

Angka IDI Sulawesi Tengah 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 94,60; aspek hak-hak politik sebesar

Angka IDI 2014 Provinsi Kalimantan Barat merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 98,44; aspek hak-hak

Angka IDI Jawa Tengah 2013 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil dengan skor sebesar 79,18; aspek hak-hak politik sebesar

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 78,5; aspek Hak-hak Politik sebesar 68,45; dan

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 91,14; aspek

Angka IDI Banten 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil dengan rata-rata nasional 81,10; aspek hak-hak politik

Angka IDI Maluku Utara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek, yakni aspek kebebasan sipil dengan nilai sebesar 73,53; aspek hak-hak politik