• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 46/08/72/Th. XIX, 3 Agustus 2016

I NDEKS D EMOKRASI I NDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 MENINGKAT DIBANDINGKAN DENGAN IDI SULAWESI TENGAH 2014.

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia 2015

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sulawesi Tengah 2015 sebesar 76,67 dari skala 0 sampai 100. Angka ini naik 2,31 poin dibandingkan dengan IDI Sulawesi Tengah 2014 sebesar 74,36.

Meskipun mengalami peningkatan, tingkat demokrasi Sulawesi Tengah masih tetap berada pada kategori sedang. Angka indeks tersebut untuk saat ini juga telah berada di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 sebesar 75,00, sekaligus juga melampaui angka IDI 2015 nasional sebesar 72,82.

Perubahan IDI Sulawesi Tengah sejak 2009 hingga 2015 mengalami fluktuasi (2009 sebesar 67,30; 2010 sebesar 66,63, 2011 sebesar 64,00, 2012 sebesar 64,97, 2013 sebesar 64,50, 2014 sebesar 74,36, dan 2015 sebesar 76,67). Nilai IDI 2015 merupakan capaian tertinggi selama 7 tahun penghitungan IDI (2009-2015).

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sulawesi Tengah 2015 sebesar 76,67 dari skala 0 sampai 100.

Angka ini naik 2,31 poin dibandingkan dengan IDI Sulawesi Tengah 2014 sebesar 74,36. Meskipun mengalami peningkatan, tingkat demokrasi di Sulawesi Tengah masih tetap berada pada kategori sedang. Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga katergori yakni “baik” (indeks >80),

“sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Kenaikan angka yang merupakan indeks komposit tersebut dipengaruhi perubahan tiga aspek demokrasi yang diukur yakni Kebebasan Sipil (Civil Liberty) yang naik 8,04 poin dari 86,56 pada 2014 menjadi 94,60 pada 2015, Hak-Hak Politik (Political Rights) yang naik 9,84 poin dari 59,01 pada 2014 menjadi 68,85 pada 2015, dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy) yang turun 16,89 poin dari 83,42 pada 2014 menjadi 66,53 pada 2015.

Secara metodologis dalam pengumpulan data digunakan 4 sumber data berupa : (1) review surat kabar lokal, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

Perlu diketahui, mulai periode 2015 diterapkan 2 indikator baru komponen dari variabel “Peran

Birokrasi Pemerintah Daerah”, sebagai langkah penyempurnaan agar lebih sensitif pada situasi

lapangan yang terkini.

(2)

98.51 92.19 92.23 93.43 90.03

86.56

94.60

45.90 51.82

37.01 37.65 36.78

59.01

68.85 57.14 58.01

71.36 72.55 76.44 83.42

66.53

0 20 40 60 80 100

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Fluktuatifnya angka IDI adalah cermin dinamika situasi demokrasi di negara kita, khususnya Sulawesi Tengah. IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi regional. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (fakta/kejadian) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi.

Grafik 1. Perkembangan IDI Sulawesi Tengah, 2009-2015

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI

Angka IDI Sulawesi Tengah 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 94,60; aspek hak-hak politik sebesar 68,85; dan aspek lembaga demokrasi sebesar 66,53.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Sulawesi Tengah, 2009-2015

Hak-hak Politik Kebebasan Sipil

Lembaga Demokrasi Buruk

Sedang Baik

Baik

Sedang

Buruk

(3)

Apabila dimaknai secara kategori “baik”, “sedang”, dan “buruk”, pada 2015 tidak ada lagi indeks aspek yang berkategori “buruk”. Indeks aspek Kebebasan Sipil sejak awal pengukuran 2009 selalu berada pada kategori “baik”.

Sementara pada aspek Hak-hak Politik sejak 2009 hingga 2014 stabil pada kategori “buruk”.

Perubahan signifikan terjadi pada 2015, dimana aspek ini menembus kategori “sedang”.

Aspek Lembaga Demokrasi merupakan aspek yang secara kategori paling berfluktuasi. Sejak pengukuran pada 2009 hingga 2010 aspek ini berada pada kategori “buruk”. Pada 2011 hingga 2013 selalu bertahan pada kategori “sedang”, kemudian sempat menembus kategori “baik” pada 2014, tetapi kemudian turun kembali ke kategori “sedang” pada 2015.

Selama kurun waktu 7 tahun IDI dihitung, baru pertama kali ini indeks aspek Hak-hak Politik lebih tinggi dibandingkan aspek Lembaga Demokrasi. Sementara nilai aspek Kebebasan Sipil selalu berada pada posisi di atas aspek lainnya. Pada tahun 2015 rentang nilai ketiga aspek cukup rapat, yakni antara 66,53-80,30. Pada tahun-tahun sebelum 2014 rentang nilainya lebih lebar. Ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan aspek Hak-hak Politik yang cukup bermakna. Indeks aspek Hak-hak politik mengalami peningkatan 9,84 poin.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI

Dari sisi variabel, pada IDI Sulawesi Tengah 2015 terdapat tiga variabel yang mengalami peningkatan indeks dan enam variabel mengalami penurunan. Dari tiga variabel yang mengalami kenaikan, ketiganya meningkat cukup berarti. Kenaikan terbesar pada indeks variabel kebebasan berpendapat. Pada Grafik 3 memperlihatkan lebarnya jarak plot tahun 2014 dengan plot tahun 2015, menunjukkan bahwa variabel kebebasan berpendapat meningkat sangat signifikan dari kategori buruk menjadi baik, dari 50,00 pada 2014 menjadi 100,00 pada 2015.

Dua variabel lain yang indeksnya meningkat cukup berarti adalah kebebasan dari diskriminasi yang meningkat sebesar 16,98 poin, dan partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan yang meningkat sebesar 19,60 poin.

Pada Grafik 3 dapat diketahui variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah menurun sangat tajam. Peran Birokrasi Pemerintah Daerah turun sebesar 38,89 poin dari 100,00 pada 2014 menjadi 61,11 pada 2015. Akibat penurunan tersebut, kategori indeks kedua variabel tersebut merosot dari kategori “baik” menjadi “sedang”. Penurunan ini sejatinya imbas dari perubahan indikator penyusunnya. Pada tahun 2015 dilakukan evaluasi IDI yang salah satunya mengevaluasi komponen IDI. Hasilnya merekomendasi mulai IDI 2015 perlu dilakukan penggantian pada indikator 25 dan 26.

Dengan demikian komponen variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah berubah. Angka

perkembangan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Kebebasan Berkumpul dan Berserikat

Kebebasan Berpendapat

Kebebasan Berkeyakinan

Kebebasan dari Diskriminasi

Hak Memilih dan Dipilih Partisipasi Politik dalam

Pengambilan Keputusan dan Pengawasan Pemilu yang Bebas dan

Adil Peran DPRD Peran Partai Politik

Peran Birokrasi Pemerintah Daerah

Peran Peradilan yang Independen

2014 2015

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tengah, 2014-2015

4. Perkembangan Skor Indikator IDI

Pada IDI 2015 terdapat 15 indikator mencapai kinerja kategori “baik” (skor di atas 80) yaitu indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 17, 18, 24, 25, dan 28 (lihat Tabel 2 angka yang bercetak tebal).

Namun, pada tahun 2015 masih terdapat masalah kronis yakni kinerja demokrasi “buruk” (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah (15) Persentase Perempuan Terpilih terhadap Total Anggota DPRD Provinsi, (16) Demonstrasi/Mogok yang Bersifat Kekerasan, (20) Alokasi Anggaran Pendidikan/kesehatan, (21) Perda yang Merupakan Inisiatif DPRD, (22) Rekomendasi DPRD Kepada Eksekutif, (23) Kegiatan Kaderisasi yang Dilakukan Peserta Pemilu, dan (26) Upaya Penyediaan Informasi APBD oleh Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

5. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh

pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat bukan

sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan

landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan

gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan

Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum

(5)

dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr.

Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2015

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 2

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan

yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan

dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai

dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui

focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus-

kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data-data yang telah

terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan nara sumber yang kompeten

(6)

memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya

Penghitungan IDI melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung skor akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Skor masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing- masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

Pada 2015 sejalan dengan dinamika demokrasi dan agar sensitif dengan kondisi lapangan terkini maka diterapkan dua indikator baru yakni indikator 25 “Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN” dahulu “Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan calon/parpol tertentu dalam pemilu legislatif” dan indikator 26 yakni

“Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah” dahulu “Laporan dan berita keterlibatan

PNS dalam kegiatan politik parpol pada pemilu legislatif”.

(7)

Tabel 1: Perkembangan Indeks Aspek, Variabel dan Skor Indikator IDI 2014-2015

o ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2014 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA 74,36 76,67

A. KEBEBASAN SIPIL (CIVIL LIBERTIES) 86,56 94,60

I. Kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 97,66

1 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 100,00

2 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat 100,00 81,25

II. Kebebasan berpendapat 50,00 100,00

3 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berpendapat 50,00 100,00

4 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berpendapat 50,00 100,00

III. Kebebasan berkeyakinan 95,13 94,33

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat dalam

menjalankan agamanya 95,65 95,65

6 Tindakan atau pernyataan pejabat Pemerintah yang membatasi kebebasan atau

mengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaran agamanya 100,00 100,00 7 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap

kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama 90,00 85,00

IV. Kebebasan dari diskriminasi 75,10 92,08

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok rentan

lainnya 100,00 100,00

9 Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah yang diskriminatif dalam hal

gender, etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya 50,00 71,88

10 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender,

etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya 66,67 100,00

B. HAK-HAK POLITIK (POLITICAL RIGHTS) 59,01 68,85

V. Hak memilih dan dipilih 76,27 76,26

11 Hak memilih atau dipilih masyarakat terhambat 100,00 100,00

12 Kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas sehingga kelompok dengan

keterbatasan akses tidak dapat menggunakan hak memilih 60,00 60,00

13 Kualitas daftar pemilih tetap (DPT) 75,03 75,03

14 Penduduk yang menggunakan hak pilih dibandingkan dengan yang memiliki hak untuk

memilih dalam pemilu (voters turnout) 75,95 75,95

15 Perempuan terpilih di DPRD provinsi 51,85 51,85

VI. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan 41,84 61,44

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 13,04 32,61

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 70,64 90,28 C. LEMBAGA-LEMBAGA DEMOKRASI (DEMOCRATIC INSTITUTIONS) 83,42 66,53

VII. Pemilu yang bebas dan adil 83,54 83,54

18 Kejadian yang menunjukkan keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan Pemilu 100,00 100,00 19 Kejadian atau pelaporan tentang kecurangan dalam penghitungan suara 67,09 67,09

VIII. Peran DPRD 44,30 41,59

20 Besaran alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 55,22 59,75

21 Perda yang berasal dari hak inisiatif DPRD 42,11 10,00

22 Rekomendasi DPRD kepada eksekutif 7,14 3,57

IX. Peran Partai politik 98,62 60,44

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan parpol peserta pemilu 100,00 57,14

24 Perempuan dalam kepengurusan parpol tingkat provinsi 86,23 90,15

(8)

ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2014 2015

X. Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 100,00 61,11

25 Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN - 84,21 Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan calon/parpol

tertentu dalam pemilu legislatif 100,00 -

26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah - 41,67

Laporan dan berita keterlibatan PNS dalam kegiatan politik parpol pada pemilu legislatif 100,00 -

XI. Peran Peradilan yang independen 87,50 87,50

27 Keputusan hakim yang kontroversial 75,00 75,00

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100,00 100,00

(9)

Tabel 2. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2014-2015

Provinsi

IDI 2014 IDI 2015

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

Aceh 72,29 69,76 63,94 88,73 67.78 74.81 63.98 64.97

Sumatera Utara 68,02 79,86 61,97 62,75 69.01 82.02 62.17 63.52 Sumatera Barat 63,99 47,21 61,82 88,56 67.46 52.99 69.77 82.01

Riau 68,40 74,35 59,74 74,69 65.83 66.46 66.61 63.80

Jambi 71,15 78,23 54,01 89,48 70.68 75.89 62.12 77.72

Sumatera Selatan 74,82 86,09 63,57 78,53 79.81 96.06 78.79 61.00

Bengkulu 71,70 79,49 63,98 74,16 73.60 78.50 68.45 75.61

Lampung 71,62 72,06 63,69 83,66 65.95 71.99 63.19 62.74

Kep. Bangka Belitung 75,32 89,80 56,48 87,01 72.31 81.25 66.95 69.60 Kepulauan Riau 68,39 82,47 58,35 66,61 70.26 80.16 65.01 66.13

DKI Jakarta 84,70 91,72 73,94 92,97 85.32 89.64 83.19 83.26

Jawa Barat 71,52 83,95 65,22 65,89 73.04 79.10 81.89 51.37

Jawa Tengah 77,44 87,87 67,08 80,77 69.75 79.44 67.28 61.48

D.I.Yogyakarta 82,71 86,25 76,07 88,82 83.19 90.41 77.98 82.38

Jawa Timur 70,36 81,62 56,29 78,54 76.90 85.26 67.44 81.39

Banten 75,50 81,10 63,68 87,22 68.46 74.28 63.72 68.66

Bali 76,13 92,16 61,27 79,56 79.83 94.42 77.42 65.31

Nusa Tenggara Barat 62,62 58,73 62,08 68,38 65.08 51.59 61.11 88.36 Nusa Tenggara Timur 68,81 85,92 65,13 53,12 78.47 93.19 71.69 70.73 Kalimantan Barat 80,58 98,44 63,12 85,84 76.40 96.81 65.57 67.95 Kalimantan Tengah 79,00 92,93 66,42 81,48 73.46 85.07 68.31 67.05 Kalimantan Selatan 70,84 58,43 76,45 77,53 74.76 54.15 85.77 83.17 Kalimantan Timur 77,77 93,28 70,42 69,94 81.24 93.07 82.74 63.99

Kalimantan Utara - - - - 80.16 98.10 83.65 52.05

Sulawesi Utara 83,94 93,56 80,89 76,68 79.40 86.71 77.92 72.53 Sulawesi Tengah 74,36 86,56 59,01 83,42 76.67 94.60 68.85 66.53 Sulawesi Selatan 75,30 86,27 73,99 63,58 67.90 69.38 64.25 71.84 Sulawesi Tenggara 70,13 90,89 53,20 70,92 69.44 91.14 56.95 61.99

Gorontalo 73,82 82,19 63,67 79,41 76.77 81.35 69.97 81.81

Sulawesi Barat 76,69 90,22 63,64 80,39 68.25 81.88 61.16 62.37

Maluku 72,72 90,85 60,03 70,09 65.90 76.04 63.20 57.43

Maluku Utara 67,90 76,90 60,61 68,16 61.52 73.53 61.00 47.25

Papua Barat 65,65 97,93 39,29 66,93 59.97 92.33 39.48 51.81

Papua 62,15 85,69 42,51 63,75 57.55 82.72 41.81 50.87

INDONESIA 73,04 82,62 63,72 75,81 72.82 80.30 70.63 66.87

Gambar

Grafik 1. Perkembangan IDI Sulawesi Tengah, 2009-2015
Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tengah, 2014-2015
Tabel 1: Perkembangan Indeks Aspek, Variabel dan Skor Indikator IDI 2014-2015
Tabel 2. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2014-2015  Provinsi  IDI 2014  IDI 2015  IDI  Aspek  Kebebasan  Sipil  Aspek  Hak-hak Politik  Aspek  Lembaga  Demokrasi  IDI  Aspek  Kebebasan Sipil  Aspek Hak-hak Politik  A

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,28; aspek Hak-hak Politik sebesar 70,42; dan

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 91,14; aspek

Angka IDI Sulawesi Utara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,56; aspek Hak-hak Politik sebesar 80,89; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks 80,16; aspek Hak-hak Politik sebesar 65,01; dan aspek

Angka IDI 2013 Kalimantan Barat merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 97,54; aspek hak-hak politik sebesar

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 90,89; aspek