• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. 59/08/64/Th.XVIII, 13 Agustus 2015

I

NDEKS

D

EMOKRASI

I

NDONESIA

(IDI) K

ALIMANTAN

T

IMUR

2014

*)

INDEKSDEMOKRASIINDONESIA(IDI)KALIMANTANTIMUR2014SEBESAR77,77DALAM SKALA0SAMPAI100.DIBANDINGKANDENGANTAHUN2013,IDIKALIMANTANTIMUR NAIKSEBESAR9,64POIN.

*)TERMASUK KALTARA

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Kalimantan Timur 2014

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Kalimantan Timur 2014 sebesar 77,77 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 9,64 poin dibandingkan dengan IDI Kalimantan Timur 2013 sebesar 68,13.

Meskipun mengalami peningkatan, tingkat demokrasi Kalimantan Timur secara umum masih dalam kategori sedang.

Perubahan IDI dari 2009 hingga 2014 mengalami fluktuasi (2009 sebesar 72,31; 2010 sebesar 73,04, 2011 sebesar 66,37, 2012 sebesar 71,23, 2013 sebesar 68,13, dan 2014 sebesar 77,77). Nilai IDI Kalimantan Timur 2014 merupakan capaian tertinggi selama 6 tahun penghitungan IDI (2009- 2014). Fluktuatifnya angka IDI adalah cermin dinamika situasi demokrasi di wilayah Kalimantan Timur.

IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas dan memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi regional. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi di Kalimantan Timur.

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Kalimantan Timur 2014 sebesar 77,77 dalam skala 0 sampai 100.

Angka ini naik 9,64 poin dibandingkan dengan IDI Kalimantan Timur 2013 sebesar 68,13. Kinerja demokrasi Kalimantan Timur masih berada pada kategori “sedang”. Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan

“buruk” (indeks < 60).

Kenaikan IDI Kalimantan Timur dari 2013-2014 dipengaruhi perubahan tiga aspek demokrasi yakni Kebebasan Sipil naik 1,14 poin (dari 92,14 menjadi 93,28), Hak-Hak Politik yang naik 15,06 poin (dari 55,36 menjadi 70,42), dan Lembaga-lembaga Demokrasi yang naik 11,74 poin (dari 58,20 menjadi 69,94).

Metodologi pengumpulan data IDI terdiri dari 4 sumber data yaitu : (1) review surat kabar, (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD), dan (4) wawancara mendalam.

(2)

Grafik 1. Perkembangan IDI Kalimantan Timur, 2009-2014

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Kalimantan Timur

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,28; aspek Hak-hak Politik sebesar 70,42; dan aspek Lembaga Demokrasi sebesar 69,94.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Kalimantan Timur, 2009-2014

Nilai indeks dalam tiga aspek demokrasi yang diukur pada 2014 mengalami peningkatan dibandingkan 2013. Indeks aspek Hak-hak politik mengalami peningkatan terbesar 15,06 poin diikuti oleh aspek Lembaga Demokrasi sebesar 11,74 poin sehingga mendongkrak nilai IDI Kalimantan Timur 2014. Sementara nilai kebebasan sipil mengalami peningkatan sebesar 1,14 poin. Peningkatan nilai indeks menyebabkan pola sebaran kategori berubah dengan tahun pengukuran sebelumnya, yaitu Hak-hak politik dan Lembaga Demokrasi berubah dari “buruk” menjadi “sedang”, sementara aspek Kebebasan sipil tetap dalam kategori “baik”. Perlu menjadi perhatian, pada aspek hak-hak politik kendati terdapat perbaikan pada hak memilih dan dipilih namun masih terdapat kecenderungan

72.31 73.04

66.37 71.23 68.13

77.77

2009 2010 2011 2012 2013 2014

100

80

60 Baik

sedang

Buruk

0

98.22 97.79

91.84

97.16

92.14 93.28

54.78 53.89

45.12

51.69

55.36

70.42

67.57

72.34

68.10 69.68

58.20

69.94

2009 2010 2011 2012 2013 2014

100

80

60 Baik

Sedang

Buruk 0

Kebebasan Sipil

Lembaga Demokrasi

(3)

penyampaian aspirasi dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan seperti merusak, memblokir, membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah.

Sementara dari aspek lembaga demokrasi peran DPRD dan partai politik masih rendah.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Kalimantan Timur

Variabel pada IDI 2014 terdapat delapan variabel yang mengalami peningkatan indeks dan tiga variabel mengalami penurunan. Dari delapan variabel yang mengalami kenaikan, tiga diantaranya meningkat cukup berarti. Kenaikan terbesar pada indeks variabel peran peradilan yang independen.

Grafik 3 memperlihatkan variabel peran peradilan yang independen meningkat dari kategori buruk menjadi baik, dari 50,00 pada 2013 menjadi 100 pada 2014. Indeks variabel lain yang meningkat cukup berarti diantaranya hak memilih dan dipilih, dan partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.

Tiga variabel yang mengalami penurunan indeks antara lain adalah kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul dan berserikat dan peran DPRD. Kebebasan berpendapat turun sebesar 34,43 poin dari 98,33 pada 2013 menjadi 63,90 pada 2014. Kebebasan berkumpul dan berserikat juga turun sebesar 7,5 poin dari 98,75 pada 2013 menjadi 91,25 pada 2014 serta peran DPRD yang turun 0,24 poin dari 40,80 pada tahun 2013 menjadi 40,56 pada tahun 2014. Perkembangan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Kalimantan Timur, 2013-2014

0 20 40 60 80 100

Kebebasan Berkumpul dan

Berserikat

Kebebasan Berpendapat

Kebebasan Berkeyakinan

Kebebasan dari Diskriminasi

Hak Memilih dan Dipilih Partisipasi Politik

dalam Pengambilan…

Pemilu yang Bebas dan Adil Peran DPRD Peran Partai Politik

Peran Birokrasi Pemerintah

Daerah

Peran Peradilan yang Independen

2013 2014

(4)

4. Perkembangan Skor Indikator IDI Kalimantan Timur

Indikator pada IDI 2014 Kalimantan Timur terdapat 17 indikator mencapai kinerja kategori “baik”

(skor di atas 80) yaitu indikator 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 18, 19, 25, 26, 27, dan 28 (lihat Tabel 2 angka yang bercetak tebal). Pada tahun 2014 masih terdapat masalah kronis yakni kinerja demokrasi

“buruk” (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah ancaman kekerasan atau pengguna kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat, persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota, demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan, alokasi anggaran pendidikan/kesehatan, perda yang merupakan inisiatif DPRD, rekomendasi DPRD kepada eksekutif, dan kegiatan kaderisasi yang dilakukan peserta pemilu. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

5. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi- provinsi di seluruh Indonesia. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

(5)

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2014

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 2

Pengumpulan data IDI mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah/walikota/bupati, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui focus group discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus-kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data- data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan narasumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya

Dari sisi penghitungan Indeks, IDI harus melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung indeks akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Indeks masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

(6)

7. Tabel-tabel

Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Kalimantan Timur, 2013-2014

No Nama Variabel 2013 2014 Selisih

1 Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 98.75 91.25 -7.50

2 Kebebasan Berpendapat 98.33 63.90 -34.43

3 Kebebasan Berkeyakinan 89.48 96.92 7.44

4 Kebebasan dari Diskriminasi 93.92 96.53 2.61

5 Hak Memilih dan Dipilih 52.02 69.75 17.73

6 Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan

Pengawasan 58.70 71.09 12.39

7 Pemilu yang Bebas dan Adil 98.73 99.37 0.64

8 Peran DPRD 40.80 40.56 -0.24

9 Peran Partai Politik 6.39 7.36 0.97

10 Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 99.34 100 0.66

11 Peran Peradilan yang Independen 50.00 100 50.00

(7)

Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator Kalimantan Timur 2013 dan 2014

Nomor Indikator 2013 2014

1

Kebebasan Sipil

Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat

100,00 90.00

2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat

90,00 100.00

3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat

100,00 56.67

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat

90,00 100.00 5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 95,65 95.65 6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 50,00 100.00 7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama 90,00 100.00 8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 100,00 100.00 9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender dst 90,00 87.50 10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender 90,00 100.00

Hak-Hak Politik

11 Hak memilih atau dipilih terhambat 93,59 98.72

12 Kurang fasilitas sehingga penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak pilih 50,00 60.00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 30,00 67.77

14 Voters turnout 67,19 68.72

15 % Perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi 66,67 36.36

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 17,39 42.17

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 100,00 100.00 Lembaga Demokrasi

18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan pemilu 100,00 100.00

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 97,47 98.73

20 Alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 53.94 54.23

21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 25,00 30.77

22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 7,14 0.00

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai peserta pemilu 0,00 0.00

24 % perempuan pengurus partai politik 63,89 73.56

25 Penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan parpol 63,89 100.00 26 Keterlibatan PNS dalam kegiatan parpol peserta pemilu 100,00 100.00

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 100.00

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 0,00 100.00

(8)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Informasi lebih lanjut hubungi : Ir. Aden Gultom, M.M

(Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE

(Kepala Bidang Statistik Sosial) Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121

e-mail: sosial6400@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 78,5; aspek Hak-hak Politik sebesar 68,45; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI 2014 di Provinsi Riau merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan skor sebesar 74,35; aspek Hak-hak

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 91,14; aspek

Angka IDI Sulawesi Utara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,56; aspek Hak-hak Politik sebesar 80,89; dan

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks 80,16; aspek Hak-hak Politik sebesar 65,01; dan aspek

Angka IDI 2013 Kalimantan Barat merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 97,54; aspek hak-hak politik sebesar