• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No. 43/09/14/Th. XVIII, 14 September 2017

I NDEKS D EMOKRASI I NDONESIA (IDI) 2016* )

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI PROVINSI RIAU TAHUN 2016

SEBESAR

71,89,

MENGALAMI

KENAIKAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015

SEBESAR

65,83 .

*) Lihat penjelasan teknis

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia 2016 Provinsi Riau

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) di Provinsi Riau tahun 2016 mencapai 71,89 (dalam skala indeks 0 sampai 100). Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan IDI 2015 yang capaiannya sebesar 65,83. Meskipun cukup banyak mengalami perubahan, tingkat demokrasi Indonesia tersebut masih termasuk dalam kategori “sedang”.

Capaian IDI dari tahun 2009 hingga 2016 mengalami fluktuasi. Pada awal mula dihitung tahun 2009, capaian IDI di Provinsi Riau sebesar 75,85 kemudian angka ini terus mengalami penurunan hingga mencapai sebesar 67,00 di tahun 2012. IDI Provinsi Riau kemudian mengalami kenaikan

 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2016 mencapai angka 71,89 dalam skala 0 sampai 100.

Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan angka IDI 2015 yang sebesar 65,83.

Capaian kinerja demokrasi Indonesia tersebut masih berada pada kategori “sedang”. Klasifikasi tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang”

(indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

 Perubahan angka Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) di Provinsi Riau dari tahun 2015 ke tahun 2016 dipengaruhi oleh dua aspek demokrasi yakni (1) Kebebasan Sipil yang naik 5,32 poin (dari 66,46 menjadi 71,78), (2) Hak-Hak Politik yang naik 11,37 poin (dari 66,61 menjadi 77,98), sedangkan (3) Lembaga-lembaga Demokrasi turun 1,46 poin (dari 63,80 menjadi 62,34).

 Dari 11 variabel pembentuk angka IDI Provinsi Riau tahun 2016, ada 5 variabel mengalami kenaikan, 2 variabel tidak mengalami perubahan dan 4 variabel yang mengalami penurunan.

 Variabel yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan. Sedangkan variabel yang mengalami penurunan yang tertinggi adalah Peran Peradilan yang Independen.

 Dari 28 indikator pembentuk angka IDI Provinsi Riau tahun 2016 terdapat 13 Indikator yang

mencapai Kinerja kategori “baik”, 7 Indikator kategori “sedang” dan 8 indikator kategori “Buruk”.

(2)

hingga sebesar 68,40 pada tahun 2014. Namun pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 65,83 dan kemudian mengalami kenaikan kembali menjadi sebesar 71,89 di tahun 2016.

Fluktuasi angka IDI adalah cerminan situasi dinamika demokrasi di Provinsi Riau. IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi. IDI disusun secara cermat berdasarkan kejadian (evidence- based) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi.

Grafik 1. Perkembangan IDI Provinsi Riau, 2009-2016

2. Perkembangan Indeks Aspek-Aspek IDI Provinsi Riau

Angka IDI 2016 Provinsi Riau merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 71,78; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 77,98; dan aspek Lembaga Demokrasi yang bernilai 62,34.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Provinsi Riau, 2009-2016

75,85

71.45 70.65

67,00 68,37 68,40

65,83

71.89

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 100

80

60 Baik

Sedang

Buruk

0

93.14

91.02

83.12

80.21

77.71

74.35 66.46

71.78 65.40

47.19

52.90

47.16

52.19

59.74

66,61

77.98 70.68

85.39 83.18

81.89 82,32

74.69

63.80 62.34

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

100

80

60 Baik

Sedang

Buruk 0

(3)

Pada tahun 2016, dua aspek mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015. Meskipun mengalami kenaikan, aspek Kebebasan Sipil menunjukkan kecenderungan trend yang semakin menurun sedangkan aspek hak politik merupakan mengalami kenaikan yang cukup tajam dengan nilai tertinggi. Sementara itu, aspek Lembaga Demokrasi mengalami penurunan semenjak tahun 2013.

Indeks aspek Kebebasan Sipil mengalami kenaikan 5,32 poin dibandingkan tahun 2015.

sedangkan, nilai indeks aspek Hak-Hak Politik mengalami kenaikan 11,37 poin dibandingkan tahun 2015 yang merupakan kenaikan nilai tertinggi, sementara itu nilai aspek Lembaga Demokrasi mengalami penurunan sebesar 1,46 dibandingkan tahun 2015.

Serupa dengan tahun 2015, pada tahun 2016 tidak ada indeks aspek yang berkategori “buruk”.

Indeks aspek Kebebasan sipil, Hak-Hak Politik dan Lembaga Demokrasi masih tetap pada kategori

“sedang”, dan tidak juga termasuk pada kategori “baik”.

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Riau

Pada tahun 2016 terdapat lima variabel yang mengalami kenaikan indeks, empat variabel yang mengalami penurunan dan dua variabel tidak mengalami perubahan. Dari empat variabel yang mengalami penurunan, dua di antaranya menurun cukup tajam. Variabel Peran Peradilan yang Independen menurun paling tajam yaitu sebesar 28,13 poin, dari 78,13 pada 2015 menjadi 50,00 pada 2016. Penurunan terbesar kedua terjadi pada variabel Kebebasan Berpendapat yang turun 25,70 poin, dari 65,29 pada 2015 menjadi 39,59 pada 2016.

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Riau, 2015-2016

Di sisi lain, variabel Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan meningkat secara bermakna sebesar 22,82 poin, dari 57,61 pada 2015 menjadi 80,43 pada 2016 meningkat dari kategori “buruk” menjadi kategori “baik”. Variabel lain yang juga meningkat adalah variabel Peran Partai Politik. Variabel ini meningkat sebesar 15,20 poin dari 84,02 pada 2015 menjadi 99,22 pada 2016. Variabel Kebebasan Berkeyakinan juga meningkat sebesar 13,55 poin dari 64,14

0 20 40 60 80 100

Kebebasan Berkumpul dan Berserikat

Kebebasan Berpendapat

Kebebasan Berkeyakinan

Kebebasan dari Diskriminasi

Hak Memilih dan Dipilih Partisipasi Politik dalam Pengambilan

Keputusan dan…

Pemilu yang Bebas dan Adil Peran DPRD Peran Partai Politik

Peran Birokrasi Pemerintah Daerah

Peran Peradilan yang Independen

2015 2016

(4)

pada 2015 menjadi 77,69 pada 2016. Posisi variabel ini masih dalam kategori “sedang”. Sedangkan variabel Peran DPRD dan variabel peran Birokasi Pemerintah daerah mengalami kenaikan tetapi masih pada kategori “buruk”. Angka perkembangan indeks IDI Provinsi Riau tahun 2015 dan 2016 variabel secara rinci dapat dilihat pada Grafik 3.

4. Perkembangan Skor Indikator IDI Provinsi Riau

Pada tahun 2016 dari 28 indikator dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian sebagaimana dapat dicermati pada keterangan berikut ini.

Pada IDI 2016, dari 28 indikator terdapat 13 yang mencapai kinerja kategori “baik” (skor di atas 80), meliputi:

a. Indikator 1, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Aparat Pemerintah yang Menghambat Kebebasan Berkumpul dan Berserikat,

b. Indikator 2, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Masyarakat yang Menghambat Kebebasan Berkumpul dan Berserikat,

c. Indikator 7, Ancaman/Penggunaan Kekerasan dari satu Kelompok Masyarakat terhadap Kelompok Masyarakat Lain terkait dengan Ajaran Agama,

d. Indikator 9, Tindakan/Pernyataan Pejabat Pemerintah Daerah yang Diskriminatif dalam Hal Gender, Etnis atau terhadap dan Kelompok Rentan lainnya,

e. Indikator 10, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Masyarakat karena Alasan Gender, Etnis atau terhadap Kelompok Rentan lainnya,

f. Indikator 11, Kejadian dimana Hak Memilih atau Dipilih Masyarakat Terhambat, g. Indikator 15, Persentase Anggota Perempuan DPRD Provinsi,

h. Indikator 17, Pengaduan Masyarakat mengenai Penyelenggaraan Pemerintahan,

i. Indikator 18, Kejadian yang Menunjukkan Keberpihakan KPUD dalam Penyelenggaraan Pemilu,

j. Indikator 19, Kejadian atau Pelaporan tentang Kecurangan dalam Penghitungan Suara, k. Indikator 23, Kegiatan Kaderisasi yang dilakukan Parpol Peserta Pemilu,

l. Indikator 24, Persentase Perempuan dalam Kepengurusan Parpol Tingkat Provinsi, m. Indikator 27, Keputusan Hakim yang Kontroversial.

Meskipun demikian, masih terdapat juga kinerja indikator demokrasi yang berkategori “buruk” (skor di bawah 60) di tahun 2016. Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah:

a. Indikator 3, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Aparat Pemerintah yang Menghambat Kebebasan Berpendapat,

b. Indikator 4, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh masyarakat yang Menghambat Kebebasan Berpendapat,

c. Indikator 8, Aturan tertulis yang Diskriminatif dalam Hal Gender Etnis, atau Terhadap Kelompok Rentan lainnya,

d. Indikator 21, Persentase Jumlah Perda yang Berasal dari Hak Inisiatif DPRD terhadap Jumlah Total Perda yang dihasilkan,

e. Indikator 22, Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif,

f. Indikator 25, Jumlah Kebijakan Pejabat Pemerintah Daerah yang dinyatakan Bersalah oleh Keputusan PTUN,

g. Indikator 26, Upaya Penyediaan Informasi APBD oleh Pemerintah Daerah,

h. Indikator 28, Penghentian Penyidikan yang Kontroversial oleh Jaksa atau Polisi.

(5)

Dari 8 Indikator tersebut di atas memerlukan perhatian khusus dari semua pihak agar nilainya dapat membaik di tahun mendatang.

Selanjutnya pada IDI Provinsi Riau 2016 masih juga terdapat 7 indikator yang termasuk kategori “sedang”, tidak kalah pentingnya menjadi perhatian kita semua dan perlu di waspadai untuk tidak turun menjadi kategori “buruk”.

Indikator tersebut sebagai berikut :

a. Indikator 5, Aturan Tertulis yang Membatasi Kebebasan atau Mengharuskan Masyarakat dalam Menjalankan Agamanya,

b. Indikator 6, Tindakan atau Pernyataan Pejabat Pemerintah yang Membatasi Kebebasan atau mengharuskan Masyarakat untuk Menjalankan Ajaran Agamanya,

c. Indikator 12, Kejadian yang Menunjukkan Ketiadaan/Kekurangan Fasilitas Sehingga Kelompok Penyandang Cacat tidak dapat Menggunakan Hak Memilih,

d. Indikator 13, Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT),

e. Indikator 14, Persentase Penduduk yang Menggunakan Hak Pilih dibandingkan dengan yang Memiliki Hak untuk Memilih dalam Pemilu (voters turnout),

f. Indikator 16, Demonstrasi/Mogok yang Bersifat Kekerasan,

g. Indikator 20, Alokasi Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Total APBD..

5. Perkembangan IDI Menurut Provinsi Tahun 2016

Terdapat empat provinsi yang berkategori “baik”. Posisi pertama ditempati oleh DI Yogyakarta yang naik dari 83,19 pada 2015 menjadi 85,58 pada 2016. Tiga provinsi lainnya adalah Kepulauan Bangka-Belitung naik dari 72,31 pada 2015 menjadi 83,00 pada 2016, Nusa Tenggara Timur naik dari 78,47 pada 2015 menjadi 82,49 pada 2016, dan Sumatera Selatan yang naik dari 79,81 pada 2015 menjadi 80,95 pada 2016 (lihat Tabel 3). Sedangkan sebanyak 29 provinsi lainnya berada dalam kategori “sedang”, sementara 1 provinsi kategori “buruk” yaitu Provinsi Sumatera Barat.

Meskipun demikian, dibandingkan tahun 2015, nilai IDI di 15 provinsi mengalami penurunan.

Penurunan IDI terbesar terjadi di Provinsi DKI Jakarta yang turun 14,47 poin dari 85,32 pada 2015

menjadi 70,85 pada 2016. Provinsi lainnya yang juga menurun cukup tajam adalah Provinsi Sumatera

Barat yang turun 13,05 poin dari 67,46 pada 2015 menjadi 54,41 pada 2016. Penurunan ini

menyebabkan Sumatera Barat menjadi satu-satunya provinsi pada tahun 2016 yang masuk dalam

kategori “buruk”.

(6)

Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga- Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. IDI tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

Komponen Penghitungan IDI 2009 – 2016

Aspek Variabel Indikator *)

1. Kebebasan Sipil 1. Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 2 indikator

2. Kebebasan Berpendapat 2 indikator

3. Kebebasan Berkeyakinan 3 indikator

4. Kebebasan dari Diskriminasi 3 indikator 2. Hak-Hak Politik 5. Hak Memilih dan Dipilih 5 indikator

6. Partisipasi Politik dalam Pengambilan

Keputusan dan Pengawasan Pemerintahan 2 indikator 3. Lembaga

Demokrasi

7. Pemilu yang Bebas dan Adil 2 indikator

8.Peran DPRD 3 indikator

9. Peran Partai Politik 2 indikator

10. Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 2 indikator 11. Peradilan yang Independen 2 indikator

Catatan: *) = rincian indikator dapat dilihat pada Tabel 2

Pengumpulan data IDI mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan

yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan

dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai

(7)

dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui Focus Group Discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus- kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data-data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan nara sumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya

Penghitungan IDI melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung skor akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkis terkait satu dengan yang lain. Skor masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 variabel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing- masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini

merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat

terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang

paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan

apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut

dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat

demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

(8)

Tabel-Tabel

Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Riau, 2015-2016

No Nama Variabel 2015 2016 Selisih

1 Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 100,00 97,66 -2,34

2 Kebebasan Berpendapat 65,29 39,59 -25,70

3 Kebebasan Berkeyakinan 64,14 77,69 13,55

4 Kebebasan dari Diskriminasi 60,80 60,80 0,00

5 Hak Memilih dan Dipilih 75,60 75,53 -0,07

6 Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan 57,61 80,43 22,82

7 Pemilu yang Bebas dan Adil 91,14 91,14 0,00

8 Peran DPRD 45,17 47,96 2,79

9 Peran Partai Politik 84,02 99,22 15,20

10 Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 29,78 35,85 6,07

11 Peran Peradilan yang Independen 78,13 50,00 -28,13

(9)

Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator 2015 dan 2016

Nomor Indikator 2015 2016

1 Kebebasan Sipil

Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan

berkumpul dan berserikat 100,00 100,00

2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan

berkumpul dan berserikat 100,00 81,25

3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan

berpendapat 58,33 37,50

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan

berpendapat 100,00 50,00

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 65,22 78,26 6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 0,00 62,50 7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama 100,00 85,00 8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 0,00 0,00 9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 100,00 100,00 10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender, etnis, kelompok 100,00 100,00

Hak-Hak Politik

11 Hak memilih atau dipilih terhambat 97,44 97,44

12 Kurang fasilitas sehingga penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak pilih 60,00 60,00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 68,82 68,82

14 Voters turnout 69,48 69,48

15 Persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi 92,31 92,31

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 15,22 60,87

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 100,00 100,00 Lembaga Demokrasi

18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan pemilu 100,00 100,00

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 82,28 82,28

20 Alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 55,80 66,80

21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 53,85 25,00

22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 0,00 0,00

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai peserta pemilu 85,71 100,00

24 Persentase perempuan pengurus partai politik 68,74 92,15

25 Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN 55,26 28,95

26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah 8,33 41,66

27 Keputusan hakim yang kontroversial 56,25 100,00

28 Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa atau polisi 100,00 0,00

(10)

Tabel 3. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2015-2016

Provinsi

IDI 2015 IDI 2016

IDI

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga

Demokrasi IDI Rank

Aspek Kebebasan

Sipil

Aspek Hak-hak Politik

Aspek Lembaga Demokrasi

Aceh 67,78 74,81 63,98 64,97 72,48 17 92,92 63,94 60,33

Sumatera Utara 69,01 82,02 62,17 63,52 67,37 27 82,71 62,29 56,13

Sumatera Barat 67,46 52,99 69,77 82,01 54,41 34 51,01 54,33 58,82

Riau 65,83 66,46 66,61 63,80 71,89 21 71,78 77,98 62,34

Jambi 70,68 75,89 62,12 77,72 68,89 25 84,39 65,63 54,58

Sumatera Selatan 79,81 96,06 78,79 61,00 80,95 4 91,17 81,94 66,53

Bengkulu 73,60 78,50 68,45 75,61 74,23 12 85,14 63,84 77,01

Lampung 65,95 71,99 63,19 62,74 61,00 32 60,49 59,32 64,31

Kep. Bangka Belitung 72,31 81,25 66,95 69,60 83,00 2 87,65 81,09 80,20

Kepulauan Riau 70,26 80,16 65,01 66,13 72,84 16 85,43 71,28 59,48

DKI Jakarta 85,32 89,64 83,19 83,26 70,85 24 81,11 67,54 63,19

Jawa Barat 73,04 79,10 81,89 51,37 66,82 28 73,37 72,34 49,79

Jawa Tengah 69,75 79,44 67,28 61,48 66,71 29 66,06 67,24 66,69

D.I.Yogyakarta 83,19 90,41 77,98 82,38 85,58 1 90,00 81,59 86,37

Jawa Timur 76,90 85,26 67,44 81,39 72,24 19 73,73 76,49 63,63

Banten 68,46 74,28 63,72 68,66 71,36 22 83,47 68,30 60,99

Bali 79,83 94,42 77,42 65,31 78,95 5 96,94 69,60 71,18

Nusa Tenggara Barat 65,08 51,59 61,11 88,36 65,41 30 65,06 62,08 71,13

Nusa Tenggara Timur 78,47 93,19 71,69 70,73 82,49 3 96,25 81,68 66,46

Kalimantan Barat 76,40 96,81 65,57 67,95 75,28 10 83,29 75,70 64,54

Kalimantan Tengah 73,46 85,07 68,31 67,05 74,77 11 84,98 70,66 68,43

Kalimantan Selatan 74,76 54,15 85,77 83,17 73,43 14 61,04 83,58 72,89

Kalimantan Timur 81,24 93,07 82,74 63,99 73,64 13 78,25 78,35 60,36

Kalimantan Utara 80,16 98,10 83,65 52,05 76,98 8 100,00 66,64 64,48

Sulawesi Utara 79,40 86,71 77,92 72,53 76,34 9 96,31 70,42 60,62

Sulawesi Tengah 76,67 94,60 68,85 66,53 72,20 20 80,39 67,89 68,76

Sulawesi Selatan 67,90 69,38 64,25 71,84 68,53 26 75,54 61,51 70,86

Sulawesi Tenggara 69,44 91,14 56,95 61,99 71,13 23 88,07 55,51 74,66

Gorontalo 76,77 81,35 69,97 81,81 77,48 7 82,35 75,54 74,42

Sulawesi Barat 68,25 81,88 61,16 62,37 72,37 18 82,89 69,02 64,47

Maluku 65,90 76,04 63,20 57,43 78,20 6 87,17 76,18 70,13

Maluku Utara 61,52 73,53 61,00 47,25 73,27 15 92,27 61,79 67,59

Papua Barat 59,97 92,33 39,48 51,81 60,35 33 93,67 38,05 53,85

Papua 57,55 82,72 41,81 50,87 61,02 31 92,15 41,13 53,45

INDONESIA 72,82 80,30 70,63 66,87 70,09 76,45 70,11 62,05

================ 000================

Gambar

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Provinsi Riau, 2009-2016 75,85 71.45 70.65 67,00 68,37 68,40 65,83  71.89 20092010201120122013201420152016100 80 60 Baik Sedang Buruk 0  93.14  91.02  83.12  80.21  77.71  74.35  66.46  71.78  65.40  47.19  52.90  47
Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Riau, 2015-2016
Tabel 1. Perkembangan Indeks Variabel IDI Provinsi Riau, 2015-2016
Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator 2015 dan 2016
+2

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI 2014 di Provinsi Riau merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan skor sebesar 74,35; aspek Hak-hak

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 90,00; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 81,59;

Angka IDI Jawa Timur 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 73,73; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 76,49; dan

Angka IDI 2016 Provinsi Aceh merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 92,92; aspek Hak-Hak Politik yang

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga Demokrasi.. Aspek Kebebasan

Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil yang bernilai 84,39; aspek Hak-Hak Politik yang bernilai 65,63;