• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

RENCANA IMPLEMENTASI

4.1. Perencanaan Implementasi

Seperti yang telah dijabarkan pada bab III, PT Stella Kwarta merupakan sebuah perusahaan keluarga yang sedang dalam proses peralihan kepemimpinan dari pendiri ke generasi kedua. Keberlanjutan dan perencanaan implementasi suksesi memerlukan pengembangan struktur dan proses kepemimpinan yang efektif. Perencanaan yang digunakan untuk mengantisipasi tantangan dan perkembangan kebijakan sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Perencanaan implementasi ini adalah sebuah proses suksesi atau pergantian kepemimpinan, sehingga anggota keluarga yang merupakan calon pemimpin dapat berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya sehingga nantinya dapat bekerja sama dengan baik antar anggota keluarga atau dengan para karyawan perusahaan. Maka penulis membuat prencanaan implementasi dalam suksesi PT Stella Kwarta sebagai berikut.

Gambar 4.1. Perencanaan Implementasi

Sumber: Dibuat oleh penulis

68

(2)

• Prencanaan Waktu Suksesi

Perencanaan waktu suksesi merupakan hal yang yang sangat krusial bagi perusahaan keluarga, karena dapat mempengaruhi terhadap keberlanjutan bisnis dan maupun keharmonisan keluarga. Penulis memberikan gambaran waktu proses dalam implementasi dari suksesi yang dilaksanakan.

• Mengevaluasi Struktur Kepemilikan

Evaluasi struktur kepemilikan perlu di lakukan untuk mengetahui besarnya kepemilikan pada generasi penerus. Kepemilikan ini biasanya dalam bentuk saham perusahaan, pembagian saham ini akan berdampak kepada keadilan generasi tua terhadap generasi penerus sehingga tidak menghadirkan konflik antar keluarga.

• Mengembangkan Struktur Kepemimpinan yang Diharapkan Setelah Suksesi

Struktur kepemimpinan sebelum suksesi perlu dievaluasi dan setelah suksesi perlu dikembangkan. Mengembangkan struktur kepemimpinan ini dilakukan untuk membentuk struktur organisasi apakah pemilik terdahulu masih perlu mengawasi perusahaan (menjadi komisaris) dan bagaimana penempatan keluarga yang lain dalam struktur organisasi perusahaan.

• Resistensi Terhadap Perubahan

Suksesi pada perusahaan keluarga merupakan sebuah perubahan kepemimpinan pada perusahaan, sehingga diperlukan sebuah manajemn yang baik dalam proses maupun implementasinya. Manajemen perubahan merupakan langkah nyata yang diambil untuk dapat menguasai perubahan secara efektif sehingga didapatkan manfaat sebesar-besarnya dengn resiko sekecil-kecilnya. Dalam sebuah perubahan terdapat suatu penolakan terhadap perubahan tersebut, maka diperlukan suatu cara untuk menghadapai penolakan-penolakan tersebut. Menghadapai penolakan tersebut ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup dari perusahaan.

69

(3)

4.2. Jangka Waktu Pergantian

Pergantian generasi dalam perusahaan keluarga adalah mata rantai untuk mengembangkan bisnis. Jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh generasi tua dapat di transfer kepada generasi muda dengan berbekal pengalaman dan pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis perusahaan dan dunia usaha. Periode pergantian generasi yang sering disebut suksesi dalam bisnis keluarga biasanya tergantung pada faktor internal, seperti usia lanjut atau pemimpin sudah tidak sanggup lagi memimpin perusahaan. Kemudian dapat dilanjutkan regenerasi dan mengangkat generasi muda atau generasi pengganti untuk menganti generasi tua dalam memimpin perusahaan. Penulis memberikan gambaran waktu proses dalam implementasi dari suksesi yang dilaksanakan pada PT Stella Kwarta pada tabel 4.1 dan gambar 4.2.

Tabel 4.1 Waktu Durasi Proses Suksesi

70

(4)

71

ID Task Name Duration

1 Membentuk S istem dan Jalur Suksesi 16 days

2 M engidentifikasi p ersy aratan bagi kep emimp inan 3 days

3 M emperoleh informasi mengenai calon pengganti 3 days

4 M enilai calon dari kapabilitasny a 2 days

5 M emberitahukan kemunduruan p emimp in terdahulu kepada anggota keluarga 1 day

6 M enetap kan calon pengganti 1 day

7 M ensosialisasikan kep ada anggota keluarga 2 days

8 M embuat perencanaan jenjang karir anggota keluarga 3 days

9 M embuat konsep pelatihan kepemimpinan 3 days

10 M enentukan waktu pelatihan 2 days

11 Mensosialisasikan susksesi kepada seluruh anggota organisasi 1 day

12 M engemumumkan mundurny a p emimp in perusahaan 1 day

13 M emberitahukan pemimpin yang baru 1 day

14 M engadakan seminar atau pertemuan dengan anggota organisasi 1 day

15 Mensosialisasikan susksesi kepada pihak yang berhubungan dengan perusahaan 4 days

16 M engemumumkan mundurny a p emimp in perusahaan 4 days

17 M emberitahukan pemimpin yang baru 4 days

18 M engadakan seminar atau pertemuan dengan anggota organisasi 4 days

Sumber: Dibuat oleh penulis

(5)
(6)

71

ID Task Name

1 Membentuk S istem dan Jalur Suksesi

2 Mengidentifikasi persy aratan bagi kep emimp inan

3 Memperoleh informasi mengenai calon pengganti

4 Menilai calon dari kapabilitasny a

5 Memberitahukan kemunduruan p emimp in terdahulu kep ada anggota keluarga

6 Menetap kan calon pengganti

7 Mensosialisasikan kep ada anggota keluarga

8 Membuat perencanaan jenjang karir anggota keluarga

9 Membuat konsep p elatihan kepemimpinan

10 Menentukan waktu pelatihan

11 Mensosialisasikan susksesi kepada seluruh anggota organisasi

12 Mengemumumkan mundurny a p emimp in perusahaan

13 Memberitahukan p emimpin yang baru

14 Mengadakan seminar atau pertemuan dengan anggota organisasi

15 Mensosialisasikan susksesi kepada pihak yang berhubungan dengan perusahaan

16 Mengemumumkan mundurny a p emimp in perusahaan

17 Memberitahukan p emimpin yang baru

18 Mengadakan seminar atau pertemuan dengan anggota organisasi

D-1 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 D27 D28 D29

Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5

Gambar 4.2 Gantt Chart Proses Suksesi

Sumber: Dibuat oleh penulis

(7)

4.3. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan sebuah perusahaan merupakan salah satu hal yang harus dipikirkan dalam perencanaan suksesi. Pembagian struktur kepemilikan juga dapat menghindari konflik yang terjadi antara keluarga, sehingga pembagian ini dapat memberikan pengaruh kepada kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Pada saat ini PT Stella Kwarta hanya dimiliki oleh satu orang yaitu bapak Jonki sendiri sebagai pemilik sekaligus pendiri. Setelah suksesi dilaksanakan maka perlu diadakan pembagian kepemilikan kepada anak-anak bapak Jonki, pembagian kepemilikian tersebut dimaksudkan untuk menghindari perpecahan diantara anak-anak bapak jonki. Dalam proses kepemilikan ini penulis membagi dalam tiga tahap yaitu pertama kepemilikan seluruhnya dimiliki oleh pendiri, kedua kepemilikan dibagi-bagi kepada anak-anaknya dan pemilik masih memiliki bagain dalam kepemilikan perusahaan, dan ketiga kepemilikan perusahaan hanya dimiliki oleh generasi penerus.

Tahap 1, Kepemilikan PT Stella Kwarta saat ini masih dimiliki satu orang yaitu Bapak Jonki sendiri. Kepemilikan yang hanya satu orang, hal ini dikarenakan Bapak Jonki sendiri yang membangun dari awal bisnisnya.

Tahap 2, Kepemilikan PT Stella Kwarta setelah suksesi kepemimpinan, suksesi ini diberikan kepada anak pertamanya maka untuk mencegah terjadinya konflik antar anggota keluarga dan pembagian dilakukan secara adil, porsi kepemilikan perusahaan pada setiap anak sama besar. Pada tahap ini Bapak Jonki masih memiliki porsi kepemilikan pada peruhsaan karena bisnis ini sudah mendarah daging pada dirinya sehingga tidak mungkin melepaskan seluruhnya dan Bapak Jonki sendiri bertugas hanya mengawasi jalannya perusahaan beserta memberi nasehat kepada anak-anaknya.

Tahap 3, Kepemilikan PT Stella Kwarta sudah dipegang seluruhnya oleh anak- anak pendiri dan pendiri sudah tidak memiliki bagian kepemilikan terhadap perusahaan.

72

(8)

100%

Pendiri

20%

20%

20%

20%

20%

25%

25%

25%

25%

Tahap 1 Tahap 2

Tahap 3 Pendiri

Anak Keempat Anak Ketiga Anak Kedua Anak Pertama

Gambar 4.3 Struktur Kepemilikan

Sumber: Dibuat oleh penulis

4.4. Mengembangkan Struktur Kepemimpinan

Struktur perusahaan yang dirancang berguna untuk mencegah adanya emosi keluarga yang menganggu jalannya bisnis keluarga. Kepemimpinan dalam perusahaan merupakan sebuah cara untuk dapat mengorganisasikan seluruh potensi yang ada dalam kerangka kerja yang lebih terbuka dan memberikan kesempatan kepada publik untuk mengetahui secara jelas struktur perusahaan.

Manajemen kepemimpinan yang digagas oleh pemilik saham untuk meneruskan dinasti bisnisnya memang sangat krusial, maka struktur kepemimpinan dapat di implementasikan dalam struktur organisasi perusahaan.

73

(9)

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Setelah Suksesi

Sumber: Dibuat oleh penulis

• Komisaris

Jika perusahaan keluarga mempunyai banyak pemilik, maka hak terbesar ada pada pemilik saham terbesar. Pemegang saham atau dewan komisaris ini terdiri dari atas anggota keluarga yang usianya di atas dua puluh satu tahun dan komposisi sahamnya berbeda-beda. Sedangkan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja direktur sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

• Direktur

Direktur perusahaan menjalankan tugas sesuai dengan yang digariskan oleh perusahaan. Direktur perusahaan dapat berasal dari keluarga atau luar keluarga.

Hanya saja mereka lebih bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan,

74

(10)

apakah perusahaan sudah efisien atau sudah memperoleh hasil yang optimal.

Tugas yang diemban oleh direktur lebih kepada fungsi kebijakan. Kemudian fungsi lain dari direktur adalah memainkan peran penting dalam menjaga para manajer untuk tetap memfokuskan kepada gambaran yang besar, tujuan jangka panjang, arah strategi perusahaan dan seluruh kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut.

• Dewan Keluarga

Dewan keluarga terdiri atas para anggota keluarga, baik yang aktif maupun yang tidak aktif di dalam perusahaan keluarga. Peranan yang dilakukan oleh dewan keluarga ini adalah memberikan pertimbangan terhadap kebijakan dan menyelesaikan konflik keluarga yang terjadi yang berhubungan dengan perusahaan. Salah satu fungsi paling penting yang dilaksanakan oleh dewan keluarga adalah memberikan sumbangan pemikiran terhadap nilai-nilai utama di dalam keluarga. Keanggotaan dan perubahan keanggotaan dalam dewan keluarga tergantung dari anggota keluarga sendiri. Jumlah, komposisi, dan organisasi dewan keluarga tidak mutlak dalam artian anggota kelaurga siapa saja dapat masuk dan menjadi anggota keluarga.

Setelah dilaksanankan suksesi maka kepemimpinan pada struktur organisasi pada perusahaan berubah maka penulis memberikan rencana implementasi terhadap kepemimpinan yang akan di laksanakan setelah suksesi.

Tabel 4.2 Posisi Kepemimpinan Keluarga pada Perusahaan

Pendiri Komisaris Utama Anak Pertama Direktur Utama Anak Kedua Komisaris

Anak Ketiga Manajer Penjualan dan Promosi Anak Keempat Manajer Sumber Daya Manusia

Posisi Kepemimpinan

75

(11)

Tabel 4.3 Anggota Dewan Keluarga

Anggota Dewan Keluarga Pendiri

Istri Pendiri

Adik atau kakak Pendiri Adik atau kakak Istri Pendiri

Sumber: Dibuat oleh penulis

4.5. Resistensi Terhadap Perubahan

Suksesi merupakan pergantian kepemimpinan dari generasi sebelumnya ke genarasi yang lebih muda, pergantian ini merupakan sebuah perubahan kepemimpinan yang ada di perusahaan. Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah penolakan atas perubahan itu sendiri. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change).

Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi.1

4.5.1 Resistensi Individual

Karena persoalan kepribadian, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan.

• Kebiasaan

Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan.

1 Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, Concepts, Controversies, and Application, 1991

76

(12)

• Rasa Aman

Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Rasa aman yang diciptakan oleh bapak jonki sendiri merupakan suatu penghambat apabila salah satu pengantinya menduduki posisi kepemimpinan perusahaan.

• Faktor Ekonomi

Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurun-nya pendapatan. Apabila terjadi pergantian kepemimpinan maka kemungkinan terjadi perubahan pada upah atau gaji yang di berikan kepada karyawan. Apabila dalam kepemimpinan yang baru terjadi penurunan upah maka akan terjadi penolakan atau resistensi terhadap perubahan.

• Ketidakpastian

Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidakpastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.

• Ketakutan akan Kegagalan Pemimpin yang Baru

Pergantian pemimpin yang baru membuat para karyawan meragukan kapabilitasnya sebagai pemimpin perusahaan. Keraguan para karyawan ini dapat melumpuhkan pertumbuhan dan pengembangan kinerja karyawan.

Ketakutan karyawan akan kegagalan pemimpin yang baru dapat menurunkan kinerja perusahaan

77

(13)

Gambar 4.5 Resistensi Individu

Sumber: Dibuat oleh penulis

4.5.2. Resistensi Organisasional

Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. Terdapat empat sumber penolakan atas perubahan.

• Inersia Struktural

Inersia struktural artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasilkan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu. Ketika pergantian kepememimpinan pada perusahaan maka terjadi pergantian struktur, dari pergantian struktur tersebut maka diperlukan suatu stabilitas yang baru.

• Perubahan Berdampak Luas

Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Perubahan dapat berdampak luas pada sebuah perusahaan, misalnya hubungan dengan rekan bisnis perusahaan. Perubahan pada kepemimpinan perusahan

78

(14)

membutuhkan sebuah komunikasi untuk memperlancar hubungan bisnis dengan lingkungan.

• Inersia Kelompok Kerja

Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Pemimpin yang baru apabila tidak dapat membantu kelompok dalam menghadapi perubahan maka akan terjadi resistensi atau penolakan terhadap perubahan.

• Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan

Hubungan para karyawan dengan pemimpin terdahulu sangat kuat terutama pada pengambilan sebuah keputusan yang akan diambil. Dengan pemimpin yang baru maka hubungan para karyawan dengan pemimpin perlu diadakan penyesuaian.

Inersia Struktural

Perubahan Berdampak Luas

Ancaman terhadap hubungan kekuasaan

Inersia Kelompok Kerja

Gambar 4.6 Resistensi Organisasional

Sumber: Dibuat oleh penulis

79

(15)

4.5.3. Mengatasi Penolakan Terhadap Perubahan

Maka penulis mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan

1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.

2. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk berpartisispasi dalam mengeluarkan pendapat. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, maka perlu dilakukan konsultasi atau bahkan terapi dan pemberian pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.

4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka.

5. Penghargaan. Rencana penghargaan diharapkan dapat meningkatkan moral karyawan, karena perubahan dapat menyebabkan penurunan moral bagi karyawan. Dengan penghargaan, karyawan dapat mendukung proses perubahan dan menerima perubahan.

6. Paksaan. Cara terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.

80

Gambar

Gambar 4.1. Perencanaan Implementasi
Gambar 4.2 Gantt Chart Proses Suksesi
Gambar 4.3 Struktur Kepemilikan
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Setelah Suksesi
+3

Referensi

Dokumen terkait

3 ISAKATUPARAN ANG KABUTIHAN, KATUWIRAN, KALINISAN, KATOTOHANAN, KADALISAYAN, KALIWANAGAN, AT KABABAAN NG KALOOBAN 4 IPALAGANAP ANG PAGKAKAISA, PAGMAMAHALAN, PAGTULONG SA

Selain itu status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang,

99 Antara berikut faktor manakah yang membawa kepada penentangan orang Arab Quraisy... terhadap usaha penyebaran Islam oleh Nabi

Prinsip dari metode biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005)..

( involuntar) drunkeness !, yakni mabuk yang disebabkan karena paksaan atau karena perbuatan rang lain, menjadi alasapn penghapus pidana apabila dalam keadaan mabuknya

Pengaruh jumlah NaOH dan waktu pengadukan terhadap kadar alkali bebas yang terdapat pada sabun padat yang dihasilkan dari minyak goreng bekas.. Tabel 4.Pengaruh

Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis serta dilihat dari hasil uji biokimia, isolat (C8) memiliki kesamaan karakter dengan anggota genus Aeromonas

Battra ditentukan dengan menggunakan teknis Purposive sampling, yaitu salah satu penentuan non random sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan