• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

261

ASASKEADILAN DALAM ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Ahmad Fajar Herlani1 Beggy Tamara2

Email: [email protected]

Abstrak

Penting perlindungan konsumen dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari seringkali posisi pelaku usaha lebih kuat dibanding dengan konsumen, dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, adanya asas keadilan yang harus dilaksanakan dalam hubungan konsumen dengan pelaku usaha. Asas ini menjadi penting karena memposisikan pelaku usaha dan konsumen seharusnya sejajar dan mempunyai kewajiban dan haknya masing-masing. Dalam makalah ini penulis menguraikan permasalahan yang sering terjadi di masyarakat yang bertentangan dengan asas keadilan.Penelitian ini mengacu kepada pendekatan yuridis normatif yakni mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat, selain itu dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana asas keadilan dalam aspek perlindungan konsumen.

Kata kunci: Keadilan, Perlindungan Konsumen

Pendahuluan

Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain, oleh hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya.3Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut sebagai hak. 4Dalam pelaksanaan asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan

1

PenulisadalahDosenFakultasHukumUniversitasIslam Syekh Yusuf, Tangerang

2PenulisadalahDosenFakultasHukumUniversitasIslam Syekh Yusuf, Tangerang

3SatjiptoRaharjo, ( 2000), IlmuHukum, Bandung : Citra AdityaBakti, Cet.5, Hlm.53 4Ibid

(2)

262 kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.5

Konsumen dipastikan setiap orang atau individu pemakai barang dan/atau jasa untuk keperluan sendiri, keluarga atau pihak lain. Menurut John F. Kennedy, mendiang mantan Presiden Amerika Serikat, bahwa konsumen adalah kita semua, mereka adalah kelompok ekonomis (economics group) dalam perekonomian (economy) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hamper setiap keputusan masalah-masalah ekonomi yang bersifat perdata dan publik(public and private economic decision). Mereka satu-satunya kelompok penting dalam perekonomian yang secara efektif tidak terorganisir serta pandangan-pandangan mereka sering tidak didengar.6

Dalam kehidupan sehari-hari kepentingan konsumen seringkali dikesampingkan dan bahkan bisa dikatakan juga “kalah” dengan kepentingan pelaku usaha. Padahal secara normatif antara pelaku usaha dengan konsumen adalah sejajar.Penulis akan menguraikan beberapa konflik yang muncul dalam hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha. Pertama, terkait dengan pemungutan donasi yang dibebankan kepada konsumen pada saat transaksi pembayaran di minimarket.. Kedua, terkait perbedaan harga pada saat konsumen melakukan pembayaran di kasir. Rumusan masalah yang dikaji oleh penulis adalah bagaimana asas keadilan dalam aspek perlindungan konsumen.

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian pada penulisan ini mengacu kepada pendekatan yuridis normatif yakni mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat, selain itu dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.7 Penelitian yuridis normatif ini mengacu kepada penelitian terhadap sistematika hukum artinya untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian pokok/dasar hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan objek hukum.8

5Penjelasan pasal 2 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

6

John F Kennedy dalambuku Yusuf

Shofie,(2003),PenyelesaianSengketaKonsumenMenurutUndang-UndangPerlindunganKonsumenTeoridanPraktekPenegakanHukum, Bandung: Citra AdityaBakti,.hlm 13

7Zainuddin Ali, (2009), MetodePenelitianHukum, Jakarta: SinarGrafika,, hlm 105 8Ibid. hlm 25.

(3)

263 Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitia.9 Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer10yang autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer mencakup perundangan-undangan yaituUndang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 35 Tahun 2013 tentang pencantuman harga barang dan tarif jasa yang diperdagangkan. Kemudian penelitian ini juga menggunakan bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnal hukum.Selanjutnya, bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti, kamus hukum, media cetak, media internet.

Pembahasan

Prinsip moral seperti kebenaran, kebaikan, dan keadilan yang menjadi panutan individu sebagai anggota masyarakat, adalah sumber dari standar sikap tindak. Norma, kepercayaan, nilai, individu menciptakan etika, sistem dari standar moral, yang melahirkan persoalan dasar dari tingkah laku sosial, seperti kehormatan, loyalitas, perlakuan yang adil terhadap pihak lain, menghormati kehidupan dan martabat manusia. Namun tidak seperti hukum, etika tidak ditegakkan atau dipaksakan oleh kekuasaan dari luar seperti pemerintah atau Negara. Standar etika berasal dari standar moral dari dalam individu dan ditegakan.11

Saat ini bisnis telah berkembang pesat, dalam era informasi kita perlu dibantu oleh teknologi informasi yang saat ini berkembang sangat cepat, oleh karena itu yang menjadi hak kemanusiaan yang pokok dimasa mendatang adalah hak atas informasi dalam semua bentuk dan coraknya.12 Semua orang mengakui bahwa bisnis adalah institusi ekonomi dan institusi social. Ini khususnya terbukti dalam kegiatan perusahaan

9Ibid. hlm 106 10

Peter Mahmud Marzuki, (2007), PenelitianHukumNormatif,Jakarta: KencanaPrenada Media Group, hlm.141

11 ErmanRajagukguk, EtikaBisnis Dan Hukum, makalahdisampaikanpada Program

diskusitentangEtikaBisnisdengantema “Business Ethic: Between Legal Codes of Conducts and Practices

in Business World”, diselenggarakanFakultasHukumUnversitas Indonesia (FHUI)

bekerjasamadenganYayasanPendidikan Dharma Shanti, Jakarta, Kampus UI, Salemba, 22 September 2011.

12JimlyAsshidiqie, (2011), Hukum Tata Negara danPilar-PilarDemokrasi,Jakarta: SinarGrafika Offset, hlm.226.

(4)

264 besar, yang melibatkan tidak saja kepentingan pemegang saham, tetapi juga pemasok, konsumen, langganan, para pekerja dan kadang-kadang eluruh masyarakat. Kalangan bisnis harus tetap mempertimbangkan disamping aspek hukum, juga tanggung jawab moral dari kegiatan mereka. Walaupun dunia bisnis mengakui kewajiban untuk berperilaku etis,13 tetapi menemui kesulitan untuk mengembangkan dan menerapkan prosedur untuk melaksanakan kewajiban tersebut.

Realita yang ada selama ini walaupun konsumen sudah dilindungi oleh Undang-Undang tetapi itu hanya sebatas syarat konstitusi saja. Tidak efektifnya pelaksanaan dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen mencerminkan bahwa negara masih mengabaikan hak-hak konsumen yang masih lemah.

Pengakuan dan pengukuhan dari negara hukum salah satu tujuannya adalah melindungi hak asasi manusia, berarti hak dan sekaligus kebebasan perseorangan diakui, di hormati dan dijunjung tinggi.14

Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan penghasil barang dan atau jasa) dengan konsumen (pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terus menerus dan kesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya memang saling menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya.15 Namun dalam kenyataannya, kedudukan konsumen tidaklah seimbang, di mana konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktifitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.16

Dalam pengertian hukum, umumnya yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah, tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung

13

Ibid

14Masyhur Effendi, (1994), HakAsasiManusiadalamHukumNasionaldanInternasional, Malang:Ghalia

Indonesia, hlm. 27

15Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati, (2000), Hukum perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju, hlm. 36

16 Abdul HalimBarkatulah, (2008),

HukumPerlindunganKonsumenKajianTeoritisdanPerkembanganPemikiran, Bandung: Nusa Media, hlm.

(5)

265 kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.Hak-hak konsumen itu terdiri dari hak konsumen sebagai manusia (yang perlu hidup), hak konsumen sebagai subjek hukum dan warga Negara (yang bersumber dari Undang-undang/ hukum), dan hak konsumen sebagai pihak-pihak dalam kontrak (dalam hubungan kontrak dengan produsen).17

Hak Dan Kewajiban Konsumen

UUPK merumuskan sejumlah hak penting konsumen. Menurut pasal 4, ada Sembilan hak dari konsumen, delapan di antaranya hak yang secara eksplisit diatur dalam UUPK dan satu hak lainnya diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya. Hak-hak tersebut adalah :18hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan atas barang dan/ atau jasa, yaitu hak ini untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang dan/ atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila mengkonsumsi suatu produk19. Hak untuk memilih barang dan jasa, hak ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada konsumen untuk memilh produk-produk tertentu sesuai dengan kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak untuk memilih ini konsumen berhak untuk memutuskan untuk membeli atau tidak terhadap suatu produk, demikian pula keputusan untuk memilih kualitas dan kuantitas jenis produk yang dipilihnya.20

Hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur atas barang dan jasa; yaitu hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang diinginkan sesuai kebutuhan serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk.21Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya, hak ini merupakan hak dari konsumen agar tidak dirugikan lebih lanjut atau hak untuk menghindarkan diri dari kerugian. Hak ini dapat

17 Janus Sidabalok, (2006), HukumPelindunganKonsumen di Indonesia, Bandung: Citra AdityaBakti,hlm.

36

18 Bambang Sutiyoso, (2006), Penyelesaian Sengketa Bisnis, Yogyakarta: Citra Media, hlm. 163 19

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, (2004), Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 41

20Ibid.hlm. 42 21Ibid. hlm 41

(6)

266 disampaikan baik secara perorangan maupun secara kolektif baik yang disampaikan langsung maupun diwakili oleh suatu lembaga tertentu misalnya melalui YLKI.

Hak untuk mendapatkan bantuan hukum (advokasi) perlindungan dan penyelesaian sengketa, hak ini tentu saja dimaksudkan untuk memulihkan keadaan konsumen yang telah dirugikan akibat penggunaan produk dengan melalui jalur hukum.Hak dalam pembinaan dan pendidikan konsumen, hak untuk memperoleh pendidikan konsumen ini dimaksudkan agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk, karena dengan pendidikan konsumen tersebut, konsumen akan dapat menjadi lebih kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.

Hak untuk diberlakukan secara benar, jujur dan tidak diskriminatif; hak ini untuk diberlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin dan status sosial lainnya.Hak untuk mendapatkan kompensasi atas barang atau jasa yang dirugikan, hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen.

Selain dari pada hak-hak yang diatur oleh peraturan perundangan dari dalam negeri terdapat juga hak-hak konsumen yang diakui secara internasional, seperti Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) No. 39/248 Tahun 1985 tanggal 16 April 1985 tentang perlindungan konsumen (Guidelines for Consumer Protection) yang mengemukakan enam hak dasar konsumen, yaitu :22

a. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya (the protection of consumers from hazard to their healt and safety);

b. Promosi dan perlindungan kepentingan kepentingan sosial ekonomi konsumen (the promotion an protection of the economic and interest of consumer)

c. Tersedianya promosi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi (acces of consumers to adequate information to enable them to make informed choices according to individual wishes and needs);

22Ujang Sumarwan, (2002), Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, cet. I, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 347

(7)

267 d. Pendidikan konsumen (consumers education);

e. Tersedianya ganti rugi yang efektif (availability of effective consumer redress) f. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang

relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka (freedom to form consumer and other relevant groups or organization and the opportunity of such organization to present their views in decision making processes affecting them).

Hak-hak konsumen harus dikaitkan dengan kewajibannya. Berbicara tentang konsumen hendaknya membahas pula masalah produsen beserta hak-hak dan kewajibannya. Kewajiban konsumen menurut UUPK sebagaiman diatur dalam pasal 5 yaitumembaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian yang benar dan prosedur pemakaian yang benar; beritikad baik dalam transaksi pembelian barang atau jasa; membayar sesuai kesepakatan, mengikuti penyelesaian sengketa secara patut.

Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Berdasarkan pasal 6 UUPK hak pelaku usaha antara lain 23 hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang diperdagangkan, hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik, hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutunya didalam penyelesaian hukum sengketa konsumen, hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

Kemudian berdasarkan Pasal 7 UUPK kewajiban pelaku usaha antara lain 24 beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan, memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan/ atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu

23UUPK, Psl. 6 24Ibid, Psl. 7

(8)

268 barang dan/ atau jasa yang berlaku, memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/ atau mencoba barang dan/ jasa tertentu serta member jaminan dan/ atau garansi atas barang yang dibuat dan/ atau yang diperdagangkan, memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan, memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian yang diderita oleh konsumen diatur dalam UUPK secara khusus dalam bab VI, mulai dari pasal 19 sampai dengan pasal 28, yaitu, Tujuh pasal, yaitu Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 27 mengatur mengenai pertanggung jawaban pelaku usaha;Dua pasal, yaitu Pasal 22 dan Pasal 28 mengatur mengenai pembuktian;Satu pasal, yaitu Pasal 23 mengatur mengenai penyelesaian sengketa dalam hal pelaku usaha tidak memenuhi kewajibannya untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen.Dari tujuh pasal yang mengatur pertanggung jawaban pelaku usaha, secara prinsip dapat dibedakan lagi kedalam :

a. Pasal-pasal yang secara tegas mengatur pertanggung jawaban pelaku usaha atas kerugian yang diderita konsumen, yaitu : Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 21;

b. Pasal 24 yang mengatur peralihan tanggung jawab dari satu pelaku usaha kepada pelaku usaha lainnya;

c. Pasal 25 dan Pasal 26 berhubungan dengan layanan purna jual oleh pelaku usaha atas barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

d. Pasal 27 merupakan pasal penolong bagi pelaku usaha, yang melepaskannya dari tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen.

Dari kasus pertama yang dikaji oleh penulis yaitu pemungutan donasi oleh pelaku usaha semestinya pihak pelaku usaha harus bisa transparan dalam penyaluran donasi tersebut, dikarenakan hal ini merupakan hak dari konsumen yaitu mendapatkan informasi yang jelas. Disisi lain pemungutan donasi adalah bersifat sukarela dan tidak disatukan dengan transaksi pembayaran, karena kegiatan donasi sosial sudah merupakan kewajiban pelaku usaha dalam bentuk pertanggung jawaban sosial dari perusahaan.

(9)

269 Kasus kedua, adalah perbedaan harga pada saat konsumen melakukan pembayaran, mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan No. 35 Tahun 2013 tentang pencantuman harga barang dan tarif jasa yang diperdagangkan pasal 7 ayat 2 yaitu dalam hal terdapat perbedaan antara harga barang atau tarif jasa yang dicantumkan dengan harga atau tarif yang dikenakan pada saat pembayaran yang berlaku adalah harga atau tarif yang terendah.

Dengan adanya aturan yang mengatur perbedaan harga seharusnya tidak ada alasan bagi pelaku usaha untuk menghindar bahwa itu merupakan kesalahan pegawai. Dalam hal ini konsumen tetap mendapatkan haknya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kesimpulan

Dalam hubungan antara konsumen dan pelaku usaha haruslah dilandasi dengan prinsip keadilan yang sesuai dengan hak dan kewajiban para pihak, bukan sama rata. Secara normatif Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 35 Tahun 2013 tentang pencantuman harga barang dan tarif jasa yang diperdagangkan, merupakan bentuk dari perlindungan terhadap konsumen dalam posisi yang lemah.Kedua aturan tersebut menguraikan bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dari setiap pembayaran transaksinya dan juga konsumen harus mendapatkan harga yang rendah jika terjadi perbedaan harga pada saat pembayaran. Aturan tersebut harus dijalani oleh para pihak sehingga asas keadilan dalam perlindungan konsumen dapat ditegakkan dan menguntungkan semua pihak.

Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin, (2009), MetodePenelitianHukum, Jakarta: SinarGrafika

Asshidiqie, Jimly,(2011), Hukum Tata Negara danPilar-PilarDemokrasi, Jakarta: SinarGrafika Offset

Barkatulah,Abdul Halim(2008),

HukumPerlindunganKonsumenKajianTeoritisdanPerkembanganPemikiran, Bandung: Nusa Media

Effendi, Masyhur, (1994), Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional, Malang: Ghalia Indonesia

(10)

270 Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati, (2000), Hukum perlindungan Konsumen, Bandung:

Mandar

Marzuki, Peter Mahmud, (2007), PenelitianHukumNormatif,Jakarta: KencanaPrenada Media Group Maju

Raharjo, Satjipto, ( 2000), IlmuHukum, Bandung : Citra AdityaBakti, Cet.5

Shofie, Yusuf,(2003),PenyelesaianSengketaKonsumenMenurutUndang-UndangPerlindunganKonsumenTeoridanPraktekPenegakanHukum, Bandung :CitraAdityaBakti

Sidabalok, Janus, (2006), HukumPelindunganKonsumen di Indonesia, Bandung: Citra AdityaBakti

Sumarwan, Ujang, (2002), Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, cet. I, Jakarta: Ghalia Indonesia

Sutarman Yodo dan Ahmadi Miru, (2004), Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sutiyoso, Bambang, (2006), Penyelesaian Sengketa Bisnis, Yogyakarta: Citra Media

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Perdagangan No. 35 Tahun 2013 tentang pencantuman harga barang dan tarif jasa yang diperdagangkan, merupakan bentuk dari perlindungan terhadap konsumen dalam posisi yang lemah

Artikel/Makalah

Erman,Rajagukguk,Etika Bisnis Dan Hukum, makalah disampaikan pada Program diskusi tentang Etika Bisnis dengan tema “Business Ethic: Between Legal Codes of Conducts and Practices in Business World”, diselenggarakan Fakultas Hukum Unversitas Indonesia (FHUI) bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Dharma Shanti, Jakarta, Kampus UI, Salemba, 22 September 2011

Referensi

Dokumen terkait

1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 2) Hak untuk

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.. Hak untuk mendapat perlindungan hukum

Sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada pelaku usaha diberikan juga hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai

Perlindungan Konsumen di atur dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak

a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. b) Hak untuk mendapat

1) Pelaku usaha berhak menerima pembayaran yang telah disepakati sesuai dengan kondisi dan nilai tukar barang yang diperdagangkan. 2) Pelaku Usaha berhak

Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan tentang fakta

5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya. Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai