6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
“Koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Hendrojogi (2012: 29).
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dijelaskan bahwa Koperasi adalah badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Citra Umbara (2013: 3).
b. Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi di Indonesia dinyatakan dalam Pasal 4 UU RI No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yaitu, koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Citra Umbara (2013: 5).
7
c. Prinsip Koperasi
Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan sebagai landasan kehidupan koperasi, terdiri dari:
1) Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5) Kemandirian
6) Pendidikan perkoperasian 7) Kerjasama antar koperasi
Keseluruhan prinsip koperasi ini merupakan esensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas koperasi yang membedakannya dari badan usaha lainnya (Permeneg KUKM No : 04/Per/M.KUKM/VII, 2012: 9).
d. Perlakuan Khusus Akuntansi Koperasi
Menurut Permeneg KUKM RI Nomor:
04/Per/M.KUKM/VII/2012 dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan koperasi adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan informasi yang bermanfaat bagi pengelola, anggota koperasi dan pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan.
Penyajian informasi laporan keuangan koperasi harus memperhatikan
8
ketentuan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang merupakan informasi kualitatif antara lain : 1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk dipahami oleh pengguna.
2) Relevan
Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi.
3) Materialitas
Informasi yang disampaikan dalam jumlah yang cukup material. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan. Sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Informasi dianggap material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat mempengaruhi keputusan yang diambil.
4) Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (jika dimaksudkan untuk memepengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu).
9
5) Substansi mengungguli bentuk
Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi.
6) Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga asset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak memperkenankan pembentukan asset atau penghasilan lebih rendah atau pencatatn kewajiban atau beban yang lebih tinggi.
7) Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan, mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan, karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi jika ditinjau dari segi relevansi.
8) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar koperasi atau koperasi dengan badan usaha lain, untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
10
9) Tepat waktu
Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.
10) Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Evaluasi biaya dan manfaat merupakanproses pertimbangan yang substanstial. Dalam evaluasi manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
(Permeneg KUKM No: 04/Per/M.KUKM/VII, 2012: 9) e. Tingkat Kesehatan Koperasi
Kesehatan Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. Adapun aspek yang digunakan untuk penilaian kesehatan koperasi antara lain aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi (Permeneg KUKM RI No.
20/Per/M.KUKM/XI/, 2008: 7).
Penilaian tingkat kesehatan pada koperasi sangat bermanfaaat untuk memberikan gambaran mengenai kondisi aktual koperasi itu sendiri kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi nasabah dan pengelola. Selain itu, dengan mengetahui tingkat kesehatannya berdasarkan regulasi peraturan menteri akan membantu
11
pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan untuk bisa melanjutkan usahanya agar lebih maju dan berkembang serta tujuan dari koperasi tersebut bisa tercapai dengan baik.
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2013: 7).
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajamen dengan tujuan mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan (Zaki Baridwan, 2011: 17).
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan (Hery, 2014: 3).
12
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut adalah untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan akan dapat diketahui kondisi keuangan suatu perusahaan secara menyeluruh dan laporan keuangan tidak hanya sekedar dibaca tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini (Kasmir, 2013: 10).
c. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi /mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja perusahaan, baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan (Harmono, 2014: 104).
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak manajemen dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama
13
ini. Pada akhirnya pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan kedepan (Kasmir, 2013: 66).
d. Komponen Laporan Keuangan Koperasi Laporan keuangan koperasi terdiri dari:
1) Laporan Hasil Usaha
Laporan Hasil Usaha memuat hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban usaha serta beban perkoperasian selama periode tertentu.
Perhitungan ini juga menyajikan hasil akhir yang disebut dengan hasil usaha.
2) Neraca
Dalam neraca disajikan informasi mengenai aktivitas, kewajiban dan modal koperasi pada waktu tertentu.
3) Laporan Arus Kas
Dalam laporan ini disajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu.
4) Laporan Promosi Ekonomi
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama tahun tertentu.
14
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan memuat tentang:
a) Pengakuan pendapatan dan beban sumbangan transaksi koperasi dengan anggota dan nonanggota.
b) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang dan lain-lain.
c) Dasar penetapan harga pelayanan anggota dan nonanggota.
(La Ode Turi, 2014: 16)
3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia No: 14/Per/M.KUKM/XII/2009
a. Ruang Lingkup Penilaian Kesehatan
Ruang lingkup penilaian kesehatan KSP dan USP koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa aspek yaitu:
1) Permodalan
2) Kualitas aktiva produktif 3) Manajemen
4) Efisiensi 5) Likuiditas
6) Kemandirian dan pertumbuhan dan 7) Jati diri koperasi
b. Penetapan Kesehatan Koperasi
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 (tujuh) komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1 s/d 7, diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan
15
predikat tingkat kesehatan KSP dan USP koperasi yang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.
Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP
Skor Predikat
80 < x < 100 Sehat 60 < x < 80 Cukup sehat 40 < x < 60 Kurang sehat 20 < x < 40 Tidak sehat
< 20 Sangat tidak Sehat Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 20)
c. Bobot Penilaian Terhadap Aspek dan Komponen Kesehatan
Penilaian kesehatan KSP/USP koperasi meliputi penilaian terhadap aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan dan jati diri koperasi. Penilaian terhdap aspek-aspek tersebut diberikan bobot penilaian sesuai dengan besarnya yang berpengaruh terhadap kesehatan KSP atau USP koperasi tersebut. Penilaian dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward sistem yang dinyatakan dengan nilai kredit 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus).
16
Tabel 2
Bobot Penilaian Terhadap Aspek dan Komponen Kesehatan
No
Aspek yang Dinilai
Komponen Bobot
Penilaian
Pendekatan Penilaian
1 Permodalan 15
a. Rasio Modal sendiri terhadap Total Asset
6 Kuantitatif
b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan yang berisiko
6 Kuantitatif
c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri
× 100%
3 Kuantitatif
2 Kualitas Aktiva Produktif 25
a. Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap volume pinjaman diberikan
10 Kuantitatif
b. Rasio Risiko Pinjaman bermasalah terhadap Pinjaman yang diberikan
5 Kuantitatif
c. Rasio Cadangan Risiko terhadap Pinjaman Bermasalah
5 Kuantitatif
d. Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap pinjaman yang diberikan
5 Kuantitatif
17
Lanjutan
3 Manajemen 15
a. Manajemen Umum 3 Kualitatif
b. Kelembagaan 3 Kualitatif
c. Manajemen Permodalan 3 Kuantitatif
& Kualitatif
d. Manajemen Aktiva 3 Kuantitatif
& Kualitatif
e. Manajemen Likuiditas 3 Kuantitatif
& Kualitatif
4 Efisiensi 10
a. Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi Bruto
4 Kuantitatif
b. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor
4 Kuantitatif
c. Rasio efisiensi pelayanan
2 Kuantitatif
5 Likuiditas 15
a. Rasio Kas
10 Kuantitatif
b. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
5 Kuantitatif
6 Kemandirian dan Pertumbuhan 10
a. Rentabilitas Aset
3 Kuantitatif
18
Lanjutan
b. Rentabilitas Modal Sendiri
3 Kuantitatif
c. Kemandirian Operasional Pelayanan
4 Kuantitatif
7 Jati Diri Koperasi 10
a. Rasio Partisipasi Bruto
7 Kuantitatif
b. Rasio Promosi Ekonomi Anggota(PEA)
PEA = MEPP + SHU Bagian Anggota
3 Kuantitatif
Jumlah 100
Sumber: (Permeneg No.14/2009: 4)
d. Cara Penilaian untuk Memperoleh Angka Skor
Cara Penilaian untuk memperoleh angka skor untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP/USP koperasi terdiri dari:
1) Permodalan
Penilaian dilakukan dengan menggunakan 3 rasio permodalan, yaitu:
a) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset
Rasio modal sendiri terhadap total asset dimaksudkan untuk mengukur kemampuan KSP atau USP koperasi dalam menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan asset yang dimiliki. Modal sendiri adalah jumlah dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dalam
19
kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan.
Tabel 3
Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset adalah sebagai berikut:
Rasio Modal (%) Nilai Bobot (%) Skor
0 < X < 20 25 6 1.50
20 < X < 40 50 6 3.00
40 < X < 60 100 6 6,00
60 < X < 80 50 6 3.00
80 < X < 100 25 6 1,50
Sumber: (Permeneg No.14/2009: 7)
b) Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko Pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh KSP dan atau USP kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai dan atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut.
Tabel 4
Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Bersiko
Rasio Modal (dinilai dalam
%)
Nilai Bobot (dinilai dalam %)
Skor
0 < x <10 0 6 0
10 < x <20 10 6 0,6
20 < x <30 20 6 1,2
30 < x <40 30 6 1,8
40 < x <50 40 6 2,4
50 < x <60 50 6 3,0
60 < x <70 60 6 3,6
70 < x <80 70 6 4,2
80 < x <90 80 6 4,8
90 < x <100 90 6 5,4
≥ 100 100 6 6,0
Sumber: (Permeneg No.14/2009: 8)
20
c) Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara modal tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dikalikan dengan 100 %. Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP atau USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva KSP dan USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko.
Adapun komponen modal dan bobot pengakuan masing-masing komponen modal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Komponen Modal dan Bobot Pengakuan Masing-masing Komponen Modal
No Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot Pengakuan Risiko (%)
Modal Tertimbang
(1) (2) (3) (4) (3) x (4)
I. Modal Sendiri 1. Modal Anggota
a. Simpanan Pokok 100
b. Simpanan Wajib 100
2. Modal Penyertaraan 100
3. Modal Penyertaan 50
4. Cadangan Umum 100
5. Cadangan Tujuan Risiko
50
6. Modal Sumbangan 100
7. SHU belum dibagi 50
II. KEWAJIBAN
8. Tabungan Koperasi 50
9. Simpanan Berjangka 50
21
Lanjutan
10. Beban yang masih harus dibayar
50
11. Dana yang Diterima 50
12. Kewajiban lain-lain 50
Jumlah Modal Tertimbang
Sumber: (Permeneg No.20/2008: 16)
Adapun komponen aktiva dan bobot pengakuan masing-masing komponen aktiva dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Komponen Aktiva dan Bobot Pengakuan Masing-masing Komponen Aktiva
No Komponen Aktiva Nilai (Rp)
Bobot Pengakuan Risiko (%)
Aktiva Tertimbang
(1) (2) (3) (4) (3) x (4)
1 Kas/Bank 0
2 Tabungan dan simpanan berjangka
20
3 Surat-surat Berharga 50
4 Pinjaman yang diberikan pada anggota
100 5 Pinjaman yang diberikan
pada calon anggota dan pihak lain
100
6 Penyertaan pada koperasi, anggota dan pihak lain
100
7 Pendapatan yang masih harus diterima
50
8 Aktiva tetap 70
Jumlah ATMR
Sumber: (Permeneg No.20/2008: 17)
22
Adapun standar perhitungan rasio kecukupan modal sendiri dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Standar Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Rasio Modal (%) Nilai Bobot (%) Skor
≤ 4 0 3 0,00
4 < X ≤ 6 50 3 1,50
6 < X ≤ 8 75 3 2,25
 8 100 3 3,00
Sumber: (Permeneg No.14/2009: 8) 2) Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 4 (empat) rasio , yaitu:
a) Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan
Pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam.
Untuk mengukur rasio antara volume pinjaman kepada anggota terhadap total volume pinjaman ditetapkan berikut:
Tabel 8
Standar Perhitungan Skor Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Total Pinjaman Diberikan
Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor
≤ 25 0 10 0,00
25 < X ≤ 50 50 10 5,00
50 < X ≤ 75 75 10 7,50
 75 100 10 10,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 10)
23
b) Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman Diberikan
Untuk memperoleh rasio antara risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, ditetapkan sebagai berikut:
(1) Menghitung perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah (RPM) sebagai berikut:
(a) 50% dari pinjaman diberikan yang kurang lancar (PKL) (b) 75% dari pinjaman diberikan yang diragukan (PDR) (c) 100% dari pinjaman diberikan yang macet (Pm)
(2) Hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan pinjaman yang disalurkan RPM = ( ) ( ) ( )
Adapun standar perhitungan RPM dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Standar Perhitungan RPM
Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor
 45 0 5 0,00
40 < X ≤ 45 10 5 0,5
30 < X ≤ 40 20 5 1,0
20 < X ≤ 30 40 5 2,0
10 < X ≤ 20 60 5 3,0
0 < X ≤ 10 80 5 4,0
= 0 100 5 5,0
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 11)
c) Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah
Rasio cadangan risiko terhadap risiko pinjaman bermasalah diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
24
Tabel 10
Standar Perhitungan Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah
Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor
0 0 5 0,00
0 < X ≤ 10 10 5 0,5
10 < X ≤ 20 20 5 1,0
20 < X ≤ 30 30 5 1,5
30 < X ≤ 40 40 5 2,0
40 < X ≤ 50 50 5 2,5
50 < X ≤ 60 60 5 3,0
60 < X ≤ 70 70 5 3,5
70 < X ≤ 80 80 5 4,0
80 < X ≤ 90 90 5 4,5
90 < X ≤ 100 100 5 5,0
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 12)
d) Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan
Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 11
Standar Perhitungan Rasio Pinjaman Berisiko
Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor
 30 25 5 1,25
26 - 30 50 5 2,50
21 - < 26 75 5 3,75
< 21 100 5 5,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 12) 3) Manajemen
Penilaian aspek manajemen KSP atau USP koperasi meliputi 5 (lima) komponen sebagai berikut:
a) Manajemen Umum
Jumlah jawaban ya dari aspek manajemen umum ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
25
Tabel 12
Standar Perhitungan Manajemen Umum Jumlah Jawaban Ya Skor
1 0,25
2 0,50
3 0,75
4 1,00
5 1,25
6 1,50
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 13) b) Manajemen Kelembagaan
Jumlah jawaban ya dari aspek manajemen kelembagaan ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 13
Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan Jumlah Jawaban Ya Skor
1 0,50
2 1,00
3 1,50
4 2,00
5 2,50
6 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 13) c) Manajemen Permodalan
Jumlah jawaban ya aspek manajemen permodalan ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
26
Tabel 14
Standar Perhitungan Manajemen Permodalan
Jumlah Jawaban Ya Skor
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 14) d) Manajemen Aktiva
Jumlah jawaban ya aspek manajemen aktiva ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 15
Standar Perhitungan Manajemen Aktiva
Jumlah Jawaban Ya Skor
1 0,30
2 0,60
3 0,90
4 1,20
5 1,50
6 1,80
7 2,10
8 2,40
9 2,70
10 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 14) e) Manajemen Likuiditas
Jumlah jawaban ya aspek manajemen likuiditas ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
27
Tabel 16
Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas Jumlah Jawaban Ya Skor
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 14)
Perhitungan nilai didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan komposisi pertanyaan sebagai berikut (pertanyaan terlampir):
(1) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”).
(2) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”).
(3) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”).
(4) Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”).
(5) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”).
4) Efisiensi
Penilaian efisiensi KSP atau USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu:
a) Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto b) Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor
28
c) Rasio efisiensi pelayanan
Rasio-rasio di atas menggambarkan sampai seberapa besar KSP atau USP koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya. Biaya operasional adalah biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas penjualan barang atau jasa oleh koperasi kepada anggota dan non anggota. Partisipasi bruto adalah pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggotanya.
Partisipasi bruto pada dasarnya adalah penjulaan barang atau jasa kepada anggota. Dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk anggota, partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi neto. Dalam kegiatan pemasaran hasil produksi anggota, pertisipasi bruto dihitung dari beban jual hasil produksi anggota baik kepada nonanggota maupun kepada anggota.
Adapun skor rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto ditetapkan pada tabel berikut:
Tabel 17
Standar Perhitungan Rasio Beban operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto
Rasio Beban Operasi Anggota
terhadap Partisipasi Bruto Nilai Bobot(%) Skor
> 100 0 4 1
95 ≤ x < 100 50 4 2
90 ≤ x < 95 75 4 3
0 ≤ x < 90 100 4 4
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 15)
29
Beban usaha adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha penjualan barang/jasa koperasi, meliputi biaya administrasi, umum dan penjualan diantaranya:
(1) Biaya gaji karyawan (2) Biaya alat tulis kantor
(3) Biaya perjalanan dinas yang berkaitan dengan kegiatan penjualan barang/jasa
(4) Biaya upah
(5) Biaya penyusutan dan amortisasi (6) Biaya listrik
(7) Biaya telephone (8) Biaya promosi.
SHU Kotor adalah selisih dari pendapatan dengan biaya operasional.
Skor rasio beban usaha terhadap SHU Kotor ditetapkan pada tabel berikut:
Tabel 18
Standar Perhitungan Rasio Beban Usaha terhadap SHU Kotor Rasio Beban Usaha terhadap SHU
Kotor (%) Nilai Bobot(%) Skor
> 80 25 4 1
60 < x ≤ 80 50 4 2
40 < x ≤ 60 75 4 3
0 < x ≤ 40 100 4 4
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 15)
30
Adapun skor rasio efisiensi pelayanan ditetapkan pada tabel berikut:
Tabel 19
Standar Perhitungan Rasio Efisiensi Pelayanan:
Rasio Efisiensi Staf (%) Nilai Bobot(%) Skor
≤ 5 100 2 2,0
5 < x ≤ 10 75 2 1,5
10 < x ≤ 15 50 2 1,0
 15 0 2 0,0
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 16) 5) Likuiditas
Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu:
a) Rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar
b) Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Skor rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar disajikan pada tabel berikut:
Tabel 20
Standar Perhitungan Rasio Kas terhadap Kewajiban Lancar
Rasio Kas (%) Nilai Bobot(%) Skor
≤ 10 25 10 2,5
10 < x ≤ 15 100 10 10
15 < x ≤ 20 50 10 5
 20 25 10 2,5
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 16)
31
Skor rasio pinjaman diberikan terhadap dana yang diterima disajikan pada tabel berikut:
Tabel 21
Standar Perhitungan Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap Dana yang diterima
Rasio Pinjaman (%) Nilai Bobot(%) Skor
≤ 60 25 5 1,25
60 ≤ x < 70 50 5 2,50
70 ≤ x < 20 75 5 3,75
80 ≤ x < 90 100 5 5
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 17) 6) Kemandirian dan Pertumbuhan
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada tiga rasio, yaitu rasio rentabilitas asset, rasio rentabilitas ekuitas dan rasio kemandirian operasional. Rasio rentabilitas asset yaitu SHU sebelum pajak dibandingkan dengan total asset ditetapkan pada tabel sebgai berikut:
Tabel 22
Standar Perhitungan Skor untuk Rasio Rentabilitas Asset Rasio Rentabilitas Asset (%) Nilai Bobot(%) Skor
≤ 5 25 3 0,75
5 < x ≤ 70 50 3 1,50
7,5 < x ≤ 20 75 3 2,25
 10 100 3 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 17)
Rasio rentabilitas modal sendiri yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total modal sendiri ditetapkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 23
Standar Perhitungan Skor untuk Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Rasio Rentabilitas Ekuitas (%) Nilai Bobot(%) Skor
< 3 25 3 0,75
3 ≤ x < 4 50 3 1,50
4 ≤ x < 5 75 3 2,25
≥ 5 100 3 3,00
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 18)
32
SHU Bagian Anggota adalah sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan,dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Rasio kemandirian operasional yaitu Partisipasi Netto dibandingkan Beban Usaha ditambah beban perkoperasian, skor ditetapkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 24
Standar Perhitungan Skor untuk Rasio Kemandirian Operasional Rasio Kemandirian Operasional (%) Nilai Bobot(%) Skor
≤ 100 0 4 0
> 100 100 4 4
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 18) 7) Jati Diri Koperasi
Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan dua rasio yaitu :
a) Rasio Partisipasi Bruto
Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar presentasenya semakin baik.
Partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto.
33
Pengukuran rasio partisipasi bruto dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan,yang ditetapkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 25
Standar Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto
Rasio partisipasi Bruto(%) Nilai Bobot(%) Skor
< 25 25 7 1,75
25 ≤ x < 50 50 7 3,50,
50 ≤ x < 75 75 7 5,25
≥ 75 100 7 7
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 19) b) Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA)
Pengukuran rasio promosi ekonomi anggota dihitung dengan membandingkan promosi ekonomi anggota terhadap simpanan pokok ditambah simpanan wajib, yang ditetapkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 26
Standar Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota
Rasio PEA (%) Nilai Bobot(%) Skor
≤ 5 0 3 0,00
5 < x ≤ 7,5 50 3 1,50,
7,5 < x ≤ 10 75 3 2,25
> 10 100 3 3
Sumber: (Permeneg No. 14/2009: 19)
34
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 27
Hasil Penelitian Terdahulu Identitas
peneliti Aspek
Nama : Luthfiana Nur Wulan Fitri
NIM : A03110032 Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Banjarmasin
Nama : Heldi Noprian
NIM : A03110023 Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Banjarmasin
Nama : Ana Saputriana Sari
NIM : A03120002 Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Banjarmasin
1. Judul Analisa Rasio
Keuangan Pada KPRI SMKN 1 Banjarmasin Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Indonesia Nomor:
14/Per/M.KUKM/XII/2 009
Analisa Penilaian Kesehatan Keuangan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Ukhuwah
Banjarmasin Berdasarkan SK Menteri No :
14/Per/M.KUKM/XII/
2009
Analisa Penilaian Tingkat Kesehatan Primkop Kartika Dwi Sakti Mandiri
Banjarmasin Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor:
14/Per/M.Kukm/XII/2009 2. Perusahaan
yang Diteliti
KPRI SMKN 1 Banjarmasin
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Ukhuwah Banjarmasi
Primkop Kartika Dwi Sakti Mandiri Banjarmasin 3. Permasalahan Bagaimanakah tingkat
rasio keuangan dan kinerja pada koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) SMKN 1 Banjarmasin ?
Bagaimana kesehatan keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Ukhuwah Banjarmasin?
Bagaimana Tingkat
Kesehatan Primkop Kartika Dwi Sakti Mandiri
Banjarmasin Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor:
14/Per/M.Kukm/Xii/2009 4. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui tingkat rasio keuangan dan kinerja pada KPRI SMKN 1 Banjarmasin berdasarkan laporan neraca dan laba rugi
Untuk menegetahui kesehatan keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Ukhuwah Banjarmasin selama periode 2011-2013
Untuk Mengetahui Tingkat Kesehatan Primkop Kartika Dwi Sakti Mandiri
Banjarmasin Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor:
14/Per/M.Kukm/XII/2009
35
Lanjutan 5. Metode
Penelitian
Data yang diperoleh melalui dokumentsi maupun peneliian kepustakaan dalam penelitian, kemudian dibandingkan dengan kondisi rasio keuangan tahun-tahun
sebelumnya
Data yang diperoleh melaui wawancara dan dokumentasi dalam penelitian dianalisa dengan perhitungan rasio berdasarkan SK Menteri Nomor:
14/Per/M.KUKM/XII/
2009
Data yang diperoleh melauli kuisioner, wawancara, dokumentasi, dan penelitian kepustakaan kemudian dianalisa berdsarkan Permeneg No.14/2009
6. Hasil Penelitian Berdasarkan analisa rasio berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor:
14/Per/M.KUKM/XII/2 009 KPRI SMKN 1 Banjarmasin tidak sehat dilihat dari faktor aspek permodalan, aktiva kualitas produktif, efesiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jati diri koperasi.
Berdasarkan analisa penilaian kesehatan koperasi berdasarkan SK Menteri Nomor:
14/Per/M.KUKM/XII/
2009 koperasi masih berada pada kriteria kurang sehat selama periode 2011 sampai dengan 2013.
Berdasarkan analisa
penilaian tingkat kesehatan, hasil penelitian
menunjukkan selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 rata-rata tingkat kesehatan Primkop Kartika Dwi Sakti Mandiri
Banjarmasin adalah sehat dengan skor rata-rata 80,5.
Sumber : Luthfiana Nur Wulan Fitri (2014) dan Heldi Noprian (2014)