• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN OBYEK WISATA TAMAN BUAYA DI KABUPATEN BEKASI Sony Nugratama*) Depita Pebriani**)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN OBYEK WISATA TAMAN BUAYA DI KABUPATEN BEKASI Sony Nugratama*) Depita Pebriani**)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 1 FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN

OBYEK WISATA TAMAN BUAYA DI KABUPATEN BEKASI Sony Nugratama*)

Depita Pebriani**)

1. Latar Belakang Masalah

isata saat ini merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengurangi kejenuhan dari rutinitas kegiatan sehari-hari. Aktivitas yang dilakukan sehari-hari membuat orang merasa jenuh dan merasa penat, oleh karena itu dengan melakukan kegiatan wisata mereka berharap segala kejenuhan yang sudah dilakukan bisa hilang dengan melakukan kegiatan wisata. Pitana, Diarta (2009) mengatakan bahwa pentingnya Peranan Pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sudah tidak di ragukan lagi. Banyak negara sejak beberapa tahun terakhir menggarap pariwisata dengan serius dan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan di dalam perolehan devisa, penciptaan lapangan kerja maupun pengentasan kemiskinan. Pariwisata dengan berbagai aspek positifnya, dipandang sebagai passport to development, new kind of sugar, tool for regional development, invisible export, non polluting industry.

Obyek wisata Taman Buaya adalah salah satu obyek wisata yang yang berada di Kabupaten Bekasi yang berlokasi di jalan raya Cibarusah Desa Suka Ragam Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Obyek wisata Taman Buaya Indonesia Jaya atau yang biasa di kenal dengan nama Taman Buaya berdiri sejak tahun 1982 awal berdirinya di ibukota tepatnya di daerah Pluit, namun pada tahun 1990 lokasi obyek wisata Taman Buaya berpindah ke Desa Suka Ragam Kecamatan Serang Baru. Keberadaan obyek wisata Taman Buaya seharusnya dapat menjadi penggerak sektor ekonomi dan penambah pendapatan bagi Pemerintah daerah Kabupaten Bekasi.

Luas lahan yang dijadikan obyek wisata taman buaya adalah 1,5 Ha, terdapat ±500 ekor buaya yang terdiri dari 3 jenis buaya yaitu buaya Sumatera, buaya Kalimantan dan buaya Irian, yang paling banyak adalah jenis buaya Sumatera karena jenis buaya Sumatera mudah berkembang biak. Selain tempat

W

*) Dosen Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam “45” Bekasi

(2)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 2 penangkaran buaya, obyek wisata ini

juga memiliki koleksi jenis binatang lainnya seperti monyet dan burung. Berkunjungnya wisatawan ke obyek wisata dikarenakan adanya motivasi dan keinginan seperti yang dikemukakan oleh Fandeli (1995:41) “ wisatawan datang disuatu tempat sangat ditentukan oleh motivasi dan keinginan, ada dua faktor yang mendorong wisatawan untuk melakukan pariwisata yaitu: faktor pendorong yaitu ingin terlepasnya dari kehidupan/rutinitas sehari-hari, terbebas dari kemacetan, polusi dan lain-lain. Sedangkan faktor penarik berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wisata”. Pengembangan pariwisata harus dilaksanakan secara berencana serta menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program

pembangunan ekonomi, fisik dan sosial dari suatu negara. Di samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir seluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrasruktur dan sarana-sarana pariwisata. Berikut merupakan data jumlah pengunjung dari tahun 2006 sampai tahun 2011.

Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan Pertahun

Sumber: Humas Obyek Wisata Taman Buaya

Menurunnya jumlah pengunjung ada penyebabnya, kondisi ini menarik untuk

diteliti. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis “Faktor Penghambat Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(3)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 3 Perkembangan Obyek Wisata Taman

Buaya Di Desa Suka Ragam Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi”.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi, adanya beberapa permasalahan antara lain: Faktor apa yang menghambat perkembangan obyek wisata Taman Buaya? Bagaimana kondisi obyek wisata Taman Buaya apabila dilihat dari sudut pandang keruangan?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek apa saja yang menjadi faktor penghambat obyek wisata Taman Buaya.

4. Landasan Teori

Definisi pariwisata dapat dirujuk dari Pendit (2002:1) yang mengatakan bahwa istilah pariwisata diperoleh dari budayawan intelektual atas permintaan Presiden Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku IX selaku ketua DTI (Dewan Tourisme Indonesia) di tahun 1960-an. Secara terpisah dua orang budayawan Indonesia waktu itu di mohon pertimbangannya, yaitu Prof. Mr. Moh. Yamin dan Prof. Dr. Prijono, yang memberi istilah pariwisata untuk mengganti istilah tourism atau travel, yang konotasinya bisa terkait dengan

selera rasa pleasure, excitement, entertainment, adventure. Istilah pariwisata terlahir dari bahasa sansakerta yang komponen-komponennya terdiri dari: Pari artinya penuh, lengkap, berkeliling sedangkan Wis (man) artinya rumah, properti, kampung, komunitas dan ata artinya pergi terus menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkaikan menjadi satu kata melahirkan pariwista, berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah berkeliling terus menerus.

Definisi lainnya menyebutkan bahwa Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor kompleks, ia juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi secara ekonomis juga di pandang sebagai industri (Pendit 1987 : 29). Apabila kita merujuk definisi tersebut, maka terlihat bahwa seharusnya pariwisata dapat meningkatkan pemasukan pemerintah baik di daerah maupun pusat. Setiap daerah tentu memiliki potensi yang

(4)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 4 terkandung di dalamnya baik faktor fisik

maupun sosial budaya, jadi tergantung bagaimana pemerintah di tingkat Kota/Kabupaten dalam mengemas potensi tersebut. Tidak semua potensi fisik dapat di eksploitasi dengan mengambil sumber daya yang ada di dalamnya, kita juga dapat mengambil potensi tersebut sebagai obyek wisata di daerah. Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang matang dalam mengembangkan potensi tersebut dalam hal ini sebagai obyek wisata. Seperti yang diungkapkan oleh Yoeti (1997:13-14) bahwa terdapat beberapa prinsip perencanaan pariwisata : a. Perencanaan pengembangan

kepariwisataan haruslah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan pembangunan kepariwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka kerja dari pembangunan.

b. Seperti halnya perencanaan sektor perekonomian lainnya, perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang banyak berkaitan dengan bidang kepariwisataan.

c. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah haruslah dibawa koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan.

d. Perencanaan suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus berdasarkan suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya di daerah sekitar.

e. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas dan tidak meninjau dari segi administrasi saja.

f. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan faktor ekologi daerah yang bersangkutan. g. Perencanaan pengembangan

kepariwisataan tidak hanya memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah pentingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.

(5)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 5 h. Pada masa-masa yang akan

datang jam kerja para buruh dan karyawan akan semakin singkat dan waktu senggangnya akan semakin panjang, karena itu dalam perencanaan pariwisata khususnya di daerah yang dekat dengan industri perlu diperhatikan pengadaan fasilitas rekreasi dan hiburan disekitar daerah yang disebut sebagai pre-urban. i. Pariwisata walau bagaimana

bentuknya, tujuan pembangunan tidak lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa membedakan ras, agama, dan bahasa, karena itu pengembangan pariwisata perlu pula memperhatikan kemungkinan peningkatan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain yang saling menguntungkan

Menurut Spillane dalam Yoeti (1997: 16-18) mengatakan bahwa suatu obyek wisata harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatwan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya. a) Attractions

Menurut pengertiannya attractions mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau

permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah : keindahan alam, iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, ethnicity,sifat kesukuan, accessibility, kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat tertentu.

b) Facility

Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.

c) Infrastructure

Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah.

(6)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 6 Secara geografis, letak obyek wisata

Taman Buaya berada di wilayah administrasi Kabupaten Daerah Tingkat (DT) II Bekasi, yaitu di Desa Suka Ragam Kecamatan Serang Baru. Berdasarkan garis lintang dan garis bujur terletak pada 106.89’19” Bujur Timur dan 6,11’- 6,30’ Lintang selatan. Batas-batas administrasi adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Suka Sari b. Sebelah selatan : Desa Sindang

Mulya

c. Sebelah Barat : Desa Jaya Mulya

d. Sebelah Timur : Desa Cilangkara

Berdasarkan jarak antar kota adalah 1,5 Km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan, 30 Km dari Ibukota Kabupaten, 130 Km dari Ibukota Propinsi, 58 Km dari Ibukota Negara. Luas wilayah Desa Suka Ragam adalah 514.767. Adapun peta lokasi obyek wisata Taman Buaya dapat dilihat pada peta 1.

Lokasi wisata menjadi sangat penting dalam memajukan mengembangkan wisata yang ada, apabila dilihat dari

jarak keberadaan obyek wisata Taman Buaya masih menjadi kendala tersendiri. Jarak yang terlalu jauh akan bermasalah bagi wisatawan yang akan berkunjung terlebih lagi jika tidak ditunjang dengan aksesbilitas yang baik. Apabila dilihat berdasarkan asal responden yang datang mengunjungi obyek wisata Taman Buaya, adalah wisatawan yang berasal dari Serang sebanyak 65%, Cikarang 23% sedangkan yang berasal dari Bekasi 6% dan dari Cibarusah 5%. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 2, ternyata pengunjung obyek wisata Taman Buaya mayoritas hanya berasal dari daerah itu sendiri yakni Serang. Sedangkan yang berasal dari daerah lain termasuk Bekasi masih jauh dari harapan, padahal jarak antara obyek wisata Taman Buaya dengan Bekasi relatif dekat. Kondisi ini yang menimbulkan keluhan dari pengelola obyek wisata tentang kunjungan wisatawan yang masih terbatas.

(7)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 7 Gambar 1. Peta Lokasi Obyek Wisata Taman Buaya

Apabila dilihat dari peta 1 tentang lokasi obyek wisata Taman Buaya terlihat bahwa lokasi Taman Buaya jauh dari pusat pemerintahan, baik Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi maupun DKI Jakarta. Disamping itu, akses jalan menuju lokasi Obyek Wisata masih terbatas dan tidak dapat diakses

dengan menggunakan kendaraan lain selain motor dan mobil. Sehingga berdasarkan hasil penelitian terlihat pada tabel 2 asal wisatawan masih di dominasi oleh wisatawan lokal, yakni yang tinggal di dekat lokasi wisata Taman Buaya.

(8)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 8 Tabel 2. Asal Wisatawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Apabila ditinjau berdasarkan jarak ke lokasi wisata maka berdasarkan tinjauan keruangan jarak yang paling dekat adalah dengan pusat pemerintahan Kecamatan, sedangkan jarak dengan Ibu Kota Kabupaten sekitar 30 Km dapat dilihat pada tabel 3. Sehingga pengelola kesulitan dalam memperoleh perhatian dari pemerintah Kabupaten Bekasi. Permasalahan lain

yang menjadi kendala dalam pengembangan wisata Taman Buaya adalah kurangnya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola, keterbatasan dana membuat pengelola wisata Taman Buaya hanya menggunakan cara-cara konvensional dalam mengembangkan obyek wisata Taman Buaya.

Tabel 3. Jarak Taman Buaya

No Jarak Taman Buaya Jarak (Km)

1 Pusat Pemerintahan Kecamatan 1,5

2 Ibukota Kabupaten 30

3 Ibukota Propinsi 130

4 Ibukota Negara 59

Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Faktor jarak dan aksesbilitas sangat penting di dalam merencanakan sebuah lokasi menjadi obyek wisara, jika dilihat berdasarkan jarak obyek wisata Taman Buaya terlalu jauh untuk penduduk yang tinggal di sekitar Jakarta dan Kabupaten Bekasi terlebih oleh penduduk yang berada di pusat propinsi. Kondisi tersebut sebaiknya

perlu di evaluasi berkaitan dengan lokasi dan aksesbilitas menuju lokasi obyek wisata. Diperlukan alternatif lainnya selain kendaraan motor atau mobil seperti kereta api, atau lokasi obyek wisata perlu diletakkan di tengah-kota/Kabupaten. Disamping faktor jarak, aspek promosi juga perlu diperhatikan. Jika dilihat berdasarkan No Asal Wisatawan Jumlah Orang Presentase (%)

1 Cikarang 21 23

2 Serang 59 65

3 Cibarusah 5 5

4 Bekasi 6 7

(9)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 9 tabel 4 tentang promosi yang dilakukan

oleh pihak pengelola Taman Buaya masih berupa “getuk tular” atau dari mulut ke mulut. Pihak pengelola belum membuat strategi yang baik dalam mempromosikan obyek wisata Taman Buaya, promosi yang dilakukan lewat media cetak maupun media elektronik juga belum berjalan dengan baik. Sehingga sosialisasi yang dilakukan masih belum maksimal. Media yang

digunakan dalam promosi hanya sebatas pembuatan pamflet, akan tetapi pamflet yang tersedia juga terbatas dan hanya pada waktu tertentu bahkan dalam 1 tahun pihak pengelola hanya membuat pamflet satu kali. Promosi yang kurang konsisten dan tidak kreatif menjadikan obyek wisata Taman Buaya belum terpublikasi kepada masyarakat, khususnya pada masyarakat di Kota/Kabupaten Bekasi.

Tabel 4. Sumber Informasi Obyek Wisata Taman Buaya

Sumber :Hasil Penelitian April 2012

Transportasi adalah faktor yang penting untuk diperhatikan seperti jalan yang baik, lalu lintas yang lancar. Transportasi serta aksesbilitas yang sudah baik, ini merupakan peluang bagi pengelola untuk menarik wisatawan lebih banyak untuk berkunjung ke obyek wisata. Menuju obyek wisata

Taman Buaya, kualitas jalan menuju cukup baik ditandai dengan jalan yang telah diaspal dan merupakan jalan penghubung antara Kabupaten Bekasi dengan Kabupaten Bogor. Kendaraan yang digunakan oleh wisatawan bisa dilihat pada tabel 5.

No Informasi Obyek Wisata Frekuensi Presentase (%)

1 Saudara 41 44

2 Teman 45 51

3 Media Cetak 1 1

4 Media Elektronik 4 4

(10)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 10 Tabel 5.

Sarana Transportasi Yang Digunakan Pengunjung Ke Obyek Wisata Taman Buaya

Sumber : Hasil Penelitian April 2011

Berdasarkan waktu tempuh yang dilalui oleh pengunjung Taman Buaya, karena sebagian besar asal pengunjung dekat dengan lokasi obyek Taman Buaya, 53 responden menuju lokasi obyek kurang dari 1 jam. Hal ini dapat dilihat dari tabel 6.

Tabel 6. Waktu Tempuh Pengunjung

Sumber : Hasil Penelitian April 2011

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari aspek geografis lokasi obyek wisata Taman Buaya terbilang jauh untuk sebagian penduduk yang tinggal di wilayah utara Kota Bekasi dan utara Kabupaten Bekasi. Sehingga penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut kurang tertarik untuk mengunjungi lokasi obyek wisata Taman Buaya. Faktor lain yang menjadi penghambat berkembangnya obyek wisata Taman Buaya antara lain:

1. Atraksi. Obyek wisata Taman Buaya sampai saat ini hanya menampilkan tiga jenis yaitu atraksi debus, atraksi ular, dan atarksi buaya, kurangnya kegiatan dan hiburan yang ada menyebabkan wisatawan enggan untuk datang kembali, hiburan yang disuguhkan dirasakan hal yang sudah tidak aneh lagi, sebagian responden menyatakan tidak akan kembali datang ke obyek wisata Taman Buaya, walaupun lokasi obyek wisata ini No Transportasi yang digunakan Frekuensi Presentase (%)

1 Kendaraan Umum 9 10

2 Mobil 14 15

3 Motor 67 74

4 Jalan Kaki 1 1

Jumlah 91 100

No Waktu Tempuh Frekuensi Presentase (%)

1 Kurang dari 1 Jam 53 58

2 1 jam 28 31

3 2 jam 9 10

4 Lebih dari 3 Jam 1 1

(11)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 11 strategis serta aksesibilitas

transportasi yang mudah.

2. Fasilitas. Fasilitas merupakan sarana penunjang agar wisatawan yang datang akan merasa nyaman dan betah berasa di lokasi obyek wisata, fasilitas yang terdapat di obyek wisata Taman Buaya terdiri dari : tempat parkir, musola, panggung hiburan, toilet, dan arena bermain, semakin banyak fasilitas yang ada di suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan merasa nyaman dan betah, dalam satu tahun sekali fasilitas yang ada di obyek wisata Taman Buaya selalu diperbaiki, hal ini dilakukan agar wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Taman Buaya, namun sebagian responden mengatakan bahwa tempat bermain dirasakan masih kurang, karena hanya terdapat dua jenis permainan saja, selain itu juga tempat untuk beristirahat masih dirasakan kurang sehingga membuat wisatawan kurang nyaman dan tidak betah tinggal di lokasi.

3. Promosi. Perolehan data menunjukkan bahwa pengunjung obyek wisata Taman Buaya ini didominasi oleh masyarakat sekitar, yaitu berasal dari Desa Serang yang lokasinya tidak jauh

dari obyek wisata Taman Buaya, pengunjung mengetahui obyek wisata Taman Buaya bukan dari iklan dan promosi melainkan dari Saudara, sedangkan media promosi yang digunakan oleh pengelola obyek wisata Taman Buaya berupa selembaran atau pamplet yang biasanya dibagikan ke pengunjung yang datang ke obyek wisata Taman Buaya. Promosi yang dilakukan oleh pengelola obyek wisata taman Buaya dilakukan dalam satu tahun sekali itupun dilakukan masih dalam lingkungan Kabupaten/Kota Bekasi. Oleh karena itu promosi dan penyebaran informasi yang jelas mengenai obyek wisata Taman Buaya ini masih sangat kurang.

Sudah sepantasnya pemerintah Kabupaten Bekasi memperhatikan obyek wisata Taman Buaya sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW). Potensi yang ada seharusnya membuat obyek wisata Taman Buaya menjadi salah satu pendapatan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Darsoprajitno, Soewarno. 2001. Ekologi

(12)

REGION Volume V No. 1 Maret 2013 12

Fandeli,

Chafid.1995.

Dasar-Dasar

Manajemen

Kepariwisataan

Alam.Yogyakarta:Liberty

Hadinoto,kusudianto.1996.Perencanaan

Pengembangan

Destinasi

Pariwisata. Jakarta: UI Press

Iskandar.2010. Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial(Kualitatif

dan Kuantitatif).Jakarta: GP Press

Joko . Humas Obyek wisata Taman

Buaya.Personal

Conversation.2012

Nyoman.

S,

Pendit.2002.

Ilmu

pariwisata

Sebuah

pengantar

perdana.Jakarta:

Pradnya

Paramita

Nyoman.

S,

Pendit.1987.

Ilmu

pariwisata

Sebuah

pengantar

perdana.Jakarta:

Pradnya

Paramita

Oka, Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata.

Jakarta

:

Kompas

Media

Nusantara

Oka, Yoeti. 2001. Ilmu Pariwisata.

Jakarta: Pertja

Oka, Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu

pariwisata. Bandung: Angkasa

Oka, Yoeti. 1997. Perencanaan dan

Pengembangan

Pariwisata.

Jakarta: Pradnya Paramita

Pitana I,Gde dan I Ketut surya

diarta.2009.

Pengantar

Ilmu

Pariwisata.

Yogyakarta:Andi

Yogyakarta

Rostiadi.

Tedi

Kepala

seksi

Pengembangan Obyek dan Daya

tarik Wisata Kabupaten Bekasi.

Personal Conversation.2012

Sugiyono.2011. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian

Geografi. Jakarta : PT Bumi Aksara

Wahab,

Salah.

1996.

Manajemen

Kepariwisataan.Jakarta: Pradnya

paramita

http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/

08

/strategi-pengembangan-

obyek-wisata-pedesaan-oleh-

pelaku-wisata-di-kabupaten-boyolali.pdf

Gambar

Tabel  4.  Sumber Informasi Obyek Wisata Taman Buaya
Tabel 6. Waktu Tempuh Pengunjung

Referensi

Dokumen terkait