• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROGRAM WISATA EDUKASI DI WANA WISATA GUNUNG PUNTANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PROGRAM WISATA EDUKASI DI WANA WISATA GUNUNG PUNTANG."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1605/UN.40.2.5.1/PL/2013

PENGEMBANGAN PROGRAM WISATA EDUKASI

DI WANA WISATA GUNUNG PUNTANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memenuhi Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh :

Fitri Rahmawati Hendarin

0901538

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

No. Daftar FPIPS : 1605/UN.40.2.5.1/PL/2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “Pengembangan

Program Wisata Edukasi Di Wana Wisata Gunung Puntang” beserta seluruh isinya

adalah sepenuhnya merupakan karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan tanpa cara – cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmiahan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung konsekuensi atau sanksi apabila kemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

skripsi ini.

Bandung, Juni 2013

(3)

No. Daftar FPIPS : 1605/UN.40.2.5.1/PL/2013

FITRI RAHMAWATI HENDARIN

0901538

PENGEMBANGAN PROGRAM WISATA EDUKASI

DI WANA WISATA GUNUNG PUNTANG

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Fitri Rahmafitria, M.Si.

NIP.197410182008122001

Pembimbing II

Drs. H. Pramaputra, MM.

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure

(4)

No. Daftar FPIPS : 1605/UN.40.2.5.1/PL/2013

PENGEMBANGAN PROGRAM WISATA EDUKASI

DI WANA WISATA GUNUNG PUNTANG

Oleh

Fitri Rahmawati Hendarin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(5)

No. Daftar FPIPS : 1605/UN.40.2.5.1/PL/2013

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(6)

PENGEMBANGAN PROGRAM WISATA EDUKASI DI WANA WISATA GUNUNG PUNTANG

ABSTRAK

Fitri Rahmawati Hendarin

0901538

Jumlah kunjungan merupakan salah satu indikator untuk melihat penilaian Wana Wisata Gunung Puntang di mata wisatawan. Adapun hal tersebut sangat berkaitan dengan ada atau tidaknya inovasi yang diterapkan. Kondisi destinasi wisata yang tidak memiliki perkembangan dari segi atraksi ataupun fasilitas selama jangka waktu panjang, dapat menimbulkan rasa kejenuhan bagi wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi sumber daya serta menganalisis potensi dan merumuskan program wisata edukasi yang seusai untuk dikembangkan, sebagai upaya untuk melakukan inovasi.

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif (kuantitatif). Sampel penelitian yaitu sebanyak 100 orang dengan teknik penentuan sampel secara aksidental. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, studi dokumentasi, dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan analisis scoring yang digabungkan dengan hasil analisis persepsi wisatawan terhadap daya tarik wisata. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa Wana Wisata Gunung Puntang memiliki sumber daya yang dapat digali dan dikemas menjadi suatu program wisata edukasi yang menarik. Program wisata edukasi yang dapat dikembangkan yaitu program wisata edukasi alam, program wisata edukasi kesejarahan, dan bumi perkemahan. Adapun program wisata edukasi itu dapat dijadikan sebagai salah satu jenis program wisata untuk kembali menjual dan memperkenalkan Wana Wisata Gunung Puntang kepada khalayak ramai.

Wana Wisata Gunung Puntang merupakan destinasi wisata yang berpotensi besar untuk maju. Perum Perhutani selaku pengelola perlu melakukan upaya nyata untuk membuat kemajuan itu. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi alam adalah salah satu hal dalam usaha mengelola dan mengembangkan kawasan ini.

(7)

THE EDUCATIONAL TOURISM DEVELOPMENT OF PUNTANG MOUNTAIN ECOTOURISM

ABSTRACT

Fitri Rahmawati Hendarin

0901538

The number of visit is an indicator to find out tourist’s perception about Puntang Mountain Ecotourism. That issue is correlated to wheater they have some innovation applied or not. The condition of the destination that not change which not happened for the attraction or facilities in a long time, is able to lead visitors to the boredom or flatness. The purpose of this study is to inventory all of resources in Puntang Mountain Ecotourism, and also analyze the potential and formulate the appropriate educational tour programme to be developed, as an effort to apply the inovation.

The method used in this research conducted by the author is a descriptive (quantitative). The research samples are 100 people by using an accidental sampling techniques. Techniques of collecting data is done with the distribution of questionnaires, documentation studies, and field observation. Analysis of data is using scoring analysis combined with the result of visitor’s perception of attraction analysis. Result from the study shows that Puntang Mountain Ecotourism has many potential resources which can be explored and be packaged as one attractive educational tour programme. Those are nature educational tour programme, historical educational tour programme, and camping ground. . And that could be as one of any tour programme to re-sell and re-introduce the new Puntang Mountain Ecotourism to many people as well.

Puntang Mountain Ecotourism is a destination which has a big potential factor to grow up. Perhutani as a corporate who hand the responsibility need to do the further research to make them happened. Do the research about all of those potential is kind of effort to manage and develop this resort.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pariwisata ... 10

B. Pengunjung / Visitor ... 10

C. Wisata Alam ... 11

D. Atraksi Wisata ... 12

E. Pengembangan Wisata ... 14

F. Program Wisata ... 14

G. Wisata Edukasi ... 16

H. Preferensi Wisatawan ... 17

I. Wana Wisata ... 19

J. Kerangka Pemikiran ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Lokasi Penelitian ... 21

(10)

C. Jenis dan Metode yang Digunakan ... 22

D. Populasi dan Sampel ... 22

E. Variabel Penelitian... 24

F. Teknik Pengumpulan Data ... 25

G. Metode Analisis Data ... 25

H. Instrumen Penelitian ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A.Profil Tempat Wisata ... 27

1. Sejarah Singkat Wana Wisata Gunung Puntang ... 27

2. Gambaran Umum Gunung Puntang ... 28

3. Fasilitas Gunung Puntang ... 29

B. Potensi Sumber Daya Di Wana Wisata Gunung Puntang ... 36

1. Potensi Alam ... 38

2. Potensi Nilai Kesejarahan ... 41

C. Profil Wisatawan Wana Wisata Gunung Puntang ... 44

1. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Usia ... 44

2. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 45

3. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan ... 46

4. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Rata-Rata Pendapatan ... 47

5. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal ... 48

6. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pengalaman Berkunjung ... 49

7. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Jumlah Pengalaman Berkunjung ... 50

8. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Tujuan Berkunjung ... 51

D. Persepsi Wisatawan Tentang Keadaan Existing ... 52

1. Persepsi Wisatawan Tentang Daya Tarik Wisata Di Wana Wisata Gunung Puntang ... 53

(11)

E. Persepsi Wisatawan Tentang Wisata Edukasi... 58

F. Preferensi Wisatawan Terhadap Fasilitas Penunjang Program Wisata Edukasi yang Akan Dikembangkan ... 61

G. Analisis Gabungan Hasil Skoring Dengan Persepsi Wisatawan Mengenai Daya Tarik Wisata... 64

H. Konsep Pengembangan Wisata Edukasi Di Wana Wisata Gunung Puntang ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Rekomendasi ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata memberikan banyak peluang terhadap pertumbuhan dan

perkembangan kegiatan wisata yang menarik minat banyak wisatawan. Beragam

aktivitas penunjang kegiatan wisata banyak diciptakan baik untuk kegiatan jenis

indoor (dalam ruangan) maupun outdoor (luar ruangan). Keduanya memiliki daya

tarik sendiri bagi masing-masing kelompok wisatawan. Terlebih lagi, kegiatan wisata

kian hari kian dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat wilayah perkotaan

yang penat dengan kegiatan dan hiruk pikuk yang padat.

Kepariwisataan alam kemudian berkembang dan bergeser menjadi pola wisata

minat khusus dan wisata ekologis. Kedua pola wisata ini pada umumnya sangat

mengandalkan kualitas alam sehingga akan menjamin tetap terpeliharanya

keberadaan dan kelestarian alam yang merupakan obyek dan daya tarik wisata.

(Fandeli, 2002:3)

Salah satu destinasi wisata potensial yang menyediakan keindahan alam yaitu

Wana Wisata Gunung Puntang yang terletak di Desa Cimaung, Kabupaten Banjaran,

Kabupaten Bandung, dan sekaligus merupakan destinasi alam yang paling dekat

jangkauannya dari ibukota Kabupaten Bandung.

Dengan tersedianya keindahan alam di Wana Wisata Gunung Puntang,

(13)

2

Bandung Selatan untuk “menjual” destinasi kepada wisatawan bermodalkan segala

jenis sumber daya alam yang secara alamiah terdapat di destinasi. Di antara potensi

wisata tersebut adalah hutan alam dan hutan tanaman pinus lengkap dengan beragam

satwa, serta keberadaan 5 (lima) Curug yakni Curug Cikahuripan, Curug Gentog,

Curug Cigeureuh, Curug Saat, dan Curug Siliwangi (yang merupakan curug yang

paling dikenal oleh masyarakat karena paling mudah dijangkau). Dan yang perlu

diinformasikan bahwa disamping wisata alamnya, Wana Wisata Gunung Puntang

memiliki potensi lain yang merupakan modal untuk “dijual” dan diperkenalkan

kepada wisatawan, yaitu dengan terdapatnya Goa Belanda, sisa-sisa bangunan dari

stasiun radio Malabar peninggalan Belanda, serta sisa – sisa bangunan dari komplek

atau perumahan megah pada jamannya, yang merupakan potensi untuk kegiatan

wisata sejarah atau budaya.

Selama bertahun-tahun Wana Wisata Gunung Puntang berdiri dengan

mengandalkan penjualan kondisi alami destinasi, juga dengan inisiatif menambahkan

sarana perkemahan dengan memanfaatkan lahan yang luas. Dan bahkan pernah pada

masa tertentu menamai diri sebagai “Bumi Perkemahan Gunung Puntang”, sebelum

pada akhirnya berubah menjadi Wana Wisata Gunung Puntang dengan harapan luas

bahwa destinasi ini tidak hanya dikhususkan sebagai destinasi untuk melakukan

kegiatan berkemah semata.

Adapun tingkat kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi

yang signifikan. Dan pada masa keemasannya, yakni pada tahun 2003, tingkat

(14)
[image:14.612.119.525.193.467.2]

3

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan Wana Wisata Gunung Puntang Tahun 1999 – 2005

No. Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

1 1999 47.371

2 2000 60.895

3 2001 56.811

4 2002 62.760

5 2003 65.850

6 2004 63.098

7 2005 41.039

8 2006 -

9 2007 -

10 2008 29.910

11 2009 -

12 2010 30.222

13 2011 30.892

14 2012 26.919

Sumber: Perum Perhutani KPH Bandung Selatan 2013

Hal ini menunjukkan bahwa Wana Wisata Gunung Puntang merupakan sebuah

destinasi wisata yang memiliki nilai jual baik menurut wisatawan dan tidak kalah

menarik dengan destinasi alam lain yang bertebaran di kawasan Bandung Selatan,

misalnya kawasan wisata pangalengan yang lokasinya berada tidak jauh .

Namun sayangnya, kondisi seperti ini tidak mampu bertahan hingga sekarang,

dimana banyak destinasi alam lain berlomba-lomba menyediakan sarana dan daya

tarik yang lebih menarik minat wisatawan, sedangkan tidak banyak hal yang dapat

(15)

4

kunjungan yang merosot jauh hingga lebih dari setengahnya bila dibandingkan pada

masa keemasaannya dulu, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1.

Dengan hanya mengandalkan kondisi alam yang keadaanya sama selama

bertahun-tahun, bukan hal yang mustahil bahwa telah muncul rasa kebosanan dari

wisatawan. Alih-alih melakukan perbaikan dan penambahan sarana prasana,

pengelola justru harus dihadapkan pada kenyataan bahwa minat wisatawan terhadap

destinasi ini terus menurun. Untuk itulah, perlunya dilakukan evaluasi terhadap

kemungkinan hal-hal yang dinilai kurang oleh wisatawan serta inovasi untuk menarik

kembali minat untuk berkunjung.

Menelisik lebih dalam terhadap “modal” yang dimiliki oleh destinasi ini,

menerapkan suatu program wisata merupakan suatu hal menarik yang baik untuk

diterapkan. Dengan banyaknya nilai-nilai sejarah yang terkandung di setiap sudut

Wana Wisata Gunung Puntang, lahan yang luas, modal julukan sebagai tempat

berkemah, sumber daya alam yang beragam (curug,flora,dan fauna), serta suasana

(ambience) yang alami, sesungguhnya dapat diolah menjadi suatu program wisata.

Dengan demikian, wisatawan dapat menikmati sesuatu yang baru dan tidak hanya

melihat suatu potensi yang “diam”, tidak diolah, dan terkesan tidak dikelola/digali

potensinya.

Adapun program wisata yang baik dan sesuai untuk kawasan wisata alam seperti

ini, bukanlah program wisata hiburan semata, namun juga perlu mengandung

nilai-nilai edukasi yang baik dimana wisatawan dapat pula meningkatkan pengalaman

(16)

5

merupakan hal yang akan selalu ada dan dicari oleh orang-orang semasa hidupnya,

dan menjadi suatu kebutuhan dan daya tarik positif, tergantung bagaimana kita

mengolah dan menyajikannya.

Kegiatan wisata yang ideal dikembangkan pada kawasan wana wisata merupakan

kegiatan – kegiatan yang mengindikasikan upaya pelestarian alam dan mengedukasi

wisatawan untuk lebih menghargai alamnya, karena pada hakikatnya istilah wana

wisata diperuntukan bagi kawasan hutan alam yang mengadopsi nilai – nilai

keseimbangan antara kegiatan wisata dan konservasi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul keinginan penulis untuk mengkaji lebih

dalam mengenai program wisata sehingga skripsi ini diberi judul :

“ Pengembangan Program Wisata Edukasi Di Wana Wisata Gunung

Puntang.”

B. Rumusan Masalah

Pengembangan sebuah kawasan wisata alam menjadi kawasan wisata pendidikan

bertolak dari pengamatan terhadap kondisi existing yang ada pada Wana Wisata

Gunung Puntang, diperlukan upaya – upaya yang nyata untuk menjawab semua

permasalahan yang timbul. Adapun batasan permasalahan yang dirumuskan, adalah

sebagai berikut :

1. Sumber daya apa yang dimiliki Wana Wisata Gunung Puntang ?

2. Bagaimana nilai – nilai edukasi dari sumber daya yang dimiliki Wana Wisata

(17)

6

3. Program wisata edukasi seperti apakah yang dapat dikembangkan di Wana

Wisata Gunung Puntang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi dan memberikan

rekomendasi konsep pengembangan Wana Wisata Gunung Puntang yang

menonjolkan potensi alam dan pendidikan dengan memanfaatkan kekayaan alam

sebagai daya tarik wisata. Secara rinci, penellitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Menginventarisasi dan mengidentifikasi sumber – sumber daya / potensi yang

terdapat di Wana Wisata Gunung Puntang.

2. Menganalisis nilai – nilai edukasi yang terdapat pada setiap sumber daya di

Wana Wisata Gunung Puntang.

3. Mengidentifikasi program wisata edukasi yang sesuai untuk dikembangkan di

Wana Wisata Gunung Puntang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penellitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan

bahan pertimbangn dalam pengembangan Wana Wisata Gunung Puntang

(18)

7

2. Bagi stakeholder, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dalam pengembangan kawasan wisata khususnya wisata alam.

3. Bagi masyarakat, sebagai sarana dalam menumbuhkan kesadaran dan

kepedulian akan lingkungan dan pariwisata serta sarana informasi dalam

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

4. Bagi pengelola di lokasi penellitian ( Wana Wisata Gunung Puntang), hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan

dalam melakukan inovasi pengembangan agar Wana Wisata Gunung Puntang

dapat menjadi sebuah Objek dan Daya Tarik Wisata Pendidikan yang atraktif.

5. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan memberikan gambaran tentang pengembangan kawasan wisata

alam.

6. Bagi program studi Management Resort And Leisure, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan mata kuliah,

khususnya mata kuliah Objek dan Daya Tarik Wisata ( ODTW ) Alam.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang digunakan oleh peneliti

untuk mengukur suatu variable yang merupakan hasil penjabaran dari sebuah konsep.

Adapun desinisi operasional yang relevan dengan penelitian ini, dijabarkan singkat

(19)

8

1. Pengembangan

Menurut Munaef (1996:24, dalam Damayanti 2010) yang dimaksud dengan

pengembangan dalam kegiatan wisata adalah segala kegiatan usaha yang

terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan

prasarana, barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan, guna melayani

kebutuhan wisatawan. Segala kegiatan dan pengembangan pariwisata

mencakup segi – segi yang sangat luas dan menyangkut segi kehidupan dalam

masyarakat mulai dari kegiatan pengangkutan, akomodasi, atraksi wisata,

makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan, program wisata, serta

suasana dan kenyamanan.

2. Wana Wisata

Wana Wisata adalah obyek wisata alam yang berlokasi di dalam kawasan

hutan produksi yang daya tariknya didasarkan pada potensi geofisiknya.

Kawasan ini dibangun dan dikembangkan guna memenuhi kebutuhan wisata

alam di alam terbuka (Anonim, 1998) dalam (Fandeli,2002). Landasan filosofi

wana wisata adalah menyediakan tempat rekreasi dalam kawasan hutan

produksi dengan membiarkan hutan sebagaimana adanya dan nilai – nilai

perlindungan dari hutan tersebut tetap lestari.

3. Program

Menurut Walker (2004 : 513) dalam Fauzan (2010) dalam teorinya mengenai

bauran pemasaran, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan programming

(20)

9

pengembangan khusus, acara, atau program untuk meningkatkan pengeluaran

konsumen, atau memberikan daya tarik tambahan ke paket atau lainnya.

4. Wisata Edukasi

Dalam pariwisata, wisata edukasi dimasukan dalam kategori wisata minat

khusus (special interest tourism). Ismayanti (2010:155) berpendapat bahwa

“Pariwisata minat khusus merupakan pariwisata yang menawarkan kegiatan

yang tidak biasa dilakukan oleh wisatawan pada umumnya atau wisata dengan

keahlian atau ketertarikan khusus”.

Ada beberapa criteria yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam

menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus (Fandeli, 2002:110), yaitu

adanya unsur :

a. Learning, yaitu pariwisata yang mendasar pada unsur belajar.

b. Rewarding, yaitu pariwisata yang memasukan unsur pemberian penghargaan,

atau mengakui dan mengagumi keindahan atau keunikan atau kekayaan dari

suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan.

c. Enriching, yaitu pariwisata yang memasukkan suatu peluang terjadinya

pengkayaan pengetahuan antara wisatawan dengan lingkungan atau

masyarakat.

d. Adventuring, yaitu pariwisata yang dirancang dan dikemas sehingga terbentuk

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Wana Wisata Gunung Puntang

yang memiliki luas 54,84 ha dan terletak di RPH Logawa, BKPH Banjaran, KPH

Bandung Selatan, yang menurut administrative pemerintahan termasuk Desa

Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Gunung Puntang merupakan

wana wisata yang dapat digunakan sebagai wisata harian dan juga bermalam ini

terletak pada ketinggian 1300m dpl.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai potensi dikembangkannya Wana Wisata

Gunung Puntang menjadi sebuah kawasan wisata edukasi di Bandung Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keterkaitan antara

sumber daya yang tersedia dengan preferensi wisatawan. Adapun dalam desain

penelitian ini menerapkan sebuah sistematika dalam tahapan perencanaan wisata,

seperti yang dikemukakan oleh Gold (1980), sebagai berikut :

Inventori dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan

guna menunjang proses dan hasil penelitian. Analisis dimaksudkan sebagai bagian

(22)

22

dari development potential, sedangkan synthesis merupakan bagian konsentrasi dari

peneliti untuk merumuskan hasil dari seluruh rangkaian penelitian.

C. Jenis dan Metode yang Digunakan

Penelitian ini bersifat deskriptif (kuantitatif), yang menurut Sugiyono (2010) diartikan bahwa “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain.”

Sementara metode yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya memperoleh

data, dilakukan dengan metode observasi.

D. Populasi dan Sampel Populasi

Populasi menurut Nazir (1999) adalah kumpulan dari individu dengan kualitas

serta ciri – ciri yang telah ditetapkan. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan

orangnya maupun bendanya. Jadi yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan

subyek atau unit penelitian yang akan dianalisis. Pernyataan tersebut senada dengan

apa yang dikemukakan oleh Nazir (1999) bahwa sampel adalah bagian dari populasi.

Dengan demikian sampel merupakan bagian (subset) dari populasi yang dianggap

mampu mewakili populasi yang akan diteliti.

Adapun dalam penelitian ini, populasi digunakan untuk mengetahui preferensi

(23)

23

Sampel responden dalam penelitian ini adalah pengunjung Wana Wisata

Gunung Puntang yang diambil secara random / acak. Sedangkan teknik penentuan

sampel dilakukan dengan teknik aksidental. Menurut Sugiyono (2003:60), teknik

aksidental adalah suatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel

bila dipandang orang yang ditemui itu dirasa cocok untuk dijadikan sebagai data.

Untuk mendapatkan jumlah / ukuran sampel yang dapat menggambarkan

populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin

sebagai berikut :

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih bias ditolerir. Adapun :

a. Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

b. Nilai e = 0.2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

(24)

24

data kunjungan wisatawan pada tahun 2012 sebanyak 26.919 dan persen kelonggaran yang ditentukan adalah 10%.

Berdasarkan data kunjungan tersebut, maka didapatkan jumlah sampel yang akan diambil sebanyak:

Dari hasil perhitungan di atas, didapat 99,63 orang yang dibulatkan menjadi 100 orang untuk dijadikan sampel oleh penulis.

E. Variable Penelitian

Adapun variable – variable yang digunakan sehubungan dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian ini, adalah :

1. Sumber Daya.

Adapun sumber daya yang dimaksud adalah segala jenis potensi, baik

fisik maupun non fisik yang terdapat di lokasi penelitian.

(25)

25

Program wisata dalam penelitian ini merujuk pada kegiatan wisata yang

sesuai untuk dikembangkan dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data disusun agar data yang diperlukan diperoleh secara

sistematis, serta untuk membedakan sumber data yang diperlukan. Data yang

diperlukan dalam melengkapi penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Dan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara :

1. Melakukan pengumpulan data primer berupa :

a. Observasi lapangan di Wana Wisata Gunung Puntang. Di dalamnya

akan dilakukan kegiatan pengamatan secara langsung pada hal – hal

yang berkaitan dengan topic penelitian serta pendokumentasian pada

setiap wilayah penelitian.

b. Wawancara dengan pengelola Wana Wisata Gunung Puntang.

2. Survey kuesioner kepada sampel penelitian (wisatawan). Kegiatan ini

bertujuan untuk mengetahui preferensi wisatawan. Adapun jenis kuesioner

yang digunakan adalah kuesioner tertutup.

3. Melakukan pengumpulan data sekunder berupa studi pustaka.

G. Metode Analisis Data

Setelah seluruh data diperoleh, peneliti akan melakukan tahapan selanjutnya

dari seluruh rangkaian penelitian, yakni melakukan analisis data. Adapun metode

(26)

26

1. Analisis Kuesioner.

Analisis kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik skala Likert’s

Summerated Rating (LSR).

2. Skoring Potensi Sumber Daya Alam.

Skoring dilakukan dengan terlebih dahulu mentabulasikan seluruh potensi

yang tersedia, dan ditempatkan pada kolom rating yang sesuai. Kemudian

memberikan score (penilaian) terhadap masing – masing potensi tersebut.

Score untuk menentukan rating ini menggunakan 5 (lima) level, dimana

score 1 (satu) diinterpretasi sangat tidak menarik dan score 5 (lima)

diinterpretasi sangat menarik.

H. Instrumen Penelitian

Alat/instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara, camera digital untuk mengambil data yang berupa gambar kondisi

lapangan, dan kuesioner yang disebarkan pada sampel penduduk dan pengunjung di

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, A. (2010). Pengaruh Preferensi Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung Ke Obyek Wisata Alam Di Kawasan Bandung Selatan. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Bagyono. (2005). Pariwisata dan Perhotelan. Bandung: Alfabeta.

Damayanti, Hepi. (2010). Pengembangan Fasilitas Di Pantai Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Faisal, B. (2012). Rencana Pengembangan Wana Wisata Gunung Puntang. Bandung: Tsana Mulia.

Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Fauzan, M. (2010). Upaya Meningkatkan Keputusan Penggunaan Meeting Package Di Hotel Bumi Asih Jaya Bandung Melalui Demand Based Pricing Methods. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gold. S. M. (1980). Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co., New York. 332 p.

Holden, Andrew. (2000). Environment and Tourism. London and New York : Routledge.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.

Mappi Sammeng. (2000). Cakrawala Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Marpaung dan Bahar. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.

Mowforth and Munt. (1998). Tourism and Sustainability. London and New York: Routledge.

(28)

Pitana dan Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Rahmafitria. (1998). Perencanaan Lansekap Bumi Perkemahan Umbul Songo Dalam Kawasan Wana Wisata Tuk Songo Jawa Tengah. Skripsi Sarjana pada Fakultas Pertanian IPB Bogor: tidak diterbitkan.

Douglass, Robert. (2000). Forest Recreation. Ohio: Wavel and Press, Inc.

Sudibyo. (2002). Perilaku Konsumen dan Kesinambungan Kebutuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Undang – Undang no.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penguraian teori, hasil observasi, serta pembagian kuesioner kepada

wisatawan yang menitikberatkan pada penilaian terhadap daya tarik wisata di Wana

Wisata Gunung Puntang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Wana Wisata Gunung Puntang memiliki beragam sumber daya alam maupun

buatan. Sumber daya alam yang berupa hutan alam dipenuhi oleh banyak

vegetasi terutama pinus, udara dan suasana yang nyaman jauh dari polusi dan

hingar bingar perkotaan, aliran sungai dan air terjun yang tidak terlalu deras,

serta aneka satwa yang merupakan pesona yang menarik bagi wisatawan untuk

dikunjungi. Sedangkan sumber daya wisata buatan berupa sisa-sisa bangunan dari

stasiun radio Malabar, sisa bangunan dari komplek peninggalan Belanda, kolam

cinta, turbin, dan Goa Belanda, serta bumi perkemahan. Adapun bumi

perkemahan merupakan ikon dari Wana Wisata Gunung Puntang bertahun-tahun

lamanya.

2. Dari seluruh sumber daya yang terdapat di Wana Wisata Gunung Puntang

tersebut, dapat diidentifikasi bahwa ternyata keseluruhannya memiliki nilai-nilai

edukasi yang dapat digali dan ditonjolkan sebagai daya tarik lebih bagi

wisatawan. Nilai-nilai edukasi itu terbagi ke dalam dua bagian yakni nilai edukasi

(30)

82

mengoptimalkan seluruh potensi alam yang ada, termasuk di dalamnya adalah

sungai, air terjun, vegetasi, dan satwa. Nilai edukasi yang dimaksud dapat berupa

pengenalan terhadap pentingnya menjaga lingkungan, menghargai alam, dsb.

Sedangkan nilai edukasi sejarah diperoleh dengan mengoptimalkan potensi dari

beragam daya tarik peninggalan Belanda dengan memperkenalkan cerita masa

lalu sebagai bagian dari pengetahuan dan ilmu sejarah. Kedua nilai edukasi

tersebut memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Kepedulian terhadap

lingkungan yang terus menurun dapat ditumbuhkembangkan lagi melalui

disediakannya sarana untuk mengingat betapa pentingnya mengenali, menjaga,

dan melestarikan alam. Disamping itu, nilai sejarah yang terkandung dalam

sejarah berdirinya kawasan gunung puntang juga merupakan hal yang layak untuk

diketahui oleh banyak orang sebagai pengetahuan, menumbuhkan rasa

kebanggaan, serta rasa cinta terhadap Bangsa Indonesia.

3. Menilik lebih jauh dari hasil observasi dan analisis, program wisata edukasi yang

sesuai untuk dikembangkan di Wana Wisata Gunung Puntang merupakan wisata

edukasi berbasis alam dan sejarah. Kedua jenis wisata edukasi tersebut

ditempatkan pada area-area yang telah ditetapkan, dan didukung oleh sebuah jalur

interpretasi yang menghubungkan satu sama lain, dimulai dari kegiatan tracking

ke hutan menuju area wisata edukasi sejarah dan dilanjutkan ke area wisata

edukasi alam. Dalam pelaksanaan program wisata edukasi ini, diperlukan fasilitas

penunjang yakni alat interpretasi yang memadai dan atraktif dan memuat beragam

(31)

83

tambahan pengetahuan. Alat-alat interpretasi tersebut diletakan pada lokasi

strategis dan berdekatan dengan lokasi masing-masing daya tarik wisata.

B. Rekomendasi

Adapun saran yang ingin disampaikan oleh peneliti dalam rangka memajukan

kawasan ini adalah :

1. Diperlukannya kerjasama antara pihak pengelola Wana Wisata Gunung

Puntang, dalam hal ini Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, dengan pihak

lain dalam usaha mengelola dan mengembangkan kawasan ini.

2. Pihak pengelola juga perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

beragam potensi di kawasan ini, baik alam maupun sejarah. Terutama potensi

sejarah, pengelola perlu untuk menggali cerita yang terkandung dalam setiap

sudut dari Wana Wisata Gunung Puntang, serta menambah koleksi

dokumentasi baik foto maupun data terkait komplek peninggalan Belanda ini.

3. Menerapkan harga tiket masuk yang realistis dan terjangkau oleh berbagai

kalangan masyarakat khususnya kalangan menengah kebawah.

4. Memberikan pelatihan bagi Sumber Daya Manusia untuk mempelajari dan

memahami beragam jenis potensi alam dan sejarah di Wana Wisata Gunung

Puntang sebagai upaya memfasilitasi mereka untuk menjadi interpreter

maupun pemandu wisata bagi wisatawan.

5. Melakukan kegiatan pemasaran yang lebih besar baik melalui media cetak

Gambar

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Wana Wisata Gunung Puntang

Referensi

Dokumen terkait

b) Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember melalui media promosi dari

(3) Bagaimana membuat perancangan promosi yang menarik dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam aspek keamanan dan kenyamanan Wana Wisata Curug Cilember melalui

Tujuan dari pengorganisasian ini untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam menjaga dan mengelola wana wisata mangrove yang berada di Kelurahan Gunung Anyar

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KAWASAN WISATA ALAM GUNUNG DAGO KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana

Bentuk wisata di Desa Punten melalui peningkatan Sumber Daya Alam (SDA) yaitu agrowisata dengan sektor wisata edukasi pertanian jeruk keprok punten sebagai pengganti wisata

Ekowisata Merapi : Rekreasi, Edukasi dan Konservasi Ekowisata sebagai bagian dari wisata alternatif memanfaatkan alam yang dikemas sebagai ‘produk’ pariwisata menawarkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik potensi dan permasalahan sumberdaya di kawasan Wana Wisata Situ Mustika; menganalisis kesesuaian wisata

Bentuk wisata di Desa Punten melalui peningkatan Sumber Daya Alam (SDA) yaitu agrowisata dengan sektor wisata edukasi pertanian jeruk keprok punten sebagai pengganti wisata