• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KAWASAN WISATA ALAM GUNUNG DAGO KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KAWASAN WISATA ALAM GUNUNG DAGO KABUPATEN BOGOR"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KAWASAN WISATA ALAM GUNUNG DAGO KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.). Oleh : DWITA INDAH PAWASTI 11170540000050. PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H / 2021 M.

(2) i.

(3) LEMBAR PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dwita Indah Pawasti NIM. : 11170540000050. Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi yang berjudul “Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago Kabupaten Bogor (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago)”, merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya cantumkan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bogor, 6 Oktober 2021. Dwita Indah Pawasti NIM 11170540000050 ii.

(4) iii.

(5) ABSTRAK Dwita Indah Pawasti Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago Kabupaten Bogor (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago). Skripsi, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H / 2021 M. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Program PHBM yang dibuat oleh pemerintah dan kesesuaiannya di lapangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada metode kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT. Data yang didapatkan untuk di analisis merupakan hasil observasi, wawancara dengan anggota LMDH, karyawan wisata dan wisatawan yang ada di Wisata Alam Gunung Dago. Hasil penelitian diketahui bahwa Program PHBM yang dilakukan oleh LMDH Wana Cendana kemudian dianalisis menggunakan elemen-elemen menurut David C. Korten yakni : (1) adanya program yang disusun dengan matang, (2) pelaksanaan program memahami tugasnya dengan baik, dan (3) program sesuai dengan kebutuhan sasaran program. Dalam melihat pengembangan wisata peneliti melihatnya dalam sebuah strategi dengan menggunakan analisis SWOT dan dilanjutkan dengan Uji Test Litmus. Sehigga total skor uji test litmus menyatakan isu-isu tersebut sangat strategis dan perlu dilakukan untuk pengembangan dan kemajuan Wisata Alam Gunung Dago. Kemudian peneliti merumuskannya pada empat hal yaitu : strategi peningkatan kerjasama dan kemampuan sdm, strategi peningkatan peran serta masyarakat, strategi pemantapan kelembagaan pariwisata dan strategi promosi yang efektif. Kata Kunci : Implementasi Program, LMDH, PHBM.. iv.

(6) KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, Dzat yang hanya kepada-Nya memohon pertolongan, Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa diharapkan syafaatnya di hari akhir nanti, Aamiin. Alhamdulillah atas segala pertolongan, rahmat, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat diberi kelancaran untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Dengan izin Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago Kabupaten Bogor (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan masyarakat, dalam kemitraan yang terjalin melalui implementasi program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam Program Studi Pengembanga Masyarakat Islam. Serta memberikan pengetahuan mengenai pengembangan kesejahteraan masyarakat melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam upaya penulisan skripsi ini telah banyak hal yang dilalui oleh penulis. Dengan ucapan syukur “Alhamdulillah” semua upaya yang dilakukan penulis akhirnya dapat membuahkan hasil yakni skripsi dengan judul “Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di v.

(7) Kawasan Wisata Alam Gunung Dago Kabupaten Bogor (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago)” dengan bantuan beberapa pihak. Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT serta pertolongan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penyusun hendak mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi, Cecep Sastra Wijaya, MA., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Muhtadi, M. Si., Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. WG. Pramita Ratnasari, S, Ant., M. Si., Sekretaris Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Muhtadi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan wawasan yang sangat luar biasa untuk memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat baik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. 6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan banyak hal kepada peneliti selama menjalankan perkuliahan. 7. Kedua orangtua tercinta yaitu Ibu Wasiyem dan Bapak Pairin yang senantiasa mendoakan, dan mendukung atas segala kelancaran penulisan vi.

(8) skripsi ini, serta doa yang selalu dipanjatkan dalam sholat untuk penulis agar selalu semangat dalam mengejar pendidikan dan menggapai cita-cita. 8. Achmad Alfaridzi, yang telah menjadi teman diskusi, selalu memotivasi, membantu dalam hal teknis, serta mendampingi proses pencarian data dilapangan dalam penelitian skripsi ini. 9. Pihak Perum Perhutani, khususnya kepada LMDH Wana Cendana dan Wisata Alam Gunung Dago. Bapak H. Mahfud Sarifudin selaku pembimbing, Bapak Rustam selaku ketua LMDH, Bapak Rifky Hidayatullah Akmal selaku digital marketing, Bapak Eki Khairullah Akmal selaku administrasi, Ibu Mirna selaku administrasi, Bapak Lukman selaku anggota LMDH, Bapak Muhammad Akam selaku karyawan wisata, beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan akses sehingga penulis dapat melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi. 10. Teman-teman seperjuanganku Suci Indah Cahyani, Maspupah Aulia Rahma, Sifa Arum Rosyada, Nabilah Al Haque, Wika Sapitri, Vivin Veliana, Fithri Farhana, Naufalia Afifah Juliandinata, Nia Rhamadayanti, dan Atika Suri yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, masukan, dan motivasi selama dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi. 11. Teman-teman Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2017, yang telah bersama melewati perkuliahan semoga kita semua menjadi manusia yang bermanfaat, aamiin. 12. Seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam tahun angkatan 2016 dan 2017 yang telah memberikan pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat dalam berorganisasi dikampus.. vii.

(9) Peneliti sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna melengkapi kekurangan dalam penelitian skripsi ini, agar peneliti dapat memperbaiki hasil skripsi, sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi. Wassalamu’alamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bogor, 14 Oktober 2021. viii.

(10) DAFTAR ISI. ABSTRAK ............................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .............................................................................................. v DAFTAR ISI.............................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv BAB I ......................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 10 C. Pembatasan Masalah.................................................................................. 11 D. Perumusan Masalah ................................................................................... 12 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13 G. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................................................... 14 H. Metode Penelitian ....................................................................................... 17 Sistematika Penulisan ................................................................................ 28. I.. BAB II ..................................................................................................................... 30 KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................. 30 A. Landasan Teori ........................................................................................... 30 a.. Implementasi Program .......................................................................... 30. b.. Teori Implementasi Menurut Ahli ....................................................... 32. 1.. Teori Implementasi George Edward III .............................................. 32. 2.. Teori Implementasi Van Metter dan Van Horn.................................. 34. 3.. Teori Implementasi David C. Korten ................................................... 35. c.. Teori implementasi yang digunakan .................................................... 37 ix.

(11) d.. Hutan....................................................................................................... 40. e.. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)............ 47. f.. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ....................................... 49. g.. Wisata Alam ........................................................................................... 51. B. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 52 BAB III.................................................................................................................... 55 GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN................................................... 55 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 55 a.. Gambaran Umum Desa Dago ............................................................... 55. b.. Gambaran Umum Wisata Alam Gunung Dago .................................. 56. c.. Gambaran Umum LMDH Wana Cendana ......................................... 58. d. Implementasi Program PHBM di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago................................................................................................................. 62 BAB IV .................................................................................................................... 67 DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................................................ 67 A. Tahapan Pengembangan Lembaga Masyarakat Desa Hutan ................ 67 a.. Seleksi Masyarakat Pengguna Hutan .................................................. 67. b.. Pengenalan Pendekatan Aksi Partisipatif (PAP) ................................ 69. c.. Membangun Visi dan Misi Bersama .................................................... 70. d. Perumusan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Lembaga ............................................................................................. 72 e.. Penataan Administrasi Lembaga ......................................................... 74. f.. Membangun Pusat Informasi ............................................................... 75. g.. Identifikasi Penggunaan Sumberdaya Alam Desa .............................. 78. h.. Outbound Management Training......................................................... 79. i.. Pengembangan Ekonomi Lembaga ...................................................... 81. B. Tahapan Pengembangan Wisata Melalui Program PHBM ................... 82 a.. Bidang Perencanaan .............................................................................. 82. b.. Bidang Pembinaan Sumberdaya Hutan .............................................. 84 x.

(12) c.. Bidang Produksi ..................................................................................... 85. d.. Bidang Pemasaran dan Industri ........................................................... 86. e.. Bidang Keamanan .................................................................................. 87. f.. Bidang Keuangan ................................................................................... 88. g.. Bidang Sumberdaya Manusia (Perhutani) .......................................... 89. C. Strategi Pengembangan Wisata Melalui Program PHBM ..................... 90 a.. Scanning lingkungan (scanning environment) ..................................... 92. b.. Pernyataan tentang misi organisasi...................................................... 93. c. Seperangkat strategi yang menegaskan apa yang harus dilakukan untuk mencapai misi itu ................................................................................ 94 d.. Sasaran dari setiap strategi ................................................................... 95. e. Taktik atau rencana opersional jangka pendek untuk merealisasikan sasaran tadi ..................................................................................................... 95 f. Kontrol, yaitu pengendalian dan langkah-langkah evaluasi yang menentukan sebaik mana rencana strategis itu dijalankan ....................... 96 BAB V ..................................................................................................................... 98 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 98 A. Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago Kabupaten Bogor.......... 98 B. Hasil Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Wisata Alam Gunung Dago .......................................................... 98 C. Analisi SWOT : Sebagai Alat Penentuan Sebuah Strategi ................... 114 BAB VI .................................................................................................................. 135 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 135 A. Kesimpulan ............................................................................................... 135 B. Saran .......................................................................................................... 136 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 137 LAMPIRAN – LAMPIRAN................................................................................ 142. xi.

(13) DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Persentase Luas Kawasan Hutan Menurut Jenisnya, 2013 .... 3 Gambar 1.2 Diagram Analisis SWOT ............................................................ 28 Gambar 2.1 Model Kesesuaian .................................................. .................... 35 Gambar 3.1 Logo LMDH Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) .... 60 Gambar 3.2 Kantor Sekretariat Baru LMDH Wana Cendana ................... 61 Gambar 5.1 Cara Menghitung menggunakan Microsoft Excel ................... 122 Gambar 5.2 Bagan Kolom Skor Uji Test Litmus ...................... .................... 123. xii.

(14) DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pemilihan Informan ........................................................................ 22 Tabel 2.1 Skema Pelaksanaan Perhutanan Sosial ......................................... 47 Tabel 3.1 Struktur keanggotaan LMDH Wana Cendana ............................ 62 Tabel 5.1 Matrik Analisis SWOT ................................................................... 114 Tabel 5.2 Matriks analisis SWOT dan Arahan Skenario Pengembangan Wisata Alam Gunung Dago Melalui Program PHBM ................................. 115 Tabel 5.3 Tabel Pertanyaan Uji Tes Litmus .................................................. 118 Tabel 5.4 Penilaian Narasumber .................................................................... 120. xiii.

(15) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Survei Penelitian ........................................................ 142 Lampiran 2 Pedoman Wawancara ................................................................. 143 Lampiran 3 Hasil Survei ................................................................................. 151 Lampiran 4 Hasil Wawancara ........................................................................ 155 Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Lapangan ........................................... 190. xiv.

(16) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Alam (SDA) seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan. hidup. manusia.. Hilangnya. atau. berkurangnya. ketersediaan sumber daya alam tersebut akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu, terdapat. permasalahan. yang. mendasar. sehubungan. dengan. pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri. (Fauzi, 2006, hal. 1) Sebuah permasalahan global tentang kehutanan menyadarkan bahwa keberadaan hutan di muka bumi ini sangatlah penting. Isu tersebut membawa bangsa Indonesia harus mau bergerak bersama melakukan upaya maksimal dalam mencegah dan menjaga kelestarian hutannya. Salah satu isu global yang paling diperhatikan oleh dunia internasional adalah masalah lingkungan hidup. Salah satu isu yang termasuk di dalamnya adalah hutan. Isu ini menjadi penting dan perlu ditangani secara serius, terutama oleh negara-negara yang masih memiliki sumber daya hutan yang luas. Jika sumber daya hutan yang masih terjaga itu semakin lama semakin berkurang yang dikhawatirkan adalah dampak yang ditimbulkan terhadap umat manusia seluruh dunia. Dampaknya, dapat dirasakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Seperti kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan paru-paru bumi yang merupakan 1.

(17) tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya untuk kehidupan manusia. Hutan dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat yang di rasakan secara langsung (tangible) contohnya seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat yang di rasakan tidak langsung (intangible) seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi. Sangatlah wajar jika ada istilah yang mengatakan bahwa hutan adalah sumber kehidupan karena hutan memiliki sarat manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Tidak hanya sebagai penyangga kehidupan, hutan juga mempunyai fungsi yang tak kalah pentingnya, yaitu fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi. Dengan hal tersebut, maka keberlanjutan hutan harus terjamin sehingga keseimbangan manfaat lingkungan (air, tanah, iklim, flora, dan fauna), manfaat sosial budaya, dan manfaat ekonomi dapat dirasakan tanpa melupakan nilai-nilai kelestarian lingkungan. (Statistik, 2015, hal. 7) Dalam menentukan batasan wilayah hutan, pemerintah melalui Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 telah menetapkan definisi kawasan hutan yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan Indonesia ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dalam bentuk surat keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi. Penunjukkan kawasan hutan mencakup juga kawasan perairan yang menjadi bagian dari Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam 2.

(18) (KPA). Kawasan hutan berdasarkan fungsinya tersebut dibagi ke dalam kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi. Gambar 1.1 Persentase Luas Kawasan Hutan Menurut Jenisnya, 2013.. Sumber: BPS, Statistik Indonesia 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2013, luas kawasan hutan dan perairan di Indonesia sebesar 129 juta ha. Dengan luas Indonesia yang sebesar 191.093 ribu ha menunjukkan bahwa luas kawasan hutan dan perairan di Indonesia sangat luas atau mencapai 67,73 persen dari luas seluruhnya. Adapun luas hutan di Indonesia berdasarkan fungsinya hampir sama besar, yaitu sekitar 21-23 persen. Namun, luas hutan produksi yang dapat dikonservasi hanya sebesar 12 persen dari total luas kawasan hutan dan perairan di Indonesia. Kawasan hutan terluas di Indonesia adalah hutan lindung yaitu sebesar 29.918 ribu ha. Luasnya hutan lindung Indonesia sangat berperan penting untuk menjaga ekosistem di dunia, tidak hanya bagi ekosistem di Indonesia sendiri. (Statistik, 2015, hal. 8). 3.

(19) Pengelolaan hutan di Indonesia telah mengalami perubahan paradigma, di mana awalnya terlalu berbasis pada negara (state based), khususnya di era orde baru menjadi pengelolaan yang berbasis pada masyarakat (community based), yang dimulai di akhir masa pemerintahan orde baru hingga saat ini. Paradigma pembangunan sumber daya alam hutan dengan pendekatan community based ini disebut community forestry (kehutanan masyarakat). Sistem kehutanan masyarakat sebenarnya telah berkembang dengan baik di Indonesia dalam bentuk hutan rakyat, hutan adat, hutan keluarga, hutan desa maupun hutan kampung. (Dewi, Awang, Andayani, & Suryanto, 2017) Dalam sistem perekonomian nasional Perum Perhutani yang mendukung sistem kelestarian lingkungan dan sistem sosial budaya, khususnya dalam memberdayakan masyarakat di sekitar hutan, agar mereka bisa merasakan manfaat dari keberadaan hutan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010, maksud dan tujuan dari Perhutani adalah untuk menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berhubungan dengan pengelolaan hutan dan hasil hutan yang berkualitas. dengan. harga. yang terjangkau. oleh. masyarakat. berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. (Octavianti & Mulyana, 2017) Dalam mengelola hutan dan hasil hutan, Perhutani mengajak masyarakat untuk turut andil dalam pengembangan wilayah hutan sebagai sebuah tempat wisata dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Masyarakat diajak ikut serta untuk merasa memiliki hutan di sekitar tempat tinggalnya, sehingga mereka dapat terlibat dalam. 4.

(20) pengelolaan dan pengamanan hutan dari masalah penjarahan dan penebangan tanpa izin yang menyebabkan kerusakan pada hutan. Seharusnya kita sebagai manusia yang berakal dituntut untuk selalu menjaga keseimbangan lingkungan. Banyak firman Allah yang mengharuskan manusia agar menjaga keserasian, keseimbangan, dan kelestarian lingkungan. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. AlBaqarah ayat 29-30; ٍ ‫سمٰ ٰو‬ ْ ‫ض ج َِم ْيعًا ث ُ َّم ا‬ ۗ‫ت‬ َّ ‫ست َ ٰ ٰٓوى اِلَى ال‬ َ َ‫ِي َخل‬ َ ‫س ْب َع‬ َ ‫سوّٰ ىه َُّن‬ َ َ‫س َم ۤا ِء ف‬ ِ ْ‫ق لَ ُك ْم مَّا فِى ْاْلَر‬ ْ ‫ُه َو الَّذ‬ َ ٍ‫َو ُه َو ِب ُك ِل ش َْيء‬ ٩٢ - ‫ع ِل ْي ٌم‬ ۤ ‫سدُ ِف ْيهَا‬ ِ ‫ض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَالُ ْٰٓوا اَت َجْ عَ ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف‬ ِ ْ‫َوا ِْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ِانِ ْي جَا ِع ٌل ِفى ْاْلَر‬ ْ َ‫َوي‬ ٠٣ – َ‫ِس لَكَ ۗ َقا َل اِنِ ْٰٓي ا َ ْعلَ ُم َما َْل ت َ ْعلَمُوْ ن‬ ِ ‫س ِف ُك‬ ُ ‫سبِ ُح بِ َحمْ ِدكَ َونُقَد‬ َ ُ‫الد َم ۤا َۚ َء َونَحْ ُن ن‬ Artinya : Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya. menjadi. tujuh langit.. Dan Dia. Maha. Mengetahui segala sesuatu. (29) Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(30). (Q.S. al-Baqarah 29-30) Dalam ayat tersebut Allah menjadikan langit dan bumi beserta isinya adalah untuk manusia (Q.S. al-Baqarah: 29). Karena, tujuan penciptaan manusia di bumi ini adalah untuk menjadi pengelola alam (Q.S. al-Baqarah: 30). Dalam ayat tersebut Allah menciptakan 5.

(21) manusia dan telah mempersiapkan berbagai macam fasilitas untuk kesejahteraan hidupnya. Untuk itu Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya kemudian menyerahkannya kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Manusia merupakan makhluk termulia, diantara seluruh makhluk yang Allah ciptakan karena diberikan akal dan juga pikiran. Allah SWT menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan manusia berupa benda mati, benda hidup, tumbuhan, hewan, tanah dan langit. Oleh karena itu, dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah menciptakan segala yang ada di muka bumi untuk manusia. Seperti yang dimuat pada website pemerintah Kabupaten Bogor yang diterbitkan pada tahun 2015, memuat berita acara pemberian bantuan dana sharing hasil produksi tebang kayu yang dilaksanakan pada tahun 2013 sebesar Rp 104.622.007 kepada 12 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) se-Kabupaten Bogor. Menurutnya, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) hendaknya menyikapi program kerja sama ini dengan sebaik-baiknya serta berupaya mengembangkan gagasan dan ide kreatif yang dilakukan untuk membantu pengelolaan sumber daya hutan dengan lebih baik lagi. Pemberian bantuan ini bertujuan untuk mengoptimalkan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) antara lain menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan dengan kegiatan pembangunan wilayah, meningkatkan sinergitas antara pemerintah dengan para pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan meningkatkan usaha-usaha produktif menuju Masyarakat Desa Hutan (MDH) yang mandiri untuk mendukung terciptanya hutan lestari. Dalam rangka pengelolaan hutan, Perum Perhutani harus 6.

(22) melaksanakan setiap kegiatan pengelolaan sumber daya hutan dengan melibatkan Masyarakat Desa Hutan (MDH) dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan melalui perjanjian kerja sama dengan ketentuan bagi hasil. (Bupati Bogor berharap LMDH menjadi kontributor pengelolaan hutan, 2015) Pemberdayaan masyarakat berbasis hutan ini menggabungkan aspek. ekonomi,. ekologi. dan. sosial.. Pembahasan. mengenai. pemberdayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Bila dilihat dari akar katanya “daya” merupakan kata dasar dan ditambah awalan “ber” yang berarti mempunyai daya. Daya sama dengan tenaga atau kekuatan maka arti kata berdaya adalah mempunyai tenaga ataupun kekuatan. Berdasarkan penjelasan tadi maka pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan agar objek menjadi berdaya atau mempunyai tenaga maupun kekuatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris yaitu empowerment. Merriam Webster dalam Oxford English Dictionary mengartikan empowerment dalam dua arti yaitu: 1) To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kemampuan atau memungkinkan dalam melaksanakan kegiatan. 2) To give power of authority to, yang berarti memberi kewenangan atau kekuasaan. Semenjak berkembangnya pengakuan bahwa manusia merupakan faktor yang sangat berperan dalam pembangunan. Maka dalam konteks pembangunan ini istilah pemberdayaan bukan merupakan hal baru tetapi sudah sering digunakan. (Maryani & Nainggolan, 2019, hal. 1). 7.

(23) Sedikit gambaran mengenai Wisata Alam Gunung Dago, wisata ini memiliki luas sebanyak 14 H. Dahulu lahan ini dipergunakan untuk lahan tambang oleh PT Gamidana. Namun setelah tidak ada lagi kegiatan tersebut lahan ini menjadi tandus, terbengkalai dan hanya ditanami oleh pohon-pohon liar saja. Untuk menjadi sebuah tempat wisata seperti sekarang banyak proses dan tahapan yang dilalui seperti perizinan, penataan tempat, pembabatan pohon liar, dan memperbaiki akses menuju area atas Wisata Alam Gunung Dago. Dalam islam kegiatan ini disebut Ihya al Mawaat : menghidupkan lahan yang terlantar. Seperti yang dibahas dalam buku yang berjudul ayat-ayat konservasi menghimpun dan menghidupkan khazanah Islam dalam buku yang berjudul Konservasi Hutan Leuser yang ditulis oleh onrizal, “Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk selalu produktif, selalu melakukan perbaikan (ishlah) dan menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia,” Demikian pembukaan kajian tematik di malam Jum’at yang dibawakan oleh Ustadz Abdurrahman. Beberapa ulama juga berselisih paham ketika mendefinisikan tanah mawaat ini. (Onrizal, 2010, hal. 54) Kemudian Ustadz Abdurrahman juga memaparkan bahwa “Ihya al mawaat dalam kajian Fiqih Islam berarti mengolah atau menggarap lahan. gersang. dan. tandus. karena. ditelantarkan. kemudian. mengubahnya melalui pengolahan menjadi lahan subur, produktif yang dapat dimanfaatkan bercocok tanam, bertempat tinggal atau hunian, dan lainnya.” Imam Abu Hanifah memaparkan pemikirannya bawha; Ihya’ boleh dilakukan dengan catatan mendapat izin dari pemerintah yang sah. 8.

(24) Imam Malik juga memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Imam Abu Hanifah. (Onrizal, 2010, hal. 55) “Hamparan luas yang ada di muka bumi ini seperti gununggunung, jurang, lautan, dan daratan yang luas diserahkan sepenuhnya kepada. manusia. untuk. dikelola,. dimanfaatkan,. dipelihara. kelestariannya, serta dijaga kelestarian lingkungannya agar dapat di rasakan secara berkelanjutan.” Hal ini sesuai dengan firman Allah, QS. An-Nahl (16) ayat 10-15. Menurut penjelasan Ustadz Abdurrahman, dan kemudian meneruskan, “Ayat-ayat Al Qur’an tentang pemakmuran bumi oleh manusia juga memiliki arti Ihya al mawaat dan didukung pula oleh hadis Nabi SAW, yaitu: ‘Bagi siapa saja yang menghidupkan lahan tidur (mati), maka ia berhak atasnya’ (Riwayat Abu Daud, an Nasa’i dan at Tirmidzi) [30, 32], serta hadist yang lain yaitu: ‘Bagi siapa saja yang menyuburkan lahan yang tandus (menghidupkan lahan tidur), maka ia berhak memperoleh keberkahan pahala, dan apa saja yang dimakan binatang kecil dari lahan itu, merupakan sedekah berpahala’ (HR. an Nasa’i dan Ibnu Hibban mensahkannya). Menurut ustadz Abdurrahman dalam Fikih Sunnah yang ditulis Syech Sayyid Sabiq dijelaskan bahwa ada beberapa kriteria lahan yang dapat menjadi objek Ihya al mawaat, antara lain sebagai berikut; 1) Lahan terlantar perkotaan, dan 2) Lahan tidur atau mati yang berada di kawasan pedalaman dan tertinggal dari perkembangan dunia. (Onrizal, 2010, hal. 57) Berkaitan dengan penjelasan di atas dan judul penelitian kali ini. Pemberdayaan. yang. dilaksanakan. yaitu. dengan. melibatkan. Masyarakat Desa Hutan (MDH) dengan beberapa stakeholder meliputi pemerintah yang memiliki kepentingan di bidangnya. Hal tersebut 9.

(25) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dan juga sumber daya alam yang dimiliki agar dapat dikelola dengan baik sehingga akan menambah nilai guna berupa nilai ekonomi-ekologisosial. Karena dalam konteks kali ini pemberdayaan dilakukan dengan pengelolaan sumber daya alam berupa lahan hutan dengan melibatkan masyarakat hutan untuk mengimplementasikan program PHBM yang dijalankan oleh LMDH Wana Cendana dan Perum Perhutani Regional Jawa Barat. Perum Perhutani dan juga Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sama-sama bersinergitas untuk membuat wisata alam baru yang lokasinya tidak jauh dari keramaian Jakarta. Maka dari itu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai “IMPLEMENTASI PROGRAM. PENGELOLAAN. HUTAN. BERSAMA. MASYARAKAT (PHBM) DI KAWASAN WISATA ALAM GUNUNG DAGO KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang telah diuraikan oleh penulis, maka dari itu penulis melakukan identifikasi terhadap masalah tersebut yang akan dikaji pada penelitian ini. Identifikasi masalah ini disusun untuk menjadi acuan kerja dalam penelitian. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Desa Dago memiliki potensi alam yang cukup melimpah terlihat pada sumber daya alamnya berupa hutan. Wisata Alam Gunung Dago ini dahulu adalah bekas lahan tambang oleh PT Gamidana. Oleh karena hal itu lahan ini menjadi tandus dan terbengkalai hanya ditumbuhi pohon liar. 10.

(26) 2. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah sistem pengelolaan sumber daya hutan dengan pola kemitraan yang terjalin antara Perum Perhutani dan Masyarakat Desa Hutan (MDH) untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaatnya secara optimal. Kegiatan pengelolaan sumber daya hutan ini memadukan. aspek. ekonomi,. ekologi. dan. sosial. secara. proporsional dan profesional. 3. Dengan bertambahnya beberapa perumahan yang ada di Kecamatan Parung Panjang dan sekitarnya, menyebabkan semakin bertambah jumlah masyarakat dari berbagai daerah yang menempati rumah tersebut. Hal ini merupakan sebuah peluang untuk mendirikan wisata. Karena, di Parung Panjang sendiri belum terdapat wisata alam yang dikelola dengan cara serius.. Oleh. karena itu, dengan potensi SDA yang dimiliki Desa Dago masyarakat setempat dan pemerintah sebagai stakeholder bergabung membuat perencanaan untuk mengelola hutan tersebut menjadi wisata alam sehingga tujuan dapat dicapai bersama melalui program PHBM. 4. Perum perhutani membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk mengelola dan menjalankan program Perum Perhutani yaitu Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). 5. Pengelolaan wisata alam secara optimal diharapkan akan menaikan roda perekonomian warga sekitar baik secara makro dan mikro. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini dibatasi beberapa masalah berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas yaitu: 1. Pengelolaan hutan bersama masyarakat yang tergabung dalam keanggotaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) melalui 11.

(27) penerapan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) agar sumber daya alam berupa hutan dapat lestari dan berkelanjutan. 2. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Lembaga. Masyarakat. Desa. Hutan. (LMDH). berupaya. mengimplementasikan upaya-upaya untuk mengelola lahan hutan milik perum perhutani dengan baik. 3. Pendirian Wisata Alam Gunung Dago ini bertujuan untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat dengan memadukan 3 (tiga) aspek yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. 1. Bagaimana implementasi program PHBM di Wisata Alam Gunung Dago LMDH Wana Cendana Desa Dago? 2. Bagaimana bentuk strategi pengembangan program PHBM di Wisata Alam Gunung Dago LMDH Wana Cendana Desa Dago? E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui implementasi program PHBM di Wisata Alam Gunung Dago LMDH Wana Cendana Desa Dago. 2. Untuk mengetahui bentuk strategi yang dipersiapkan Masyarakat Desa Hutan (MDH) melalui proses pemanfaatan lahan menjadi tempat wisata yang dikelola secara lestari dan berkelanjutan oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago. 12.

(28) F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian. ini. secara. umum. untuk. menambah. pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan unsur-unsur pengembangan masyarakat islam. Agar lebih merinci maka manfaat penelitian dibagi menjadi dua sub bab, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk program PHBM yang dilaksanakan di Wisata Alam Gunung Dago dan LMDH Wana Cendana. b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan hutan menjadi tempat wisata. c. Menambah pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi dan sosial. d. Menambah khazanah keilmuan, khususnya memperkaya model-model dalam pengembangan masyarakat. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan dan mengembangkan teori-teori dalam pemberdayaan berbasis lingkungan. e. Penelitian ini berfungsi memberi manfaat dan dapat menambah pengetahuan baik secara teori maupun praktek di bidang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).. 2. Manfaat Praktis a. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi referensi bagi komunitas, lembaga atau perusahaan dalam memberikan kontribusi. terhadap. perkembangan. dunia. dengan. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya alam 13.

(29) berupa hutan dan kegiatan berbasis ekonomi-ekologi-sosial dan lainnya. b. Pemerintah sebagai pembuat program PHBM diharapkan dapat memberikan. perhatian. terhadap. masyarakat. terutama. masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, pemberian perhatian tersebut dalam rangka mengembangkan potensi SDA berupa lahan hutan untuk menciptakan masyarakat yang maju dan mandiri. G. Tinjauan Kajian Terdahulu Penelitian mengenai program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) telah banyak dilakukan di beberapa daerah. Penelitian. terdahulu. bertujuan. untuk. mendapatkan. bahan. perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut: 1. Rofi Wahanisa (2015), Model Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Jurnal ini membahas tentang Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) berbasis partisipasi masyarakat di Kabupaten Kendal. Sehingga menjelaskan bahwa pelaksanaan program PHBM di KPH Kendal merupakan cara pengelolaan hutan agar efektif. Hal tersebut tercantum dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban antara Perum Perhutani dengan pihak masyarakat yang tergabung dalam LMDH/PMDH. Selain itu terdapat hambatan yang dirasakan mengenai sumber daya manusia, yaitu keterlambatan dalam penyampaian akses informasi yang lambat serta kemauan untuk “berdaya” yang lamban 14.

(30) terlebih dalam upaya peningkatan produktivitas, dan peningkatan kreatifitas warga masyarakat.. 2. Kristiyar Sri Gunawan, Roland A. Barkey, dan M. Abduh Ibnu Hajar (2012), Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan. Jurnal ini membahas partisipasi masyarakat desa hutan dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Kesatuan Pemangkuan Cepu Kabupaten Blora (LMDH Wana Tani Makmur Desa Nglebur Kecamatan Jiken dan LMDH Jati Bagus Kecamatan Jepon) masih terbatas pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan bagi hasil non kayu pada kegiatan penanaman, pemeliharaan, tumpangsari, dan keamanan. Faktor yang mempengaruhi peranan suatu organisasi adalah tujuan yang jelas, struktur organisasi, dukungan atau partisipasi masyarakat, dan sistem nilai yang dianut. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kurang maksimal karena masih bersifat pasif. Arahan perbaikan implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dilakukan dengan pengembangan usaha produktif masyarakat desa hutan, penguatan kelembagaan dan pola kemitraan antara masyarakat desa hutan dengan Perhutani.. 3. Endah Setiyowati, Imam Hambali, dan Edi Widianto, Keberdayaan Masyarakat Desa Hutan Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Hasil yang didapatkan dari penelitian ini berupa gambaran Keberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan PHBM yang meliputi: 15.

(31) (1) kesadaran kritis, (2) akses sumberdaya dan informasi, (3) partisipasi dan (4) kesejahteraan. Penelitian yang dilakukan di 4 desa pangkuan hutan RPH Selorejo yakni: Kucur, Petungsewu, Selorejo, dan Gading kulon memiliki perbedaan gambaran keberdayaan masingmasing. Kesadaran kritis sebagai salah satu indikator dari pemberdayaan suatu komunitas atau masyarakat di kawasan RPH Selorejo dalam pelaksanaan PHBM di Desa Kucur, Petungsewu, Selorejo dan Gadingkulon memiliki kesadaran kritis yang cukup baik pada kalangan tertentu. Sedangkan petani hutan dan masyarakat biasa lainnya masih memiliki kesadaran kritis yang rendah. Keberdayaan masyarakat pada akses informasi dan sumberdaya, pelaksanaan PHBM di kawasan RPH Selorejo terbilang baik. Hal tersebut terjadi karena MDH yang terdiri dari beberapa kalangan memiliki perbedaan kemampuan mengakses sumberdaya maupun informasi yang ada seperti kewenangan, peraturan dan sistem PHBM yang dilaksanakan antara Perhutani dengan Masyarakat Desa Hutan (MDH). Kemudian pada partisipasi sebagai indikator keberdayaan secara umum ditunjukkan oleh masyarakat desa hutan di kawasan RPH Selorejo dengan baik. Dalam pelaksanaan PHBM di kawasan RPH Selorejo,. hampir. seluruh. pihak. yang. terlibat. mendapatkan. kesejahteraan materiil. Kesejahteraan tersebut diperoleh MDH dari bekerjasama dengan bercocok tanam pada lahan hutan. Sehingga dari sumberdaya hutan inilah masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan dengan maksimal, sehingga kebutuhan materiilnya akan dapat terpenuhi begitu juga spiritualnya.. 16.

(32) H. Metode Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian skripsi ini berada di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago, Desa Dago Kecamatan Parung Panjang Kabupaten Bogor dengan studi kasus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2021 sampai dengan Agustus 2021 dengan cara mendatangi lokasi penelitian untuk melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mendatangi lokasi sebanyak tiga kali. Pertama, pada bulan Februari bertemu dengan Bapak Rustam (Ketua LMDH Wana Cendan) dan Bapak Rifky Hidayatullah Akmal (Digital Marketing) dengan kegiatan observasi dan wawancara. Kedua, pada bulan Mei bertepatan dengan hari libur lebaran dengan cara mengobservasi kegiatan yang ada di lapangan. Ketiga, pada bulan Agustus dengan cara melakukan wawancara dengan Bapak H. Mahfud Syarifudin (Pembimbing), Bapak Lukman (Anggota LMDH), Bapak Eki Khairullah Akmal (Administrasi), Bapak Muhammad Akam (Karyawan Wisata), dan Ibu Wasiyem (Pengunjung Wisata).. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif. Menurut Creswell (2008) penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan. 17.

(33) pertanyaan yang umum dan agak luas. Hal tersebut untuk mendapatkan sebuah jawaban berupa kata dan kata kemudian dianalisis. Dengan menggunakan jenis penelitian tersebut, maka peneliti dapat menelusuri lebih dalam terkait tentang bagaimana implementasi program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dilaksanakan di Kawasan Wisata Alam Gunung Dago Kabupaten Bogor, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago. Peneliti juga ingin melihat kesesuaian antara pedoman yang tertera dalam beberapa jurnal yang diterapkan dalam kerangka berpikir penelitian dengan kesesuaiannya di lapangan dan peneliti ingin menggambarkan dengan apa adanya. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara), baik individu maupun kelompok. Jadi data yang didapatkan secara langsung.. Untuk. memperoleh. data. primer,. peneliti. wajib. mengumpulkan secara langsung. Cara peneliti yang bisa digunakan untuk mencari data primer yaitu observasi, wawancara, serta diskusi. Pengumpulan data primer menggunakan pertanyaan lisan maupun tertulis. Penulis melakukan wawancara kepada Bapak H. Mahfud Syarifudin selaku pembimbing, Bapak Rustam selaku ketua LMDH, Bapak Rifky Hidayatullah Akmal selaku digital marketing, Bapak Eki Khairullah Akmal selaku administrasi, Bapak Lukman selaku anggota. 18.

(34) LMDH, Bapak Muhammad Akam selaku karyawan wisata dan wisatawan untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan. Penulis datang langsung ke tempat Wisata Alam Gunung Dago untuk mengamati aktivitas yang terjadi untuk mendapatkan data atau informasi yang sesuai dengan apa yang dilihat dan sesuai dengan kenyataannya. b. Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data kedua yang dihasilkan setelah sumber data primer. Sumber data sekunder biasanya diperoleh dari bahan kepustakaan seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku-buku, jurnal, skripsi, buku panduan LMDH dan lain sebagainya.. 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di sekitaran Wisata Alam Gunung Dago yang tergabung dalam keanggotaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana Desa Dago, masyarakat setempat, dan aparat setempat. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis kehutanan masyarakat (community based-forestry).. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk menyusun penelitian sosial, ada langkah-langkah yang harus ditempuh. Salah satunya adalah pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan. Proses pengumpulan data dalam sebuah penelitian bergantung pada jenis penelitian yang dipilih. Seperti yang dijelaskan dalam buku Merancang dan Melakukan. Penelitian. Sosial 19. (2019). karya. Sri. Muhammad.

(35) Kusumantoro, dijelaskan bahwa ada beberapa teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian sosial, yaitu: a. Wawancara Definisi wawancara dalam buku Sosiologi (2012) karya Richard T. Schaefer, wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden, baik secara tatap muka maupun melalui telepon. Ada tiga jenis wawancara, yaitu: 1. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan secara langsung dengan berpatokan pada pedoman wawancara yang telah dibuat oleh peneliti. 2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan tanpa berpatokan pada pedoman wawancara. 3. Wawancara kombinasi adalah wawancara yang dilakukan dengan cara menggabungkan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Peneliti menggunakan teknik wawancara kombinasi terhadap beberapa. responden. untuk. mengumpulkan. informasi.. Dalam. melaksanakan kegiatan wawancara peneliti mendatangi tempat Wisata Alam Gunung Dago. Sehingga dari proses wawancara ini, peneliti mendapatkan data yang akan menjadi bahan untuk menyelesaikan karya ilmiah. Kegiatan wawancara ini dilakukan kepada Bapak H. Mahfud Syarifudin selaku pembimbing, Bapak Rustam selaku ketua LMDH, Bapak Rifky Hidayatullah Akmal selaku digital marketing, Bapak Eki Khairullah Akmal selaku administrasi, Bapak Lukman selaku anggota LMDH, Bapak Muhammad Akam selaku karyawan wisata dan wisatawan. b. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperhatikan objek penelitian secara seksama. Tujuan 20.

(36) dilakukan observasi adalah untuk mencatat setiap keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Ada dua jenis observasi, yaitu: 1. Observasi partisipasi dilakukan dengan cara berinteraksi secara langsung dengan objek penelitian. 2. Observasi non partisipasi dilakukan hanya dengan mengamati, tidak berinteraksi langsung dengan objek penelitian. Peneliti akan menggunakan panca indera semaksimal mungkin untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan objek penelitian yang terjadi di kawasan Wisata Alam Gunung Dago, Kabupaten Bogor yang bertempat di LMDH Wana Cendana Desa Dago. Setelah melakukan hal tersebut selanjutnya peneliti akan menuliskannya ke dalam tulisan karya ilmiah sesuai dengan sistematika penulisan yang telah ditentukan. c. Dokumentasi Dokumentasi penelitian ini adalah merupakan hasil dari penerapan program PHBM di kawasan Wisata Alam Gunung Dago berupa sarana dan fasilitas untuk menunjang ketertarikan pengunjung dan dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar hutan khususnya.. 6. Teknik Pemilihan Informan Pengertian informan adalah subyek penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai fenomena/permasalahan yang diangkat dalam penelitian. (Heryana, 2018, hal. 4) Pemilihan informan dapat didasarkan pada dua aspek yaitu teori dan praduga, yang keduanya berlandaskan pada kedalaman pemahaman atau pengalaman dari responden/informan (bukan didasarkan pada pilihan yang acak). Pemilihan informan pada penelitian kualitatif sepenuhnya ditentukan oleh peneliti. Maka 21.

(37) sebagai seorang peneliti harus memahami kriteria informan seperti apa yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Adapun kriteria informan yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu: 1) Pendiri LMDH Wana Cendana dan Wisata Alam Gunung Dago 2) Karyawan Wisata Alam Gunung Dago 3) Masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Cendana. Tabel 1.1 Pemilihan Informan No.. Nama. Status. Informan. Informan. Kajian Informasi. Metode Penggunaan Data. 1.. Rustam. Ketua LMDH. Tahapan. Pengembangan. Wisata. Melalui. Program. PHBM,. dan. Tahapan. Pengembangan. Lembaga. Masyarakat. Desa. Wawancara dan dokumentasi.. Hutan. (LMDH). 2.. Rifky Hidayatullah. Digital Marketing. Akmal. Tahapan. Pengembangan. Wisata. Melalui. Program. PHBM,. dan. Tahapan. Pengembangan. Lembaga. Masyarakat. Desa. Wawancara dan dokumentasi.. Hutan. (LMDH). 3.. H.. Mahfud. Sarifudin. Pembimbing. Tahapan. Pengembangan. Wisata. Melalui. Program. PHBM,. dan. Tahapan. Pengembangan. Lembaga. Masyarakat (LMDH).. 22. Desa. Hutan. Wawancara dan dokumentasi..

(38) 4.. Eki. Administrasi. Tahapan. Pengembangan. Khairullah. Wisata. Melalui. Program. Akmal. PHBM,. dan. Tahapan. Pengembangan. Lembaga. Masyarakat. Desa. Wawancara dan dokumentasi.. Hutan. (LMDH). 5.. Lukman. Anggota. Tahapan. Pengembangan. LMDH. Wisata. Melalui. Program. PHBM,. dan. Tahapan. Pengembangan. Lembaga. Masyarakat. Desa. Wawancara dan dokumentasi.. Hutan. (LMDH). 6.. Muhammad Akam. Karyawan. Strategi. Wisata. Wisata. Pengembangan Melalui. Program. Wawancara dan dokumentasi.. PHBM 7.. Wasiyem. Wisatawan. Kepuasan Terhadap. Wisatawan Wisata. Alam. Wawancara dan dokumentasi.. Gunung Dago Sumber: diolah oleh peneliti, 2021.. Dalam penelitian ini, penentuan yang dilakukan oleh peneliti memilih menggunakan teknik Snowball sampling atau Chain sampling. Karena penelitian ini dilaksanakan ditengah Pandemic Covid-19 jadi lumayan sulit dalam mencari informan di lokasi, tidak semua petugas berkumpul dalam hari dan waktu yang sama. Peneliti menggunakan teknik snowball sampling ini dengan cara bertanya kepada informan, siapa informan berikutnya yang sedang ada di lokasi. Snowball sampling atau Chain sampling adalah pemilihan informan kedua berdasarkan informasi dari informan pertama, informan ketiga berdasarkan rekomendasi informan kedua dan seterusnya. Metode sangat baik untuk penggunaan wawancara mendalam. 23.

(39) 7. Teknik Keabsahan Data Metode penelitian kualitatif memiliki beberapa teknik yang digunakan dalam menjamin ketepatan atau akurasi dan kredibilitas dalam penelitian yaitu triangulasi, member checking dan auditing. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menyelesaikan teknik keabsahan data dalam metodologi penelitian agar dapat akurat. Triangulasi data berarti menggunakan bermacammacam data, menggunakan lebih dari satu teori, beberapa teknik analisa, dan melibatkan lebih banyak peneliti. (Semiawan, 2010, hal. 134) Menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya yang berjudul metodelogi penelitian kualitatif mendefinisikan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (dalam Lexy J. Moleong,. 2012:330). triangulasi. dengan. sumber. “berarti. membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Sedangkan triangulasi dengan metode menurut Patton (dalam Lexy J. Moleong, 2012:330) terdapat dua strategi, yaitu: 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dengan. teknik. triangulasi. dengan. sumber,. peneliti. membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan penelitian sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan. Selain itu peneliti juga 24.

(40) melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui teknik triangulasi dengan metode, yaitu dengan melakukan pengecekan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid. (Moleong, 2018) Sedangkan menurut Sutopo, triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitannya dengan hal ini, dinyatakan bahwa terdapat empat macam teknik triangulasi, yaitu : (1) triangulasi data/sumber (data triangulation), (2) triangulasi peneliti (investigator triangulation),. (3). triangulasi. metodologis. (methodological. triangulation), dan (4) triangulasi teoritis (theoretical triangulation). Pada dasarnya triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang saja. (LIPI, 2013) Model penelitian triangulasi data atau sumber yang mengarahkan peneliti dalam mengambil data harus menggunakan berbagai sumber data yang berbeda-beda. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Oleh karena itu, triangulasi data sering pula disebut sebagai triangulasi sumber. Teknik triangulasi sumber dapat menggunakan satu jenis sumber data misalnya informan, tetapi beberapa informan atau narasumber yang digunakan perlu diusahakan posisinya dari kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda. Teknik triangulasi sumber dapat pula dilakukan dengan menggali informasi dari sumber-sumber data yang berbeda jenisnya, misalnya narasumber tertentu, dari kondisi tertentu, 25.

(41) dari aktivitas yang menggambarkan perilaku orang, atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data atau sumber (data triangulation) untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber atau data di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari tujuh informan dan empat tema pertanyaan yang diberikan sesuai kriteria. Informan tersebut terdiri dari Rustam(Ketua LMDH), Rifky Hidayatullah Akmal (Digital Marketing), H. Mahfud Sarifudin (Pembimbing), Eki Khairullah Akmal (Administrasi), Lukman (Anggota LMDH), Muhammad Akam (Karyawan Wisata), dan Wasiyem (Wisatawan).. 8. Metode Analisis Data Analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan dari hasil penelitian yang berupa kata-kata dan serangkaian kalimat. Data yang diperoleh melalui berbagai macam cara antara lain observasi, wawancara, rekaman, dokumentasi foto dan lain sebagainya. Sebelum hal tersebut dapat ditarik kesimpulan dan siap digunakan peneliti harus mengolah data-data tersebut melalui pencatatan pengetikan atau penyuntingan terlebih dahulu. Kegiatan analisis data kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam sebuah teks yang diperluas dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika seperti angka-angka. Terdapat berbagai macam metode untuk menganalisis data yang didapat dari lapangangan. Dalam hal ini peneliti memadukan hasil dari dua data yaitu mencari data dari pertanyaan rumusan masalah yang kemudian diturunkan menjadi pokok pembahasan di kerangka berfikir.. 26.

(42) Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data dari narasumber melalui kegiatan wawancara yang telah disusun sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis SWOT. Untuk merinci masingmasing metode analisis data dapat dijelaskan seperti di bawah ini : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode analisis yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif. Analisis penelitian deskriptif kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis kejadian, fenomena, atau keadaan secara sosial. Penelitian deskriptif kualitatif menampilkan hasil data apa adanya tanpa proses manipulasi atau perlakuan lain. Langkah-langkahnya adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan kesimpulan. 2. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan sebuah strategi. Pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunities), namun. secara. bersamaan. dapat. meminimalkan. kelemahan. (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan dalam perusahaan, organisasi maupun program.. 27.

(43) Gambar 1.2 Diagram Analisis SWOT. Sumber Buku : Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis Oleh Freddy Rangkuti halaman 19. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis meliputi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. (Rangkuti, 2006, hal. 19) I. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada skripsi ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang merupakan kerangka dan pedoman penulisan skripsi. Penyajian laporan skripsi ini menggunakan sistematika penulisan skripsi yang telah ditetapkan oleh pihak kampus yang terdiri dari tiga bagian utama meliputi bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi meliputi sampul luar, sampul dalam, lembar judul, lembar pernyataan keaslian karya, lembar pengesahan 28.

(44) pembimbing, lembar pengesahan penguji, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.. 2. Bagian Tengah Skripsi BAB I. PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.. BAB II. KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka ini meliputi landasan teori dan kerangka berpikir.. BAB III. GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN Bagian ini berisi tentang gambaran geografis, historis, sosial, budaya dan sebagainya.. BAB IV. DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian. BAB V. PEMBAHASAN Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.. BAB VI. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini berisi simpulan, implikasi dan saran.. 3. Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan kelengkapan lainnya. 29.

(45) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Implementasi Program Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan atau melaksanakan sesuatu hal. Implementasi merupakan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang akan menimbulkan dampak atau akibat. Sesuatu tersebut dibuat oleh suatu lembaga pemerintahan maupun swasta yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat berupa undang-undang, peraturan pemerintah,. kebijakan. dan. keputusan. peradilan.. (Mamonto,. Sumampouw, & Undap, hal. 3) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Jadi implementasi adalah sebuah tindakan yang telah direncanakan sehingga perlu dilaksanakan dan diterapkan atas kesepakatan bersama. Implementasi merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun dengan sedemikian rupa secara matang dan terperinci. (KBBI) Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sempurna. Tanpa adanya suatu perencanaan yang matang. Berikut ini adalah pengertian tentang implementasi menurut para ahli. Menurut Nurdin Usman (Usman, 2002:70) dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.. 30.

(46) Menurut Hanifah (Harsono, 2002:67) dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya. Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.. Pengembangan. suatu. kebijakan. dalam. rangka. penyempurnaan suatu program. Menurut Guntur Setiawan (Setiawan, 2004:39) dalam bukunya yang. berjudul. Implementasi. dalam. Birokrasi. Pembangunan. mengemukakan pendapatnya sebagai berikut; Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Sedangkan menurut Leo Agustino (2014), “implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri”. (Mamonto, Sumampouw, & Undap, hal. 4) Implementasi merupakan suatu proses yang sangat penting ketika berbicara penerapan program baik itu yang bersifat sosial atau dalam dunia pendidikan. Implementasi program merupakan lakang-langkah pelaksanaan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program itu sendiri, Jones (dalam Arif Rohman, 2009:101-102) menyebutkan implementasi program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Implementasi program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. (Nurhanifah, Erhamwilda, & Suhendar, 20142015, hal. 117) Dari beberapa pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata implementasi merujuk pada mekanisme sebuah sistem. Jadi 31.

(47) mekanisme mengandung arti bahwa kata implementasi tidak hanya sebuah aktivitas, tetapi kegiatan yang terencana dan dilakukan sungguh-sungguh berdasarkan norma aturan tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus dipengaruhi oleh sebuah objek yaitu sebuah program. Dalam penelitian ini, implementasi program yaitu program PHBM yang mana program tersebut dibuat oleh pemerintah untuk mencapai tujuan bersama yaitu memanfaatkan lahan hutan menjadi tempat wisata dengan memadukan tiga aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan lahan hutan harus berjalan secara profesional dan proporsional dengan memperhatikan pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara perum perhutani, masyarakat hutan, LMDH dan stakeholder terkait. b. Teori Implementasi Menurut Ahli 1. Teori Implementasi George Edward III Perspektif implementasi dapat dilihat dari beberapa perspektif atau pendekatan. Salah satunya ialah implementation problems approach yang dikenalkan oleh Edward III. Edward III mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni : 1) Faktor. apa. yang. mendukung. keberhasilan. implementasi. kebijakan? 2) Faktor apa. yang menghambat keberhasilan implementasi. kebijakan atau program? Setelah dua pertanyaan tersebut dirumuskan terdapat empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, 32.

(48) yakni sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu kebijakan maupun program. (Akib & Tarigan, hal. 3) Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan. Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas atau tanggung jawab, dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen pelaksana terhadap suatu program. Struktur birokrasi didasarkan pada Standard Operating Procedure (SOP) yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan atau program. Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perlu dilakukan diseminasi dengan baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada empat, yakni : (1) adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang dibuat oleh pihak berwenang. (2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan dianggap logis. (3) keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah. (4) awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan berjalannya waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar. (Akib & Tarigan, hal. 4). 33.

(49) 2. Teori Implementasi Van Metter dan Van Horn Van Metter dan Van Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Proses implementasi akan dimulai jika terdapat tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah disusun dan dana telah siap dan sudah diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan bersama. Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Metter dan Van Horn bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders). (Akib & Tarigan, hal. 4) Van Metter dan Van Horn mengembangkan model proses Implementasi kebijakan, keduanya meneguhkan pendirian bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan dalam bertindak merupakan konsep penting dalam prosedur implementasi. Keduanya mengembangkan tipologi kebijakan menurut (1) Jumlah perubahan yang akan dihasilkan, dan (2) Jangkauan atau ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam proses implementasi. Tanpa mengurangi kredibilitas model proses implementasi kebijakan dari Van Metter dan Van Horn terlihat bahwa elemen yang menentukan keberhasilan penerapannya termasuk ke dalam elemen model proses politik dan administrasi. Kata kunci yakni perubahan, kontrol dan kepatuhan termasuk dalam dimensi isi kebijakan dan konteks implementasi kebijakan. Demikian pula dengan tipologi 34.

(50) kebijakan yang dibuat oleh keduanya termasuk dalam elemen isi kebijakan dan konteks implementasi. Tipologi jumlah perubahan yang dihasilkan termasuk dalam elemen isi kebijakan dan tipologi ruang lingkup kesepakatan termasuk dalam konteks implementasi. 3. Teori Implementasi David C. Korten Korten membuat model kesesuaian implementasi kebijakan atau program dengan memakai pendekatan proses pembelajaran. Model atau teori ini berintikan kesesuaian antara tiga unsur yang ada dalam pelaksanaan program, yaitu program itu sendiri, pelaksanaan program dan kelompok sasaran program. Model ini memakai pendekatan proses pembelajaran. dan. lebih. dikenal. dengan. model. kesesuaian. implementasi program. Model kesesuaian Korten digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Model Kesesuaian. (Dikutip dari David C. Korten (1988) dalam Tarigan, hal. 19) Sumber : (Akib & Tarigan, hal. 12). 35.

(51) Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran pemanfaat. Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program. Berdasarkan pola yang di kembangkan oleh Korten, dapat dipahami bahwa jika tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan, kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika output program tidak sesuai dengan kebutuhan. kelompok. sasaran. jelas. outputnya. tidak. dapat. dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Model kesesuaian implementasi kebijakan yang diperkenalkan oleh Korten memperkaya model implementasi kebijakan yang lain. Hal ini dapat dipahami dari kata kunci kesesuaian yang digunakan. Meskipun demikian, elemen yang disesuaikan satu sama lain program, 36.

(52) pemanfaat dan organisasi juga sudah termasuk baik dalam dimensi isi kebijakan (programe) dan dimensi konteks implementasi organisasi maupun dalam (outcomes) pemanfaat pada model proses politik dan administrasi. Model kesesuaian implementasi kebijakan atau program dari korten juga relevan. digunakan sebagai. kriteria pengukuran. implementasi kebijakan. Dengan kata lain, keefektifan kebijakan atau program menurut korten tergantung pada tingkat kesesuaian antara program dengan pemanfaat, kesesuaian program dengan organisasi pelaksana, dan kesesuaian program kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana. (Akib & Tarigan, hal. 15) c. Teori implementasi yang digunakan Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi akan berjalan dengan baik dan dapat mencapai sebuah tujuan jika terdapat faktor-faktor antara lain; adanya program yang bermanfaat bagi sasaran program jika komunikasi antar aktor dilakukan secara baik, adanya sumber daya yang menjalankan program, dan adanya lembaga yang mendukung kebijakan tersebut serta sikap atau laporan implementasi baik. Dalam. penelitian. ini, peneliti. lebih memfokuskan. pada. penggunaan model atau teori implementasi dari David C. Korten karena tiga elemen yang disebutkan oleh David C. Korten sebagai model kesesuaian, secara garis besar telah meliputi dan tidak mengurangi isi dari faktor-faktor implementasi menurut para ahli yang lainnya sekaligus lebih mudah untuk peneliti pahami. Adapun tiga unsur implementasi program menurut David C. Korten : (Dikutip dari skripsi Arianne Sarah yang berjudul; Implementasi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Pendidikan Keuangan, hal. 29-31) 37.

(53) 1. Program Menurut korten, harus ada kesesuaian antara program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran. Untuk itu indikator suatu program yang baik memuat beberapa aspek diantaranya : a. Adanya tujuan yang ingin dicapai secara jelas. b. Adanya kebijakan-kebijakan yang diambil dalam mencapai tujuan. c. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan. d. Adanya strategi dalam pelaksanaan. 2. Organisasi Pelaksana Program Menurut korten, harus ada kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Oleh karena itu, kemampuan implementator merupakan sumber daya manusia yang juga mempengaruhi keberhasilan implementasi. Sementara menurut model Van Metter dan Van Horn ada tiga unsur yang mempengaruhi sikap pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan : a. Kognisi (pemahaman dan pengetahuan). b. Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima atau menolak. c. Intensitas dari respon pelaksana. 3. Sasaran Program Menurut korten, harus ada kesesuaian antara kelompok sasaran dengan organisasi pelaksana untuk dapat memperoleh hasil program yang sesuai dengan kelompok sasaran program sementara oleh Van Metter dan Van Horn bahwa hal tersebut disebutnya dengan kondisi ekonomi, sosial, dan politik (Ekosospol) merupakan faktor yang. 38.

Gambar

Gambar 1.1 Persentase Luas Kawasan Hutan Menurut Jenisnya, 2013  ....  3  Gambar 1.2 Diagram Analisis SWOT ...........................................................
Tabel 1.1  Pemilihan Informan  No.  Nama  Informan  Status  Informan
Gambar 2.1  Model Kesesuaian

Referensi

Dokumen terkait

ANTARA KAWASAN HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN DENGAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG S A U K. SEROASARKAN KONDlSl

Partisipasi pesanggem dalam program PHBM di LMDH Wana Sumber Mulyo dan Wana Tani Makmur masih terbatas pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan bagi hasil non

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, diperoleh hasil bahwa implementasi kebijakan PHBM Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung dalam

Partisipasi masyarakat di desa Girimulyo dalam pelaksanaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) cukup baik dilihat dari berbagai kegiatan teknis kehutanan

Sejak adanya Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) penghasilan masyarakat Desa Kalikurmo mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kemampuan

Penelitian dengan judul “Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani sebagai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan”

Partisipasi pesanggem dalam program PHBM di LMDH Wana Sumber Mulyo dan Wana Tani Makmur masih terbatas pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan bagi hasil non

Sejak adanya Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) penghasilan masyarakat Desa Kalikurmo mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kemampuan