• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, khususnya berkenaan dengan Intellectual Property Rights atau di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hukum, khususnya berkenaan dengan Intellectual Property Rights atau di"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pesat bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi saat ini, tentunya menimbulkan berbagai tantangan baru bagi ranah hukum, khususnya berkenaan dengan Intellectual Property Rights atau di Indonesia dikenal dengan istilah hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Menurut Rahardjo, kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain itu oleh hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan itu dilakukan dengan membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Memang, dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi kepentingan dilain pihak.1

Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasikan kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut sebagai hak. Dengan demikian, tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat

(2)

itu bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang.

Secara konseptual, pengertian KI atau Kekayaan Intelektual merupakan hak ekonomis yang diberikan oleh hukum kepada seorang pencipta atau penemu atas suatu hasil karya dari kemampuan intelektual manusia..2

KI merupakan jenis benda bergerak tidak berwujud (intangible movables) yang dikenal pertama kali pada Negara dengan sistem hukum anglo saxon (common law system). KI bisa dikatakan sebagai benda (zaak dalam bahasa Belanda) sebagaimana dikenal dalam hukum perdata. Menurut L.J Van Apeldorn, objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat digunakan subjek hukum (orang atau badan hukum) dan dapat menjadi objek dalam hubungan hukum, karena sesuatu itu (objek) dapat dikuasai oleh subjek hukum.3

Dari pengertian tersebut, benda diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menjadi objek hukum atau dapat ‘di haki’ oleh orang menurut hukum dan mempunyai nilai ekonomi, sehingga KI sebagai benda merupakan harta kekayaan yang dapat dialihkan kepada pihak lain, baik dalam bentuk jual beli, pewarisan, hibah atau perjanjian khusus lisensi. Perjanjian lisensi sering dipakai di dalam peralihan HKI (suatu informasi dari suatu sistem atau teknologi, pemakaian suatu logo, merek dan nama dagang, paten, atau rahasia dagang) dengan imbalan pembayaran royalty atau fee atau premi oleh penerima lisensi (disebut sebagai “license”) kepada yang memberikan lisensi (disebut sebagai “licensor”).

2 Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang, 2017, hlm.

1-2.

(3)

Perjanjian ini biasanya memberikan hak eksklusif dalam bentuk penggunaan hak ekonomis atas KI.4

Industri yang berekembang pesat di indonesia saat ini adalah pada industri hiburan. Berbagai tempat hiburan di daerah perkotaan terus berkembang dan bertambah, mulai dari tempat hiburan yang hanya dinikmati oleh kalangan-kalangan tertentu, hingga tempat hiburan yang dapat dinikmati semua kalangan-kalangan. Setiap tempat hiburan memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki penikmatnya masing-masing. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan dan salah satu tempat hiburan yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi adalah tempat karaoke keluarga. Tentunya hal ini juga berkaitan erat dengan isu hukum di dalam hak cipta bagi para pencipta lagu.

Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2014 menjelaskan bahwa: “hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah sesuatu diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pembangunan nasional pada suatu negara tentunya memerlukan pembaharuan dalam merealisasikan kemajuan pada beberapa sektor. Dengan demikian setiap orang memiliki hak untuk menghasilkan kreasi yang telah diciptakan dan mewujudkan dalam bentuk barang, suara, maupun ide. Ciptaan yang baik dan bermanfaat akan membantu negara dalam bersaing di era

4 Ibid.

(4)

globalisasi masa kini. Selain menyokong negara dalam persaingan internasional, ciptaan yang baik memberikan dampak positif dalam bidang ekonomi.

Dengan menyesuaikan tuntutan zaman persaingan ekonomi dalam menciptakan sesuatu ciptaan yang mempunyai manfaat ekonomi, maka pemerintah Indonesia telah menciptakan Undang-Undang tentang Hak cipta yang bersifat nasional. Undang-undang hak cipta nasional yang dibuat oleh bangsa-bangsa dewasa ini dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah tujuan, diantaranya: 1. Menjamin hak eksklusif seorang pencipta guna mengendalikan

penggunaan karyanya untuk suatu periode tertentu.

2. Menjamin hak monopoli seorang penerbit guna menerbitkan dan menjual suatu karya dalam wilayah nasional untuk suatu periode tertentu.

3. Menyediakan suatu kompensasi finansial (royalty) sebagai imbalan kepada para pengarang atau pencipta atas karya kreatif mereka.

4. Mendorong kemajuan seni dan ilmu di negeri yang bersangkutan dalam rangka menunjang perkembangan ekonomi, sosial, dan kebudayaannya5.

Selanjutnya, hak cipta di Indonesia juga mengenal hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Hak ekonomi (economic

rights) dari pencipta ini tentunya tidak dapat dikesampingkan untuk seorang

pencipta dapat menikmati hasil ekonomis dari karya atau ciptaannya. Dalam

5 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

(5)

upaya untuk menikmati hak ekonomis ciptaannya, pencipta juga dapat memberikan izin bagi orang lain untuk mengumumkan (performing rights) atau memperbanyak (mechanical rights) ciptaannya untuk tujuan komersial dengan mendasarkan pada perjanjian lisensi. Adapun hak moral meliputi hak Pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak Pencipta untuk melarang orang lain mengubah ciptaannya, termasuk judul ataupun anak judul ciptaan. Dasar hukum dari perjanjian lisensi ini ada pada UUHC (Undang-Undang Hak Cipta).6

Secara yuridis, tidak ada kewajiban mendaftarkan setiap ciptaan pada kantor hak cipta, karena hak cipta tidak diperoleh berdasarkan pendaftaran namun hak cipta terjadi dan dimiliki penciptanya secara otomatis ketika ide itu selesai diekspresikan dalam bentuk suatu karya atau ciptaan yang berwujud. Seandainya suatu ciptaan didaftarkan pada kantor hak cipta, hal itu merupakan anggapan bahwa si pendaftar dianggap sebagai penciptanya hingga dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain yang menyatakan sebagai pencipta atau pemegang hak cipta suatu ciptaan yang disengketakan tersebut. Namun demikian, apabila suatu ciptaan dapat dengan mudah dilanggar oleh pihak lain, misalnya; mudah diperbanyak atau digandakan, maka disarankan ciptaan itu didaftarkan pada kantor hak cipta. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan pembuktiannya apabila timbul masalah yang berkaitan dengan ciptaan tersebut.7

6 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,

hal. 47.

7 Yayasan Klinik HAKI (IP CLINIC), Kompilasi Undang-Undang Hak Cipta, Paten,

Merek Dan Terjemahan Konvensi-Konvensi Di Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Citra

(6)

Perkembangan industri hiburan di indonesia sudah bisa dikatakan cukup maju dan berkembang pesat. Dengan perekembangan industri inilah menimbulkan banyaknya bisnis usaha pada bidang hiburan bermunculan di kota-kota besar, termasuk Kota Jambi yang mana cukup baik dalam mengikuti perkembangan di era teknologi yang cukup maju. Salah satu bisnis hiburan yang cukup digemari pada masa sekarang adalah bisnis rumah karaoke.

Karaoke sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jenis hiburan dengan menyanyikan lagu-lagu populer dengan iringan musik yang telah direkam terlebih dahulu. Tentunya usaha karaoke ini sangat berkaitan dengan penggunaan karya cipta seseorang. Karoke sendiri menggunakan karya cipta musik dan lagu dalam menyediakan bisnis hiburannya untuk dipergunakan guna mendapatkan nilai ekonomi.

Perkembangan karya cipta musik dan lagu inilah yang membuat karya tersebut telah tumbuh menjadi sebuah industri perdagangan yang menguntungkan terutama bagi para pencipta lagu. Karya lagu dan/atau musik telah berkembang dan memasuki hampir semua segi kehidupan kita yang dapat dinikmati dan ditemukan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pula halnya dengan karya lagu yang diciptakan oleh para musisi. Pada saat ini, karya-karya musik atau lagu mendapatkan penghargaan yang luar biasa di masyarakat. Sehingga, Selain daripada itu, dalam bentuk upaya untuk memproduksi lagu-lagu tersebut, para pencipta lagu memang membutuhkan kerjasama dengan rumah-rumah produksi atau perusahaan rekaman untuk membantu para musisi mengumumkan dan memperbanyak ciptaan mereka.

(7)

Dalam melaksanakan kerjasama tersebut, para musisi dapat memberikan lisensi kepada rumah produksi atau perusahaan rekaman untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak lagu yang diciptakannya.

Karaoke sebagai bentuk usaha yang menggunakan karya cipta lagu milik orang lain maka siapapun orang tersebut berkewajiban untuk terlebih dahulu meminta ijin dari si pemegang hak cipta lagu tersebut. Berkaitan dengan penggunaan karya cipta, pemegang hak cipta tidak memiliki kemampuan untuk memonitor setiap penggunaan karya cipta oleh pihak lain. Untuk memudahkan pencipta karya musik dan lagu untuk mengawasi penggunaan karyanya maka pencipta dapat mengurus pengumpulan dan pendistribusian royalti yang disebut dengan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK).

Kewajiban hukum pemberian royalti kepada pencipta atau pemegang hak cipta yang wajib dilakukan oleh penerima lisensi yang mana sudah di sepakati oleh pihak-pihak yang tercantum dalam izin lisensi .

Kemudian, dengan pemberian lisensi tersebut, tentunya pencipta atau pemegang hak cipta berhak menerima royalti atas pengumuman atau perbanyakan ciptaan yang dilakukan oleh pihak lain atau pemegang lisensi. Dalam praktiknya masih banyak pencipta lagu yang tidak bisa secara maksimal menikmati royalti yang menjadi haknya. Banyak hal yang menjadi kendala dalam perlindungan hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta ini.

Dengan banyaknya para pencipta lagu dan asosiasi lagu, maka berkembang juga para usaha karaoke. Akan tetapi banyak juga para usaha karaoke tidak sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku yang mana di atur dalam

(8)

Undnag-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dan banyaknya usaha karaoke yang belum melaksanakan pemungutan royalti sesuai dengan aturan yang berlaku .

Dalam hal ini, tentunya sangat berkaitan erat dengan konsep Royalti sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 ayat (21) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta yakni: “Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.”

Rumah karaoke di Kota Jambi dalam perkembangannya cukup banyak di minati masyarakat dalam mencari hiburan, maka dari itu usaha dalam bidang ini juga sangat memberi peluang usaha untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Akan tetapi, tidak semua tempat usaha karaoke mendapatkan keuntungan sesuai dengan harapan , banyak faktor yang mempengaruhi keuntungan dalam berbisnis dibidang karaoke ini.

Berdasarkan informasi-informasi yang penulis peroleh pada penelitian awal dari karyawan pada salah satu karaoke yang berada di Kota Jambi, Karaoke Lucky Star, Pemilik karaoke Lucky Star mendapatkan lagu-lagu yang akan digunakan pada karaoke Lucky Star dengan cara mendowload ataupun dengan membeli CD dan menyimpannya ke dalam Hard disk. Dan pihak karaoke sendiri belum memiliki izin dan secara pasti mengatur mengenai pemungutan royalti terhadap lagu-lagu yang mereka pakai dalam berusaha karaoke. Seharusnya pihak dari Lucky Star melakukan perjanjian lisensi mengenai pengumuman sebuah lagu

(9)

Hal tersebut tentunya melanggar ketentuan yang ada di dalam undang undang hak cipta, yang menyebutkan bahwa orang lain yang hendak melakukan kegiatan pengumuman karya lagu atau musik guna suatu kegiatan komersial dan/atau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial harus mendapat lisensi dari pencipta, dan penerima lisensi wajib memberi royalti kepada pencipta, hal tersebur sebagai wujud dari pemenuhan hak-hak pencipta khususnya hak ekonomi.

Ketentuan ini telah disebutkan dalam PP 56 tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik pada pasal 10 Ayat (1) bahwa “Setiap Orang yang melakukan Penggunaan Secara Komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial berdasarkan perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (21) membayar Royalti melalui LMKN.”

Dan pada pasal 10 Ayat (2) bahwa “Penggunaan Secara Komersial untuk suatu pertunjukan dapat menggunakan lagu dan I atau musik tanpa perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tetap membayar Royalti melalui LMKN.”

Peraturan Pemerintah no 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik dibuat oleh pemerintah telah dijelaskan bahwa untuk mengoptimalkan fungsi pengelolaan Royalti Hak Cipta atas pemanfaatan Ciptaan dan produk Hak Terkait di bidang lagu dan /atau musik sesuai dengan ketentuan Pasal 87, pasal 89, dan pasal 90 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 20l4 tentang

(10)

Hak Cipta, perlu disusun suatu sistem pengelolaan Royalti Hak Cipta lagu dan/atau musik yang dilakukan oleh lembaga manajemen kolektif nasional.

Pada penelitian ini penulis tertarik meneliti mengenai belum adanya ketertiban pada usaha rumah karaoke dalam melaksanakan terkait pemungutan royalti di Kota Jambi dan juga faktor yang mungkin kurang memfasilitasi dalam edukasi para pemilik usaha karaoke sebagai pengguna karya cipta musik dan lagu secara komersil.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini sebagai bahan dalam melakukan penelitian atau kajian karya ilimah dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pelaksanaan Undang-Undang No

28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana Pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi ? 2. Apa Kendala dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak

(11)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi.

2) Untuk mengetahui dan menganalisis kendala pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi

B. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk memberikan sumber pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan hak kekayaan intelektual pada umumnya dan hukum hak cipta pada khususnya.

2) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut bagi mereka yang tertarik untuk mengkaji mengenai KI khususnya hak ekonomi dalam hak cipta lagu.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi pemerintah diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan untuk pengawasan produk hukum kaitannya dalam pelaksanaan pungutan royalti.

2) Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

(12)

3) Bagi pencipta dapat dijadikan pedoman dalam memperoleh hak-hak yang wajib diterima oleh pencipta.

D. Kerangka Konseptual

Adapun untuk memahami secara jelas inti substansi atau maksud dan tujuan penelitian ini, maka penulis menguraikan arti kata dari judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Pelaksanan

Pelaksanaan adalah “proses, cara, perbuatan melaksanakan”8 2. Royalti

Berdasarkan Pasal 1 ayat (21) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta menjelaskan mengenai definisi dari royalti yaitu: “Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.”

3. Karaoke

Karaoke adalah bentuk hiburan interaktif atau video game di mana penyanyi amatir bernyanyi bersama dengan rekaman musik (a music video) dengan menggunakan mikrofon dan sound sistem publik. Musik karaoke biasanya lagu minus lead vocal. Lyrics biasanya ditampilkan pada layar video, bersama dengan simbol bergerak, berubah warna, atau gambar video musik, untuk membimbing penyanyi.9

8 Syahmin, Hukum Perjanjian Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.

10.

(13)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dimengerti, pada penulisan skripsiini, penulis akan membahas mengenai pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi.

E. Landasan Teori

1. Teori Efektivitas Hukum (Soerjono Soekanto)

Dalam penelitian ini, Penulis akan melakukan pengkajian permasalahan dengan menggunakan teori efektivitas hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto.

Kata “efektif” berasal dari bahasa inggris yaitu effecctiveI yang artinya sesuatu yang dilaksanakan berhasil dengan baik. Kata “efektif” dapat juga di artikan sebagai sesuatu yang ada efek timbulnya (pengaruhnya, kesannya akibatnya) sejak dimulai berlaku suatu undang-undang atau peraturan, menurut kamus besar bahasa Indonesia.1 Sedangkan efektivitas itu sendiri adalah keadaan dimana dia diperankan untuk memantau.2 Jika dilihat dari segi hukum, yang dimaksud dengan “dia” disini adalah pihak yang berwenang yaitu polisi. Kata efektivitas sendiri lahir dari kata efektif, yang artinya terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan.

Menurut Soerjono Soekanto salah satu fungsi hukum, baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap atau perilaku adalah menimbang perilaku manusia, masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum, tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku baik yang berifat positif maupun negative. Efektivitas penengak hukum

(14)

sangat berkaitan erat dengan efektivitas hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum untuk menegakan sanksi tersebut.

2. Teori Hak Milik Intelektual

Secara historis, istilah Hak Milik Interlektual (HAMI) atau yang dikenal dalam bahasa asing “geistiges eigentum” (Jerman), atau intellectual property right (Inggris), atau dalam bahasa Perancis dikenal dengan intelectuele propriete sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia itu lahir. Jadi, benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas manusia.10

F. Metode Penelitian

Penelitian sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis, yang bertujuan mengetahui dan lebih memperdalam segala segi kehidupan.11 Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.12 Metode penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

10 Syafrinaldi, “Sejarah dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual”, Jurnal

Al-Mawarid Edisi IX tahun 2003.

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Ilmu Hukum, UI Press, Jakarta, 2012, hlm. 3.

12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta,

(15)

1. Tipe atau Pendekatan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan jenis penelitian yuridis empiris. Menurut Bahder Johan Nasution, “Penelitian metode yuridis empiris merupakan suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam arti nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat”13

Metode ini dilakukan untuk mempelajari kesenjangan hukum yang terjadi antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan) yaitu meneliti bagaimana pelaksanaannya (realisasi) serta penerapan peraturan-peraturan tersebut oleh karaoke terhadap peraturan.

2. Spesifikasi Penelitian

Dalam penulisan penelitian hukum ini, peneliti menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menata dan mengklasifikasi gejala-gejala yang digambarkan oleh peneliti dengan sebanyak mungkin diusahakan mencapai kesempurnaan atas dasar bangunan permasalahan penelitian.14 Oleh karena itu, penelitian hukum ini memberikan data yang seteliti mungkin terkait Pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi.

3. Populasi dan sample penelitian 1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas seluruh karaoke atau

13 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,

2008, hlm. 135.

14 Maria SW. Sumardjono, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Ilmu Hukum,

(16)

subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di wawancarai oleh penulis dan di tarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Rumah Karaoke Di Kota Jambi.

2) Sample

Adapun sampel dalam penelitian ini mengambil sampel dengan menggunakan metode random sampling. Random sampling merupakan metode pengambilan data dengan maksud atau tujuan tertentu secara acak. Seseorang atau sekelompok orang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut maka sampel dalam penelitian ini penelitian ini adalah :

1) Pemilik Rumah Karaoke yang bersedia memberikan data 2) Karaoke Lucky Star

3) Karaoke De Java 4) Karaoke Hawaii 5) Karaoke Lyrics 4. Sumber Data

Untuk memperoleh bahan-bahan guna penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan sumber data melalui:

(17)

a. Data Primer, meliputi:

Data yang penulis dapat langsung dari narasumber atau orang yang dianggap mengetahui tentang masalah yang di teliti (informan) dari Karaoke yang ada di Kota Jambi.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan, meliputi: 1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain :

a. Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

b. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, terdiri dari buku-buku, literatur ilmiah, hasil penelitian, makalah, dan jurnal.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, terdiri dari Ensiklopedia dan Kamus Hukum.

5. Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu studi dan dokumen (bahan pustaka) dan wawancara. Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum baik normatif maupun empiris. Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan hukum, dimana

(18)

setiap bahan hukum diperiksa validitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian. Selain studi dokumen, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Wawancara sering digunakan untuk mendapatkan informasi dalam semua situasi praktis.15 Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, dan tujuan ini dapat bermacam-macam.16

6. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul data tersebut di analisis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu cara penelitian dengan menghasilkan data deskriptif analisa yakni apa yang dikatakan pada saat wawancara yang dilakukan responden baik secara lisan maupun tulisan oleh narasumber atau responden juga diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ini, penulis akan membuat sistematika penulisan dengan tujuan agar dapat di sajikan bahan acuan dalam penulisan, dapat di pertanggung jawabkan, dan mempermudah penulisan dan agar terlihat sistematis. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, tiap-tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub bab, yaitu seperti berikut:

BAB I Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyajikan keadaan atau

gambaran umum dari penelitian yang di dalamnya berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual,

15 Ibid., hlm. 82.

(19)

landasan teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini penulis akan menyajikan

mengenai Tinjaun Pustaka berupa Teori Efektivitas Hukum dan Teori Hak Milik Intelektual.

BAB III Pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pelaksanaan

Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi dan kendala dalam pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Pemungutan Royalti Pada Rumah Karaoke Di Kota Jambi.

BAB IV Penutup Pada bab terakhir dalam skripsi ini berisikan

kesimpulan yang ditarik berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, selanjutnya berdasarkan kesimpulan itu pula penulis akan memberikan saran yang di anggap perlu.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukan bakteri Gram positif lebih rentan terhadap zat aktif dalam ekstrak dibandingkan bakteri Gram

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor dari aspek perencanaan dan pengendalian yang mempengaruhi biaya produksi getah

pembelajaran, oleh sebagian guru mata pelajaran di sekolah tersebut. Pada dasarnya pembelajaran yang bervariasi seperti ini memang perlu diterapkan oleh guru dalam proses

Saus salad terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non polar). Pengocokan minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung butiran

Sebaliknya jika musik pencipta Indonesia anggota KCI digunakan diluar negeri, pemberian lisensinya diwakilkan kepada Collecting Management Organization (CMO) di

Secara umum, tujuan PPL prodi AP adalah agar mahasiswa memiliki pengalaman nyata dan kontekstual terkait pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat menunjang

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah

Berbagai alasan dan fakta yang telah dikemukakan di atas akhirnya mendorong Peneliti untuk melakukan sebuah penelitian dan Penelitian hukum untuk mengkaji lebih