PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Padang Satu)
Dewi Setyawati1, Herawati2, Yunilma3
1Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
2,3DosenJurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bunghatta
Email: dewi.setyawati17@yahoo.com
ABSTRACT
This study aims to examine the effect on the understanding of tax law on individual tax payer’s compliance, and also examine how risk preferences which act as a moderating variable affect on the relationship of tax law understanding toward tax payer’s compliance.
This study carried on tax payer’s who have listed in KPP Pratama Padang Satu.
The sampling method used in this study is convinience sampling, and the total of the sample is 100 respondent. The data used in this study are primary data that collected by questionnaires which have contained respondent’s answer. The data analysis using multiple linear regression by SPSS.
The result of this study showed that the understanding of tax law and risk preferences have an effect on individual tax payer’s complience. The risk preference as a moderating variable also has an effect between the relationship on the understanding of tax law on individualtax payer’s compliance.
Keyword: The understanding of tax law, risk preferences, tax payer’s compliance.
PENDAHULUAN
Pajak merupakan bagian terpenting dalam menopang anggaran pemerintah negara. Pembangunan nasional suatu negara akan terus berkembang dari waktu ke waktu demi menciptakan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Untuk itu, diambillah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan pembangunan yaitu dengan pemungutan pajak kepada wajib pajak orang pribadi beserta wajib pajak badan, yang sifatnya memaksa/dapat dipaksakan, dengan menerima imbalan secara tidak langsung.
Seorang wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib pajak telah melaksanakan
seluruh kewajiban perpajakannya secara benar, lengkap dan tepat waktu baik dalam pembayaran maupun pelaporannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan. Seorang wajib pajak belum bisa dikatakan patuh, apabila wajib pajak telat dan memiliki tunggakan membayarkan pajak terutangnya, hal itu mencerminkan bahwa wajib pajak belum paham secara menyeluruh mengenai peraturan perpajakan.
Tabel 1
Tingkat kepatuhan wajib pajak tahun 2010-2014
Tahun Jumlah WPOP Terdaftar
Jumlah WPOP Lapor
Persentase Kepatuhan Wajib Pajak 2010 112.628 24.240 21,52%
2011 124.735 30.412 24,38%
2012 133.845 40.763 30.46%
2013 142.956 42.096 29,44%
2014 151.213 48.243 31,90%
Sumber: KPP Pratama Padang
Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2010- 2014 wajib pajak orang pribadi terus meningkat, sedangkan peningkatan pada persentase kepatuhan tidak dapat mengimbangi peningkatan pada jumlah wajib pajak orang pribadi. Bahkan pada tahun 2013 persentase kepatuhan wajib pajak justru menurun, sedangkan wajib pajak orang pribadi meningkat sebanyak 9.111 wajib pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa wajib pajak belum sepenuhnya paham akan peraturan perpajakan yang ada.
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Adiasa (2013) yang dilakukan di
Semarang. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada ruang lingkup penelitian. Pada penelitian Adiasa dilakukan di Semarang Barat, sedangkan penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Padang Satu.
Dari seluruh jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kota Padang, penulis lebih memfokuskan objek penelitian kepada wajib pajak orang pribadi berkaitan dengan pajak penghasilan yaitu PPh pasal 21. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas, penulis bermaksud untuk meneliti “Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib pajak Orang Pribadi dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating”.
Pengaruh pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Seseorang yang telah memahami dan mengerti tentang perpajakan maka akan terjadi peningkatan dalam kaitannya dengan kepatuhan pajak. Dalam proses pemahaman itulah wajib pajak akan mengetahui seluruh proses dalam perpajakan yang berawal dari kepemilikan NPWP sampai dengan pelaporan SPT yang juga disebut sebagai pemahaman peraturan perpajakan.
Penelitian Adiasa (2013) memperlihatkan hasil bahwa pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil yang sama juga
diperoleh dalam penelitian Murti, Sondakh, dan Sabijono (2014) serta penelitian Syahril (2013) yang mengungkapkan bahwasannya tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari penjelasan ringkas beberapa hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dirumuskan sebuah hipotesis yaitu:
H1 : Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.
Pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan pajak.
Preferensi risiko seseorang merupakan kondisi dimana seseorang akan mengambil sebuah keputusan dan mempertimbangkan risiko yang akan dihadapinya, yang kemudian risiko tersebut akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil.
Hasil penelitian Ardiyanto dan Utaminingsih (2014) variabel preferensi risiko berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak di Kecamatan Blora. Adiasa (2013) membuktikan bahwa preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pada penelitian yang dilakukan Syamsudin (2014) menunjukkan hasil yang berlawanan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Olabede (2011) melakukan penelitian dengan
menggunakan teori prospek untuk melihat adanya pengaruh pada preferensi risiko terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasilnya menyatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Begitu juga dengan hasil dari penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) membuktikan preferensi risiko memberi pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Maka dari uraian diatas diambillah pengembangan hipotesis yaitu:
H2 : Preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.
Pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.
Penelitian Adiasa (2013) memberikan hasil penelitian bahwa preferensi risiko pada hubungan pemahaman tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak tidak memberi pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak serta tidak bisa memoderasi hubungan pada kedua variabel tersebut.
Hubungan antara pemahaman tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan pajak positif jika preferensi risiko dijadikan sebagai variabel moderating. Oleh karena itu preferensi risiko dimungkinkan akan memperkuat hubungan pada pemahaman wajib pajak atas peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dengan alasan tersebut maka dikembangkanlah hipotesisnya yaitu:
H3 : Preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak.
Model Penelitian
METODE
Populasi dan Sampel
Populasi memiliki artisebagai keseluruhan dari suatu objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian untuk diambil sebuah kesimpulan. KPPPratama Padang Satu menjadi populasi dalam penelitian ini. Sampel adalah sebagian dari populasi yang telah dipilih yang kemudian akan diteliti. Teknik Convenience Sampling dipilih sebagai teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian.
Variabel Penelitian Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam prakteknya, seorang wajib pajak harus bertindak, bersikap dan berperilaku berlandaskan atas segala ketentuan yang ada. Dengan begitu maka akan tercipta kepatuhan pajak yang ideal.
Variabel ini di ukur dengan skala likert 5 (lima) poin yang terdiri dari 9 item pernyataan. Indikator kepatuhan wajib pajak menurut Novak (1989) seperti yang dikutip Jatmiko (2006) secara detail adalah:
1. Kewajiban kepemilikan NPWP 2. Mengisi formulir pajak denganbenar.
3. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar.
4. Membayar pajak tepat pada waktunya.
Pemahaman Peraturan Perpajakan
Pemahaman peraturan perpajakan ialah suatu proses dimana wajib pajak mengerti dan paham akan segala peraturan yang diberlakukan dalam perpajakan, kemudian mengaplikasikannya dalam suatu bentuk tindakan nyata. Varianbel diukur dengan skala likert 5 poin yang terdiri dari 11 item pernyataan. Adapun indikator pemahaman peraturan pajak oleh Widayati dan Nurlis (2010) terdapat, yaitu:
1. Kewajiban kepemilikan NPWP
2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai wajib pajak.
3. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.
Pemahaman Peraturan Perpajakan (X)
Preferensi Risiko (Z)
Kepatuhan Pajak
(Y)
4. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tariff pajak.
5. Wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP.
Preferensi Risiko
Wajib pajak dalam menentukan keputusan perpajakan akan dipengaruhi oleh perilakunya terhadap risiko. Pengukuran variabel dengan menggunakan skala likert 5 poin, terdiri atas 12 item pernyataan, menggunakan indikator Aryobimo (2012) meliputi pernyataan mengenai:
1. Risiko keuangan 2. Risiko kesehatan 3. Risiko sosial 4. Risiko pekerjaan 5. Risiko kesalamatan
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dari sumber yang ada. Data primer inilah yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini data diperoleh dari wajib pajak orang pribadi di Kota Padang. Data penilitian berupa kuesioner yang telah diisi wajib pajak orang pribadi yang telah dipilih sebagai responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2
Statisti Deskriptif
V N Kisaran Teoritis
Kisaran aktual
Rata- rata
Standar Deviasi Y 100 9–45 24-45 38,1200 4,37458 X 100 11–55 36-55 47,2200 4,47570 Z 100 12–60 25-49 39,5700 4,77843 Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Dari tabel olahan diatas, diketahui jumlah sampel (N) adalah 100 responden.
Variabel dependen kepatuhan wajib pajak memiliki kisaran teoritis 9-45 dengan kisaran aktual 24-45, nilai rata-rata 38,1200 dan standar deviasi 4,37458 yang artinya wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Padang sudah patuh terhadap kewajiban perpajakannya. Variabel independen pemahaman peraturan perpajakan memiliki kisaran teoritis 11-55 dengan kisaran aktual 36-55, nilai rata-rata sebesar 47,2200 dan standar deviasi 4,47570 yang artinya wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama padang paham atas peraturan perpajakan yang berlaku. Variabel preferensi risiko memiliki kisaran teoritis 12-60 dengan kisaran aktual 25-49, nilai rata-rata 39,5700 dengan nilai standar deviasi 4,77843 yang artinya wajib pajak memahami atas preferensi risiko yang akan muncul atas pembayaran kewajiban perpajakannya.
Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas variabel kepatuhan wajib pajak dan pemahaman peraturan perpajakan serta preferensi risiko telah berdistribusi normal. Masing-masing variabel tersebut menunjukkan nilai 0,312 >
0,05 untuk variabel kepatuhan wajib pajak, dan 0,158 > 0,05 pada variabel pemahaman peraturan perpajakan serta pada variabel preferensi risiko 0,212 > yang artinya seluruh variabel berdistribusi normal. Oleh karena itu tahapan pengolahan dapat dilanjutkan.
Uji Multikolinearitas
Dari hasil uji multikolinearitas diketahui nilai VIF pada kedua variabel sebesar 1,001 < 10. Sedangkan nilai tolerance pada kedua variabel sebesar 0,999
> 0,1, maka dapat disimpulkan tidak ada masalah multikolinearitas antar variabel.
Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil uji heteroskedastisitas dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pada pemahaman peraturan perpajakan nilai signifikannya yaitu 0,183 > 0,05 dan pada preferensi risiko yaitu 0,064 > 0,05. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%, sehingga model regresi telah memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga pengujian dapat berlanjut.
Uji Koefesien Determinasi (R2) Tabel 3
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.648a .419 .401 .37615
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Dari hasil data olahan (primer) diperoleh hasil R2 sebesar 0,419 hal ini berarti 41,9% dari kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Padang dapat di jelaskan oleh pemahaman peraturan perpajakan dan preferensi risiko dan sisanya sebesar 0,581 hal ini berarti 58,1% dipengaruhivariabel lain yang tidak ada dalam penelitian.
Uji Kelayakan Model (Uji F) Tabel 4
Model F Sig.
1 Regression 23.103 .000a Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Dari uji F diatas, diperoleh F hitung senilai 23,103 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Oleh karena tingkat signifikannya > 0,05.
Maka dengan itu variabel pemahaman peraturan perpajakan dan preferensi risiko secara bersama-sama memiliki kelayakan model dalam mempengaruhi kepatuhan pajak orang pribadi KPP Pratama Padang Satu.
Hasil Uji Hipotesis (Uji Statistik t)
Dalam peelitian ini uji selisih nilai mutlak digunakan dalam menguji hipotesis yang ada.
Model regresi ini digunakan dalam menguji pengaruh variabel pemoderasi.
Tabel 5
Uji Selisih Nilai Mutlak Koefisien
Regresi Sig Keterangan Konstanta 4.121 .000
Pemakaman Peraturan Pajak
.300 .000 Diterima Preferensi
Risiko .100 .022 Diterima Moderasi
AbsX1_X2 .108 .017 Diterima
Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dari tabel 5 diatas pada variabel pemahaman peraturan perpajakan (X1) menunjukkan signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y). Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat pemahaman wajib pajak atas peraturan pajak akan meningkatkan kepatuhan pajak. Berdasarkan analisis diatas disimpulkan bahwa wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Padang Satu memiliki tingkat kepatuhan pajak yang tinggi.
Hasil penelitian ini konsisten terhadap hasil penelitian Adiasa (2013) yang menunjukkan pemahaman peraturan pajak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak.
Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian Murti, Sondakh, dan Sabijono
(2014) serta penelitian Syahril (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman peraturan pajak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam hipotesis kedua dinyatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Ini berarti semakin berani wajib pajak untuk mempertaruhkan risikonya, maka semakin baik tingkat kepatuhan pajaknya. Variabel preferensi risiko (X2) menunjukkan signifikan 0,022 < 0,05. Jadi preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y). Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa preferensi risiko memberikan pengaruh pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi terdaftar sebagai WP di KPP Pratama Padang Satu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syamsudin (2014) yang menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Olabede (2011) meneliti pengaruh preferensi risiko dengan kepatuhan WP menggunakan teori prospek.
Hasilnya membuktikan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Begitu juga dengan hasil dari penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) yang mengungkapkan bahwa
preferensi risiko berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.
Di sisi lain, hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Ardiyanto dan Utaminingsih (2014) di Kecamatan Blora yang menyatakan bahwa variabel preferensi risiko mempengaruhi secara signifikan dan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu, hasil penelitian Adiasa (2013) juga menyatakan bahwa preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Hubungan Antara Pemahaman Peraturan Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak.
Hipotesis ketiga yang menyatakan preferensi risiko sebagai variabel moderating diterima, hal ini dibuktikan dengan probabilitas signifikansi pada uji selisih nilai mutlak yaitu 0,017 < 0,05. Hal ini berarti preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara pemahaman tentang peraturan pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dalam hal ini preferensi risiko sebagai variabel moderasi dan berperan dalam memperkuat hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama Padang Satu.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Adiasa (2013) memberikan hasil penelitian bahwa preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh serta tidak memoderasi hubungan antara kedua hubungan tersebut.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diambillah kesimpulan bahwa pemahaman peraturan perpajakan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Padang Satu.
Preferensi risiko mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Padang Satu. Preferensi risiko mempengaruhi hubungan pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi KPP Pratama Padang Satu.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang digunakan masih sedikit sehingga secara empiris belum menggambarkan populasi yang sesungguhnya. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam objek penyebaran kuesioner yang kurang maksimal. Masih kurangnya variabel yang belum digunakan seperti kondisi keuangan wajib pajak dan reformasi peraturan perpajakan.
Adapun saran yang disampaikan penulis untuk peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel sehingga lebih
mewakili populasi yang ada. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas objek penelitian tidak hanya pada satu objek KPP.
Peneliti selanjutnya diharapkan menambah variabel independen, seperti kondisi keuangan wajib pajak dan reformasi peraturan perpajakan, sehingga model regresi semakin berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Adiasa, Nirwana. 2013. Pengaruh Pemahaman PeraturanPajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating. Accounting Analysis Journal 2(3). Universitas Negeri Semarang.
Alabede, J. O., Ariffin, Z. B. Z., &Idris, K.
M. (2011).Public Governance Quality and Tax Compliance Behavior in Nigeria: The Moderating Role of Financial Condition and Risk Preference.Issues in Social and Environmental Accounting, 5(1/2), 3- 24.
Ardyanto, Arif Angga & Utaminingsih, Nanik Sri. 2014. Pengaruh Sanksi Pajak dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi. Accounting Anaysis Journal 3 (2). Universitas Negeri Semarang.
Aryobimo, Putut Tri. 2012. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajakdan Preferensi Risiko sebagai Variabel
Moderating. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan ILmu Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Jatmiko, Agus Nugroho.2006. Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang).Tesis.
Semarang: Fakultas Ekonomika Universitas Diponegoro Semarang.
Murti, Hangga Wicaksono, Sondakh, Jullie J
& Sabijono, Harijanto. 2014.
Pelayanan Fiskus dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Manado.ISSN 2303-1174 vol 2 no 3.
Hal 389-398.
Syamsudin, Marta. 2014. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Preferensi Risiko sebagai variabel moderating (Studi Empiris terhadap Wajib pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Skripsi.
Widayanti dan Nurlis. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga). SNA XIII.
Wiyoyanti, Mayang. 2010. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan. Skrisi. Jakarta: Program skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.