• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 3, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 32

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEMAMPUAN

GERAK DASAR SISWA SEKOLAH DASAR

Henry Asmara

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, STKIP Pasundan h.azmara@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar siswa kelas V SD Cimahi Mandiri I. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelasi dan teknik pengumpulan data menggunakan tes pengukuran. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Cimahi Mandiri I dengan jumlah sampel 30 siswa. Pengukuran indeks massa tubuh menggunakan tes berat tubuh dan tinggi tubuh (BT/TT) dan kemampuan gerak dasar menggunakan tes stork stand positional balance, shuttle run 4x10 meter, lempar-tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok, dan lari cepat 30 meter. Teknik analisi data menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan koefesien korelasi sebesar 0.481. pengujian hipotesis diperoleh t-hitung sebesar 36.36 dan t-tabel sebesar 1.701. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar siswa kelas V SD Cimahi Mandiri I.

Kata Kunci: indeks massa tumbuh kembang, kemampuan gerak dasar 1. Pendahuluan

Pendidikan jasmani mengarahkan siswa kepada proses belajar pengembangan keterampilan gerak insani sebagai bekal keterampilan hidup life skill sedangkan pendidikan olahraga akan mengarah kepada penguasaan suatu keterampilan cabang olahraga. Ada masalah yang terdapat dalam proses pendidikan jasmani yaitu, keduanya sama-sama berkecenderungan dalam perilaku gerak yang berfokus pada pendidikan. Kalaupun olahraga bukan merupakan perpanjangan pendidikan jasmani, namun kemampuan gerak dasar yang menyeluruh

general motor ability akan menjadi landasan

kuat bagi anak dalam penguasaan keterampilan olahraganya.

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekankan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan bergerak tidak bisa terpengaruhi karena terbatasnya

waktu dan kesempatan. lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan prestasi akademik, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk. kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. kemajuan teknologi yang di capai pada saa ini mendukung anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asik dengan kesenangan seperti menonton tv atau bermain video game, tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa gerak anak semakin rendah.

Sejalan dengan itu pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk semakin memperparah masalah kesehatan yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Pola gizi yang berlebihan, para 'pemalas gerak' itu akan menimbun lemak dalam tubuh secara

(2)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 3, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 33

berlebihan atau sebaliknya rendahnya taraf ekonomi keluarga tersebut membuat tidak terpenuhinya kecukupan gizi yang seimbang mengakibatkan kekurangan gigi. Mereka menghadapkan diri sendiri pada resiko penyakit

degeneratif (menurunnya fungsi organ) yang

semakin besar.

Menurut (Husdarta dan Kusmaedi 2010:109) menyatakan bahwa “penguasaan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik”. Pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak beriringan dengan perubahan hormonal yang disertai dengan proses pematangan seksual, pembelajaran dan pemantapan penguasaan kemampuan gerak dasar, pemantapan pola perilaku dan internalilasi nilai-nilai sosial dan norma kultural. Secara anatomis dan fisiologis, anak dalam berbagai kelompok umur, ras, maupun suku berbeda sutu dengan yang lain, dan yang lebih penting berbeda dari orang dewasa, artinya anak bukanlah orang dewasa kecil. Kecepatan pematangan anak dalam aspek psikologis, anatomis, fisiologis maupun sosiologis berbeda-beda sehingga terdapat variasi yang luas dalam kelompok umur kronologik yang sama „Terdapat variasi pertumbuhan jasmani yang sangat jelas pada anak-anak yang berada dalam suatu kelompok umur kronologik yang sama. Variasi umur biologik anak adalah sekitar 6 tahun‟ Russo (dalam Giriwijoyo dan sidik 2013:69). Misalnya siswa sekolah dasar berumur 10 tahun dapat memiliki variasi umur biologik dari 7 sampai 13 tahun. Hal ini menimbulkan ketidak serasian yang sering terlihat dalam hal tinggi tubuh, berat tubuh dan perkembangan motoriknya. Antara umur 7 - 11 tahun, variasi tinggi badan anak ± 40%. Tetapi tidak jarang di jumpai sesama anak umur 11 tahun perkembangan fisiknya berbeda sekitar 4 tahun. Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang murah, mudah dan sederhana untuk menilai status gizi pada seorang individu, namun tidak dapat mengukur lemak tubuh secara langsung. Pengukuran dan penilaian

menggunakan (IMT) berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status gizi. Gizi kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih dengan akumulasi lemak tubuh berlebihan meningkatkan risiko menderita penyakit

degeneratif. Penggunaan rumus ini hanya dapat

diterapkan pada seseorang berusia antara 19 hingga 70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, dan bukan ibu hamil atau menyusui.

Indeks Massa Tubuh (ITM) merupakan pengukuran tidak langsung dari lemak, mudah dilakukan, dapat diandalkan, dan banyak digunakan dalam berbagai penelitian obesitas. “Koup Deventport menggunakan cara penilaian status gizi dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Cara ini digunakan untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih” (Irianto 2008:73).

Kemampuan motorik berasal dari bahasa inggris yaitu motor abilty, gerak (motorik) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena dengan gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Kemampuan motorik merupakan hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak yang bukan gerak olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Kemampuan motorik mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak dasar yang merupakan gambaran umum dari kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas. “Kemampuan gerak adalah keadaan segera seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khusunya dalam kegiatan olahraga” menurut Singer (dalam Mahendra 2007:19).

Berdasarkan latar belakang, masih banyak siswa yang memiliki berat tubuh dan tinggi tubuh yang tidak sesuai dengan umurnya dan masih banyak siswa yang memiliki kemampuan gerak dasar yang rendah maka peneliti ingin mengetahui hubungan Indeks

(3)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 3, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 34

Massa Tubuh (IMT) dengan Kemampuan Gerak Dasar (KGD) siswa.

2. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan studi korelasi, untuk gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan yang terjadi antara indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar.

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas V SD Cimahi Mandiri 1 dengan sampel sebanyak 30 siswa.

Penelitian menggunakan dua variable: Variabel bebas (X) adalah index massa tubuh siswa dan siswi, dan Variabel terikat (Y) adalah kemampuan gerak dasar siswa.

Diagram 1 Variable Penelitian

Untuk mengukur IMT digunakan rumus :

Setelah mendapatkan hasilnya lalu di plot ke kurva persentil tinggi badan dan berat badan tehadap umur laki laki atau perempuan 2-20 tahun.

Tabel 1 Status Indeks Massa Tubuh Usia 2-20 Tahun

Berat Status

Kategori Persentil Rentang

Underweight < Persentil ke-5

Healthy weight Persentil ke-5 - < Persentil ke-85

Overweight Persentil ke-85 - <

Persentil ke-95 Obesitas ≥ Persentil ke-95

Sumber:http://www.cdc.gov/healthyweight/asse ssing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi.h tm

Diagram 2 Penentuan IMT Berdasarkan Usia untuk Anak Laki-Laki Usia 2-

20 Tahun

Sumber: http://www.ede.gov/growthcharts Tes Motor Ability dilakukan dalam empat kegiatan, yaitu:

1. Tes shuttle run 4 x 10 meter Gambar 1 Shuttle Run

2. Tes Lempar Tangkap Bola Jarak 1 Meter Ke Tembok

Gambar 2 Lempar Tangkap Bola Berat Tubuh (kg)

IMT = --- [Tinggi Tubuh (m)]2

(4)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 3, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 35

3. Tes Stork Stand Positional Balance Gambar 3 Stork Stand Positional Balance

4. Tes Lari Cepat 30 Meter

Gambar 4 Lari Cepat 30 Meter

3. Pembahasan

Penelitian ini melaksnakan beberapa langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1.

Mencari nilai rata-rata dan simpangan baku

2.

Menguji normalitas dengan pendekatan Liliefors

3.

Menguji Homogenitas

4.

Perhitungan Koefesien Korelasi dengan Product Moment

5.

Menguji Hipotesis dengan pendekatan t hitung

3.1 Rata-rata dan Simpangan Baku

Tabel 2 Rata-rata dan Simpangan Baku

Variabel Rata-Rata Simpangan

Baku

IMT 17.36 3.53

KGD 50 4.52

Jika dilihat dari tabel di atas terdapat rata-rata indeks massa tubuh sebesar 17.36 dan kemampuan gerak dasar sebesar 50. Sedangkan simpangan baku indeks massa tubuh 3.35 dan kemampuan gerak dasar sebesar 4.52.

3.2 Uji Normalitas Melalui Pendekatan Liliefors

Tabel 3 Penghitungan Data Uji Normalitas dengan Pendekatan Uji Lilifors

Variabel Lo Hitung L-Tabel (0,05:30) Kesimpulan IMT 0.032 0.161 Normal KGD 0.097 0.161 Normal

Berdasarkan hasil penghitungan uji normalitas, dapat dikemukakan dari hasil indeks massa tubuh diperoleh Lo hitung sebesar 0.032 dan tes kemampuan gerak dasar sebesar 0.097. Selanjutnya dibandingkan dengan L Tabel (0,05 : 30) sebesar 0.161. Berarti Lo hitung lebih kecil dari pada L-Tabel, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa distribusi data tersebut adalah normal.

(5)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 3, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 36

3.3 Uji Homogenitas

Tabel 4 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas

Variabel Nilai Variansi F-Hitung F-Tabel Hasil IMT 12.51 1.63 1.90 Homog en KGD 20.51

Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan dari hasil penghitungan analisis variansi diperoleh nilai F hitung sebesar 1.63 ternyata dibandingkan dengan F tabel sebesar 1.90 ternyata nilai F hitung lebih kecil dari pada F tabel 0,05 (29:29) = 1.90, maka hipotesis dapat diterima, dengan kata lain dapat penulis simpulkan bahwa distribusi tersebut mempunyai variansi yang homogen.

Penghitungan Korelasi

Tabel 5 Hasil Penghitungan Koefesien Korelasi

Variabel Koefesien Korelasi

X.Y 0.481

Dari tabel di atas dapat diperoleh koefisien korelasi sederhana antara indeks massa tubuh (X) dengan kemampuan gerak dasar (Y) sebesar 0.481.

3.4 Menguji Hipotesis

Tabel 6 Hasil Penghitungan Uji Hipotesis

Variabel T hitung T tabel (28:α 0,05) Hasil IMT 36.36 1.701 signifikan KGD

Hasil penghitungan indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar menunjukan bahwa t-hitung sebesar 36.36 berada di luar daerah t tabel pada derajat kebebasan 28 yaitu 1.701 maka dengan demikian variabel tersebut hubungannya signifikan. Karena t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

4. Kesimpulan

Hasil perhitungan diperoleh hubungan antara indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar sebesar 0.481. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hubungan tersebut dinyatakan positif dan signifikan karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel 36.36 > 1.701.

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara indeks massa tubuh dengan kemampuan gerak dasar siswa kelas V SD Cimahi Mandiri I.

Kemampuan gerak dasar merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak untuk keperluan sehari-hari maupun gerak yang khusus seperti gerakan keterampilan olahraga. Kemampuan gerak dasar anak dalam massa pertumbuhannya akan selalu berhubungan dengan proses belajar. Anak seharusnya diberikan kebebasan untuk bergerak, dengan kebebasan untuk bergerak anak akan memiliki kekayaan, kebebasan, keluwesan dalam penguasaan gerak dan pengalaman gerak.

Anak dengan indeks massa tubuh yang normal akan mudah melakukan gerakan apapun tanpa mengalami hambatan gerak yang berarti seperti halnya anak yang memiliki indeks massa tubuh lebih atau kekurangan indeks massa tubuh. Kelebihan indeks massa tubuh pada anak terjadi karena kelebihan gizi dan mengakibatkan menurunnya kemampuan gerak dasar diduga karena tubuh anak tersebut berat untuk melakukan gerakan dan juga sedikitnya pengalaman gerak sedangkan anak yang memiliki indeks massa tubuh kurang terjadi karena kekurangan gizi dan menyebabkan menurun kemampuan gerak dasar diduga karena kurangnya energi yang di hasilkan oleh tubuh sehingga setiap gerakannya tidak maksimal.

Seseorang yang memiliki kemampuan gerak dasar yang tinggi diduga akan lebih baik

(6)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 3, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 37

dan berhasil dalam melakukan berbagai tugas dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai keterampilan yang baik pada cabang olahraga dibandingkan seseorang yang memiliki kemampuan gerak dasar rendah. Kemampuan gerak dasar yang dimiliki seseorang berbeda-beda dan tergantung pada banyaknya pengalaman gerak yang dikuasainya. Prinsip kemampuan gerak dasar adalah suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan massa pertumbuhannya. Selain pengalaman gerak indeks massa tubuh berperan penting dalam tinggi rendahnya kemampuan gerak dasar anak karena indeks massa tubuh harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak jika tidak sesuai maka mempengaruhi kepada kemampuan gerak dasar anak.

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Henry. (2016). Hubungan Kesadaran

Berolahraga Dan Pola Makan Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa SMKN 2 Cimahi. Proceeding Seminar Nasional

Olahraga UNJ 2016.

Astyorini, Dwi. (20114). Hubungan Status Gizi

Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Sekolah Dasar Kelas 1 di SDN Krembangan Utara I/56 Surabaya. Jurnal

Kesehatan Olahraga. Voi.2, No.2, 2014. Centers for Disease Control and Prevention

(2015) . About Child and Teenn BMI. http://www.cdc.gov/healthyweight/assessi ng/bmi/childrens_bmi/about childrens bmi.html.

Girwijoyo Santosa H.Y.S dan Sidik Zafar Dikdik (2013).Ilmu Kesehata Olahraga Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Habut, Martha Yuliani dkk (2016). Hubungan

Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. Jurnal MIPI, vol.2,

No.1, Mei 2016.

http://www.ede.gov/growthcharts

Husdarta H.J.S (2010 ). Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga & kesehatan). Bandung : Alfabeta.

Irianto Djoko Pekik (2008) . Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Mahendra Agus (2007). Teori Belajar

Mengajar Motorik. Fakultas Pendidikan

ola hraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Gambar

Tabel 1 Status Indeks Massa Tubuh Usia 2-20  Tahun
Gambar 3 Stork Stand Positional Balance
Tabel 4 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas  Variabel  Nilai  Variansi   F-Hitung   F-Tabel  Hasil  IMT  12.51  1.63  1.90  Homog KGD  20.51  en

Referensi

Dokumen terkait

Definisi Inferensi: Proses yang digunakan dalam Sistem Pakar untuk menghasilkan informasi baru dari informasi yang telah diketahui.. Dalam sistem pakar proses inferensi dilakukan

2) Uji thitung pada SMA Negeri 7 Surakarta Maringgai dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai thitung (3,078)&gt; ttabel (1,655), menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1

Dari pembahasan di atas dapat diambil perbandingan bahwa untuk analisis pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN dilihat dari pola komunikasi petugas di poli gigi,

Akan tetapi, buku tersebut belum memuat kegiatan penemuan konsep sesuai dengan langkah langkah yang dianjurkan dalam kurikulum 2013 sehingga kurang dapat mengoptimalkan

Berapa kemasan makanan jenis ABC yang harus diproduksi, jika jumlah permintaan sebanyak 4000 kemasan, dan persediaan di gudang masih 300 kemasan.

Judul Artikel : Bridge to Terabithia dan Island of The Blue Dolphin Sebagai Bahan Ajar Bermuatan Pendidikan Karakter. Penulis

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B7, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara struktur corporate governance yang diproksikan sebagai kepemelikan public, kepemilikan institusional, ukuran