• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN LEWAJA KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN LEWAJA KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DI KELURAHAN LEWAJA KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

Oleh:

HENRIKA RIANTIKA

Nomor Induk Mahasiswa: 105611115416

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii SKRIPSI

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

DI KELURAHAN LEWAJA KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

HENRIKA RIANTIKA Nomor Stambuk: 105611115416

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi : Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Nama Mahasiswa : Henrika Riantika Nomor Induk Mahasiswa : 105611115416

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui: Pembimbing I

Dr. H. Lukman Hakim, M.Si

Pembimbing II

Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos.,M.Si

Mengetahui: Dekan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si NBM:730727

Ketua Program Studi

Nasrul Haq, S.Sos., MPA NBM: 1067463

(4)

iv

HALAMAN PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 0157/FSP/A.4-II/II/42/2021. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negarayang dilaksanakan di Makassar pada hari Rabu, 24 Februari 2021.

TIM PENILAI

Ketua

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si NBM: 730727

Sekretaris

Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si NBM: 1084366

PENGUJI:

1. Dr. H. Lukman Hakim, M.Si ( )

2. Abdul Kadir Adys, SH., MM ( )

3. Dr. Jaelan Usman, M.Si ( )

(5)

v

HALAMANPERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawahini:

NamaMahasiswa : Henrika Riantika NomorIndukMahasiswa : 105611115416

Program Studi : IlmuAdministrasi Negara

Menyatakanbahwabenar

skripsiiniadalahkaryasayasendiridanbukanhasilplagiatdarisumber lain. Pernyataaninisayabuatdengansesungguhnyadanapabiladikemudianharipernyataaninit idak benar makasayabersediamenerimasanksiakademiksesuaiaturan yang berlaku di UniversitasMuhammadiyah Makassar.

Makassar, 07 Januari 2021 Yang Menyatakan,

(6)

vi ABSTRAK

Henrika Riantika, Lukman Hakim dan Samsir Rahim. Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif (menjelaskan kondisi objek dengan cara-cara ilmiah) dengan informan sebanyak 8(delapan) orang yang dipilih berdasarkan pandangan dari penulis bahwa informan tersebut memiliki pengetahuan dan informasi mengenai masalah yang di teliti, antara lain : Kepala Pelaksana dan kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Staf Dinas Sosial, Lurah Lewaja, dan Masyarakat yang tidak lain korban bencana banjir itu sendiri. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa: Observasi dan dokumentasi serta dikembangkan dengan Wawancara terhadap informan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanggulangan bencana banjir di Kelurahan Lewaja bisa dikategorikan baik, karena berdasarkan dari penuturan informan-informan serta masyarakat yang menjadi korban bencana banjir itu sendiri yang merasakan program-program yang telah pemerintah daerah laksanakan. Seperti: (1). Penetapan kebijakan, Pemerintah Kabupaten Enrekang sudah mengeluarkan Perda No 02 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana daerah (2). Pencegahan bencana, langkah yang dilakukan pemerintah daerah adalah penguatan tebing dan pemasangan beronjong (3). Tanggap darurat, pemerintah daerah telah mendirikan posko pengungsian dan dapur umum (4). Rehabilitasi dan Rekontruksi, pemulihan yang berupa perbaikan sarana dan prasarana akan tetapi belum terpenuhi secara keseluruhan berhubung dana yang dimiliki terbatas.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu”

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang”dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis selalu mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar,

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara, dan segenap dosen serta seluruh jajaran staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan pengetahuan mulai dari semester awal hingga semester akhir.

(8)

viii

4. Teristimewah buat ayahanda tercinta Anisdan ibunda tercinta Rismawati. Terima kasih banyak atas doa dan kasih sayang serta bimbinganmu dan dukungan morilmu selama ini. Kau sosok Ayah dan Ibu yang hebat untukku, penulis sungguh merasa bersyukur memilikimu sebagai Ayah dan ibu yang berkorban tanpa pamrih dalam membesarkan, mendidik, dan mendoakan keberhasilan penulis, yang tiada hentinya memberi motivasi disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas.

5. Kakak-kakakku tersayang, Desi Arisandi Arlinda S.farm dan Ahsan yang senantiasa menyalurkan bantuan, semangat, doa dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.

6. Kepada keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis.

7. Pihak Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang, Dinas Sosial Kabupaten Enrekang, dan Lurah Lewaja.

8. Pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulawesi Selatan yang memberikan izin penelitian di Kabupaten Enrekang.

9. Teman-teman di jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 016 terkhusus kelas D&E yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman KKP angkatan XIX Kab. Barru Desa Tellumpanua, Gusti, ayu, rifka, tita, imma, eni, fahrul. Terima kasih atas kebersamaan dan

(9)

ix

pengalaman serta perjalanan yang sangat berarti dan proses pengabdian diri di Kecamatan Barru selama kurang lebih 2 bulan.

11. Bapak ibu Desa tellumpanua dan teman-teman serta masyarakatnya terima kasih atas kebaikan, dukungan, pembelajaran dan kasih sayangnya kurang lebih 2 bulan semasa kuliah kerja profesi penulis.

12. Terima kasih yang tulus dan mendalam kepada sahabat terkasih Eva, ayu, isma, fera, nisa, susan, riswan, ferdi, mail, hasdi sebagai motivator dalam hidupku yang tiada hentinya memberi semangat kepada penulis untuk tetap optimis dalam mengejar cita-cita juga memberi doa kepada penulis. 13. Dan semua pihak yang membantu dan mendukung dalam penyusunan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.Dengan segala keterbatasan dan demi kesempurnaan skripsi ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga karya skripsi ini bermanfaan dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 07 Januari 2021

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ………iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ..1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu... 9 B. Pengertian organisasi ... 10 C. Pengertianperan pemerintah ... 13 D. Penanggulangan Bencana ... 17 E. Kerangka Pikir ... 21 F. Fokus Penelitian ... 23 G. Deskripsi Fokus ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 25

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 25

C. Sumber Data ... 25

D. Informan Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Kelurahan Lewaja ... 31

B. Deskripsi Umum BPBD Kabupaten Enrekang ... 36

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTARPUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 68

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 27

Tabel 4.1 Keadaan Penduduk ... 32

Tabel 4.2 Sarana Dan Prasarana Kelurahan ... 33

Tabel 4.3 Komposisi Staf BPBD ... 41

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 22 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kel.Lewaja ... 34 Gambar 4.2 Struktur Organisasi BPBD Kab.Enrekang ... 38

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi jika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir merupakan suatu masalah yang sampai sekarang ini masih perlu adanya penanganan dan perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat. Banjir akan menimbulkan dampak yang merugikan di berbagai kehidupan masyarakat.

Banjir kembali melanda beberapa titik di Kabupaten Enrekang tepatnya di Kelurahan Lewaja, sehubungan dengan kejadian bencana banjir bandang yang terjadi pada hari senin malam tanggal 29 April 2019 di perumahan AL-Mubarak Kukku Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang dimana penyebab terjadinya banjir bandang tersebut adalah hujan deras kurang lebih 2 hari berturut-turut yang mengakibatkan tanggul sungai lewaja dan jembatan yang berada di samping perumahan kukku jebol hingga mengakibatkan perumahan kuku terendam air dan semua warga yang berada di perumahan tersebut dievakuasi dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Proses evakuasi harus memprioritaskan bayi dan lansia sebagian warga yang sudah berhasil dievakuasi sebelum banjir bandang datang. Ketua NasDem Enrekang menjamin semua korban banjir bandang mendapatkan bantuan, baik itu kebutuhan makanan maupun kesehatan.

(15)

Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Enrekang penyebab terjadinya bencana banjir lantaran hujan sedang hingga deras tanpa hentiyang menguyur wilayah Enrekang selama beberapa hari terakhir, hal itu mengakibatkan sungai meluap dan merendam rumah serta lahan warga. Adapun penyebab lainnya seperti penebangan pohon sembarangan di hutan, Faktor utamanya tentu hujan lebat yang mengakibatkan meluapnya sungai Mata Allo sehingga tanggul tak mampu menahan debit air.

Indonesia memiliki letak wilayah yang rawan terhadap bencana alam karna berlokasi di cincin api pasifik, Indonesia selama ini sering menghadapi tsunami, gempa bumi dan letusan gunung merapi. pada 20 tahun terakhir bencana alam yang dialaminya menghancurkan ekonomi dan daratan Indonesia. Disamping itu Indonesia pada akhir-akhir ini selalu di guyur hujan yang begitu lebat tepatnya berada di daerah Enrekang, hujan telah mengguyur beberapa tempat di Enrekang yang mendampakkan akan adanya banjir kecil atau banjir bandang , oleh karna itu didalam suatu bencana alam pasti adanya sebab kenapa bencana itu terjadi.

Banjir dan tanah longsor terjadi di banyak wilayah di Indonesia dan bisa menyebabkan jatuhnya ratusan korban, hancurnya rumah-rumah dan infrastuktur lain, dan kerugian bagi bisnis-bisnis lokal. Jika tidak mau terjadi bencana ala mini manusia harus sadar dengan diri masing-masing

(16)

dan tidak ada lagi yang membuang sampah atau mengotori alam dengan sengaja atau kebiasaan.

Penanggulangan bencana adalah segalah upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, rehabilitasi, rekontruksi dan tanggap darurat.dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Hal ini berarti bahwa komunitas dalam penanggulangan bencana didalam masyarakat memerlukan perhatian khusus dari pemerintah ketika terjadi bencana setiap kelompok masyarakat mempunyai kemampuan dan cara untuk menghadapi lingkungan demi kelangsungan hidupnya.

Tujuan dari penanggulangan bencana adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat dari acaman bencana, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terlaksananya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai budaya lokal, membangun partisipasi dan kemitraan publik dan swasta, mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, kedermawaan dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan benrsyarakat, bangsa dan negarah.

Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi dan mensejahterakan setiap warga yang berada di wilayah kerjanya secara demokratis.

1. Ada semangat untuk pengembangan potensi sumber daya daerah yang terkait dengan upaya penanggulangan bencana daerah.

(17)

2. Merupakan amanat untuk mengimplementasikan kegiatan Pengurangan Resiko Bencana hengga ke pemerintah daerah.

3. Merupakan kewajiban meningkatkan kinerja pemerintah Daerah dalam memberikan pelayan publik sesuai standar pelayanan minimal. 4. Merupakan amanat dari Undang-Undang untuk memastikan

penyelenggaraan penanggulang bencana dimasukkan ke dalam program pembangunan daerah termasuk pengalokasian dana.

5. Merupakan kewajiban Pemerintah Daerah memenuhi kebutuhan masyarakat dalam dalam kerangka kerja penanggulangan bencana yang diselenggarakan olehnya.

6. Bahwa penyelenggaraan penanggulagan bencana merupakan perlindungan terhadap kehidupan serta penghidupan yang merupakan tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

7. Bahwa untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana secara cepat, tanggap, sistematis, terpadu dan terkoordinasi diperlukan suatu lembaga yang secara khusus melaksanakan tugas da fungsi di bidang penanggulangan bencana.

Adapun Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:

1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan pembangunan nasional.

(18)

3. Perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana.

4. Pembentukan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana.

5. Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain, badan-badan, atau pihak-pihak internasional lain. 6. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang

berskala nasional.

7. Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan.

Berdasarkan ketentuan diatas, untuk menaggulangi masalah banjir di Kabupaten Enrekang, maka dibentuklah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Enrekang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 02 Tahun 2010 tentang pembentukan, organisasi, dan tata kerja BPBD. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggarann Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42. Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia No 4829); Peraturan Daerah

(19)

Kabupaten Enrekang Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Enrekang.

BPBD Kabupaten Enrekang telah menyusun program untuk mengurangi risiko bencana. Antara lain melanjutkan pembentukan kelompok masyarakat penanggulangan bencana di desa-desa, dan melanjutkan program pembentukan desa tangguh bencana. Selain itu, sosialisasi-sosialisasi masih dilakukan di sekolah-sekolah lanjutan tingkat atas dengan membentuk sekolah siaga bencana.

Adapun yang dilakukan Badan Penanggulanagan Bencana Daerah dalam penanggulangan bencana (Banjir Bandang) di Kelurahan Lewaja yaitu melakukan pelayanan kepada masyarakat yang terdambak bencana, menyiapkan tempat atau posko tanggap darurat, mendirikan dapur umum, memberikan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Selain itu pemerintah daerah juga melakukan perbaikan sarana dan prasarana seperti perbaikan jalan dan rumah warga yang mengalami rusak berat serta penguatan tebing dan pemasangan beronjong. Itu menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penanganan bencana sangat besar dan serius demi menjaga dan melindungi warganya.

Dalam mengatasi banjir yang terjadi di Kelurahan Lewaja khususnya di perumahan kukku, telah dilakukan berbagai upaya penanggulangan. Upaya penanggulangan banjir tersebut dimulai dari melakukan pengerukan dan pemasangan buronjong setinggi satu setengah meter dengan panjang 500 meter. Hal itu dilakukan untuk memperkecil

(20)

debit tekanan air yang dari area sungai lewaja dan Mata Allo agar bisa tertampung dalam seluran pembuangan di perumahan-perumahan, selesai musim hujan maka akan direncanakan bangunan untuk yang permanen menahan air sungai.

Pemerintah mesti mengacu pada peta bahaya atau peta risiko bencana. Sehingga mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan akan tepat sasaran. Melalui kolaborasi dua sistem koordinasi ini, jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan memiliki rasa saling membutuhkan, maka akan tercipta keharmonisan dalam memanajemen bencana.

Dari permasalahan penanggulangan bencana banjir diatas penulis ingin membahas mengenai penanggulangan bencana banjir di Kota Enrekang pada tahan situasi terhadap potensi bencana. Adapun judul yang penulis angkat yaitu “Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang”. B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian supaya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti harus merumuskan masalah dengan singkat, sehingga jelas dari mana akan mulai, kemana harus pergi serta bagaimana. Perumusan masalah diperlukan agar mempermudah menginterprestasikan data dan fakta yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menentukan rumusan masalah yaitu: Bagaimana Peran BPBD Dalam Penanggulanagan Bencana Banjir Di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan atau stategmen mengenai apa yang ingin kita cari atau yang ingin kita tentukan. Dalam hal ini yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah: Untuk mengetahui Peran BPBD Dalam Penanggulanagan Bencana Banjir Di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kabupaten Enrekang dan memberikan kontribusi bagi penulis, instansi yang bersangkutan dan peneliti lainnyauntuk dijadikan bahan referensi dalam mengkaji masalah-masalah khususnya tentang penanggulangan bencana banjir.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap agar penelitian ini dapat memberikan pengkajianPeran Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Dan menjadi informasi bagi masyarakat tentang peranan pemerintah daerah dalam penanggulangan resiko bencana banjir, khususnya bagi pemerintah daerah dalam hal ini, hasil penelitian ini dijadikan bahan masukan dalam perumusan kebijakan dalamrangka penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Enrekang.

(22)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Skripsi Latief (2015) dengan judul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pennggulangan Bencana Alam Di Kota Palopo”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana banjir sudah baik, sebagaimana diketahui masyarakat ikut berpartisipasi dalam penyuluhan /sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ataupun instansi/dinas terkait lainnya, masyarakat juga ikut dalam menjaga beronjong yang telah dibangun sebaga penopang tebing sungai agar tidak terjadi pengikisan yang dapat menyebabkan terjadi erosi. Masyarakat juga selalu tanggap dalam menyikapi himbauan dari pemerintah seperti peringatan prabencana dan keikut sertaan dalam pengadaan logistik dan bahan pembuatan beronjong.

Jurnal Barus (2013) yang berjudul “Peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kota Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BPBD Kota Medan belum memiliki Sistem Operasi Prosedur (SOP) tersendiri, sehingga apabila terjadi bencana, BPBD Kota Medan berpedoman pada prosedur tanggap darurat dalam serangkaian peraturan dan undang-undang yang ditetapkan Pemerintah Kota Medan yang berkaitan bencana. SOP khusus BPBD Kota Medan akan segerah disusun

(23)

secara bertahap sesuai dengan kebutuhan kondisi dan perjalanan waktu berdasarkan peraturan perundang-undang diatasnya.

Skripsi Kusumajati (2016) yang berjudul “Peranan BPBD Dalam Penanggulangan Bencana Alam di Desa Windurejo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan BPBD dalam penanggulangan bencana alam di Desa Windurejo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalolongan meliputi: keberadaan BPBD sebagai pelaku utama dalam penanggulangan bencana di Desa Windurejo sudah diketahui oleh masyarakat. Selama ini peran BPBD dalam penanggulangan bencana dimulai dari sebelum terjadi bencana, saat tanggap darurat (saat bencana) dan paska bencana.Peranan BPBD dalam penanggulangan bencana ini berkaitan dengan peranannya sebagai koordinator.Semua koordinasi dalam penanggulangan bencana dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sehingga semua berjalan dengan baik.

B. Pengertian Organisasi

Organisasi adalah suatu kelompok orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.Adapun pengertian secara terperinci organisasi merupakan suatu tempat atau wadah untuk berkumpul dan bekerja sama secara rasional dan sistematis, terkendali, terpimpin, terencana dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, lingkungan, metode, material dan sarana prasarana, data yang digunakan secara efisen dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

(24)

Adapun pengertian organisasi menurut Weber yang dikutip oleh Thoha dalam bukunya “Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya” (2014:113) bahwa: Organisasi adalah suatu batasan-batasan yang dilakukan secara tertentu (bounderies), dengan demikian seseorang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Maka dari itu mereka dibatasi dengan aturan-aturan tertentu.

1. Ciri – Ciri Organisasi

Handayaningrat (1981:43), adapun ciri-ciri organisasi antara lain sebagai berikut:

a. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan

b. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya ataupun tenaganya.

c. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal.

d. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tapi mempunyai hubungan yang saling berkaitan.

e. Adanya suatu tujuan. 2. Unsur-unsur Organisasi

Agar suatu organisasi berjalan dengan baik, maka dibutuhkan unsur penting di dalamnya. Berikut ini adalah unsur-unsur organisasi menurut Wursanto (2003:54) yaitu:

a. Man (orang-orang), dalam suatu organisasi sering disebut dengan istilah pegawai atau personil.

(25)

b. Kerja sama, merupakan suatu perbuatan dalam hal bantu membantu atau suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan berbersama-sama.

c. Tujuan bersama, merupakan suatu arah atau sasaran yang ingin dicapai dan menggambarkan apa yang ingin dicapai melalui program, pola (network), kebijaksanaan (policy), prosedur, anggaran, strategi, dan peraturan-peraturan (regulation) yang sebelumnya telah ditetapkan.

d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa materi, uang, mesin- mesin, dan barang modal lainnya (gedung/ tanah/bangunan/kantor).

e. Lingkungan (environment) f. Kekayaan alam.

g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsip-prinsip organisasi.

3. Prinsip Organisasi

Sebagaimana dikutip oleh Huse dan Bowditch (1977), Fayol mengemukakan 14 prinsip organisasi yaitu:

a. Pembagian kerja (division of work)

b. Wewenang dan tanggungjawab (authority and responsibility) c. Kesatuan perintah (unity of command)

d. Disiplin (discipline)

(26)

f. Kepentingan yang bersifat individu dibawah kepentingan umum (subordination of individual interest to general interest) g. Gaji pegawai (remuneration of personel)

h. Sentralisasi (centralization) i. Saluran jenjang (scalar chain) j. Ketertiban (order)

k. Keadilan (equity)

l. Kestabilan masa kerja pegawai (stability of tenure of personnel) m. Inisiatif ( initiative)

n. Kesatuan jiwa korps (esprit de corp). C. Pengertian peran Pemerintah

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Ketika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya berdasarkan dengan kedudukannya, dapat dikatakan bahwa orang tersebut menjalankan suatu peranan-peranan dan kedudukan saling tergantung satu sama lain. Tidak ada peranan tanpa kedudukan, demikian pula tidak ada kedudukan tanpa peranan.

Menurut Soekanto (2002:243) peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseoarang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Menurut Merton (dalam Raho 2007:67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran

(27)

disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.

Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55) teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”.

Menurut Thoha (2002) peran merupakan serangkaian perilaku yang dilakukan seseorang berdasarkan dengan karakternya. Kondisi tersebut bisa dilatar belakangi oleh psikologi seseorang dalam melakukan tindakan yang diinginkan, sesuai dengan hatinya.

1. Konsep Peran

Menurut Komarudin (1994; 768) dalam buku “ensiklopedia

manajemen” sebagai berikut:

a. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya

b. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen. c. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

d. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. e. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

(28)

2. Aspek-aspek peran

Biddle dan Thomas membagi beberapa istilah dalam teori peran yaitu:

a. Kedudukan orang- orang dalam perilaku.

b. Orang- orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. c. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

d. Kaitan antara orang dan perilaku. 3. Jenis-Jenis Peran

Peran dapat dibagi menjadi tiga jenis. Menurut Soekanto (2002), adapun diantaranya sebagai berikut:

a. Peran Aktif

Peran aktif merupakan suatu peran seseorang seutuhnya yang selalu aktif dalam tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut bisa diukur dari kehadirannya serta juga kontribusinya terhadap suatu organisasi. b. Peran Partisipasif

Merupakan suatu peran yang dikerjakan seseorang dengan berdasarkan kebutuhan dan hanya dilakukan pada saat tertentu saja.

c. Peran Pasif

Merupakan suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh individu atau perorangan.maksudnya, peran pasif ini hanya diartikan sebagai simbol dalam situasi tertentu di dalam kehidupan masyarakat.

(29)

4. Konsep Peran Pemerintah

Pemerintah Daerah menurut Tjandra adalah “Pemerintah

(government) dilihat dari pengertiannya adalah pengarahan atau

administrasi yang berwenang terhadap kegiatan masyarakat dalam sebuah Negara, kota dll. Pemerintahan juga dapat diartikan sebagai lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota dll. Pengertian pemerintah dilihat dari sifatnya yaitu pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh kekuasaan yaitu kekuasaan eksekutif, kekuasaan yudikatif, dan kekuasaan legislatif.Sedangkan dalam arti sempit pemerintah hanya meliputi cabang kekuasaan eksekutif saja.”

Dalam UU No 24 Tahun 2007, Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana diantaranya:

a. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan.

b. Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memadai.

c. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.

Selain tanggung jawab, Pemerintah Daerah juga mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, meliputi:

(30)

a. Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana denga provinsi dan atau kabupaten atau kota lain.

b. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras dengan kebijakan pembangunan daerah.

c. Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya.

d. Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana denga provinsi dan atau kabupaten atau kota lain.

e. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala provinsi, kabupaten atau kota.

f. Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya.

D. Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana merupakan upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, serta kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekontruksi.Kegiatan pencegahan bencana yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ancaman bencana, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007.

Peraturan Bupati Enrekang Nomor 32 Tahun 2016 tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, dan tata kerja BPBD Kabupaten Enrekang.Yang memiliki tugas menetapkan pedoman dan pengaruh

(31)

terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekontruksi secara adil dan setara. Menetapkan kebutuhan penyelenggara PB berdasarkan peraturan perundang-undangan. Serta memiliki fungsi perumusan dan penetapan kebijakan PB dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien.

1. Penanggulangan Bencana

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana memiliki tujuan yaitu:

a. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. b. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman

bencana.

c. Mendorong semangat gotong royong, kesetia kawanan dan kedermawanan.

d. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

e. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

f. Menghargai budaya lokal. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

2. Bencana

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto (2012), Bencana merupakan suatu gangguan serius yang

(32)

dirasakan baik oleh masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas terhadap berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang terjadi melebihi kemampuan manusia dalam mengatasinya dengan sumber daya yang ada.

Menurut Parker (1992) yang dikutip Dian Wijayanto dalam bukunya “pengantar manajemen” (2012), bencana adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi diakibatkan oleh alam maupun ulah manusia, salah satunya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu serta lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas.

Sedangkan Haryanto (2001: 35) Mengemukakan : Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada pola kehidupan normal, yang bersifat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat. Adapun jenis bencana sebagai berikut:

a. Bencana Alam

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempabumi, banjir, tsunami, kekeringan, gunung meletus, longsor dan angin topan.

b. Bencana non-Alam

Bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam seperti diantaranya berupa epidemi, gagal teknologi, gagal modernisasi, serta wabah penyakit.

(33)

c. Bencana Sosial

Bencana yang diakibatkan oleh manusiaseperti konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat.

3. Banjir

Banjir dapat diartikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkankerugian ekonomi, sosial dan fisik. (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi ketika meluapnya tubuh air dari saluran yang ada sehingga menggenangi wilayah sekitarnya.

Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering menjadi tergenang air, hal ini disebabkan karenacurah hujan yang cenderung tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan yang meluap sehingga volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem aliran sungai. Adapun penyebab tanah tidak mampu lagi menyerap air karena rendahnya kemampuan infiltrasi tanah sehingga terjadinya bencana banjir. Banjir juga dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, tanggul/bendungan yang bobol, perubahan suhu, terhambatnya aliran air di tempat lain (Ligal, 2008).

Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), faktor penyebab terjadinya bencana banjir dapat diklarifikasikan dalam dua kategori, yang pertama banjir alami, kedua banjir tindakan manusia. Banjir alami diakibatkan oleh curah hujan, erosi, fisiografi dan sedimentasi. Sedangkan

(34)

banjir akibat manusia disebabkan karena aktifitas atau ulah manusia yang menyebabkan perubahan terhadap lingkungan seperti perubahan pada kondisi daerah aliran sungai (DAS).

E. Kerangka Pikir

Menurut Soekanto (2002) peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseoarang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat khususnya pada pelayanan kebencanaan, maka pemerintah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana.Peran dari BPBD dalam penanggulangan bencana yaitu serangkaian upaya yang membatasi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko adanya bencana, tanggap darurat, kegiatan pencegahan bencana, rehabilitasi dan rekontruksi (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007). Harapannya adalah bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang dapat melaksanakan peran-peran tersebut, sehingga dari itu penulis membuat kerangka pikir sebagai berikut:

(35)

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir

Indikator Penanggulangan Bencana sebagai berikut: 1. Penetapan Kebijakan

2. Pencegahan Bencana 3. Tanggap Darurat

4. Rehabilitasi dan Rekontruksi

Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Penanggulangan Bencana (Banjir)

Efektivitas Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

(36)

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah upaya yang mencakup tentang penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko adanya bencana, serta kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekontruksi di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

G. Deskripsi Fokus

Konsep utama dalam penelitian ini adalah peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanggulangan bencana Daerah Kabupaten Enrekang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Penetapan kebijakan

Tanggung jawab pemerintah dalam menetapkan kebijakan terhadap menanggulangi bencana banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang seperti pengalokasian anggaran bencana, menetapkan satgas bencana.

2. Pencegahan bencana

Pelaksanaan Pencegahan bencana atau meminimalisir terjadinya bencana banjir seperti pembuatan DAM atau tanggul, bronjong di Kabupaten Enrekang.

3. Tanggap darurat

Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan dengan segera pada saat kejadiaan bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,

(37)

meliputi pengurusan pengungsian, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana terhadap masyarakat di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

4. Rehabilitasi dan Rekontruksi

Pelaksanaan rehabilitas dan rekontruksi pada masyarakat yang terdampak bencana banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

(38)

25 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 November 2020 s/d 14 Januari 2021. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanggulangan bencana banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian dengan tujuan memberikan gambaran dan penjelasan berbagai macam data yang telah dikumpulkan dari objek penelitian yang berkaitan dengan Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder.

(39)

1. Data Primer

Dalam penelitian ini sumber data primer yaitu untuk mencari data yang akurat dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang dan masyarakat Kelurahan Lewaja.

2. Data sekunder

Sumber data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari buku-buku tentang bencana banjir dan undang-undang yang mengatur tentang Penanggulangan Bencana Daerah di Kabupaten Enrekang.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan sasaran objek peneliti yang akan menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data-data primer melalui observasi dan wawancara lapangan. Target peneliti yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah benar-benar warga yang terlibat langsung dalam kejadian bencana. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(40)

Tabel 3.1 Informan penelitian

NO Nama Inisial Jabatan Keterangan

1 Drs. Abdullah, MM AB Kepala Pelaksana BPBD Kab. Enrekang

1

2 Usman,ST, MM US Kepala Bidang BPBD

Kab. Enrekang

1

3 Usman Rahmat, S.Kom UR Staf DINSOS 1

4 Deceng Rumbun, SE.M.AP DR Lurah Lewaja 1

5 Amiruddin Nur Siti Riski Anwar Sahrul S AM NS RA SS Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat 4 Jumlah 8

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang diteliti. Observasi dilakukan secara langsung di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan di Kelurahan Lewaja tentang permasalahan yang berhubungan dengan penelitian dan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis atau hasil observasi.

(41)

2. Wawancara

Metode ini digunakan karena dapat mengetahui secara langsung informasi masalah yang ingin diketahui dari mulut informan untuk memberikan informasi yang lebih jelas. Wawancara langsung merupakan pembicaraan dua arah yang di lakukan melalui tatap muka maupun menggunakan telepon. Wawancara dalam penelitian ini difokuskan kepada Kepala Pelaksana, Kepala Bidang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang, staf Dinas Sosial, Lurah Lewaja, dan masyarakat yang terdambak bencana banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. 3. Dokumentasi

Dokunentasi adalah bukti yang mendukung penelitian, dokumentasi dalam bentuk foto, rekaman, maupun catatan hasil wawancara pada saat melakukan penelitian dengan pihak-pihak yang terkait.

F. Teknik Analisis Data

Analisia data adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari untuk membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2017). Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

(42)

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah memperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak mendapatkan data sesuai standar yang ditetapkan.

2. Reduksi Data

Mereduksi data ialah komponen utama analisis data yang mempertegas, mempersingkat, membuat fokus membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan.

3. Sajian Data

Penyajian data merupakan suatu rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan secara singkat dapat menjadi cerita sistematis dan logis makna peristiwanya menjadi dipahami.

4. Penarikan Kesimpulan

Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai memperhatikan akan hal-hal dan apa arti yang ditemui dengan mencatat peraturat-peraturan sebab akibat dalam berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.

(43)

G. Teknik Pengabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Trianggulasi bermakna yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang ditimbulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

Sugiyono (2017) menjelaskan ada 3 macam trianggulasi:

1. Trianggulasi sumber yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Trianggulasi teknik yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan bermacam-macam cara atau teknik tertentu untuk diuji keakuratan dan ketidak akuratannya.

3. Trianggulasi waktu yaitu berkenaan dengan waktu pengambilan data yang berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat dan kredibel dari setiap hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan.

(44)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Kelurahan Lewaja

Secara geografis Kabupaten Enrekang terletak antara 3014’36’’-3050’0’’ lintang Selatan dan 119040’53’’- 12006’33’’ Bujur Timur. Posisi ini terletak tepat di jantung Provinsi Sulawesi Selatan. Enrekang terdiri dari 12 Kecamatan, 112 Desa dan 17 Kelurahan. Wilayah Kabupaten Enrekang ini pada umumnya mempunyai wilayah topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47-3.293M dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai.

Secara administratif Kelurahan Lewaja terbagi dalam 4 (empat) pemukiman wilayah barat, timur, utara dan selatan. Wilayah Barat adalah Dusun Samma, wilayah Timur adalah Dusun Lewaja, wilayah Utara adalah Dusun datte, wilayah selatan adalah Dusun Bagean dan terdiri dari 4 (empat) lingkungan yaitu: lingkungan Kukku, Lingkungan Bitu, Lingkungan Biseng, Lingkungan Langgongo.

Batas wilayah:

Utara : Kelurahan Galonta Selatan : Kelurahan Pasang Barat : Kelurahan Leoran Timur : Kelurahan Ranga

(45)

1. Keadaan penduduk

Adapun jumlah penduduk di Kelurahan Lewaja dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 4.1

Keadaan Penduduk Tahun 2020

No Dusun Jumlah KK

Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan Total

1. Kukku 109 221 219 440

2. Bitu 48 98 94 192

3. Biseng 112 236 264 500

4. Langgogo 66 109 128 229

Jumlah 335 656 705 1361

Sumber data: Kantor Kelurahan Lewaja,Tahun 2020 2. Tingkat pendidikan

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi peringkat pertama.

3. Kesejahteraan

Jumlah KK miskin mendominasi yaitu 85% dari total KK, KK prasejahtera 5%, KK sejahtera 0%, KK kaya 0%, dan KK sedang 10%. Dengan banyaknya KK miskin inilah maka Kelurahan Lewaja termasuk dalam Kelurahan tertinggal.

4. Mata pencaharian

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa

(46)

masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi buruh tani dan buruh pabrik.

5. Prasarana dan sarana kelurahan Tabel 4.2

Prasarana dan sarana kelurahan Tahun 2020 No Jenis prasarana dan sarana kelurahan Jumlah

1. Kantor kelurahan 1 2. Gedung SLTA - 3. Gedung SLTP - 4. Gedung SD 2 5. Gedung MI - 6. Gedung TK 1 7. Mesjid 4 8. Musholla - 9. Pasar kelurahan - 10. Polin kelurahan - 11. Panti PKK - 12. Poskamling 6 13. Jembatan 2 14. Gedung TPQ 8

Sumber data: Kantor Kelurahan Lewaja, Tahun 2020

Dengan kondisi sarana dan prasarana diatas, gedung SLTP sangat diperlukan di Kelurahan Lewaja dan pasar kelurahan tidak ada, secara umum sarana dan prasarana yang ada di kelurahan Lewaja masih terbilang sangat minin, sehingga masyarakat tidak pernah terpenuhi kebutuhan sehari-harinya.

(47)

6. Struktur Organisasi Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Gambar 4.1

Stuktur Organisasi Kelurahan Lewaja

LURAH LEWAJA DECENG RUMBU, SE.M.AP SEKRETARIS KELURAHAN ELFITRI HIDAYANTI, S.AP KASI PEMERINTAH AN NURLIA, S.AP KASI PEMBANGUN AN UMAR, SM KASI PELAYANAN UMUM ISMAYARMI, SE KASI PEREKONOMI AN JENNY, SE STAF YUSMAENI. M IRAWATI, S.PD STAF HASNAWATI, S.PD STAF JAINUDDIN STAF KALING AL-MUBAROQAH H. ANDI MANSYUR, SE KALING KUKKU NURDI TAKKO KALING BITU NAWING, S.PD SAHARULLA H. SE KALING BISENG KALING LANGGOGO BAHAR

(48)

7. Visi kelurahan

“Mewujudkan Kelurahan Lewaja Menjadi Kelurahan Argo Industry Melalui Bidang Pertanian Dan Industri Kecil”

a. Nilai-nilai yang melandasi:

 Selama bertahun-tahun kelurahan Lewaja menyandang gelar sebagai kelurahan kategori kelurahan Merah atau Miskin. Sebuah sebutan yang tidak membanggakan padahal sumber daya yang ada cukup memadai, hanya saja penanganannya kurang maksimal.

 Sebagian besar petani dan buruh tani juga ada yang memelihara hewan ternak meski dalam skala kecil, biasanya hanya digunakan untuk investasi jangka pendek.

b. Makna yang terkandung:

 Terwujudnya: terkandung didalamnya peran pemerintah dalam mewujudkan kelurahan Lewaja yang mandiri secara ekonomi  Kelurahan Lewaja: adalah satu kesatuan masyarakat hukum

dengan segala potensinya dalam sistem pemerintahan di wilayah Kelurahan Lewaja

 Mandiri: adalah suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inovatif, produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhan sendiri

(49)

 Pertanian: bahwa sektor pangan adalah hal utama dalam perekonomian sehingga tidak akan terjadi rawan pangan di kelurahan Lewaja.

8. Misi kelurahan

a. Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk meningkatkan SDM melalui pendidikan formal maupum informal

b. Bekerja sama dengan petugas penyuluh lapangan untuk meningkatkan hasil pertanian

c. Meningkatkan usaha pertanian

d. Meningkatkan dan mengelolah pendapatan asli kelurahan

e. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui pelaksanaan Otonomi Daerah

B. Deskripsi Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang

1. Tugas pokok Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang

a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitas serta rekontruksi secara adil dan setara

b. Menetapkan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan

(50)

c. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana

f. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah

g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

2.Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang

a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencanadan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien

b. Pengkoordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh

c. Melaksanakan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana daerah sesuai petunjuk dan arahan Bupati Enrekang.

(51)

3. Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang

Gambar.4.2

Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang. KEPALA PELAKSANA DRS. ABDULLAH,MM SIE. LOGISTIK SIE. KEDARURA TAN SIE. KESIAPSIAG AAN SIE. PENCEGAH AN USMAN, ST.,MM BID. REHABILITASI & REKONTRUKSI

AJIZZ FRINKHA,S.KOM BID. KEDARURATAN & LOGISTIK SHAFRUDDIN RAHMAN BID. PERENCANAAN & KESIAPSIAGAAN ARSAL,SE DASRAM,ST SIE. REKONTRU KSI SIE. REHABILIT ASI SUBAG PERENCANA AN MARDALAIL A, Md SUBAG KEUANGAN SUBAG KEPEGAWAI AN FITRI BACO, SE HASDIAH KEPALA SEKRETARIAT LUKMAN DERING, S.AP

(52)

4. Visi & misi BPBD Enrekang  Visi

Dengan mengacu pada visi Kabupaten Enrekang, maka visi BPBD 2019-2023 Kabupaten Enrekang adalah “Ketangguhan Masyarakat Menghadapi Bencana Menuju Enrekang Maju, Aman, Sejahtera, Berkelanjutan Dan Religius” visi tersebut mengandung makna bahwa badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang memiliki peran dan tanggung jawab mengoptimalkan koordinasi penanggulangan bencana dengan mendorong upaya keterlibatan masyarakan dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan membangun kesadaran masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana.

 Misi

Berdasarkan Visi tersebut diatas maka, Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang diantaranya:

a. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh

b. Menumbuhkan semangat kepedulian masyarakat dalam mengurangi resiko bencana

c. Memperkuat kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang.

(53)

5. Sumber Daya Manusia Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang

Potensi sumber daya manusia di kabupaten Enrekang, khusunya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang terdapat 14 orang dengan status pegawai negeri sipil dan didukung dengan 40 orang tenaga sukarela yang tergabung dan bertugas membantu administrasi dan sebagai relawan bencana yang tergabung dalam Tim Reaksi Cepat BPBD Kabupaten Enrekang.

Secara Organisasi BPBD dipimpin oleh Kepala Pelaksana, dibantu seorang sekretaris dan 3 orang Kasubag ( kasubag umum kepegawaian, kasubag perencanaan dan kasubag keuangan ), 3 orang kepala bidang yang masing-masing dibantu oleh 2 orang seksi yakni:

a. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan dibantu oleh 2 seksi, yakni seksi pencegahan dan seksi kesiapsiagaan.

b. Bidang kedaruratan dan logistik, dibantu oleh 2 seksi yakni seksi kedaruratan dan seksi logistik.

c. Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana, dibantu oleh 2 seksi yakni seksi Rehabilitasi dan Rekontruksi.

(54)

Tabel 4.3

Komposisi staf BPBD Kabupaten Enrekang Tahun 2020

NO NAMA JABATAN JUMLAH

1 Kepala Pelaksana BPBD 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kepala Sub Bagian 3 Orang

4 Kepala Bidang 3 Orang

5 Kepala Seksi 2 Orang (kurang 4 Orang)

6 Staf 4 Orang

7 Tenaga Sukarela 40 Orang

Sumber data: Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang, Tahun 2020

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Karakteristik informan

Pembahasan ini penulis akan membahas data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian dilapangan yang terdiri dari beberapa pernyataan informan yang dihasilkan setelah melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang akan dibahas secara berurut.

Pada bagian pertama penulis membahas mengenai karakteristik atau identitas dari informan yang masing-masing informan diantaranya yaitu : Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang, Kepala Bidang BPBD Kabupaten Enrekang, Staf Dinas Sosial, Kabupaten Enrekang, Lurah Lewaja, serta masyarakat yang terkena dampak bencana banjir. dilanjutkan penulis akan membahas tentang Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam penanggulangan bencana banjir di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

(55)

Penelitian ini yang menjadi informan terdiri dari delapan orang diantaranya:

1) AB adalah seorang kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang, beragama islam, Pendidikan terakhir adalah S2 Pendidikan. AB juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Enrekang.

2) US adalah seorang kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang, beragama islam, Pendidikan terakhir adalah S2 Pendidikan. US juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Enrekang.

3) UR adalah salah satu staf Dinas Sosial di Kabupaten Enrekang. Beragama islam, Pendidikan terakhir adalah S1 pendidikan. UR juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Enrekang.

4) DRadalah seorang Lurah di Kelurahan Lewaja. Beragama islamPendidikan terakhir adalah S2 pendidikan. DR juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Enrekang.

5) AM adalah masyarakat kelurahan Lewaja yang menjadi korban bencana banjir

6) NS adalah seorang ibu rumah tangga beragama islam yang menjadi korban bencana banjir di perumahan kukku kelurahan Lewaja 7) SS adalah salah satu tokoh pemuda di Kelurahan Lewaja,

(56)

8) RA adalah salah satu tokoh masyarakat yang ada di Kelurahan Lewaja, beragama islam, pendidikan terakhir SMA, dan sedang melanjutkan pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Makassar.

2. Bencana Banjir Yang Terjadi Di Kelurahan Lewaja Tahun 2019 Dan 2020

Tabel 4.4

Data Bencana banjir di Kelurahan Lewaja Tahun 2019-2020

No Tahun kejadian

Jenis Bencana

Lokasi Kab/Kota Jumlah pengungsi Korban jiwa penyebab 1. 29/04/2019 Banjir bandang Perumahan kukku Enrekang 130 KK 0 Hujan deras intensitas tinggi 2. 20/01/2020 Banjir bandang Kelurahan Lewaja Enrekang 320 KK 0 Hujan deras intensitas tinggi

Sumber: kabid kedaruratan dan logistic BPBD KabupatenEnrekang, Tahun 2020

Dari kejadian bencana banjir di atas dampak kerusakan yang ditimbulkan yaitu 2 unit rumah warga di perumahan kukku rusak berat serta talud pengaman permandian alam Lewaja sepanjang 95 meter ambruk begitu juga talud pada jembatan penghubung ke kompleks perumahan ambruk sementara itu lahan pertanian sekitar kurang lebih 15 hektar rusak dan gagal panen. Jaringan instalasi pipa transmisi air bersih milik PDAM dari Desa Ranga rusak akibat diterjang banjir selain itu 5 ekor ternak sapi hilang hanyut terbawa arus banjir dan 1 unit Kantor Kelurahan Lewaja beserta isinya ikut terendam banjir

(57)

3. PeranBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Di Kelurahan Lewaja Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

a. Penetapan kebijakan

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.Adapun kebijakan yang dapat merujuk pada proses pembuatan keputusann-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran dan pemilihannya berdasarkan dampaknya.

Badan penanggulangan bencana daerah Kabupaten Enrekang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Enrekang Nomor 02 Tahun 2010 yang berlandaskan dasar hukum. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, Permendegri Nomor 46 tahun 2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja BPBD, Perda Kabupaten Enrekang Nomor 02 tahun 2010 tentang pembentukan BPBD Kabupaten Enrekang.

Wawancara dengan kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Sebagai kepala pelaksana saya tentunya harus tahu lebih dahulu mengenai kebijakan serta prinsip organisasi yang saya pimpin, seperti bagaimana pelayanan kepada masyarakat dengan melihat dan mengetahui kebutuhan masyarakat.” (Hasil wawancara dengan AB, tanggal 18 November 2020)

Dari pernyataan informan diatas dapat diklasifikasi bahwa posisinya sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana

(58)

Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang serta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebelum mengambil peran dan bertindak telah sepatutnya mengetahui kekurangan dan kebutuhan masyarakat di wilayahnya.

Wawancara dengan kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Pada prinsipnya tujuan utama kita melakukan pelayanan kepada masyarakat, untuk sementara pelayanan yang kita lakukan ketika terjadi bencana terlebih dahulu kita menurunkan personil untuk melihat kondisi seperti apa yang terjadi di lapangan.” (Hasil wawancara dengan AB, tanggal 18 November 2020)

Wawancara dengan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang tersebut menjelaskan tentang bagaimana prinsipPemerintah Daerah dalam menetapkan kebijakan yaitu mengambil sikap dan tindakan dengan memberikan pelayanan ketika terjadi bencana, pemerintah terlebih dahulu mensurvei lokasi yang terkena dampak bencana banjir untuk mengecek kondisi yang terjadi dilapangan.

Wawancara dengan Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Masalah Perda, Pemerintah Kabupaten Enrekang sudah mengeluarkan perda Nomor 02 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.” (Hasil wawancara dengan US, Tanggal 18 November 2020)

Dari pernyataaan Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bahwa khusus di daerah Kabupaten Enrekang sendiri tentang Perda yang mengatur hak dan wewenang serta tata kerja Badan

(59)

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah ada, sehingga BPBD Kabupaten Enrekang dalam menjalankan fungsi tata kerjanya sudah efektif. Ini tentunya menunjukan pemerintah Enrekang serius dalam mempersiapkan diri dalam hal menangani resiko bencana dengan membuat aturan yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat itu sendiri dan tentunya meningkatkan antisipasi bagi pemerintah daerah. Wawancara dengan staf Dinas Sosial Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Dengan adanya Perda Nomor 02 Tahun 2010, yang sudah di bentuk oleh pemerintah setempat menjadi acuan kita dalam melaksanakan hak, kewenangan dan fungsi tata kerja organisasi.” (Hasil wawancara dengan UR, Tanggal 18 November 2020)

Dari penjelasan di atas Pemerintah Daerah Kabupaen Enrekang telah membuat Perda tentang bagaimana hak, kewenangan dan fungsi tata kerja organisasi tersebut. Dengan adanya Perda kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanganan bencana menjadi terarah, karena kita mengingat setiap daerah yang ada di Indonesia berbeda-beda sehingga segala bentuk bencana alam yang terjadi juga dapat berpariatif, ini tentunya membutuhkan penanganan yang khusus seperti di Kabupaten Enrekang sendiri.

Wawancara dengan Lurah Lewaja Kecamatan Enrekang sebagai berikut:

“Kemarin pada saat banjir yang terjadi di Perumahan Kukku, langkah yang ditempuh Pemerintah, menyiapkan tempat atau posko tanggap darurat, mendirikan dapur umum, memberikan kebutuhan dasar bagi masyarakat atau korban yang terdampak banjir.” (Hasil wawancara dengan DR, Tanggal 23 November 2020)

(60)

Dari penuturan Lurah Lewaja Kecamatan Enrekang diatas mengemukakan bahwa kebijakan yang di terapkan Pemerintah di Kelurahan Lewaja adalah mendirikan posko tanggap darurat, dapur umum dan kebutuhan masyarakatnya, ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penanganan bencana sangat besar dan serius demi menjaga dan melindungi warganya sehingga langkah penanganan darurat perlu di ambil dalam penanganan bencana.

Wawancara dengan masyarakat yang terdampak bencana banjir di Kelurahan Lewaja sebagai berikut:

“Didaerah kita sudah banyak terdapat penebangan pohon secara liar seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan masyarakat juga sudah banyak yang membuka lahan untuk bertani sehingga jika terjadi hujan tidak ada lagi tempat resapan.Penebangan itu susah ditangani karena terkait oleh masalah perut jadi tidak bisa di hentikan secara paksa karena kasian juga keluarga-keluarga mereka.” (Hasil wawancara dengan AM, 23 November 2020)

Informan tersebut menjelaskan bahwa di Kelurahan Lewaja, sudah sedikit daerah resapan air, sehingga potensi kerusakan hutan sangat besar yang dapat menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Pemerintah daerah juga tidak bisa bertindak semena-mena karena jika para pelaku penebangan pohon secara liar dilarang secara paksa maka otomatis akanmenghilangkan mata pencaharian masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa dibalik kerusakan hutan karena eksplotasi manusia, di sisi lain juga terdapat kehidupan bagi sekelompok masyarakat tertentu. Sehingga dalam pengambilan keputusan pemerintah

(61)

perlu berpikir lebih lanjut untuk menghindari terjadinya penyimpangan sosial.

Wawancara dengan Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Untuk menghindari jatuhnya korban maka kami dari BPBD menghimbau kepada masyarakat agar tidak membangun rumah di pinggir sungai bantaran sungai juga selalu menjaga kebersihan lingkungannya”. (Hasil wawancara dengan US, 18 November 2020)

Dari pernyataan Kepala Bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah diatas disimpulkan bahwa Untuk menghindari segala kemungkinan yang akan timbul yang diakibatkan oleh banjir pemerintah selalu menghimbau kepada masyarakat yang ada di Kelurahan Lewaja untuk selalu waspada.

Wawancara dengan salah satu masyarakat yang tinggal di Kelurahan Lewaja sebagai berikut:

“Kami disini selalu dibekali pengetahuan dan juga peringatan ketika akan memasuki musim hujan, kami diminta untuk selalu waspada khususnya yang tinggal didekat sungai.” (Hasil wawancara dengan RA, 25 November 2020)

Dari pernyataan Masyarakat diatas mengungkapkan kebijakan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dalam mengantisipasi dan mencegah terjadinya kerugian akibat banjir, sehingga dalam mengantisipasi semuanya telah dilakukan sosialisai prabencana. Pemerintah telah melaksanakan fungsi kontrol dan fungsi antisipasi, merupakan salah satu prinsip dari penanggulangan bencana yaitu Legistimasi.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir  .............................................................................
Gambar 2.1  Bagan kerangka pikir
Tabel 3.1  Informan penelitian
Gambar : wawancara dengan AB, kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah   Kabupaten Enrekang (18 November 2020)
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

menyimpulkan seperti apa manajemen atau pengelolaan bencana pada fase darurat bencana yang ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten

Untuk menanggulangi dampak bencana tersebut dibutuhkan upaya koordinasi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dengan seluruh sektor

Oleh karena itu, Kota Medan membutuhkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan yang memiliki tupoksi dalam upaya penanggulangan bencana Namun, BPBD Kota Medan

Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam pencegahan bencana di Kota Bandar Lampung untuk bencana banjir adalah melakukan pelatihan dan simulasi

HANING MARWIYANTHY, D0307039, SKRIPSI, PERAN BPBD ( BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH ) DALAM TAHAP KESIAPSIAGAAN PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif

PROFIL BPBD KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2019 46 Pelaksanaan Misi dalam mewujudkan visi Kabupaten Bengkalis pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bengkalis,

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dalam Penanggulangan Bencana Erupsi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan menunjukkan bahwa Fungsi Organizing Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD dalam mengatasi bencana banjir di Kabupaten Serdang