Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Dengue HemmorF
Dengue HemmorF
A. Definisi A. DefinisiDemam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
dengue dengan manifestasi klinis demam.(Sudoyo, 2006)demam.(Sudoyo, 2006) Demam dengue (
Demam dengue (dengue fever dengue fever , selanjutnya di singkat DF) adalah penyakit yang, selanjutnya di singkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenialeucopenia, dengan/tanpa ruam (rash), dengan/tanpa ruam (rash) dan
danlimfadenopatilimfadenopati, demam bifasik, sakit kepala, yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata,, demam bifasik, sakit kepala, yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa pengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (
rasa pengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan ( petekie petekie)) spontan.(Hendarwanto, 2000 :417)
spontan.(Hendarwanto, 2000 :417)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis hemostasis dan pada kasus berat,
dan pada kasus berat, sindrom syok, kehilangan protein. (Nelson, 2000 : 1134)sindrom syok, kehilangan protein. (Nelson, 2000 : 1134)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut, dengan ciri-ciri Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut, dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
menyebabkan kematian. (Mansjoer, 2000 : 419) (Mansjoer, 2000 : 419)
Dengue
Dengue hemoregic hemoregic feverfever merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus denguemerupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
yang termasuk golongan arbovirusarbovirus melalui gigitan nyamuk melalui gigitan nyamuk aedes aegyptiaedes aegypti betina. Penyakit ini betina. Penyakit ini di kenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD).
di kenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD). B. Etiologi
B. Etiologi
Virus dengue
Virus dengue serotype serotype 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aedes aegypty
aegypty, nyamuk, nyamuk aedes albopictusaedes albopictus, nyamuk, nyamuk polinesiensis polinesiensis, dan beberapa spesies lain, dan beberapa spesies lain merupakan vektor lain yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotip akan merupakan vektor lain yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotip akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
perlindungan terhadap serotype serotype lain. lain. (Mansjoer, 2000 (Mansjoer, 2000 : 419): 419) C. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
C. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Derajat beratnya penyakit DHF secara klinis dibagi sebagai berikut : Derajat beratnya penyakit DHF secara klinis dibagi sebagai berikut :
Derajat I (ringan)Derajat I (ringan)
a.
a. Demam didahului demam tinggi mendadak dengan terus menerus berlangsung 2-7 hariDemam didahului demam tinggi mendadak dengan terus menerus berlangsung 2-7 hari kemudian turun dengan cepat.
kemudian turun dengan cepat. b.
b. Manifestasi perdarahan ringan yaitu uji tourniquet (+) ditemukan pada hari pertamManifestasi perdarahan ringan yaitu uji tourniquet (+) ditemukan pada hari pertama.a. c.
c. Hepatomegali, ditemukan pada permulaan penyakit pembesaran hati tidak sejajar denganHepatomegali, ditemukan pada permulaan penyakit pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
beratnya penyakit dan ndan nyeri tekan yeri tekan sering ditsering ditemukan tanpa emukan tanpa disertai disertai ikterik ikterik sebab pembesarsebab pembesaranan hati dikaitkan dengan
hati dikaitkan dengan serotire serotire virus virusdengue.dengue. d.
d. TrombositopeniaTrombositopenia : Jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul, biasanya hari ke-3 dan ke-7, : Jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul, biasanya hari ke-3 dan ke-7, tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, lemah sakit perut, diare, atau konstipasi dan tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, lemah sakit perut, diare, atau konstipasi dan kejang.
kejang.
Derajat II (sedang)Derajat II (sedang)
Disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lain yaitu petekie, purpura, sianosis, Disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lain yaitu petekie, purpura, sianosis, perdarahan sub konjungtiva, epistaksis, hematemesis melena, hemokonsentrasi ( Ht le
perdarahan sub konjungtiva, epistaksis, hematemesis melena, hemokonsentrasi ( Ht lebih daribih dari 20% yang merupakan indikator terjadinya renjatan ).
20% yang merupakan indikator terjadinya renjatan ).
Derajat IIIDerajat III
Ditemukan tanda-tanda dini renjatan yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi dengan tanda nadi Ditemukan tanda-tanda dini renjatan yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi dengan tanda nadi cepat dan pulsasi lambat, TD menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan cepat dan pulsasi lambat, TD menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita gelisah.
penderita gelisah.
Derajat IVDerajat IV
Renjatan dengan nadi tidak dapat diukur/diraba dan tekanan darah yang tidak dapat Renjatan dengan nadi tidak dapat diukur/diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.(Hendarwanto, 2000 :423-424)
diukur.(Hendarwanto, 2000 :423-424) D. Manifestasi klinis
D. Manifestasi klinis
1. Demam tinggi ± 7 hari (38°C-40°C) 1. Demam tinggi ± 7 hari (38°C-40°C)
2. Adanya manifestasi perdarahan antara lain : perdarahan bawah kulit,
2. Adanya manifestasi perdarahan antara lain : perdarahan bawah kulit, petekie, petekie, ekimosis, hematoma, epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
ekimosis, hematoma, epistaksis, hematemesis, melena, hematuri 3. Mual muntah tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
3. Mual muntah tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi 4. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu
4. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hatihati 5. Sakit kepala
6.
6. Pembengkakan Pembengkakan sekitar sekitar matamata
7. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening 7. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening
8. Tanda-tanda renjatan (sianosis kulit lembab dan dingin tekanan darah 8. Tanda-tanda renjatan (sianosis kulit lembab dan dingin tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah).. (Mansjoer, 2000 :421)(Mansjoer, 2000 :421) E. Patofisiologi
E. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal seluruh gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal seluruh badan,
badan,hyperemiahyperemiaditenggorok, timbulnya ruam ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan dan kelainan yang mungkin terjadi yang mungkin terjadi padapada system
systemretikuloendutelial retikuloendutelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limfa. seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam pada DF disebabkan oleh kongesti
Ruam pada DF disebabkan oleh kongesti dibawah pembuluh darah kulit.dibawah pembuluh darah kulit. Fenomen
Fenomen patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena penglepasan dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena penglepasan zat
zatanafilatosinanafilatosin,,histaminehistamine dan dan serotonin serotonin serta serta aktifitas aktifitas system system kalikein kalikein yang yang berakibatberakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma, ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma, terjadinya
terjadinyahipotensihipotensi,,hemokonsentrasi,hemokonsentrasi, hipoproteinemiahipoproteinemia,,efusiefusi dan renjatan. Plasma merembes dan renjatan. Plasma merembes selama perjalan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada selama perjalan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30 %.
dari 30 %.
Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukanya Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukanya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan pleikard yang cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan pleikard yang pada
padaautopsyautopsyternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus.ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan
Renjatanhipovolemik hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi berakibat
berakibat anoksiaanoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastik setelah pemberian Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastik setelah pemberian plasma
plasma yang yang efektif efektif sedangkan sedangkan padapada autopsyautopsyditemukan kerusakan dinding pembuluh darahditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang
yangditrotif ditrotif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan
pembuluh darah mungkin disebabkan mediate farmediate farmakologis yang bekerja makologis yang bekerja singkat. Sebab lainsingkat. Sebab lain kematian DHF adalah pendarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung kematian DHF adalah pendarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan
dengantrombositopeniatrombositopenia, gangguan fungsi trmbosit dan kelainan s, gangguan fungsi trmbosit dan kelainan system koagulasi.ystem koagulasi. Trombositopenia
Trombositopenia dihubungkan dengan dihubungkan dengan peningkatannya mepeningkatannya megakaliosit gakaliosit muda muda dalamdalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya dekstruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotope membuktikan bahwa penghancuran dekstruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotope membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya pada system
trombosit terjadinya pada system retikuloendotelial.retikuloendotelial.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologisimunologisterbuktiterbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktifasi sitem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien aktifasi sitem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan pendarahan obat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan.
dengan pendarahan obat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan.
Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien DHF Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak menonjol dibandingkan tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.
renjatan, maka renjatan akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol. (Hendarwanto, 2000 : 420)
(Hendarwanto, 2000 : 420) F. Pathway
F. Pathway
Pathways'e ndamel piyambak mawon njeh
Pathways'e ndamel piyambak mawon njeh
G. Pemeriksaan Penunjang G. Pemeriksaan Penunjang 1.
1. Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relativeLeukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
leukosit yang pada fase syok akan meningkat. 2.
2. Trombosit : Umumnya terdapatTrombosit : Umumnya terdapat trombositopeniatrombositopenia pada hari ke 3-8. pada hari ke 3-8. 3.
3. Hematokrit Hematokrit : : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam. 4.
4. Hemostasis Hemostasis : : Dilakukan Dilakukan pemeriksaan pemeriksaan PT,APTT.PT,APTT. Fibrinogen Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
5.
5. Protein/Albumin : Dapat terjadiProtein/Albumin : Dapat terjadi hipoproteinemiahipoproteinemia akibat kebocoran plasma.akibat kebocoran plasma. 6.
6. SGOT/SGPT : Dapat meningkat.SGOT/SGPT : Dapat meningkat. 7.
7. Ureum, Kreatinin : Bila didapatkan Ureum, Kreatinin : Bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.gangguan fungsi ginjal. 8.
8. Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. 9.
9. Golongan darah danGolongan darah dan cross matchcross match (uji cocok serasi) : Bila akan diberikan transfusi darah atau(uji cocok serasi) : Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
komponen darah. 10.
10. IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
90 hari.
IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
mulai terdeteksi hari ke-2. 11.
11. Uji HI : Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulangUji HI : Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari perawatan uji i
dari perawatan uji ini digunakan untuk kepentinganni digunakan untuk kepentingan surveilans. surveilans.
(Sudoyo, 2006:1710) (Sudoyo, 2006:1710) H.
H. PenatalaksaPenatalaksanaannaan 1. Tirah baring 1. Tirah baring
2. Diit makanan lunak 2. Diit makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan di anjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam Bila belum ada nafsu makan di anjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirup) atau air t
(susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar ditambah garam saja.awar ditambah garam saja. 3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
Untuk hiperpilaksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak dan Untuk hiperpilaksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya pendarahan
dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya pendarahan 4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi skunder 4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi skunder
Transfusi darah dilakukan pada : Transfusi darah dilakukan pada : 1.
1. Pasien dengan pendarahan yang membahayakan (hematemesis dan melenaPasien dengan pendarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena 2.
2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukan penurunan kadar HbPasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukan penurunan kadar Hb dan Ht
dan Ht
(Hendarwanto, 2000 :424-425) (Hendarwanto, 2000 :424-425)
I. Komplikasi I. Komplikasi
1. Perdarahan luas 1. Perdarahan luas
Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan fungsi trombosit Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan fungsi trombosit sehingga akan merangsang atau mengaktivasi f
sehingga akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.aktor pembekuan. 2. Syok
2. Syok
Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan berdampak pada kebocoran Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan berdampak pada kebocoran plasma.
plasma. Volume plVolume plasma asma akan menurun akan menurun sehingga sehingga terjaditerjadi hipovolemiahipovolemia dan berakhir syok pada dan berakhir syok pada penderita.
penderita.
3. Efusi pleura 3. Efusi pleura
Infeksi virus dengue mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini Infeksi virus dengue mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura.
menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura. 4. Penurunan kesadaran
4. Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang ditandai dengan nadi Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang ditandai dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang sulit diukur.
yang tidak teraba dan tekanan darah yang sulit diukur.
(Mansjoer, 2000:428) (Mansjoer, 2000:428) J. Penkajian Fokus J. Penkajian Fokus 1. Aktifitas / Istirahat 1. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas Tanda
Tanda : : Perubahan Perubahan TTVTTV
a. Tekanan darah menurun a. Tekanan darah menurun b. Nadi meningkat b. Nadi meningkat c. RR menurun c. RR menurun d. Suhu meningkat d. Suhu meningkat 2. Sirkulasi 2. Sirkulasi
Gejala : Tekanan darah menurun, perdarahan. Gejala : Tekanan darah menurun, perdarahan. Tanda :
Tanda : Petakie, hipotensi Petakie, hipotensi, nadi cepat /, nadi cepat / takhikarditakhikardi, kaki teraba dingin., kaki teraba dingin. 3. Integritas ego
Gejala : Perubahan pola hidup Gejala : Perubahan pola hidup
Peningkatan faktor resiko Peningkatan faktor resiko
Tanda : Ansietas, muntah, anoreksia Tanda : Ansietas, muntah, anoreksia 4. Makanan / Cairan
4. Makanan / Cairan Gejala : Mual, muntah, anoreksia Gejala : Mual, muntah, anoreksia
Tanda : Turgor kulit kurang atau jelek, penurunan BB, penurunan lemak / massa otot. Tanda : Turgor kulit kurang atau jelek, penurunan BB, penurunan lemak / massa otot.
5.
5. Neurosensori Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan terjadi penurunan kesadaran. Gejala : Sakit kepala, pusing dan terjadi penurunan kesadaran. Tanda
Tanda : Gelisah, ketakutan, : Gelisah, ketakutan, disorientasi bahkan disorientasi bahkan dilirium / koma.dilirium / koma. 6. Nyeri / Kenyamanan
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri lokalisasi pada ulu hati, sakit kepala dan pusing. Gejala : Nyeri lokalisasi pada ulu hati, sakit kepala dan pusing. 7. Pernafasan
7. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek Gejala : Nafas pendek Tanda :
Tanda : Dispnea Dispnea 8. Hyegiene 8. Hyegiene
Gejala : Penurunan kemampuan /
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan ADL.peningkatan kebutuhan bantuan melakukan ADL. Tanda
Tanda : : Kebersihan Kebersihan buruk, buruk, bau bau badan badan tidak tidak enak.enak.
( Doengoes, 2000 : 871-873) ( Doengoes, 2000 : 871-873) K. Diagnosa Keperawatan
K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses inflamasi 1. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses inflamasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas 3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler dinding kapiler
4. Resti perdarahan berhubungan dengan trombositopeni 4. Resti perdarahan berhubungan dengan trombositopeni 5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akibat proses dan pen
6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akibat proses dan pengobatan penyakit.gobatan penyakit.
L.
1. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses inflamasi 1. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh pasien dapat kembali normal Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh pasien dapat kembali normal
KH : - suhu tubuh normal (36-37 °C) KH : - suhu tubuh normal (36-37 °C) - klien bebas dari demam
- klien bebas dari demam
- Wajah klien tidak tampak kemerahan - Wajah klien tidak tampak kemerahan
Intervensi :
Intervensi :
a.
a.Observasi tanda-tanda vital selama 6jamObservasi tanda-tanda vital selama 6jam
Rasional : Tanda vital merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum pasien Rasional : Tanda vital merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.Berikan kompres hangat b.Berikan kompres hangat Rasional : Dengan vasodilatasi
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuhdapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh c.
c.Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 liter / Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam24 jam
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak dengan asupan cairan yang banyak d.
d. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan jaket tebalAnjurkan untuk tidak memakai selimut dan jaket tebal Rasional : Pasien
Rasional : Pasien tipis membantu mengurangi penguapan tubuhtipis membantu mengurangi penguapan tubuh e.
e.Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter
Rasional : Pemberian cairan dan obat penurun panas sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi Rasional : Pemberian cairan dan obat penurun panas sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Tujuan : Setelah dilaku
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kan tindakan keperawatan masalah kebutuhan numasalah kebutuhan nutrisi dapat terpenuhitrisi dapat terpenuhi KH : - Klien menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
KH : - Klien menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan - BB meningkat
- BB meningkat
- Nafsu makan meningkat - Nafsu makan meningkat Intervensi :
Intervensi : a.
a.Kaji keluhan mual, muntah yang dialami pasienKaji keluhan mual, muntah yang dialami pasien Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya b.Beri makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering b.Beri makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Rasional : untuk menghindari mual Rasional : untuk menghindari mual c.
Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan d.
d. Catat jumlah porsi makan yang dihabiskan oleh pasien setiap hariCatat jumlah porsi makan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi e.
e.Timbang berat badan setiap hariTimbang berat badan setiap hari
Rasional : untuk mengetahui perubahan berat badan Rasional : untuk mengetahui perubahan berat badan
3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas 3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler dinding kapiler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan dalam tubuh dapat tvolume cairan dalam tubuh dapat terpenuhierpenuhi KH : - Cairan t
KH : - Cairan tubuh terpenuhiubuh terpenuhi - Mukosa bibir lembab
- Mukosa bibir lembab - Turgor kulit baik - Turgor kulit baik Intervensi :
Intervensi : a.
a.Monitor vital signMonitor vital sign
Rasional : Mengetahui kondisi pasien Rasional : Mengetahui kondisi pasien b.Observasi tanda
b.Observasi tanda – – tanda syok tanda syok Rasional : Agar dapat s
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok egera dilakukan tindakan untuk menangani syok c.
c.Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat)Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat)
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya
d.
d. Anjurkan pasien untuk minum Anjurkan pasien untuk minum yang banyak yang banyak
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
e.
e.Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteralKolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh
karena langsung ke dalam
karena langsung ke dalam pembuluh darah.pembuluh darah. 4.
4. Resti perdarahan bResti perdarahan berhubungan erhubungan dengan trombositopenidengan trombositopeni Tujuan :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan perdarahan tidak perdarahan tidak terjaditerjadi KH : - Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
- Jumlah trombosit meningkat - Jumlah trombosit meningkat - Pasien tidak tampak lemas - Pasien tidak tampak lemas Intervensi :
Intervensi : a.
a.Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinisMonitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darahkebocoran pembuluh darah b.Anjurkan pasien untuk bany
b.Anjurkan pasien untuk banyak istirahatak istirahat
Rasional : Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan Rasional : Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan
c.
c.Berikan penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjutBerikan penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut Rasional : Membantu pasien
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkinmendapatkan penanganan sedini mungkin d.
d. Kolaborasi pemberian obatKolaborasi pemberian obat
Rasional : Membantu mengurangi perdarahan Rasional : Membantu mengurangi perdarahan 5.
5. Gangguan Gangguan aktivitas berhubungan aktivitas berhubungan dengan kelemahan dengan kelemahan fisik fisik
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi
KH : - Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi KH : - Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi - Mampu beraktivitas mandiri
- Mampu beraktivitas mandiri - Pasien tidak lemas
- Pasien tidak lemas Intervensi :
Intervensi : a. Kaji keluhan pasien a. Kaji keluhan pasien
Rasional : Untuk mengidentifikasikan masalah
Rasional : Untuk mengidentifikasikan masalah – – masalah pasien masalah pasien b. Kaji hal-hal yang mampu atau yang
b. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu untuk dilakukan tidak mampu untuk dilakukan klienklien Rasional : Untuk mengetahui tingkat k
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan untuk mengetahui kebutuhanyaetergantungan untuk mengetahui kebutuhanya c. Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan c. Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan
Rasional : Bantuan sangat diperlukan untuk pasien saat kondisi lemah Rasional : Bantuan sangat diperlukan untuk pasien saat kondisi lemah d. Letakan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau pasien
d. Letakan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau pasien Rasional : Akan membantu pas
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lainien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain e. Libatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhannya
e. Libatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhannya Rasional : Dapat memotivasi pasien
Rasional : Dapat memotivasi pasien 6.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak lagi cemas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak lagi cemas KH : - Pasien tidak selalu bertanya
KH : - Pasien tidak selalu bertanya - Pasien terlihat tenang
- Pasien terlihat tenang
- Rasa cemas pasien dapat berkurang - Rasa cemas pasien dapat berkurang Intervensi :
Intervensi : a.
a.Kaji rasa cemas yang dialami pasienKaji rasa cemas yang dialami pasien
Rasional : Tingkat kecemasan yang dialami pasien Rasional : Tingkat kecemasan yang dialami pasien b.Berikan kesempatan pasien mengungkap
b.Berikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaanyakan perasaanya Rasional : Meringankan beban pikiran pasien
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien c.
c.Beri penjelasan mengenai keadaan yang dialamiBeri penjelasan mengenai keadaan yang dialami
Rasional : Memotivasi pasien dalam menghadapi sakitnya Rasional : Memotivasi pasien dalam menghadapi sakitnya d.
d. Tunjukkan sifat empatiTunjukkan sifat empati
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik diperhatikan dengan baik
e.
e.Jalin hubungan saling percaya dengan pasienJalin hubungan saling percaya dengan pasien Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan pasien Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan pasien (Doengoes,2000)
(Doengoes,2000)
IKA- Dengue Syok Sindrom
IKA- Dengue Syok Sindrom
A. DEFINISI
A. DEFINISI
Sindrom syok dengue (SSD) merupakan kegawatdaruratan yang sering terjadi pada demam
Sindrom syok dengue (SSD) merupakan kegawatdaruratan yang sering terjadi pada demam
berdarah dengue (DBD), ditandai dengan manifestasi syok atau kegagalan sirkulasi. Syok dapat
berdarah dengue (DBD), ditandai dengan manifestasi syok atau kegagalan sirkulasi. Syok dapat
berulang dan/atau berkepanjangan karena resusitasi yang kurang adekuat, kebocoran plasma
(plasma leakage) berat, hipoksemia, dan asidosis metabolik atau perdarahan, yang selanjutnya
(plasma leakage) berat, hipoksemia, dan asidosis metabolik atau perdarahan, yang selanjutnya
dapat menyebabkan disfungsi atau gagal organ.5
dapat menyebabkan disfungsi atau gagal organ.5
B. ETIOLOGI
B. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk grup B Arthropod borne virus ( arboviruses ) dan sekarang dikenal
Virus dengue termasuk grup B Arthropod borne virus ( arboviruses ) dan sekarang dikenal
sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae, yang mempunyai 4
sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu den-1, jenis serotipe yaitu den-1, den-2,den-2,
den-3, dan den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
den-3, dan den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Serotipe
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Serotipe
den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.3
den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.3
C. CARA PENULARAN
C. CARA PENULARAN
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu
manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur kemudian berkembang
sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur kemudian berkembang
biak dalam waktu 8 - 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
biak dalam waktu 8 - 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan
kepada manusia pada gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan
kepada telurnya (transovarian transsmision), namun perannya dalam penularan virus tidak
kepada telurnya (transovarian transsmision), namun perannya dalam penularan virus tidak
penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk
penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4
memerlukan waktu masa tunas 4 – – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan
penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.2
demam timbul.2
C. EPIDEMIOLOGI
C. EPIDEMIOLOGI
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa
faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengue,
faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengue,
prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi meteorologis. Secara keseluruhan tidak terdapat
prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi meteorologis. Secara keseluruhan tidak terdapat
perbedaan antara jenis kelamin, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan
perbedaan antara jenis kelamin, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan
daripada anak laki-laki. Pada awal terjadinya wabah disebuah negara distribusi umur
daripada anak laki-laki. Pada awal terjadinya wabah disebuah negara distribusi umur
memperlihatkan proporsi kasus terbanyak dari golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%). Di
memperlihatkan proporsi kasus terbanyak dari golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%). Di
Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, namun secara garis besar jumlah
Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, namun secara garis besar jumlah
kasus meningkat antara September sampai Februari dan mencapai puncaknya pada bulan
kasus meningkat antara September sampai Februari dan mencapai puncaknya pada bulan
Januari.3
Januari.3
Pada kasus diatas penderita berjenis kelamin perempuan, usia enam tahun, dan terdiagnosa
Pada kasus diatas penderita berjenis kelamin perempuan, usia enam tahun, dan terdiagnosa
SSD pada bulan November.
SSD pada bulan November.
D. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
D. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Virus dengue melalui mekanisme tidak langsung menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotel.
Virus dengue melalui mekanisme tidak langsung menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotel.
Sel monosit darah perifer yang terinfeksi virus dengue mengeluarkan mediator yang
Sel monosit darah perifer yang terinfeksi virus dengue mengeluarkan mediator yang
mengaktivasi endotel melalui ekspresi molekul adhesi vaskular cell adhesion molecule (VCAM-1)
mengaktivasi endotel melalui ekspresi molekul adhesi vaskular cell adhesion molecule (VCAM-1)
dan intracellular adhesion molecule (ICAM-1). Peningkatan ICAM-1 dan VCAM-1 telah
dan intracellular adhesion molecule (ICAM-1). Peningkatan ICAM-1 dan VCAM-1 telah
dibuktikan oleh peneliti terdahulu berperan dalam aktivasi
dibuktikan oleh peneliti terdahulu berperan dalam aktivasi leukosit dan kebocoran vaskular.4leukosit dan kebocoran vaskular.4
Sel endotel berperan pada gangguan hemostasis pada DBD, melalui aktivasi endotel akan
Sel endotel berperan pada gangguan hemostasis pada DBD, melalui aktivasi endotel akan
dilepaskan tissue fa
dilepaskan tissue factor (TF) dan Von Willebrand’s Factor (vWF) sebagai petanda aktivasictor (TF) dan Von Willebrand’s Factor (vWF) sebagai petanda aktivasi
koagulasi, serta Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1) sebagai inhibitor koagulasi dengan
koagulasi, serta Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1) sebagai inhibitor koagulasi dengan
hasil akhir terjadi keseimbangan antara sistem koagulasi dan fibrinolisis sehingga terjadi
hasil akhir terjadi keseimbangan antara sistem koagulasi dan fibrinolisis sehingga terjadi
trombosis, Disfungsi Organ Multipel (DOM) dan perdarahan. Jejas pada endotel juga
trombosis, Disfungsi Organ Multipel (DOM) dan perdarahan. Jejas pada endotel juga
menyebabkan agregasi trombosit dan sebabkan trombositopenia.4
menyebabkan agregasi trombosit dan sebabkan trombositopenia.4
Aktivasi
Aktivasi koagulasi koagulasi pada pada DBD, DBD, menyebabmenyebabkan kan pemakaiapemakaian n faktor-faktor faktor-faktor koagulasi koagulasi dan dan inhibitorinhibitor
koagulasi meningkat sehingga kadar faktor koagulasi dan inhibitor koagulasi menjadi sangat
koagulasi meningkat sehingga kadar faktor koagulasi dan inhibitor koagulasi menjadi sangat
rendah dengan manifestasi perdarahan. Menurunnya kadar faktor koagulasi juga disebabkan
rendah dengan manifestasi perdarahan. Menurunnya kadar faktor koagulasi juga disebabkan
karena menurunnya sintesis karena terjadi disfungsi hepar dan kebocoran vaskular.4
E. GEJALA KLINIK
E. GEJALA KLINIK
Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
1. Manifestasi perdarahan, termasuk sekurangnya uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
1. Manifestasi perdarahan, termasuk sekurangnya uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
perdarahan lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahaperdarahan gusi), n gusi), hematemeshematemesis dan is dan atauatau
melena. melena. 2. Pembesaran hati. 2. Pembesaran hati. 3. Syok 3. Syok
Manifestasi syok pada anak terdiri
Manifestasi syok pada anak terdiri atasatas
a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung sedangkan
a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung sedangkan
kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang insufisien yang menyebabkan
kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang insufisien yang menyebabkan
peninggia
peninggian aktivitas n aktivitas simpatikus secara reflek.simpatikus secara reflek.
b. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya menurun menjadi
b. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya menurun menjadi
apati, sopor dan koma.
apati, sopor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan sirkulasi serebralHal ini disebabkan kegagalan sirkulasi serebral
c. Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi cepat dan lembut sampai
c. Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi cepat dan lembut sampai
tidak dapat diraba oleh karena kolap sirkulasi
tidak dapat diraba oleh karena kolap sirkulasi
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang
e. Tekanan sistolik
e. Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80mmHg atau kurangpada anak menurun menjadi 80mmHg atau kurang
f. Oligouria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri renalis.
f. Oligouria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri renalis.
Pada kira-kira sepertiga kasus DBD setelah demam berlangsung selama beberapa hari,
Pada kira-kira sepertiga kasus DBD setelah demam berlangsung selama beberapa hari,
keadaan umum pasien tiba-tiba memburuk. Hal ini terjadi pada saat atau setelah demam
keadaan umum pasien tiba-tiba memburuk. Hal ini terjadi pada saat atau setelah demam
menurun, yaitu diantara hari sakit ke 3 - 7. Pasien seringkali mengeluh nyeri di daerah perut saat
menurun, yaitu diantara hari sakit ke 3 - 7. Pasien seringkali mengeluh nyeri di daerah perut saat
sebelum syok timbul.3
sebelum syok timbul.3
Pada kasus ini anak di diagnosa SSD pada hari kelima anak panas, terdapat pembesaran hati,
Pada kasus ini anak di diagnosa SSD pada hari kelima anak panas, terdapat pembesaran hati,
kulit dingin dan lembab, terutama pada ujung jari kaki dan tangan, anak apatis, nadi cepat dan
kulit dingin dan lembab, terutama pada ujung jari kaki dan tangan, anak apatis, nadi cepat dan
lembut.
lembut.
F. KOMPLIKASI
F. KOMPLIKASI
Tatalaksana syok yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi asidosis metabolik,
Tatalaksana syok yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi asidosis metabolik,
hipoksia, perdarahan gastrointestinal hebat dengan prognosis buruk. Sebaliknya dengan
hipoksia, perdarahan gastrointestinal hebat dengan prognosis buruk. Sebaliknya dengan
pengobatan yang tepat (termasuk syok berat) segera terjadi masa penyembuhan dengan
pengobatan yang tepat (termasuk syok berat) segera terjadi masa penyembuhan dengan
cepat.3
cepat.3
G. LABORATORIUM
G. LABORATORIUM
Kelainan hematologis yang paling sering selama syok adalah kenaikan hematokrit 20% atau
Kelainan hematologis yang paling sering selama syok adalah kenaikan hematokrit 20% atau
lebih besar melebihi nilai hematokrit penyembuhan, trombositopenia, leukositosis ringan (jarang
lebih besar melebihi nilai hematokrit penyembuhan, trombositopenia, leukositosis ringan (jarang
melebihi 10.000/mm3), waktu perdarahan memanjang dan kadar protrombin menurun sedang
melebihi 10.000/mm3), waktu perdarahan memanjang dan kadar protrombin menurun sedang
(jarang kurang dari 40% kontrol). Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk
(jarang kurang dari 40% kontrol). Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk
pecahan fibrin meningkat. Rontgen dada menunjukan efusi pleura pada hampir semua
pecahan fibrin meningkat. Rontgen dada menunjukan efusi pleura pada hampir semua
penderita.1
penderita.1
Pada kasus ini terdapat kenaikan hematokrit lebih dari 20%, trombositopenia, dan lekositosis
Pada kasus ini terdapat kenaikan hematokrit lebih dari 20%, trombositopenia, dan lekositosis
ringan.
ringan.
H. PENGELOLAAN
H. PENGELOLAAN
Pengelolaan yang terpenting adalah terapi cairan. Resusitasi volume pada SSD mempunyai end
Pengelolaan yang terpenting adalah terapi cairan. Resusitasi volume pada SSD mempunyai end
point optimalisasi transport oksigen (DO2) ke jaringan/sel, artinya upaya menghilangkan hutang
point optimalisasi transport oksigen (DO2) ke jaringan/sel, artinya upaya menghilangkan hutang
oksigen (O2 debt) jaringan yaitu konsumsi oksigen (VO2) jaringan jauh lebih sedikit daripada
oksigen (O2 debt) jaringan yaitu konsumsi oksigen (VO2) jaringan jauh lebih sedikit daripada
DO2. Syok hipovolemik pada DBD dapat disebabkan karena kebocoran vaskular, dan
DO2. Syok hipovolemik pada DBD dapat disebabkan karena kebocoran vaskular, dan
perdarahan. Pengelolaan terhadap jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi (ABC) dengan terapi
perdarahan. Pengelolaan terhadap jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi (ABC) dengan terapi
oksigen sesuai k
oksigen sesuai kebutuhanebutuhan.4.4
Resusitasi Volume pada DSS.
Resusitasi Volume pada DSS.
Pilihan cairan awal pada SSD harus ditujukan langsung mempertahankan volume intravaskular
Pilihan cairan awal pada SSD harus ditujukan langsung mempertahankan volume intravaskular
dan mempunyai efek onkotik serta mempunyai kemampuan menyumpal (sealing effect)
sehingga dapat mencegah keluarnya cairan intravaskular ke dalam kompartemen
sehingga dapat mencegah keluarnya cairan intravaskular ke dalam kompartemen
eksta-vaskular.4
vaskular.4
Hydroxyethylstarch (HES) 6% dengan berat molekul sedang (BM 100.000
Hydroxyethylstarch (HES) 6% dengan berat molekul sedang (BM 100.000 – – 300.000) dapat 300.000) dapat
dipilih sebagai cairan koloid yang mempunyai sealling effect dan dapat mempertahankan volume
dipilih sebagai cairan koloid yang mempunyai sealling effect dan dapat mempertahankan volume
intravaskular lebih lama (4 - 6 jam).4
intravaskular lebih lama (4 - 6 jam).4
Sampai saat ini resusitasi volume awal pada SSD masih mempergunakan kristaloid (Ringer
Sampai saat ini resusitasi volume awal pada SSD masih mempergunakan kristaloid (Ringer
laktat/Ringer asetat). Apabila syok berlanjut, baru diberikan koloid dan komponen darah (fresh
laktat/Ringer asetat). Apabila syok berlanjut, baru diberikan koloid dan komponen darah (fresh
frozen plasma, konsentrat trombosit atau eritrosit pekat)
frozen plasma, konsentrat trombosit atau eritrosit pekat) sesuai kebutuhan.4sesuai kebutuhan.4
Volume Cairan.
Volume Cairan.
Koloid 20 - 30 ml/kgBB (10 - 20 menit) atau kristaloid 40 - 60 ml/kgBB (10 -20 menit) sebagai
Koloid 20 - 30 ml/kgBB (10 - 20 menit) atau kristaloid 40 - 60 ml/kgBB (10 -20 menit) sebagai
terapi cairan awal untuk resusitasi volume, dan cairan berikutnya adalah campuran kristaloid
terapi cairan awal untuk resusitasi volume, dan cairan berikutnya adalah campuran kristaloid
sampai perfusi jaringan baik.4
sampai perfusi jaringan baik.4
Titik akhir pemberian cairan harus dititrasi secara individual. Pemberian cairan 60 - 100 ml/kgBB
Titik akhir pemberian cairan harus dititrasi secara individual. Pemberian cairan 60 - 100 ml/kgBB
selama 12 jam ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi yang adekuat. Apabila perfusi
selama 12 jam ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi yang adekuat. Apabila perfusi
end-organ tidak tercapai, pemberian cairan selanjutnya harus sangat hati-hati karena resiko
end-organ tidak tercapai, pemberian cairan selanjutnya harus sangat hati-hati karena resiko
edema paru.4
edema paru.4
Apabila
Apabila tekanan tekanan vena vena sentral sentral tidak tidak terpasang, terpasang, sesudah sesudah terapi terapi cairan cairan awal awal untuk untuk resusitasiresusitasi
volume perfusi jaringan harus dipantau ketat secara klinis disertai pantauan laboratorium
volume perfusi jaringan harus dipantau ketat secara klinis disertai pantauan laboratorium
penunjang seperti Hb, Ht, trombosit, fibrinogen, APTT dan PT. Pemeriksaan PEI penting
penunjang seperti Hb, Ht, trombosit, fibrinogen, APTT dan PT. Pemeriksaan PEI penting
dipantau pada saat masuk rumah sakit, dan 48 jam sesudah dirawat untuk melihat beratnya
dipantau pada saat masuk rumah sakit, dan 48 jam sesudah dirawat untuk melihat beratnya
kebocoran vaskular dan menentukan tindakan selanjutnya.4
kebocoran vaskular dan menentukan tindakan selanjutnya.4
Tetesan cairan dikurangi bertahap sampai waktu kebocoran vaskuler terlampaui yaitu 24 - 48
Tetesan cairan dikurangi bertahap sampai waktu kebocoran vaskuler terlampaui yaitu 24 - 48
jam sesudah
jam sesudah terjadi syok.4terjadi syok.4
Apabila
Apabila sesudah sesudah resustasi volume resustasi volume I I belum belum terdpat perbaikan terdpat perbaikan perfusi jaringan, perfusi jaringan, harus harus dirawat dirawat didi
PICU dengan pemasangan tekanan vena sentral. Harus dilakukan pemeriksan lengkap
PICU dengan pemasangan tekanan vena sentral. Harus dilakukan pemeriksan lengkap
kemungkinan terjadinya perdarahan berlanjut, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam
kemungkinan terjadinya perdarahan berlanjut, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam
basa, adanya kebocoran vaskuler yang hebat.4
basa, adanya kebocoran vaskuler yang hebat.4
Apabila did
Apabila didapatkan Hb, Ht apatkan Hb, Ht dan trombosit dan trombosit yang menuryang menurun terus, perlu dun terus, perlu dipantau adipantau adanya perdaranya perdarahanahan
dan dilakukan pemeriksaan terhadap PIM serta pemberian komponen darah (FFP, PC,
dan dilakukan pemeriksaan terhadap PIM serta pemberian komponen darah (FFP, PC,
trombosit) dan inhibitor koagulan seperti AT III.4
trombosit) dan inhibitor koagulan seperti AT III.4
Kebocoran vaskuler berat yang dibuktikan dengan PEI yang meningkat , Ht meningkat,
Kebocoran vaskuler berat yang dibuktikan dengan PEI yang meningkat , Ht meningkat,
hipoproteinemi dan hipoalbuminemi, oedem paru dengan tanda distress respirasi.
hipoproteinemi dan hipoalbuminemi, oedem paru dengan tanda distress respirasi.
Pengelolaannya yaitu terapi oksigen sesuai indikasi bila perlu ventilator mekanik dan cairan
Pengelolaannya yaitu terapi oksigen sesuai indikasi bila perlu ventilator mekanik dan cairan
koloid
koloid hiperonhiperonkotik.4kotik.4
Tekanan vena sentral dipertahankan 15 -
Tekanan vena sentral dipertahankan 15 - 18 cm H2O 18 cm H2O selama masa kebocoran vaskular.4selama masa kebocoran vaskular.4
Pemantauan terhadap perfusi jaringan harus dilakukan secara kontinyu meliputi : kesadaran,
Pemantauan terhadap perfusi jaringan harus dilakukan secara kontinyu meliputi : kesadaran,
frekuensi jantung/nadi, tekanan nadi, tekanan darah/tekanan arteri rata-rata, tes pengisian
frekuensi jantung/nadi, tekanan nadi, tekanan darah/tekanan arteri rata-rata, tes pengisian
kapiler, dan jumlah
kapiler, dan jumlah diuresis.4diuresis.4
Sesudah perfusi jaringan tercapai baik, pada masa repooling terapi cairan dibatasi, sampai 50%
Sesudah perfusi jaringan tercapai baik, pada masa repooling terapi cairan dibatasi, sampai 50%
kebutuhan rumatan, lalu diturunkan bertahap dan dihentikan pada kadar Ht kurang atau sama
kebutuhan rumatan, lalu diturunkan bertahap dan dihentikan pada kadar Ht kurang atau sama
dengan 40%.4
dengan 40%.4
Pada kasus ini diberikan cairan koloid pada resusitasi awal. Pemberian koloid ini memberikan
Pada kasus ini diberikan cairan koloid pada resusitasi awal. Pemberian koloid ini memberikan
respon yang cukup baik
respon yang cukup baik dan dilanjutkan dengan pemberiadan dilanjutkan dengan pemberian cairan RL n cairan RL 10cc /kg /jam.10cc /kg /jam.
Substitusi Inhibitor
Substitusi Inhibitor KoagulaKoagulann
Pada DBD dan SSD tedapat disbalans antara koagulasi dan fibrinolisis, yaitu terjadi prokoagulan
Pada DBD dan SSD tedapat disbalans antara koagulasi dan fibrinolisis, yaitu terjadi prokoagulan
sehingga menyebabkan pemakaian faktor-faktor pembekuan dan inhibitor koagulan alamiah
sehingga menyebabkan pemakaian faktor-faktor pembekuan dan inhibitor koagulan alamiah
yang berlebihan. Terapi substitusi dengan AT
yang berlebihan. Terapi substitusi dengan AT III, PC, III, PC, perlu dipertimbangperlu dipertimbangkan pada keadaan SSDkan pada keadaan SSD
yang tidak responsif terhadap terapi cairan yaitu tidak terdapat perbaikan faktor hemostasis dan
yang tidak responsif terhadap terapi cairan yaitu tidak terdapat perbaikan faktor hemostasis dan
perdarahan berlanjut.4
perdarahan berlanjut.4
AT III diberikan dengan dosis : AT III
AT III diberikan dengan dosis : AT III (yang diharapkan(yang diharapkan – – yang didapatkan) x BB/2.2. AT III yang yang didapatkan) x BB/2.2. AT III yang
diharapkan 100 -120%.4
diharapkan 100 -120%.4
Apabila tida
Apabila tidak tersedia sarana k tersedia sarana untuk memeruntuk memeriksa kadar AT III, iksa kadar AT III, dosis AT III = 50 IU x BB.4dosis AT III = 50 IU x BB.4
Transfusi Komponen Darah
Transfusi Komponen Darah
Hemoglobin perlu dipertahankan dalam batas cukup untuk mencapai transpor oksigen ke
Hemoglobin perlu dipertahankan dalam batas cukup untuk mencapai transpor oksigen ke
jaringan, dengan memperhatikan formula :
jaringan, dengan memperhatikan formula : DO2 = DO2 = CI x CI x (1,36 x (1,36 x Hb% x Hb% x Saturasi O2%) + Saturasi O2%) + PaO2 xPaO2 x
0,003. Hb dipertahankan sekitar 10 g/dl.4
Fresh frozen plasma (15 ml/kgBB) dan kriopresipitat diberikan apabila terdapat pemanjangan
Fresh frozen plasma (15 ml/kgBB) dan kriopresipitat diberikan apabila terdapat pemanjangan
bermakna dari APTT dan PT disertai manifestasi perdarahan.4
bermakna dari APTT dan PT disertai manifestasi perdarahan.4
Konsentrat trombosit diberikan bila terdapat trombositopeni berat (<30.000/mm3) dengan
Konsentrat trombosit diberikan bila terdapat trombositopeni berat (<30.000/mm3) dengan
manifestasi PIM dan perdarahan.4
manifestasi PIM dan perdarahan.4
Obat-obatan
Obat-obatan
Pengelolaan terhadap penyulit asidosis metabolik berat dengan pH < 7,1 sesudah pemberian
Pengelolaan terhadap penyulit asidosis metabolik berat dengan pH < 7,1 sesudah pemberian
resusitasi volume, dapat diberikan natrium bikarbonat 0,3 x BB x kekurangan basa atau 0,3 x
resusitasi volume, dapat diberikan natrium bikarbonat 0,3 x BB x kekurangan basa atau 0,3 x
(HCO3s
(HCO3s – – HCO3a) x BB.4 HCO3a) x BB.4
Pengelolaan gangguan keseimbangan elektrolit seperti hipokalsemia, hipokalemia,
Pengelolaan gangguan keseimbangan elektrolit seperti hipokalsemia, hipokalemia,
hipomagnesemia, sesuai yang dibutuhkan. Pemberian simpatomimetikamin, diberikan sesudah
hipomagnesemia, sesuai yang dibutuhkan. Pemberian simpatomimetikamin, diberikan sesudah
tercapai normovolemik sesuai indikasi (intropik atau
tercapai normovolemik sesuai indikasi (intropik atau vasopresor).4vasopresor).4
Kebocoran Vaskular Berat
Kebocoran Vaskular Berat
Ditandai dengan adanya PEI yang sangat besar dengan gejala klinis distres respirasi, perlu
Ditandai dengan adanya PEI yang sangat besar dengan gejala klinis distres respirasi, perlu
tunjangan ventilator mekanik, koloid hiperonkotik, furosemid, dan pembatasan cairan sampai
tunjangan ventilator mekanik, koloid hiperonkotik, furosemid, dan pembatasan cairan sampai
50%.4
50%.4
I. PEMANTAUAN
I. PEMANTAUAN
Fase akut DSS yaitu waktu dimana kebocoran vaskuler dan gangguan hemostatis masih
Fase akut DSS yaitu waktu dimana kebocoran vaskuler dan gangguan hemostatis masih
berlangsung, perlu dipantau perfusi jaringan, PEI, Hb, Ht, trombosit, fibrinogen, Pt, APTT.
berlangsung, perlu dipantau perfusi jaringan, PEI, Hb, Ht, trombosit, fibrinogen, Pt, APTT.
Perubahan kadar faktor hemostatis menuju perbaikan dapat memprediksi prognosis ke arah baik
Perubahan kadar faktor hemostatis menuju perbaikan dapat memprediksi prognosis ke arah baik
dan sebaliknya.4
dan sebaliknya.4
J. PROGNOSIS
J. PROGNOSIS
Prognosis penderita DBD tergantung derajat penyakit dan komplikasi yang timbul. Pada kasus
Prognosis penderita DBD tergantung derajat penyakit dan komplikasi yang timbul. Pada kasus
ini prognosis ad visam, ad sanam, dan ad fungsional penderita dapat dikatakan dubia ad bonam.
ini prognosis ad visam, ad sanam, dan ad fungsional penderita dapat dikatakan dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue dalam Bab Arbovirus, Ilmu
1. Behrman, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue dalam Bab Arbovirus, Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Volume 2, EGC, Jakarta, 1999, hal. 1134
Kesehatan Anak Nelson Volume 2, EGC, Jakarta, 1999, hal. 1134 – – 1135. 1135.
2. Hadinegoro SRH, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Direktorat Jenderal
2. Hadinegoro SRH, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Direktorat Jenderal
pemberanta
pemberantasan Penyakit menular dan san Penyakit menular dan Penyehatan LingkunPenyehatan Lingkungan, Jakarta, 2001, gan, Jakarta, 2001, hal. 1hal. 1
3. Soedarmo SSP, dkk. Infeksi Virus Dengue, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter
3. Soedarmo SSP, dkk. Infeksi Virus Dengue, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter
Anak Indone
Anak Indonesia, Jakarta, 20sia, Jakarta, 2002, hal. 176 - 1702, hal. 176 - 1788
4. Tatty ES, Pengelolaan syok pada demam berdarah dengue anak dalam Sutaryo. Tatalaksana
4. Tatty ES, Pengelolaan syok pada demam berdarah dengue anak dalam Sutaryo. Tatalaksana
Syok dan Perdarahan pada Demam Berdarah Dengue, Medika FK UGM, Yogyakarta, 2004 hal.
Syok dan Perdarahan pada Demam Berdarah Dengue, Medika FK UGM, Yogyakarta, 2004 hal.
75 - 84
75 - 84
5. Tatty ES, Syok pada anak dan penatalaksanaan keadaan hipovolemik dalam Soemakto H.
5. Tatty ES, Syok pada anak dan penatalaksanaan keadaan hipovolemik dalam Soemakto H.
Simposium Nasion
Demam Berdarah Demam Berdarah
A. Demam Berdarah Dengue : A. Demam Berdarah Dengue :
Adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aigypti.
Aigypti.
Diagnosa (Kriteria WHO) : Diagnosa (Kriteria WHO) : Klinis :
Klinis : 1.
1. Panas 2Panas 2 –– 7 hari 7 hari 2.
2. Tanda-tanda perdarahan, paling tidak tes RL yang pTanda-tanda perdarahan, paling tidak tes RL yang p ositif.ositif. 3.
3. Adanya pembesaran heparAdanya pembesaran hepar 4.
4. Gangguan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi Gangguan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi meningkat danmeningkat dan lemah serta akral dingin.
lemah serta akral dingin.
Laboratorium : Laboratorium :
1. Terjadi hemokonsentrasi (PCV meningkat > 20 %) 1. Terjadi hemokonsentrasi (PCV meningkat > 20 %) 2.
2. ThrombocytopenThrombocytopenia ia (Thrombocyte <100.000/cmm)(Thrombocyte <100.000/cmm) B. DHF Shock (DSS) :
B. DHF Shock (DSS) : Adalah demam berdarah dengue yang disertai dengan gangguan sirkulasi,Adalah demam berdarah dengue yang disertai dengan gangguan sirkulasi, terdiri dari :
terdiri dari : DHF grade III : DHF grade III :
1. Tekanan darah sistolik < 80
1. Tekanan darah sistolik < 80 mmHgmmHg 2. Tekanan nadi < 20 mmHg
2. Tekanan nadi < 20 mmHg 3. Nadi cepat dan lemah 3. Nadi cepat dan lemah 4. Akral dingin. 4. Akral dingin. DHF grade IV : DHF grade IV : 1.Shock berat, 1.Shock berat,
2.Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba. 2.Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba. PROSEDUR
PROSEDUR
Pada penderita dewasa : Pada penderita dewasa : 1. Cairan :
1. Cairan :
Infus NaCl 0,9 % / Dextrose 5 % atau Ringer LaktatInfus NaCl 0,9 % / Dextrose 5 % atau Ringer Laktat
Plasma expander, apabila shock sulit diatasi.Plasma expander, apabila shock sulit diatasi.
Pemberian cairan ini dipertahankan minimal 12Pemberian cairan ini dipertahankan minimal 12 –– 24 jam 24 jam maksimal 48 jam setelah shockmaksimal 48 jam setelah shock
teratasi. teratasi.
Perlu observasi ketat akan kemungkinan oedema paru dan gagal jantung, serta terjadinyaPerlu observasi ketat akan kemungkinan oedema paru dan gagal jantung, serta terjadinya
shock ulang. shock ulang.
2. Tranfusi darah segar pada penderita dengan perdarahan masif. 3. Obat : 2. Tranfusi darah segar pada penderita dengan perdarahan masif. 3. Obat :
Antibiotika : diberikan pada penderita shock membangkang dan/ atau dengan gejalaAntibiotika : diberikan pada penderita shock membangkang dan/ atau dengan gejala
sepsis sepsis
Kortikosteroid : pemberiannya controversial Hati-hati pada penderita Kortikosteroid : pemberiannya controversial Hati-hati pada penderita dengan gastritis.dengan gastritis.
Terapi Cairan pada Demam Berdarah
Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue (DBD)Dengue (DBD)
Pada penderita DSS (DBD Grade III dan IV) anak-anak Pada penderita DSS (DBD Grade III dan IV) anak-anak 1. Cairan Cairan yang diberikan bisa berupa :
Kristaloid :Kristaloid :
•
• Ringer LaktatRinger Laktat
• 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat • 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat • 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat • 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat
• 5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan • 5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan • 5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali.
• 5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali.
Koloidal :Koloidal :
• Plasma expander deng
• Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dextran 40)an berat molekul rendah (Dextran 40) • Plasma.
• Plasma. 1.
1. RL / D 5 % RL / D 5 % dalam RL / D dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garam faali 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garam faali ---->----> diberikan 10
diberikan 10 ––20 ml/kg BB/ 1 jam.20 ml/kg BB/ 1 jam. 2.
2. Pada kasus yang berat (grade IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 Pada kasus yang berat (grade IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x).x). 3.
3. Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran atauJika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran atau Plasma) sejumlah 10
Plasma) sejumlah 10 –– 20 ml/kg BB/ 1 jam. 20 ml/kg BB/ 1 jam.
2. Tranfusi darah 2. Tranfusi darah Diberikan pada : Diberikan pada :
Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.
Gejala perdarahan yang nyata, misal : Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.hematemesis dan melena.
Pemberian darah dapat diulang
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Jika jumlah thrombocyte menunjukkan kecenderungan menurun <> Jika jumlah thrombocyte menunjukkan kecenderungan menurun <>
Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah timbulnya Efek samping(mencegah timbulnya Efek samping
pedarahan dan asidosis) pedarahan dan asidosis)
Obat penenang : diberikan pada kasus yang sangat gObat penenang : diberikan pada kasus yang sangat g elisah. Dapat diberikan Valium 0,3elisah. Dapat diberikan Valium 0,3 ––
0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan system pernapasan) atau Largactil 1 0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan system pernapasan) atau Largactil 1
mg/kgBB/kali. Bila penderita kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB) i.v. mg/kgBB/kali. Bila penderita kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB) i.v. dan diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).
dan diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).
4. Oksigen 4. Oksigen
5. Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1
5. Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1 –– 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 mEq/menit, atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5
mEq/menit, atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5 x BB xx BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit
Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit 6. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi 6. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi 7. Kortikosteroid Penggunaann
7. Kortikosteroid Penggunaannya masih controversial pada ya masih controversial pada pengobatan DSS Bisa diberikan denganpengobatan DSS Bisa diberikan dengan dosis :
dosis :
Hidrokortison 6Hidrokortison 6 –– 8 mg/kgBB/ 6 8 mg/kgBB/ 6 –– 8 jam i.v. 8 jam i.v.
Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v.Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v.
8. Dopamine. 8. Dopamine.
Referensi Referensi
1.
1. Pedoman Diagnosa dan Terapi Berdasarkan Gejala dan Keluhan. Prosedur Tetap StandarPedoman Diagnosa dan Terapi Berdasarkan Gejala dan Keluhan. Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis IRD RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1997.
Pelayanan Medis IRD RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1997. 2.
2. Soegijanto S, et all. Demam Berdarah Dengue. Pedoman Diagnosa dan Terapi Soegijanto S, et all. Demam Berdarah Dengue. Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPFLab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1994.
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1994. 3.