• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDAGANGAN KARANG HIAS : SUATU ANCAMAN TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG? Oleh Giyanto 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERDAGANGAN KARANG HIAS : SUATU ANCAMAN TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG? Oleh Giyanto 1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 21 - 27 ISSN 0216-1877

PERDAGANGAN KARANG HIAS :

SUATU ANCAMAN TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG?

Oleh

Giyanto

1)

ABSTRACT

TRADING OF ORNAMENTAL CORALS : A THREAT FOR CORAL REEF ECOSYSTEM? Corals are a main component of coral reefs ecosystem. Their beautiful colour and shape are used as aquarium decorations. Therefore, it is not wonder if living corals are to be a trading object. According to CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), corals are on the list of Appendix II. It means that their international trade have to be closely controlled to avoid over exploitation, and to guarantee that trade will not be detrimental to the survival of the species in the wild. To minimize coral trade which is harvested from the natural habitat, coral transplantation is an alternative way, but some regulations should be applied to guarantee sustainability of coral reef ecosystem.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kekayaan sumberdaya alam hayati yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Berdasarkan aspek keanekaragaman hayati, Indonesia disebut sebagai salah satu pusat "Mega Biodiversity" di dunia yang mencakup keragaman ekosistem, jenis dan genetik.

Salah satu dari sekian banyak ekosistem yang dimiliki Indonesia adalah ekosistem terumbu karang (coral reef). Kurang lebih 14 % terumbu karang dunia berada di Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000 km2 (IKAWATI et al., 2001). Terumbu karang memiliki fungsi yang penting, antara lain adalah

sebagai penahan ombak dan melindungi pantai dari abrasi, tempat berkumpul dan berkembangbiaknya ikan-ikan dan biota laut lain yang merupakan sumber protein dan sumber bahan obat dari laut. Terumbu karang juga memiliki fungsi sebagai tempat rekreasi bawah air dengan panorama keindahan bawah air yang menarik yang berbeda dengan di darat. Oleh karena itu, terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang sangat penting bagi Indonesia. Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi, karena dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomis di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3-10 ton ikan per kilometer persegi per tahun (MAJALAH

1) Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta

21

(2)

DEMERSAL, 2006). Tetapi sayangnya, terumbu karang di Indonesia banyak yang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor alami maupun oleh aktivitas manusia. Kerusakan terumbu karang di Indonesia cukup tinggi, bahkan berdasarkan penelitian Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (CRITC, 2007) dari 908 stasiun di seluruh Indonesia, hanya sekitar 5 % saja yang kondisi terumbu karangnya sangat baik. POTENSI KARANG HIAS

Pada ekosistem terumbu karang, karang (coral) merupakan komponen utama dari ekosistem tersebut. Struktur karang yang keras dan mengandung kapur banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama masyarakat pesisir yakni sebagai bahan bangunan untuk rumah dan jalan. Sedangkan bagi para pencinta aquarium laut, keindahan karang yang hidup di dasar laut dimanfaatkan sebagai penghias aquarium, sehingga karang hidup tersebut dijadikan sebagai salah satu obyek perdagangan. Secara umum, walaupun perdagangan karang hias untuk aquarium memiliki volume yang relatif kecil, tetapi memiliki nilai yang sangat tinggi. Perdagangan karang hias diperkirakan memiliki nilai sebesar US $ 7.000 per ton, jauh lebih tinggi

bila dibandingkan dengan karang yang diproduksi sebagai bahan kapur yang hanya bernilai sebesar US$ 60 per ton (WABNITZ, et al., 2003).

Letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis, memungkinkan Indonesia memiliki keanekaragaman karang yang tinggi dengan warna-warni yang menarik untuk diperdagangkan sebagai karang hias yang memiliki nilai ekspor yang tinggi. Berdasarkan CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), karang masuk ke dalam daftar Appendix II yang artinya walaupun dalam perdagangan internasionalnya adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengakibatkan punahnya jenis-jenis karang tersebut. GREEN & SHIRLEY (1999), berdasarkan data CITES 1985-1997, melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara pengekspor karang hias terbesar di dunia, jumlahnya sekitar 41 % dari jumlah total karang hias yang diekspor ke negara-negara pengimpor karang hias antara lain Amerika, Hongkong, Jepang dan negara-negara di Eropa (Gambar 1).

(3)

Di satu sisi, perdagangan karang hias yang diambil langsung dari alam merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi Indonesia, tetapi di sisi lainnya juga menjadi ancaman untuk kelestarian terumbu karang bila penanganannya tidak terkontrol dengan baik. Kecepatan tumbuh karang bervariasi, tergantung dari bentuk pertumbuhan koloninya (PICHON, 1995 dan WHITE, 1987) dan juga kondisi lingkungannya (WHITE, 1987). Untuk karang yang memiliki bentuk pertumbuhan masif, kecepatan tumbuhnya berkisar antara 0,2-1,35 cm per tahun, sedangkan karang bercabang lebih cepat, yaitu bisa mencapai 22,6 cm per tahunnya (PICHON, 1995). WHITE (1987); SMITH (1994) dan PICHON (1995), melaporkan bahwa terumbu karang dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada suhu 25°-29°C dengan salinitas 30-36 ppt, serta membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis, serta membutuhkan substrat yang keras untuk penempelan larva planula. Dengan demikian. walaupun pada prinsipnya terumbu karang itu mempakan sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable), namun tetap diperlukan kontrol yang ketat untuk menjaga kelestariannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, tentang Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, Otoritas Pengelola (Management Authority) yang dalam hal ini Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) - Departemen Kehutanan memiliki otoritas untuk mengeluarkan perizinan perdagangan karang. Sedangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Otoritas Keilmuan (Scientific authority) memberikan rekomendasi kepada Otoritas Pengelola besarnya kuota tangkap yang diizinkan agar perdagangan karang tetap terkontrol dan terjaga kelestariannya.

Berdasarkan data hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI di beberapa lokasi di Indonesia, sudah dibuat suatu acuan untuk masing-masing genera karang dan mengelompokkannya kedalam lima kategori berdasarkan kelimpahannya, yaitu: "Sangat banyak/berlimpah", "Banyak", "Cukup", "Jarang", "Sangat jarang" (GIYANTO, 2003 dan SUHARSONO & GIYANTO, 2006). Perlu disadari bahwa perairan Indonesia yang luas, memungkinkan penyebaran karang di Indonesia berbeda dari satu lokasi dengan lokasi lainnya. Karang dari satu jenis dan marga tertentu, mungkin saja dijumpai dalam jumlah yang berlimpah, tetapi di lain lokasi jenis dan marga karang tersebut sangat jarang atau malah tidak dijumpai sama sekali. Oleh karena itu, pengelompokan suatu jenis dan marga karang di suatu lokasi mungkin saja berbeda dengan lokasi lainnya di Indonesia.

TRANSPLANTASI KARANG

Seiring dengan meningkatnya perdagangan karang hias, maka perlu dilakukan upaya lain, sehingga karang yang diperdagangkan tidak selamanya tergantung dari karang yang hidup di alam, yaitu dengan melakukan teknik transplantasi karang. Transplantasi karang merupakan upaya pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam di tempat lain yang bertujuan untuk pembentukan terumbu karang secara alami. Pada awalnya teknik transplantasi karang dimaksudkan untuk merehabilitasi suatu lokasi yang kondisi terumbu karangnya rusak, tetapi kemudian teknik ini juga dikembangkan sebagai upaya budidaya karang untuk diperdagangkan sebagai karang hias.

23

(4)

Dalam melakukan teknik transplantasi karang, pemilihan lokasi untuk transplantasi karang hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan karang agar dapat tumbuh optimal (yaitu suhu, salinitas, kecerahan, dan faktor-faktor lainnya). Sebagai contoh, untuk perairan Kepulauan Seribu yang lokasinya membentang dari selatan hingga utara di Teluk Jakarta, kualitas perairannya tidak semuanya mendukung untuk dilakukan transplantasi karang. Perairan di kawasan ini sangat dipengaruhi oleh daratan, terutama Jakarta dan Tangerang. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, di perairan Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa semakin ke utara (semakin jauh dari daratan Jakarta dan Tangerang) kualitas perairannya cenderung membaik. Perairan mulai dari Pulau Pari ke arah utara pada umumnya relatif jernih, sehingga bisa dijadikan pilihan sebagai lokasi transplantasi karang.

Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI dan beberapa instansi/lembaga lain seperti Institut

Pertanian Bogor (IPB) dan Asosiasi Koral, Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKII), serta beberapa mahasiswa dari berbagai universitas yang sedang melakukan penelitian untuk skripsi/thesisnya melakukan penelitian tentang transplantasi karang (Gambar 2) di Pulau Pari, Kepulauan Seribu sejak tahun 1998. Pada umumnya, karang yang dipakai untuk transplantasi adalah karang yang memiliki bentuk pertumbuhan bercabang. SADARUN (1999) yang melakukan penelitian teknik transplantasi karang di Pulau Pari pada karang dari jenis Seriatopora hystrix, S. caliendrum, Porites cylindrica, Acropora tenuis, A. austera, A. formosa, A. hyacinthus, A. divaricata, A. nasuta, A. yongei, A. aspera, A. digitifera, Avalida dan A. glauca, pada umumnya diperoleh nilai ketahanan hidup 100 %, walaupun ada beberapa jenis yang memiliki nilai ketahanan hidup hanya 83,33 % (Acropora tenuis, A. austere). Berdasarkan penelitian tersebut, setelah lima bulan, karang bertambah tinggi antara 2,01-4,89 cm dengan jumlah perbanyakan tunas antara 6-52 tunas.

(5)

PENGATURAN PERDAGANGAN KARANG HIAS HASIL TRANSPLANTASI

Karang hasil transplantasi merupakan hasil budidaya. Meskipun demikian, kontrol dari pemerintah baik dari Otoritas Pengelola (Departemen Kehutanan), Otoritas Keilmuan (LIPI), Pemerintah daerah setempat serta instansi/lembaga lain yang terkait, tetaplah diperlukan. Hal ini untuk menjamin agar karang yang diperdagangkan memang benar-benar merupakan hasil transplantasi, serta dengan teknik transplantasi yang memenuhi prinsip-prinsip kelestarian ekosistem terumbu karang itu sendiri.

Beberapa aturan mendasar yang harus dilakukan dalam mengontrol perdagangan karang hias hasil transplantasi adalah sebagai berikut :

a. Karang hasil transplantasi yang boleh diperdagangkan hanya karang yang berasal dari turunan kedua (hasil dari proses tahap ketiga), yang proses tahapannya adalah :

■ Tahap 1 : Karang yang langsung diambil dari alam sebagai bibitnya (induk)=F0.

■ Tahap 2 : Karang transplantasi yang dihasilkan dari tahap ke-1 (turunan ke- 1)=F1,.

■ Tahap 3 : Karang transplantasi yang dihasilkan dari tahap ke-2 (turunan ke- 2)=F2.

b. Tempat pengambilan karang dari alam (yang dipakai sebagai induk) untuk teknik transplantasi karang, harus dilaporkan ke instansi yang berwenang. Hal ini dilakukan untuk pengecekan di lapangan. Bila ternyata tempat pengambilannya malah menjadi rusak dan lingkungannya terancam kelestarian yang disebabkan oleh teknik pengambilan karang yang salah, maka ijin usaha transplantasinya harus dicabut. c. Pengusaha/perusahaan yang ingin

mendapatkan ijin perdagangan karang hias

hasil transplantasi, harus terlebih dahulu memiliki ijin melakukan transplantasi karang. Rentang waktu antara ijin melakukan transplantasi karang dengan ijin melakukan perdagangan karang hasil transplantasi minimal adalah 11/2 tahun. Rentang waktu ini merupakan waktu perkiraan antara waktu mulai melakukan transplantasi karang yang diambil dari alam Fo (Tahap 1), hingga waktu panen dari karang turunan kedua atau F2 (Tahap 2). Perkiraan waktu yang diperlukan untuk setiap tahapnya adalah sekitar enam bulan. Adanya rentang waktu minimum ini diperlukan untuk mengontrol bila ada pengusaha/perusahaan yang "nakal" yang mengaku karang yang diperdagangkan merupakan karang transplantasi turunan kedua, padahal sebenarnya berasal dari turunan pertama atau bahkan langsung diambil dari alam tanpa melalui teknik transplantasi.

d. Sebelum ijin melakukan transplantasi karang untuk perdagangan diberikan, harus terlebih dahulu diketahui jenis dan jumlah karang yang dipakai sebagai induk. Hal tersebut bisa dilakukan sebagai kontrol untuk pemberian ijin per-dagangan, agar jenis-jenis yang diperdagangkan sesuai dengan jenis-jenis yang ditranplantasi dan jumlahnya dapat diperkirakan dari koloni karang yang dipakai sebagai induknya. Tahapan ini sangat penting dalam mengontrol apakah jenis yang diperdagangkan benar berasal dari jenis yang ditransplantasi. Selain itu, juga dapat dikontrol apakah jumlah yang diperdagangkan sesuai dengan jumlah yang mungkin dihasilkan dari karang induknya.

e. Karang yang diperdagangkan harus dibuatkan label, sehingga mudah diketahui asal-usulnya. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengontrolan, bila terdapat klaim dari negara pengimpor karang hias atau pun bila ada masalah lainnya.

25

(6)

Tingginya permintaan dan harga pasar karang hias di perdagangan internasional menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat daerah pesisir setempat, terutama yang telah memperoleh pelatihan tentang transplantasi karang dari instansi terkait antara lain Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Kegiatan teknik transplantasi karang yang semula ditujukan untuk merehabilitasi tempat-tempat yang terumbu karangnya mengalami kerusakan, dapat dialihkan sebagai mata pencaharian alternatif (alternative income). Oleh karena itu, kegiatan transplantasi karang yang dilakukan oleh masyarakat setempat harus diarahkan dan dikembangkan dengan baik, sehingga kegiatan tersebut tidak menjadi ancaman bagi kerusakan terumbu karang di lingkungan setempat. Selain usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya terumbu karang, juga perlu dilakukan pengawasan oleh pemerintah setempat bagi masyarakat yang melakukan transplantasi karang untuk perdagangan. Masyarakat yang ingin memperdagangkan karang hias sebagai komoditi ekspor, harus bergabung dengan perusahaan-perusahaan pengekspor karang hias lewat kemitraan antara masyarakat dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Selain hal tersebut, harus memiliki ijin melakukan transplantasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang telah mendapatkan ijin melakukan transplantasi karang dari Management authority. Hal ini akan mempermudah instansi yang berwenang untuk mengontrol, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan dalam perdagangan karang hias pada tingkat internasional.

PENUTUP

Ekosistem terumbu karang, dimana karang merupakan komponen utamanya merupakan sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable), tetapi kontrol yang ketat tetap

diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Kegiatan tranplantasi karang untuk perdagangan karang hias merupakan salah satu kegiatan alternatif untuk mengurangi tekanan eksploitasi karang yang diambil langsung dari alam. Sepanjang aturan dan pengawasan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang berjalan baik, serta didukung oleh semua pihak, maka perdagangan karang hias tidak akan mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang.

DAFTAR PUSTAKA

CRITC 2007. Kondisi terumbu karang di Indonesia 2007. http://www. coremap.or.id. Diakses 6 Desember 2007.

GREEN, E.R and SHIRLEY, F. 1999. The Global Trade in Coral. World Conservation Monitoring Centre. World Conservation Press, Cambridge, UK.vii+60pp.

IKAWATI, Y; P.S. HANGGARAWATI; H. PARLAN; H. HANDINI dan B. SISWODIHARDJO 2001. Terumbu Karang di Indonesia. Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan, Jakarta : 200 hal.

GIYANTO, 2003. Trade in Live coral from Indonesia: Stock assessment of coral reef resources - Analysis of data collected on Indonesia reefs since 1993 (Annex III). In : Monitoring of and quota setting for trade in live corals in Indonesia and Fiji. Traffic Europe. 37pp+ Annexes.

MAJALAH DEMERSAL 2006. Ekspor Terumbu Karang Dijual Sekaligus Dilindungi. Edisi: Agustus 2006. http:/ /www.dkp.go.id/ content.php? c=3 471. Diakses 2 Januari 2007.

(7)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

PICHON, M. 1995. Coral Reef Ecosystem. Encylopedia of Environmental Biology Vol.1:425-443.

SADARUN 1999. Transplantasi Karang Batu (Stony Coral) di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. M.Sc Thesis pada Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 67 pp.

SMITH, R.L. 1994. Coral reef. CD Microsoft Encarta 1994.

SUHARSONO and GIYANTO, 2006. A formulation approach to quantify the abundance of coral genera. Marine Research in Indonesia 31 : 1-11. WABNITZ, C; M. TAYLOR; E. GREEN and T.

RAZAK 2003. From Ocean to

Aquarium. UNEP-WCMC, Cambridge, UK : 64 pp.

WHITE, AT. 1987. Coral reefs valuable resources of Southeast Asia. ICLARM education series, Manila Philippines : 36 pp.

27

Referensi

Dokumen terkait

Pemberitahuan Ringkasan Risalah Rapat Umum PemegarE Saham TahuMn Tahun Buku 2016.. Memberikan kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan dengan hak subtitusi

menumbuhkan dan meningkatkan kualitas dan kreatifitas Siswa serta Guru Sekolah Menengah Atas Namira, diadakan pelatihan berbasis teknologi Program Geographical Information

Sebelumnya kalian telah mempelajari grafik fungsi kuadrat. Daerah Sebelumnya kalian telah mempelajari grafik fungsi kuadrat. Daerah grafik fungsi kuadrat berupa

MAHASISWA DALAM PENGISIAN KRS HARUS MENGISI KELAS SUPAYA NAMANYA TERCANTUM DALAM DAFTAR ABSEN KULIAH MAUPUN DAFTAR ABSEN

Aset pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan akumulasi rugi fiskal yang belum digunakan, sepanjang besar kemungkinan beda temporer yang

Metode BATIK (baca, tulis dan karya) dapat meningkatkan minat siswa dan mahasiswa untuk belajar bahasa Indonesia, dengan menggunakan dan mengenalkan budaya masayarakat

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0.675, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kuat antara variabel harga (X1), pelayanan