• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. Teori Keagenan

Teori Agensi merupakan suatu pendekatan yang dapat menjabarkan konsep manajemen laba yang sangat terkait dengan perataan laba yang akan dibahas dalam penelitian ini. Menurut Anthony dan Govindarajan (2009) hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan, melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

Pada teori keagenan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih yang disebut prinsipal adalah pemegang saham memperkerjakan orang lain (agent) untuk mengelola perusahaan. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan Govindarajan, 2009).

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimana yang akan datang dibandingkan oleh pemegang saham. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan informasi kepada pemilik . Akan tetapi informasi yang disampaikan seringkali tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal

(2)

sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (Harris,2004). Adanya asimetris dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba, dalam hal ini yaitu praktik perataan laba. Dan hal ini mendorong pihak manajemen selaku agen untuk berusaha mengolah angka akuntansi menjadi sedemikian rupa melalui cara yang sistematis dengan memilih metode/kebijakan tertentu sehingga angka akuntansi (laba) yang dilaporkan dari periode ke periode benar-benar dapat mencapai tujuan akhir yang diinginkan.

B. Pengertian Laba

Menurut Belkaoui (1993) laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan dan idak didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang. (Ghozali dan Chariri, 2007) Fisher dan Bedford menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Ketiga konsep tersebut semuanya penting, meskipun pengukuran terhadap psychic income sulit untuk dilakukan.

(3)

Ketiga konsep tersebut adalah:

1. Psychic income, yang menunjukan konsumsi barang/ jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu.

2. Real income, yang menunjukan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukan oleh kenaikan cost of living.

3. Money income, yang menunjukan kenaikan nilai sumber-sumber ekonomi yang digunakan konsumsi yang sesuai dengan biaya hidup (cost of living). Di sisi lain, akuntan mendifinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai suatu kesatuan.

Laba akuntansi sebagai (accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkaoui(dalam Salno dan Baridwan, 2000 ) menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai lima karakteristik sebagai berikut:

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus mengenai definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4. Laba akuntansi merlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk

(4)

5. Laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

C. Tujuan Pelaporan Laba

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba menurut Harahap (2009: 42) dibagi atas :

1. Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal.

2. Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku, salah satunya adalah kemampuan meramal. 3. Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen

penggunaan angka laba historis untuk meramal keadaan saham dan distribusi dividen di masa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

(5)

D. Perataan Laba

Wild (2001) dalam Tuty dan Indrawati (2007) menyatakan bahwa perataan laba merupakan salah satu strategi yang umum digunakan dalam melakukan manajemen laba. Perataan penghasilan bersih/laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel (akuntansi) semu atau (transaksi) riil ( Salno dan Baridwan,2000).

Praktik perataan laba (income smoothing) adalah salah satu praktik yang dilakukan manjemen untuk meningkatkan market returns (Michelson et.al.:2000). Praktik tersebut sengaja dilakukan manajemen untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi perusahaan guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Subekti, 2005). Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan (Michelson et al, 2000) yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan pemegang sahammelalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Stolowy dan Breton, 2000). Beidleman (1973) mendifinisikan income smoothing adalah sebagai suatu upaya yang sengaja dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi variasi abnormal dalam laba perusahaan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan, sedangkan Koch (yang dikutip oleh Kamaruddin et.al, 2003) menyatakan bahwa income smoothing merupakan suatu alat yang digunakan

(6)

manajemen untuk mengurangi variabilitas yang menyolok dari laba yang dilaporkan dalam batas target yang diharapkan dengan manipulasi variable akuntansi atau transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Menurut Ashari, dkk (1994) perataan laba adalah sinyal dari manjemen dalam memilih metode/kebijakan akuntansi di dalam GAAP untuk meminimalkan fluktuasi yang berdampak pada performa perusahaan di masa datang. Sedangkan Copeland (1968) mengatakan bahwa perataan laba adalah pengurangan fluktuasi dari tahun ke tahun melalui pemindahan earnings dari tahun puncak untukmengurangi periode kesuksesan. Perataan laba menurut Ball dan Brown (1968) adalah usaha untuk mengurangi variabilitas laba, terutama menyangkut dengan perilaku yangditujukan untuk mengurangi adanya pertambahan abnormal dalam laba yang dilaporkan perusahaan, sedangkan Fudenberg dan Tirole mengemukakan bahwa income smoothing (perataan laba) adalah suatu proses manipulasi laba yang sengaja diatur pada waktu terjadinya atau usaha yang sengaja dirancang berkaitan dengan pengurangan arus laba yang dilaporkan, bukan pada saat menambah jumlah laba yang dilaporkan dalam jangka panjang .(Stolowy dan Breton, 2000)

Pengukuran perataan penghasilan bersih/laba menurut Ashari (1994) adalah indeks Eckel, indeks ini mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan menjadi yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Hasil dari pengukuran indeks ini akan menunjukan adanya praktik perataan laba jika besarnya kurang dari satu.

(7)

Adapun cara penghitungan indeks Eckel dirumuskan sebagai berikut : Indeks Perataan Laba = CV∆I

CV∆S Dimana :

∆I : Perubahan Laba Operasional dalam satu periode ∆S : Perubahan Pendapatan Operasional dalam satu periode

CV: Koefisien variasi dari variabel : yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan (ukuran rata- rata dari variabel)

Apabila CV ∆I > CV ∆S, maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan praktik perataan laba.

CV ∆I : Koefisien variasi untuk perubahan laba CV ∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut :

CV ∆I dan CV ∆S = Variance Expected Value Atau

CV ∆I dan CV ∆S =

∑(∆ − ∆ )

(8)

Dimana:

∆x : perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S)

∆X : rata rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) n : banyaknya tahun yang diamati

Eckel (1981) yang didukung oleh Naser dan Herlina (2003:293) menyatakan bahwa perataan penghasilan bersih/laba dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu :

a. Artificial Smoothing, yaitu perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain dengan mengubah kebijakan akuntansi b. Real Smoothing, yaitu perataan laba real yang dimanipulasi melalui

transaksi nyata dengan mengatur menunda atau mempercepat transaksi. Menurut Harahap (2009:232), perataan penghasilan bersih/laba (income smoothing) biasanya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : (1) memilih prinsip atau metode alokasi, (2) mengatur waktu kejadian transaksi, (3) mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan operasi normal.

E. Tujuan Perataan Laba

Menilik dari pendapat peneliti terdahulu mengenai tujuan yang ingin dicapai manajemen dalam perataan laba. Juniarti ( 2005:150) mengemukanan tujuan dari perataan laba yaitu :

1. Mencapai keuntungan pajak (Hepworth,1953)

2. Untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen (Stolowy dan Breton 2000:60)

(9)

3. Untuk mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar (Bledeiman,1973)

4. Untuk menjaga posisi/ kedudukan mereka dalam perusahaan (Sphor,2004:2)

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Smith (1976) menjelaskan bahwa manajer perusahaan sangat cenderung melakukan perataan laba. Kesimpulan ini didukung oleh temuan Truemen et.al. bahwa secara rasional manajer ingin meratakan laba yang dilaporkannya dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik Perusahaan ( Salno dan Baridwan, 2000)

Faktor-faktor pendorong perataan laba itu dapat dibedakan atas factor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba. Faktor-faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi, sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka akuntansi akan mempengaruhi kondisi itu. Kondisi yang terpengaruh oleh angka-angka akuntansi itu misalnya pembayaran bonus dan harga saham.

Selain faktor-faktor konsekuensi ekonomi, faktor-faktor lain yang mendorong perataan laba adalah angka-angka laba itu sendiri. Faktor-faktor laba adalah angkaangka yang dengan sendirinya juga ikut mendorong perilaku perataan laba. Misalnya perbedaan antara laba yang diharapkan dengan laba yang sesungguhnya. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar selisih

(10)

antara laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba. Berdasarkan pengaruh perataan laba terhadap kekayaan manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong perataan laba merupakan cerminan dari berbagai upaya manajemen untuk menghindari konflik dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukanperataan laba. Banyak penelitian empiris terdahulu telah menguji faktor-faktor tersebut dan temuan empiris yang didapat menunjukkan simpulan yang belum sepakat, karena untuk beberapa faktor masih disimpulkan berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik peratan laba yang telah dikemukakan oleh para peneliti terdahulu yaitu :

1. Ukuran Perusahaan 2. Profibilitas 3. Kelompok usaha 4. Winner/Losser stocks 5. Kebangsaan 6. Harga saham

7. Perbedaan laba actual dan laba normal 8. Kebijakan akuntansi mengenai laba 9. Financial Leverage

(11)

Penulis mengambil faktor faktor yang mempengaruhi perataan laba untuk dianalisis sebagai berikut :

1. Ukuran Perusahan

Ashari et al menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analisis dan investor dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya menurut Nasser dan Herlina (2003) perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba karena perusahan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataa laba. Adanya perhatian dari banyak pihak ini menyebabkan perusahaan tidak ingin memperlihatkan labanya yang berfluktuasi, sehingga praktik perataan laba dilakukan. Perhatian dari pemerintah dan masyarakat akan mempengaruhi pandangan dari investor pula. Juniarti dan Corolina (2005) juga menyebutkan bahwa perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik. Laba yang berfluktuasi akan dinilai sebagai perusahaan yang mempunyai kinerja kurang optimal dan penilaian pemerintah serta masyarakat tersebut akan merugikan perusahaan itu sendiri. Investor juga tentu akan menilai pandangan dari masyarakat dan pemerintah yang buruk akan menghambat jalannya operasional perusahaan. Sehingga

(12)

memunculkan asumsi bahwa semakin besar perusahaan makin terindikasi perusahaan melakukan perataan laba.

2. Net Profit Margin

Berpengaruhnya Net profit margin terhadap tindakan perataan laba diduga karena rata-rata perusahaan belum memiliki kinerja yang cukup baik, sehingga manajemen melakukan praktek perataan laba untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar terlihat efektif dimata investor. Net profit margin merupakan rasio profitabilitas yang diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Laba bersih setelah pajak sering digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi yang berhubungan dengan perusahaan. Oleh karena itu, laba bersih setelah pajak sering dijadikan tujuan perataan laba oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba dan menunjukan kepada pihak luar bahwa kinerja manajemen perusahaan tersebut telah efektif. 3. Financial Leverage

Financial leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara hutang dan aktiva. Financial leverage menggambarkan hubungan antara total asset dengan total modal sendiri, modal saham biasa atau menunjukan penggunaan hutaang untuk meningkatkan laba. Apabila leverage tinggi menunjukan risiko keuangan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi dan sebaliknya Perusahaan yang melakukan rasio leverage tinggi diduga melakukan manajemen laba (Tarjo dan sulistywati,2005).

(13)

Perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai sebagian besar aktivanya. Peningkatan hutang akan meningkatkan risiko tekanan keuangan dan kebangkrutan. Kreditor menghadapi risiko Karen aperusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi mempunyai risiko yang tinggi pula maka laba perusahaan berfluktuasi dan perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba supanya perusahaan kelihatan stabil karena investor cenderung mengamati fluktuasi laba suatu perusahaan (Kustiani dan Ekawati, 2006)

G. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk menguji faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik perataan laba , sebagai berikut :

1. Penelitian oleh Juniarti dan Corolina (2005) dengan judul analisa faktor faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba (Income Smooting). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industry perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya praktik praktik perataan laba.

2. Penelitian oleh Tuty dan Indrawaty (2007) dengan judul analisa faktor faktor penentu indeks perataan laba selama periode krisis ekonomi . Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

3. Penelitian oleh Novita (2009) dengan judul pengaruh faktor finansial perusahaan terhadap praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang tedaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan

(14)

bahwa ukuran perusahaan, ROA, dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba

4. Penelitian oleh Arya Hagaganta Amanza (2012)dengan judul analisis faktor faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing). Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, profibilitas dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

5. Penelitian oleh Yosika Tri Santoso (2010) dengan judul analisis pengaruh npm, roa, company size, financial leverage dan der terhadap praktek perataan laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa npm, financial leverage dan der berpengaruh signifikan praktik perataan laba sedangkan roa dan company size tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

6. Penelitian oleh Dewi (2011) dengan judul analisa dan faktor faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di BEI (2006-2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Profibilitas, financial leverage dan jenis industry tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

7. Penelitian oleh I Nyoman Ari Widana (2013) dengan judul perataan laba serta faktor yang mempengaruhinya di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, net profit margin berpengaruh signifikan

(15)

terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan, dividen payout ratio, dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Tabel.2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti dan

Tahun VariabelPenelitian Hasil Penelitian

1 Tuty dan Indrawaty (2007) Ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage

Ukuran perusahaan dan profitabiliats berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, financial

leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap praktik perataan laba. 2 Juniarti dan Corolina (2005) Ukuran perusahaan, profitabilitas, Sektor industru Ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industry tidak berperngaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

3 Novita (2009) Ukuran

perusahaan, ROA, NPM

Ukuran Perusahan, ROA dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. 4 Arya Hagaganta Amanza (2012) Profitabilitas, Risiko keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial

Risiko Keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, profibilitas dan kepemilika manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba 5 Yosika Tri Santoso (2010) npm, financial leverage ,der roa , company size

Hasil penelitian menunjukan bahwa npm, financial

leverage dan der

berpengaruh signifikan praktik perataan laba sedangkan roa dan company size tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. 6 Dewi (2011) Ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Profibilitas, financial leverage

(16)

dan jenis industry dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba,

7 I Nyoman Ari Widana (2013) Profitabilitas, net profit margin, ukuran perusahaan, dividen payout ratio, dan financial leverage

Profitabilitas, net profit margin berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan,

dividen payout ratio, dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Sumber : Kumpulan berbagai Jurnal yang diolah H. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Ukuran perusahan dalam penelitian ini diproksikan dengan nilai ln total aktiva. Nilai total aktiva digunakan dengan dasar bahwa besarnya nilai total aktiva mencerminkan harta atau kekayaan yang dimiliki perusahaan. Jadi, dapat diasumsikan bahwa semakin besar nilai total aktiva maka semakin besar ukuran perusahaan. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya, penurunan laba yang drastis akan merusak citra perusahaan.

Ha1:Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba

2. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Praktik Perataan Laba

Berpengaruhnya net profit margin terhadap praktik perataan laba disebabkan karena margin ini terkait langsung dengan objek perataan laba yaitu laba setelah pajak (Suwito dan Herawaty, 2005, 138). Investor cenderung melihat laba setelah pajak untuk pengambilan keputusan terkait dengan investasi yang

(17)

akan dilakukan. Hal inilah yang memacu manajemen untuk meratakan laba, agar laba terlihat stabil.

Ha2: Terdapat pengaruh net profit margin perusahaan terhadap praktik perataan

laba

3. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba

Financial leverage merujuk pada penggunaan utang dalam rangka pembiayaan perusahaan (Weston dan Copeland, 2002:3). Financial leverage diproksikan dengan debt to equity ratio memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang (Prastowo dan Juliaty, 2008:89). Walau utang berarti risiko, ini juga memberikan potensi untuk memperbesar keuntungan bagi si pemilik. Hal inilah yang membuat perusahaan meratakan laba.

Ha3:Terdapat pengaruh financial leverage perusahaan terhadap praktik perataan

laba

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Ukuran Perusahaan

Net Profit Margin (NPM)

Financial leverage

Perataan Laba

(Income Smoothing)

(18)

I. Hipotesis

Suatu hipotesis akan diterima jika analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis itu benar. Hipotesis yang ingin diujikan dan dibuktikan dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :

H1: Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

H2: Net profit margin mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

H3: Financial leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Strategi konservasi sumber daya hayati baik tingkat nasional maupun global meliputi 3 aspek penting yaitu (1) perlindungan terhadap habitat asli yang merupakan bagian dari

Hasil tersebut menunjukan jika kredibilitas kepemimpinan yang terdiri dari aspek kepercayaan (X.1), kewibawaan (X.2), kejujuran (X.3) dan keahlian (X.4) secara

Aplikasi manajemen rantai pasok dengan fitur peramalan dengan metode simple moving average pada PT Sun Motor Solo yang dibuat telah mampu memberikan informasi

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Kepentingan kemahiran komunikasi dalam kalangan pelajar turut disokong oleh Hurley (2008), yang ada menyatakan bahawa keperluan bagi kemahiran komunikasi ini

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based