• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 245

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BERBASIS

MULTIMEDIA

IRVAN PERMANA & ENI NURAENI

ABSTRAK

Menyongsong impelementasi luas kurikulum 2013 dengan salah salah satu prinsip pelaksanaan pembelajarannya adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, maka perlu dicermati berbagai strategi penggunaan multimedia. Berbagai reviu serta hasil penelitian menunjukkan keunggulan penggunaan multimedia terhadap penguasaan konsep dan minat siswa terhadap pembelajaran. Akan tetapi penggunaannya yang masih konvensional menyebabkan pembelajaran bersifat berpusat pada guru dan kurang mengembangkan kompetensi kompetensi yang lebih tinggi pada siswa. Dalam Upaya mengatasi hal tersebut telah dilakukan berbagai penelitian yang memadukan berbagai strategi dengan pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan tingkat tinggi siswa. Metode yang digunakan untuk menguji strategi yang dihipotesiskan adalah quasy experiment dengan dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksprerimen) di SMP, SMA dan SMK. Data diperoleh dengan instrumen tes (soal konsep dan keterampilan berpikir kritis) dan non tes (catatan lapangan dan lembar observasi). Data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan rata-rata N-gain serta triangulasi dengan data kualitatif. Dari hasil analisis data disimpulkan terdapat 3 macam strategi untuk optimalisasi pembelajaran berbasis multimedia yaitu menerapkan ceramah ekspositori, menerapkan strategi Questioning, dipadukan dengan pembelajaran kooperatif dan permainan (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran berbasis multimedia. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol.

KATA KUNCI

Multimedia, optimalisasi, ceramah ekspositori, strategi questioning, Teams Games Tournament

(2)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 246 PENDAHULUAN

Di dalam lampiran Permendikbud tahun no 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran diantaranya belajar berbasis aneka sumber belajar, penggunaan pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Terkait dengan prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 tersebut, maka guru harus mengembangkan berbagai strategi yang menekankan pada siswa sebagai pembelajar yang aktif.

Berbagai sumber belajar saat ini tersedia cukup banyak dan mudah diakses. Berbagai situs di internet, multimedia di pasaran, bahkan buku-buku yang mendukung proses pembelajaran banyak tersedia. Dengan demikian peran guru sebaiknya diarahkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang tersedia tersebut untuk meningkatkan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas.

Penggunaan teknologi dan komunikasi dalam pembelajaran IPA sudah menjadi hal yang biasa di kelas, diantaranya penggunaan multimedia. Berbagai manfaat tentang multimedia telah banyak direviu oleh berbagai ahli. Neo & Neo (2001) menyatakan bahwa multimedia dapat memperkuat pesan yang disampaikan guru. Menurut Munir (2009), penggunaan teknologi informasi dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Penerapannya terhadap multimedia secara individual dapat menyediakan waktu kelas yang memadai dan ruang kerja untuk siswa. Nuraeni (2006) menambahkan bahwa pesan yang disampaikan melalui multimedia dengan menggunakan bahasa pengantar yang sama dengan pengguna lebih mudah dipahami.

Penggunaan multimedia tidak hanya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan lingkungan belajar yang menyenangkan. Newby et al. (2006) menyatakan bahwa multimedia dapat digunakan dalam mengajarkan keterampilan yang lebih tinggi. berbagai penelitian mendukung pernyataan tersebut. Multimedia yang menekankan pada aspek visualisasi dapat meningkatkan keterampilan generik siswa SMK (Permana dan Rohman, 2012) dan keterampian berpikir kritis (Permana, 2012) pada konsep hidrokarbon. Sementara pada bidang biologi, Nuraeni (2006) menemukan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan inkuiri mahasiswa secara signifikan. Kemampuan inkuiri yang dimaksud diantaranya keterampilan berhipothesis, interpretasi, prediksi, merencanakan percobaan, bertanya dan berkomunikasi. Kemampuan inkuiri yang dimaksud tersebut termasuk juga indikator dari keterampilan proses sains.

Hasil pengamatan peneliti yang dilakukan terhadap guru-guru peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) periode 2011 jenjang SMP dan SMA saat melaksanakan peer teaching menunjukkan bahwa seluruh guru telah menggunakan media pembelajaran. Akan tetapi strategi yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan media kurang bervariasi, sebagian besar menggunakan metode ceramah. Guru biasanya meminta siswa untuk memperhatikan media kemudian guru menjelaskan materi yang terdapat dalam media. Terkadang ketika media diberikan, siswa banyak menemukan pesan dan informasi, akan tetapi tidak dapat memilih dan menemukan pesan-pesan yang relevan dengan yang dipelajari pada saat tersebut. Dalam pembelajaran yang seperti itu guru terlihat sangat aktif dan siswa cenderung pasif. Hal serupa ditemukan pula pada guru-guru di kelas sebenarnya.

Berdasarkan uraian uraian tersebut, maka dalam makalah ini akan diuraikan strategi-strategi untuk optimalisasi pembelajaran berbasis multimedia di kelas IPA

(3)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 247 METODE PENELITIAN

Makalah ini merupakan reviu terhadap berbagai hasil penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasy experiment dengan dua kelas. Satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Penelitian dilakukan pada berbagai jenjang SMP, SMA dan SMK. Data diperoleh dengan instrumen tes (soal konsep dan keterampilan berpikir kritis) dan non tes (catatan lapangan dan lembar observasi). Data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan Rata-rata N-gain serta triangulasi dengan data kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi optimalisasi pembelajaran berbasis multimedia yang diinventarisasi penulis diantaranya menerapkan ceramah ekspositori, menerapkan strategi Questioning, dipadukan dengan pembelajaran kooperatif serta permainan.

A. Menerapkan Ceramah Ekspositori dalam pembelajaran berbasis multimedia

Metode ceramah ekspositori adalah metode ceramah dengan melakukan pembahasan mendalam pada scene-scene yang dibutuhkan di dalam multimedia. Pada metode ini multimedia digunakan bukan sebagai sumber informasi utama. Guru dan multimedia memiliki porsi yang seimbang. Penggunaan ceramah ekspositori seringkali menjebak guru dalam pembelajaran yang teachered-centered.

Opimalisasi strategi ini pada penggunaan multimedia dilakukan dengan beberapa cara

1. Mengembangkan multimedia yang komunikatif. Salah satunya dapat dilengkap dengan fitur-fitur untuk berinteraksi (misanya visualisasi kreatif dan pertanyaan-pertanyaan produktif)

2. Meningkatkan interaktivitas siswa dengan multimedia. Pada scene-scene yang memerlukan penjelasan. Berilah kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan hasil pengamatannya terhadap visualisasi yang disajikan di dalam multimedia terlebih dahulu. Guru dapat membantu dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

Strategi ceramah ekpositori diterapkan dalam penelitian “Media Visualisasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Siswa SMK pada Konsep Hidrokarbon” (Permana, 2012). Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya konsep-konsep abstrak dengan contoh konkrit pada materi hidrokarbon. Abstraksi konsep-konsep hidrokarbon terdapat pada konsep yang bersifat mikroskopis, sedangkan konsep-konsep konkrit terdapat pada konsep-konsep-konsep-konsep yang makroskopis.

Karakteristik konsep-konsep tersebut memberikan peluang besar untuk dikembgankan dalam multimedia interaktif. Contoh contoh konkrit dalam konsep hidrokarbon merupakan contoh-contoh yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Bensin, solar, minyak tanah, LPG dan aspal merupakan contoh-contoh hidrokarbon pada tingkat makroskopis, sementara tingkat mikroskopis belum siswa ketahui. Multimedia yang dikembangkan peneliti bertujuan menghubungkan konsep-konsep konkrit yang telah diketahui dengan konsep abstrak yang akan dipelajari. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dibangun multimedia yang memvisualisasikan proses-proses pembentukan senyawa-senyawa hidrokarbon.

Multimedia visualisasi hidrokarbon berisi visualisasi konsep dalam bentuk gambar dan animasi-animasi yang dirancang dengan diarahkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan terkait gambar dan animasi yang ada untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep hidrokarbon. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, juga dapat melatih siswa

(4)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 248 40,53 59,3 36,45 33,06 50,17 62,14 62,12 43,68 0 10 20 30 40 50 60 70 KBKr 1 KBKr 2 KBKr 3 KBKr 4 P e rsent ase Kontrol Eksperimen

mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan mengacu pada indikator keterampilan berpikir kritis. Selain itu juga, dalam media visualisasi ini terdapat latihan untuk jenis konsep berdasarkan aturan seperti pemberian nama pada alkana, alkena, dan alkuna serta dalam penentuan isomer senyawa hidrokarbon (Permana, 2012).

Hasil penelitian tersebut disajikan dalam Gambar 1. Kelompok siswa yang belajar melalui media visualisasi lebih tinggi dibandingkan kelompok yang belajar secar konvensional. Perbedaan kemampuan berpikir kritis yang paling kecil terjadi pada KBKr 2 diikuti KBKr1 dan KBKr 4. Jika dilihat N-gain, maka seluruh siswa pada kedua kelas termasuk ke dalam kategori sedang pada semua indikator keterampilan berpikir kritis siswa.

Gambar 1. Grafik perolehan N-gain (%) Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Kontrol dan Eksperimen (Permana, 2012)

B. Menerapkan strategi questioning dalam pembelajaran berbasis mutlimedia

Kebanyakan guru mengajukan pertanyaan untuk lima tujuan utama yaitu, untuk melibakan siswa dalam pembelajaran, untuk mendorong pemikiran dan pemahaman siswa, untuk meninjau kembali isi pelajaran yang penting, untuk mengontrol siswa dan untuk menilai kemampuan siswa (McMillan, 2004 dalam Jacobsen et al., 2009). Optimalisasi strategi questioning dimulai dengan memahami berbagai metode dan teknik serta jenis-jenis pertanyaan.

Strategi questioning adalah penerapan berbagai teknik bertanya dan metode tanya jawab. Kunci strategi bertanya yang efektif adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran atau yang memfasilitasi suatu standar dengan cara yang paling efektif (Jacobsen, 2009:173). Pertanyaan yang dirancang dengan baik akan mendorong siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Akibatnya siswa dapat dirangsang untuk berpikir dan melakukan kegiatan belajar yang bermakna, dan tentunya rasa ingin tahu (curiosity) siswa juga meningkat.

Cara guru bertanya dan pertanyaan/jawaban siswa serta pertanyaan yang diajukan mempunyai pengaruh terhadap siswa dalam mempelajari konsep Biologi (Rustaman, et al., 2003). Hal hal yang perlu diperhatikan guru ketika mengajar di kelas berkaitan dengan bertanya yaitu: 1) Pengarahan ulang, guru mempermasalahkan satu pertanyaan pada

Keterangan:

KBKr 1: memfokuskan pada sebuah pertanyaan KBKr 2: menganalisis argumen

KBKr 3: bertanya dan menjawab pertanyaan tentang klarifikasi dan menantang

(5)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 249 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 N- gain Kontrol Eksperimen

beberapa siswa dengan tujuan agar lebih banyak siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Satu pertanyaan terutama pertanyaan divergen, perlu dijawab oleh lebih dari satu orang karena sringkali jawaban siswa belum memadai; 2) Teknik membimbing, guru mengajukan satu pertanyaan kepada seorang siswa dengan tujuan untuk meningkatkan respon pertama siswa untuk sampai pada jawaban yang benar atau luas; 3) Sikap bertanya, Sikap dan gaya guru, termasuk suara, ekspresi wajah, dan gerakan atau posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan. Keterampilan memberikan penguatan secara verbal atau nonverbal perlu dilaksanakan sebaik-baiknya. Cara untuk menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan guru adalah dengan menerima jawaban siswa dan menggunakannya sebagai titik tolak memberikan uraian selanjutnya.4) Waktu tunggu, ketika guru mau sebentar saja untuk bersabar menunggu kira-kira 3 detik atau lebih, kualitas jawaban siswa menjadi meningkat. Manfaat waktu tunggu mencakup antara lain meningkatkan partisipasi dalam diskusi, meningkatnya penyampaian alasan-alasan untuk mempertahankan jawaban, dan meningkatkan jawaban-jawaban berdasarkan pemikiran (Jacobsen et al., 2009); 5) Cara memberi giliran, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas baru kemudian kepada siswa tertentu.

Strategi questioning diterapkan dalam penelitian “Pengaruh Strategi Questioning Terhadap Penguasaan Konsep dan Retensi Siswa Kelas VIII SMP Pada Konsep Gerak Tumbuhan” (Supriyatna, 2012). Selain strategi questioning, karakteristik multimedia yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan media pembelajaran yang sama, yaitu dengan menggunakan slide power point yang memuat materi mengenai macam-macam gerak yang terjadi pada tumbuhan, konsep-konsep tersebut disajikan secara singkat dan jelas serta disertai dengan contoh-contohnya secara langsung disajikan dalam bentuk video

time lapse. Video time-lapse dianggap sangat membantu siswa untuk memahami dan

mengamati gerak tumbuhan yang sulit diamati secara spontan.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan. Perbandingan hasil rata-rata N Gain yang diperoleh kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 2. Grafik pada Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata N-gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Temuan lain dari penelitian ini adalah peningkatan interaktivitas siswa di dalam kelas.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Hasil Pretest, Posttest, dan Tes Retensi Pada Kelas

(6)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 250 C. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan

Multimedia

Pembelajaran kooperatif tipe TGT berbasis multimedia yang dimaksud adalah jenis pembelajaran model TGT yang dipadukan dengan multimedia yang seluruh sintak model pembelajarannya di kemas dalam suatu media pembelajaran.

Model TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang pembelajarannya dilakukan dengan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku bangsa atau ras yang berbeda (Handayani, 2010).

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal, yaitu pada TGT menggunakan turnamen akademik yang menggunakan kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba-lomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara. Hasilnya, siswa-siswa yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama untuk memperoleh skor bagi kelompoknya sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan kelompok tetap sama, tetapi siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding dapat berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan siswa-siswa yang berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.

Menurut Johnson & Johnson dalam Triyani (2009), metode TGT ini meliputi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap mengajar (teaching)

Dalam tahap ini, guru mengajarkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam kompetisi. Materi pelajaran yang diajarkan hanya secara garis besarnya saja dari suatu materi. Tahap ini meliputi pembukaan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, membangun suatu pengetahuan awal mengenai materi tersebut, dan memberikan petunjuk pelaksanaan metode TGT termasuk pembentukan kelompok. Tahap ini dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.

2. Tahap belajar dalam kelompok (team study)

Dalam tahap ini anggota kelompok mempunyai tugas untuk mempelajari materi pelajaran secara tuntas dan saling membantu dalam mempelajari materi tersebut. Jika ada kesulitan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum bertanya pada guru. Setiap anggota kelompok dalam berdiskusi hendaknya dengan suara perlahan, sehingga kelompok yang lain tidak terganggu.

3. Tahap kompetisi (tournament)

Dalam tahap ini setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk maju ke meja kompetisi, di atas meja tersebut telah tersedia kartu. Kemudian siswa mengambil sebuah kartu dan membacanya keras-keras. Kelompok yang mengambil pertanyaan tersebut harus menjawab, jika jawaban salah maka kelompok lawan dapat mengajukan jawabannya. Setiap jawaban kelompok yang benar diberikan poin atau skor, dan skor-skor tersebut dijumlah sebagai skor kelompok.

Penelitian tentang penerapan TGT pada pembelajaran berbasis multimedia dilakukan oleh Widyana (2013) pada siswa SMA kelas XI IPA konsep sistem reproduksi menunjukkan hasil yang positif. Gambar 3 merupakan data hasil penelitian berupa perbandingan indeks gain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(7)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 251 .

Gambar 3 Perbandingan Rata-Rata Nilai Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Widyana, 2013)

Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai indeks gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar siswa kelas kontrol. Hasil belajar siswa kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbasis multimedia mengalami peningakatan sebesar 37,67, sedangkan hasil belajar siswa kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran diskusi kelompok dengan media pembelajaran berupa charta dan power point mengalami peningkatan sebesar 28,45.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Optimalisasi pembelajaran berbasis multimedia dipengaruhi oleh strategi yang dipergunakan. Berdasarkan hasil penelitian, strategi yang mempengaruhi antara lain ceramah ekspositori dengan meningkatkan interaktifitas multimedia dengan siswa, strategi questioning yang meliputi metode tanya jawab dan strategi bertanya, serta pembelajaran kooperatif tipe TGT berbasis multimedia.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Permendikbud No. 65/2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Handayani, F. KD. (2010). Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar SiswaKelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Kabupaten Pasuruan Pada Materi Keragaman Bentuk Muka Bumi. Jurnal Penelitian Kependidikan. 20 (2), 173-174. [Online]. Tersedia: http://lemlit.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/76. pdf [5 Nopember 2012].

Jacobsen, D. A., Eggen, P., & Kauchak, D. (2009). Methods for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munir. (2009). Konstribusi Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK dalam Pendidikan di Era Globalosasi Pendidikan Indonesia. Jurnal PTIK. 2, (2), 1-4.

0,45 0,62 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Kontrol Eksperimen

(8)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Implementasi Kurikulum 2013 Universitas Pakuan Bogor 2014 252 Neo M, Neo KTK (2001). Innovative teaching: Using multimedia in a problem-based learning

environment. Educational Technology & Society 4(4) 2001. ISSN 1436-4522

Newby, Stepich, Russel. (2006). Educational Technology for Teaching and Learning. Pearson Merrill Prentice Hall: Ohio

Nuraeni. (2006). Pengembangan Media Pembelajaran Genetika Mikroba Berbantuan Komputer untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Kemampuan Inkuiri dan Sikap Mahasiswa. Tesis Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Permana & Rohman. (2012). Visualization Multimedia to Enhance Concepts Understanding and Generic Science Skills of Vocational High School Students on The Hydrocarbons Concept. Jurnal Pengajaran MIPA. 17, (1), 132-141

Permana. (2012). Media Visualisasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Siswa SMK pada Konsep Hidrokarbon. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 6, (3), 235-248

Rustaman, N et al. (2003). Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: IMSTEP JICA FPMIPA UPI.

Supriyatna. (2012). Pengaruh Strategi Questioning Terhadap Penguasaan Konsep Dan Retensi Siswa Kelas VIII SMP Pada Konsep Gerak Tumbuhan. Skripsi FPMIPA UNY Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Triyani, A. N. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta Kelas IX C. Skripsi FPMIPA UNY Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Widyana. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Sistem Reproduksi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbasis Multimedia. Skripsi FPMIPA UNY Yogyakarta: tidak diterbitkan.

BIODATA PENULIS

Penulis Utama

Nama : Irvan Permana, M.Pd

Instansi : Prodi PGSD FKIP UNPAK Bogor Email : irvan_permana08@yahoo.com No HP : 08170223776

Nama : Eni Nuraeni, M.Pd

Instansi : Jurusan Pend. Biologi FPMIPA UPI Bandung Email : eni.bio_upi@yahoo.com

Gambar

Gambar 1. Grafik perolehan N-gain (%) Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Kontrol  dan Eksperimen (Permana, 2012)
Grafik  pada  Gambar  2  menunjukkan  bahwa  rata-rata  N-gain  siswa  kelas  eksperimen  lebih  tinggi  dibandingkan  kelas  kontrol
Gambar 3 Perbandingan Rata-Rata Nilai Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol  (Widyana, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi sebaian perusahaan dengan hanya memusatkan pada segi jumlah, serta hubungan baik dengan pelanggan dirasakan cukup bagi mereka dalam merebut pasar, namun ada

Penelitian ini mengenai “Pengaruh Kepercayaan , Manfaat dan Kemudahan Penggunaan Terhadap Niat Nasabah dalam Menggunakan Internet Banking Bank Cimb

[r]

 Menurut ekonomi neo-klasik  penilaian individu terhadap suatu barang atau jasa merupakan selisih antara WTP dengan biaya yang diperlukan untuk mensuplai

Terdapat perbedaan tingkat produksi padi dari yang diharapkan dibandingkan dengan kondisi dilapangan, menjadi sebuah tanda Tanya sehingga ditarik satu variable

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

4.1.4 Hasil Pengujian Pengaruh Inputan Jenis Batik yang Salah terhadap Klasifikasi Motif Batik Pada pengujian sebelumnya di dapatkan parameter terbaik pada saat level

Selain paket satu, kami juga ada paket menengah, yaitu paket 3, Anda hanya butuh mengeluarkan Rp 1.350.000 dengan jumlah sate 60 porsi, gulai 70 porsi dan tengkleng solo 40