• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya jumlah penduduk sehingga mengakibatkan semakin kecilnya kesempatan kerja yang ada diperkotaan karena jumlah pencari kerja yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang berujung pada sulitnya masyarakat kota untuk memenuhi kebutuhan mereka. Diperkotaan pemenuhan akan kebutuhan tersebut tidak saja menjadi tanggung jawab kaum laki-laki tetapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab kaum perempuan.

Dalam kehidupan masyarakat perempuan sering dimaknakan sebagai suatu makhluk yang lemah, halus, lembut, sensitive, serta lemah gemulai yang fungsi dan peranannya hanya dalam lingkup rumah tangga perempuan umumnya disosialisasikan dengan sifat feminitas dimana sering dilabelkan oleh masyarakat sebagai ratu rumah tangga atau ibu rumah tangga. Kata ratu atau ibu seyogianya menunjukkan status yang tinggi, tetapi hanya pada lingkup rumah tangga. Kata rumah tangga dikaitkan dengan jenis kerja yang dapat dilakukan pada kegiatan kerja reproduksi. Kerja reproduksi diartikan sebagai kerja pengasuhan anak, pendidikan, sosialisasi, penyiapan, dan pengadaan makanan, membersihkan rumah, mengurus anggota keluarga yang

(2)

2 sakit. (Pandu dalam Roberto, 2005 : 2) sedangkan laki-laki dengan sifat maskulinitas dimana laki-laki harus bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga karena memiliki kekuatan fisik. Jadi urusan produktif seakan-akan menjadi tugas laki-laki dan urusan reproduksi (kerumahtanggahan) adalah tugas perempuan.

Pada masa lalu laki-lakilah sebagai penentu segala-galahnya karena ada nilai yang melegitimasi hal tersebut, nilai yang melegitimasi wewenang laki-laki itu dikenal sebagai nilai patriarki yang telah mendarah daging sampai sekarang dikalangan masyarakat baik di dunia barat, lebih-lebih di dunia timur. Disamping itu masyarakat juga telah diperkenalkan pada suatu model pembagian peran antara laki-laki dan perempuan.

Model pembagian peran ini pun telah dilegitimasi melalui nilai sosial-budaya yang dianut masyarakat. Pembagian peran ini antara lain :

1. Laki-laki berkipra di lingkup publik diluar rumah, antara lain perananya mencari nafkah untuk keluarga yang akhirnya melalui peranannya ini mereka mendapat kesempatan/peluang untuk mengembangkan diri, karirnya dan sebaliknya.

2. Perempuan berkiprah di lingkup domestik didalam rumah melalui pekerjaan rumah tangga, yang tidak menghasilkan pendapatan yang nyata dan tidak mengenal jenjang karir. (Pandu dalam Roberto, 2005 : 3)

Pembagian kerja secara seksual diatas dijelaskan oleh Marwel dengan menggunakan pendekatan fungsional bahwa :

(3)

3 a) Peran didasarkan atas perbedaan seksual selalu terjadi, ini sudah

menjadi kenyataan yang tidak dapat dibantah.

b). Pada setiap kebudayaan perempuan dan laki-laki diberi peran dan pola tingkah laku yang berbeda untuk saling melengkapi perbedaan badania dari kedua makhluk ini.

c). Pembagian peran ini berfungsi untuk melengkapi kekurangan kedua jenis makhluk ini, supaya persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dapat dipecahkan dengan baik.(Budiman dalam Roberto, 1985 : 5)

Namun kenyataannya pembagian kerja secara seksual antara laki-laki dan perempuan pada beberapa kasus sekarang ini memperlihatkan adanya perubahan dan perkembangan yang signifikan, yang memandang pembagian fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam suatu rumah tangga tidak lagi harus bersifat kaku dan mutlak. Perubahan ini terjadi oleh beberapa faktor yang mendorong perempuan berperan ganda : 1) Perkembangan teknologi yang begitu maju, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan yang telah mendorong berkembangnya pandangan yang berbeda dalam suatu masyarakat.

2) Meningkatnya kuantitas dan pentingnya kebutuhan hidup.

Hal ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan perempuan agar tercapai suatu kondisi yang seimbang dan harmonis dalam mempertahankan kualitas hidup suatu keluarga atau rumah tangga. 3) Disebabkan karena dorongan untuk mempertahankan kebiasaan –

(4)

4 menikah. Mempertahankan kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah suatu bentuk pemuasan diri secara personal sehingga mereka merasa perlu melakukan hal tersebut.

Di perkotaan pembagian fungsi dan peran dan perempuan tersebut tidak lagi didasari atas pembagian kerja secara seksual, kondisi ini terjadi karena perkembangan akan pengetahuan dan kemajuan teknologi yang tidak lagi memandang perempuan terbatas pada sektor domestik semata serta tuntutan emansipasi dan kesetaraan gender oleh kaum perempuan terhadap dominasi kaum laki-laki untuk menjadi motivasi pendorong perempuan berani dan terbuka dalam berperan diluar rumah.

Disamping itu kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia diperkotaan dimana kota tidak mampu menyediakan lapangan kerja yang dapat menampung para pencari kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya sehingga pada akhirnya mereka, baik itu laki-laki maupun perempuan memilih pekerjaan sendiri disektor informal. Sektor informal adalah lahan yang selama ini banyak digarap oleh kaum perempuan sebagai tempat aktifitasnya. Salah-satu kegiatan yang dilakukan adalah sebagai pedagang kaki lima demi untuk pemenuhan akan kebutuhannya dan keluarganya yang tidak dapat ditanggulangi sendiri oleh kaum laki-laki sebagai kepala keluarga.

Kota Palopo memiliki luas 247,52 kilometer persegi, dimana terdapat 133.990 jiwa yang terdiri dari 66.773 jiwa kaum perempuan dan terdapat 66.217 jiwa kaum laki-laki dan yang berprofesi sebagai pedagang

(5)

5 kaki lima tahun 2006 yang terdata sekitar 778 orang dan pada awal tahun 2007 jumlah yang terdata mencapai 2.645 orang. dimana kesemuanya tersebar di berbagai wilayah yang ada di kota Palopo (BPS Kota Palopo tahun 2007) dan dari hasil pendataan Dinas Kesejahteraan Sosial.

Salah satu tempat yang dijadikan kaum perempuan di kota Palopo dalam beraktifitas diluar rumah yaitu dilokalisasi pedagang kaki lima yang terdapat di Lagota Palopo dimana tidak tertutup kemungkinan mereka mendapatkan ancaman atau perlakuan pelecehan, kekerasan, suborbinasi, diskriminasi dan marginalisasi yang akan mereka terima dalam aktifitasnya diluar rumah dari orang-orang yang masih kaku dalam memandang pembagian kerja secara seksual antara laki-laki dan perempuan sebagai konsep yang ideal dalam membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Berangkat dari fenomena tersebut diatas sehingga penulis mencoba menyusun Suatu penelitian menyangkut eksistensi perempuan disektor informal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah yang mau diteliti oleh penulis :

1. Faktor-faktor apa yang mendorong perempuan menjadi pedagang kaki lima di Lagota Palopo.

2. Peran produktif perempuan pedagang kaki lima di Lagota Palopo dalam membantu perekonomian keluarga?

3. Masalah-masalah apa yang dialami perempuan pedagang kaki lima di Lagota Palopo?

(6)

6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong perempuan pedagang kaki lima di Lagota Palopo sehingga mereka mau bekerja disektor informal.

b. Untuk mengetahui bentuk peran produktif perempuan pedagang kaki lima di Lagota Palopo dalam membantu perekonomian keluarga.

c. Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dirasakan perempuan pedagang kaki lima di Lagota Palopo dalam kewirausahaannya.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut: a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukkan bagi penelitian

lainnya dalam membahas masalah yang berhubungan dengan fenomena perempuan yang bekerja disektor informal.

b. Bagi pemerintah Kota Palopo, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam perumusan kebijaksanaan khususnya yang berhubungan dengan pedagang kaki lima di Lagota Palopo.

D. Kerangka Konseptual

Daerah perkotaan terutama yang tergolong sebagai kota besar senantiasa mengalami perkembangan begitu cepat, baik fisik maupun non fisik. Perkembangan ini sejalan dengan semakin terdesaknya akan pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan.

(7)

7 Laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang lebih cepat dibanding dengan daerah pedesaan, selain pertumbuhan penduduk alamiah juga dikarenakan tingginya tingkat urbanisasi dan pemekaran perkotaan. Keadaan semacam ini menyebabkan perluasan kesempatan kerja dalam sektor formal kurang mampu menyerap seluruh angkatan kerja dan mempercepat tumbuhnya sektor informal (Ramli dalam Burnas, 2005: 1). Kehidupan sector informal ini memegang peranan penting dalam kehidupan perkotaan, karena dapat menunjang tersedianya lapangan kerja dan merupakan sumber pendapatan yang cukup potensial bagi penduduk perkotaan.

Dewasa ini peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari telah mengalami banyak perubahan. Dalam masyarakat tradisional, perempuan dianggap sebagai kaum yang tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar sebagaimana yang dilakukan oleh kaum laki-laki, sebaliknya perempuan dianggap sebagai kaum yang hanya mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan didalam rumah seperti melahirkan anak, merawat anak, mengurus suami, memasak dan urusan-urusan lain yang bersifat domestik. Namun dalam masyarakat modern, perempuan dianggap sebagai kaum yang derajat atau kedudukannya sama dengan laki-laki. Dengan demikian perempuan dapat bekerja di luar khususnya kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi dan tidak lagi terkurung didalam rumah dengan kesibukan-kesibukan yang bersifat domestik.

Perubahan peran perempuan tersebut diatas disebabkan oleh berbagai hal antara lain karena adanya kemauan perempuan untuk mandiri dalam

(8)

8 bidang ekonomi, kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga dan semakin luasnya kesempatan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja (Alatas dan Trisilo dalam Burnas, 2005 : 7).

Dengan demikian pendapat ini menunjukkan bahwa perubahan peranan wanita, disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan yang semakin kompleks, dimana untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan kemampuan ekonomi yang menunjang. Untuk itulah perempuan terdorong untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan atau usaha-usaha ekonomi yang bersifat menambah penghasilan keluarga mereka.

Bekerja disektor informal sebagai pedagang kaki lima yang dilakukan oleh kaum perempuan yang ada di Lagota Palopo merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga mereka, juga tidak terlepas dari dampak yang timbul dari kegiatan tersebut baik yang bersifat psikis maupun yang bersifat non psikis, seperti dengan pelecehan seksual yang bisa saja mereka rasakan dari para pengunjung cafe yang datang atau dengan tidak terfokusnya mereka dalam mengurus urusan keluarga sehingga bisa saja mengakibatkan urusan-urusan rumah tangga menjadi terbengkalai.

Meskipun usaha yang mereka kerjakan tersebut bisa saja menimbulkan dampak yang negatif, akan tetapi usaha yang perempuan tersebut kerjakan sangat memberikan kontribusi yang besar untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga, agar kesejahteraan keluarga dapat mereka rasakan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peran pedagang kaki lima di Lagota Palopo, maka penulis mencoba merumuskan dalam bentuk bagan kerangka konseptual.

(9)

9 Peran Produktif Perempuan Pedagang Kaki

Lima Di Lagota Palopo

Domestik

Menjalankan s tugas sebagai IRT dan mengurus anak

Publik Kontribusi terhadap perekonomian keluarga Negatif Kekerasan Positif Kesejahteraan keluarga

(10)

10 E. Metode Penelitian

1. Dasar dan Tipe Penelitian

Dasar penelitian adalah studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu objek penelitian. Penelitian ini bertujuan mengkaji secara mendalam agar dapat mempelajari secara mendalam dan mendetail masalah sosial yang dihadapi perempuan pedagang kaki lima di Lagota Palopo.

Tipe penelitian adalah deskriptif yang tujuannya adalah untuk menggambarkan peran perempuan disektor informal khususnya pedagang kaki lima di Lagota Palopo.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palopo Propinsi Sulawesi- Selatan dengan objek penelitian adalah perempuan pedagang kaki lima yang berada di Lagota Palopo. Pemilihan objek penelitian tersebut dengan pertimbangan bahwa terdapat banyak perempuan pedagang kaki lima yang berada di lokasi tersebut.

3. Penentuan Informan

Informan yang terpilih berjumlah 5 orang perempuan pedagang kaki di Lagota Palopo. Kelima orang tersebut yang penulis pilih karena dari observasi awal penulis lakukan diperoleh informasi tentang latar belakang kehidupan keluarga mereka yang sesuai topik penelitian yang akan penulis lakukan. Adapun kelima informan tersebut :

(11)

11 1. N.R, 22 Tahun, pedagang Kue dan Roti

2. I.A, 30 Tahun, pedagang Rokok dan kopi 3. Y.L, 19 Tahun, pedagang Es buah

4. T.M, 41 Tahun, pedagang Gorengan

5. D.W, 37 Tahun, pedagang Nasi kuning dan Kue 4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya di tempat penelitian. Pada pengumpulan data secara primer, penulis menggunakan beberapa tehnik guna memperoleh data antara lain :

1. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk memberi peneliti pada objek yang diteliti.

2. Indepth Interview (wawancara mendalam) karena penelitian yang digunakan menggunakan dasar penelitian studi kasus, maka pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dianggap paling tepat karena dimungkinkan untuk mendapat informasi secara detail dari objek yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap informan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sebelumnya.

3. Kajian pustaka yang merupakan pengambilan ataupun pengumpulan data dari literature, buku, artikel yang relevan dan juga dari instansi yang terkait dengan penelitian ini

(12)

12 4. Analisa Data

Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan masalah secara jelas dan mendalam.

Referensi

Dokumen terkait

Poin terakhir adalah perlunya keseriusan dari Universitas-universitas Islam yang memiliki prodi PAUD didalamnya untuk bisa memberikan kontribusi dengan melahirkan alumni –

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu usaha budidaya udang di Desa Oensuli, benur dan pakan belum efisien sehingga perlu penambahan input , sedangkan kapur dan tenaga kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai suseptibilitas magnetik Pasir Sungai

Melalui garapan tari kreasi baru yang berjudul Agirang dikemas dengan pada awal tarian dimulai ( papeson ) menampilkan 3 orang penari putri yang gerak-gerak tarinya

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Dalam konteks regional, Cimahi kemudian dimasukkan sebagai bagian dari Bandung Metropolitan Area (BMA), dengan fungsinya sebagai daerah penyangga Kota Bandung.

Keputusan ini sebagai Instruktur Pendidikan dan Latihan profesi Guru (PLPG) Tahap II Prryram Setifikasi Guru dalam labatan tahun 2014 yang dilaksanakan pada Rayon