• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP. Ita Nurwati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP. Ita Nurwati"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP

Ita Nurwati 1

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 20, No. 3, September - Desember 2020

ISSN 2087-3557

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

MELALUI KEGIATAN WORKSHOP

Ita Nurwati

SMP Negeri 195 Jakarta, Provinsi DKI Jakarta [email protected]

Abstrak

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar. Sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum yang mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan dengan analisis dan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan. Kenyataan di lapangan guru dalam menetapkan KKM tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan. Oleh karena itu, perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang dapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman. Oleh karena itu, peneliti melakukan Workshop dalam membuat kriteria. Melalui

Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan kriteria. Terjadi peningkatan

kesiapan peserta dan terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan kriteria melalui pembinaan berupa Workshop yang mengkhususkan pada ruang lingkup pengawasan peneliti, yang ada pada lampiran (terlampir) dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal kriteria yang telah ditetapkan yaitu 85 %. Artinya 85 % guru telah efektif dalam menetapkan kriteria. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, melalui Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal

© 2020 Didaktikum

Kata Kunci: Kemampuan Merencana PBM; Kriteria KKM; Workshop Guru.

PENDAHULUAN

Suatu bangsa yang besar masyarakatnya mempunyai komitmen tinggi dalam kemandirian. Misalnya, menghargai etika, kejujuran dan integritas, bertanggung jawab, hormat pada aturan dan hukum masyarakat, hormat pada hak orang atau warga lain, cinta pada pekerjaan, berusaha keras menabung dan investasi, bekerja keras hingga tepat waktu dasar itulah yang mampu memupuk kemandirian individu.

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga negara, Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karena berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berupaya melakukan penelitian tindakan sekolah dengan meninjau atas pelaksanaan Workshop dalam menetapkan KKM yang telah dilakukan di SMP Negeri 195 Jakarta di tahun sebelumnya. Tentu saja hal tersebut guna meninjau bagaimana guru-guru yang merupakan elemen penting dalam kinerja

(2)

2 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 20, No. 3, September – Desember 2020

sekolah untuk meningkatkan prestasi secara bersamaan mengetahui bagaimana metode dalam menetapkan KKM di sekolah.

Sudiati (2018:231) mengatakan bahwa pengembangan Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan standar nasional pendidikan memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penjabaran Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran umum dengan mengembangkan SK-KD menjadi indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Khasanah (2019:52) berpendapat bahwa, berdasarkan hasil pengamatan kepala sekolah, masih banyak guru yang belum mempunyai kemampuan seutuhnya dalam menentukan KKM yang merupakan salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria, yaitu dalam menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Berdasarkan kajian awal diduga tindakan yang berupa Workshop untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal dapat menyelesaikan masalah. Tindakan yang dilakukan melalui dua siklus, siklus I terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi siklus I disiapkan siklus II. Sehingga, rumusan masalah dari penelitian tindakan sekolah ini adalah tersusun sebagai berikut, yaitu Apakah melalui

Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 195 Jakarta Tahun Pelajaran 2018-2019?. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui metode pemberian Workshop di SMP Negeri 195 Jakarta Tahun Pelajaran 2018-2019.untuk mengetahui kemampuan motivasi, aktivitas serta mengetahui minat belajar bagi guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui metode pemberian Workshop.

Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM harus ditetapkan sebelum awal Tahun Pelajaran dimulai. Seberapa pun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan Kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian.

Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan melalui Workshop.Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 2008: 403). Lebih lanjut, Harbinson (1973: 52) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan dan tidak berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda. Dalam banyak bidang pelatihan

(Workshop), hal tersebut memang sangat sulit untuk tidak mengatakannya mustahil (dilakukan validasi

dan evaluasi). Bidang yang dimaksud misalnya manajemen atau pelatihan hubungan manusia sifatnya. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas peserta dalam kegiatan Workshop. Di samping itu juga, terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP melalui pembinaan berupa Workshop dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 80%, artinya 80% guru telah efektif dalam menyusun RPP pada masing-masing aspek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui Workshop dapat meningkatkan

(3)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP

Ita Nurwati 3

kompetensi guru dalam menyusun RPP. Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi, yakni peningkatan banyak guru yang mampu membuat pre tes 3 butir, pos tes 6 butir, ulangan harian sebanyak 20 dan tes blok 40 butir dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diharapkan melalui kegiatan Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat KKM dan selanjutnya akan memungkinkan mengadakan penelitian di SMP Negeri 195 Jakarta dengan merujuk pada Pelaksanaan Workshop yang telah ada.

Dalam kaitannya dengan pembinaan kemampuan guru melalui Workshop, maka Amstrong (2000: 209) bahwa tujuan Workshop adalah untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan cepat dan ekonomis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada sehingga prestasi mereka pada tugas yang sekarang ditingkatkan dan mereka dipersiapkan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang. Siswanto (2009: 139) mengatakan Workshop bertujuan untuk memperoleh nilai tambah seseorang yang bersangkutan, terutama yang berhubungan dengan meningkatnya dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersangkutan. Workshop dimaksud untuk mempertinggi kemampuan dengan mengembangkan cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan termasuk tugas dalam melaksanakan evaluasi diri (As’ad, 2007: 64).

Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai Upaya Pemahaman Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Melalui Kegiatan Workshop Bagi Guru di SMP, yang berfungsi untuk membantu para guru dalam menentukan KKM, serta manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan kreativitas, minat, dan motivasi bagi guru dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui Workshop di SMP Negeri 195 Jakarta dengan penelitian Tindakan yang akan dilakukan adalah Workshop Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.

Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah jenis penelitian tindakan sekolah. Jenis penelitian tindakan sekolah ini dianggap paling tepat karena penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalah pada wilayah kerja peneliti sendiri berdasarkan pengalaman sehari-hari. Dengan kata lain, berdasarkan hasil observasi, refleksi diri, guru bersedia melakukan perubahan sehingga kinerjanya sebagai pendidik akan mengalami perubahan secara meningkat.

2. Setting dan Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru-guru dari Binaan peneliti yang berdomisili di SMP Negeri 195 Jakarta , yang secara keseluruhan berjumlah 40 orang, di mana terdiri atas 32 orang guru tetap, dan 8 orang guru tidak tetap. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun yang menjadi metode dalam pengumpulan data kali ini adalah menggunakan metode deskriptif. Di mana metode deskriptif akan menggambarkan kondisi dari siklus menuju siklus berikutnya yang mana akan berdampak pada peningkatan guru dalam membuat dan menetapkan KKM dalam bahan ajar.

(4)

4 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 20, No. 3, September – Desember 2020

4. Metode Analisis Data

Adapun dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif adalah teknik penelitian yang menekankan pada peningkatan kualitas dan dapat dijelaskan melalui pendeskripsian.

5. Prosedur Penelitian

KKM diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-langkah setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri atas: Perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

6. Indikator Keberhasilan

Adapun Indikator Keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan sekolah melalui metode pemberian Workshop ini adalah:

a. Proses pelaksanaan Workshop, guru minimal antara lain siap secara mental dan fisik, kesiapan bahan, kehadiran, kesiapan laptop

b. Hasil pelaksanaan Workshop guru menetapkan KKM sesuai dengan kriteria di atas, guru memperoleh nilai baik dan amat baik apabila kurang dari 85 % guru tidak memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan dilaksanakan pada siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran hasil yang didapat berdasarkan rekaman fakta dan data observasi di lapangan, para guru dalam Workshop di SMP Negeri 195 Jakarta, pada awalnya pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal masih sangat kurang, hal ini dikarenakan persepsi guru menganggap bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal tidak terlalu penting, di samping itu acuan, pelatihan, atau sosialisasi KKM juga kurang.

2. Siklus I

Dari 40 orang guru yang dapat dihubungi dan diobservasi diperoleh hasil sebagai berikut: a. Menetapkan KKM dengan analisis dan memenuhi mekanisme penetapan 0 orang (0 %).

b. Menetapkan KKM dengan analisis dan memenuhi mekanisme, tetapi tidak disahkan oleh Kepala Sekolah, dan pernah pelatihan KKM 3 orang (7,5 %)

c. Menetapkan KKM tanpa analisis tetapi pernah pelatihan 1 orang (2.5 %)

d. Menetapkan KKM tanpa analisis, karena belum pernah pelatihan 36 orang (90 %)

Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta yang berjumlah 40 orang dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1. Rangkuman hasil observasi tentang kesiapan guru dalam mengikuti Workshop pada siklus I.

Aspek Yang Diamati Kesiapan mental dan fisik guru

Kesiapan bahan

Kehadiran guru Kesiapan Laptop S TS S TS H TH S TS 36 4 18 22 37 3 7 33 Persentase (%) 81,81 18,18 45,45 54,54 88,63 11,36 18,18 81,81 Pencapaian indikator keberhasilan

Belum tercapai Belum tercapai

(5)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP

Ita Nurwati 5

Dari tabel 4.1. di atas, tampak bahwa: pada aspek kesiapan mental dan fisik; 36 orang atau 81,81 % peserta siap dan 4 orang atau 18,18 % tergolong belum siap. Pada aspek kesiapan bahan; tampak 18 orang atau 45,45 % peserta siap dan 22 orang atau 54,54 % belum siap.

Pada aspek kehadiran guru tampak 37 atau 88,63 % hadir dan 3 orang atau 11,36 tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop tampak 7 orang atau 18,18 % siap dan 33 orang atau 81,81 % belum siap.

Grafik 4.1. Rangkuman hasil observasi tentang kesiapan guru dalam mengikuti Workshop pada sikuls I.

Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake dalam katagori baik, pada aspek KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran dalam katagori cukup, aspek pengesahan oleh Kepala Sekolah berada pada kagori baik, kemudian untuk aspek no. 4 dan 5 bagaimanapun caranya guru mendapatkan KKM pasti disosialisasikan pada siswa, orang tua, dan ditulis dalam LHB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh sudiati (2018) “Peningkatan Kinerja Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal Melalui

Workshop” yang mengatakan bahwa guru dalam mengikuti Workshop belum memenuhi 100% untuk

semua aspek. Hal ini mungkin karena kebanyakan guru pengabdi, yang masuk jika ada jam mengajar.

3. Refleksi

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa minat, motivasi, dan aktivitas kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada siklus I belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan masih ada kekurangan. Setelah diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh, maka guru diputuskan untuk memperbaiki dari segi kegiatan Workshop terutama untuk memperjelas tentang aspek-aspek yang belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Dengan adanya perbaikan diharapkan bisa meningkatkan minat guru dalam menetapkan KKM pada siklus I, motivasi dan aktivitas guru juga harus ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.

4. Siklus II

Penelitian pada siklus II ini bertujuan untuk melanjutkan dan memperbaiki kekurangan/kelemahan yang terjadi pada siklus I dengan melakukan: a) identifikasi permasalahan yang menyangkut tentang Kriteria Minimal Ketuntasan (KKM) yang digunakan, strategi pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, b). menyajikan materi yang lebih spesifik dalam acara

Workshop c). melakukan pengamatan dengan menggunakan observasi secara langsung.

Setelah siklus II dijelaskan yang mengacu pada refleksi dan pemecahan masalah pada siklus I dengan memfokuskan pada penjelasan tentang aspek-aspek yang belum dipahami guru dalam menentukan KKM. Dalam hal ini maka diperoleh data seperti tampak pada tabel 4.3. berikut.

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kesiapan Guru dalam mengikuti Workshop pada siklus II.

0% 20% 40% 60% 80% 100% pencapaian indikatorkeberhasilan guru persentase

(6)

6 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 20, No. 3, September – Desember 2020

Aspek Yang Diamati Kesiapan

mental dan

fisik guru

Kesiapan

Bahan Kehadiran Guru

Kesiapan Laptop S TS S TS H TH S TS Jumlah 37 3 37 3 38 2 26 14 Persentase 88,63 11,37 88,63 11,37 90,90 09,09 63,63 36,37 Pencapaian indikator

Keberhasilan Tecapai Tercapai Tercapai Tercapai

Dari tabel 4.3. di atas, tampak bahwa: pada aspek kesiapan mental dan fisik 37 orang atau 88,63 % siap dan 3 orang atau

11,37 % tidak siap. Pada aspek kesiapan bahan: tampak bahwa 37 orang atau 88,63 % siap dan 3 orang atau 11,37 tidak siap. Pada kehadiran 38 orang hadir atau 95,00 % dan 2 orang atau 5,00 % tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop tampak bahwa 26 orang atau 63,63 % siap dan 14 orang atau 36,37 % tidak siap.

Grafik 4.3. Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kesiapan Guru dalam mengikuti Workshop pada siklus II.

Berdasarkan deskripsi ini tampaknya kesiapan guru dalam mengikuti Workshop belum memenuhi 100 % untuk semua aspek, karena kebanyakan guru pengabdi, yang masuk jika ada jam mengajar saja.

5. Refleksi

Bila dilihat dari rata-rata secara umum dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal pada siklus II sudah baik (rata-rata 93,25), namun ada satu aspek yang belum bisa 100 %, bahkan berada pada Kriteria cukup yaitu pada aspek 2 (KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK, terakhir mata pelajaran). Untuk hal ini dapat saya jelaskan bahwa pada lokasi pelaksanaan Workshop di SMP Negeri 195 , terdapat 8 orang guru tidak tetap (pengabdi) yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan silabus, RPP, dan penetapan indikator pada KD, SK, dan mata pelajaran, sehingga akhirnya kriteria dibuat tidak per indikator. Jika kita lihat dari nilai atau prosentase guru yang dapat menetapkan kriteria dengan memenuhi mekanisme dari kajian awal, siklus I, dan siklus II adalah 6 %, 83,75 %, dan kemudian 93,25 % ini menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Jadi dapat dikatakan bahwa respon guru sangat positip. Oleh karena itu, penerapannya perlu dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan kesiapan peserta dalam kegiatan Workshop di SMP Negeri 195.

92% 94% 96% 98% 100% S TS S TS H TH S TS pencapaian indikator keberhasilan persentase jumlah

(7)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP

Ita Nurwati 7

Disamping itu juga, terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui pembinaan berupa Workshop yang mengkhususkan pada ruang lingkup Binaan penelitian dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 85 %. Artinya 85 % guru telah efektif dalam menetapkan kriteria.

Keberhasilan tindakan ini disebabkan oleh pemahaman secara menyeluruh. Hamid dalam Sudiati (2018:236) mengatakan bahwa dengan mengoptimalkan pemahaman guru melalui pembinaan

internship dalam bentuk penyelenggaraan Workshop menunjuk pada metode kooperatif konsultatif,

maka diharapkan para guru akan berdiskusi, bekerja sama dan berkonsultasi secara aktif, kreatif. Aktivitas ini sangat membantu para guru dalam memahami dan mampu menerapkan KKM sesuai dengan KD, SK, di dalam silabus.

Dalam kaitannya dengan pembinaan melalui Workshop, maka penelitian ini juga sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa tujuan Workshop adalah untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan cepat dan ekonomis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada. Sehingga prestasi merek pada tugas yang sekarang ditingkatkan dan mereka dipersiapkan untuk menerima tanggung jwab yang lebih besar di masa yang akan datang. (Amstrong dalam Sudiati 2018: 236).

Kegiatan guru dalam menentukan KKM meningkat, walaupun pada awalnya mereka masih banyak kekurangan dan enggan dalam mengikuti Workshop, namun setelah mengetahui bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan harus diperbaiki, setelah peneliti menempatkan diri sebagai narasumber sesuai permintaan mereka untuk menjelaskan berbagai kekurangan dan menjelaskan petunjuk untuk melengkapinya, mereka menjadi lebih antusias dan semangat berusaha keras untuk menyusun sendiri kriteria yang lengkap dan sistematis seperti yang mereka tunjukkan pada tindakan perbaikan yang ada dalam siklus II (Sri khasanah 2019:59).

SIMPULAN

Terjadi peningkatan kesiapan peserta dalam kegiatan Workshop peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui pembinaan berupa Workshop yang mengkhususkan pada ruang lingkup Binaan peneliti dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 85 %. Artinya 85 % guru telah efektif dalam menetapkan kriteria. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal di SMP Negeri 195 Jakarta. Guru-guru yang dijadikan responden, dan dalam memberikan respon didapatkan hasil yang sangat positif terhadap kegiatan penetapan kriteria melalui Workshop. Dengan demikian kegiatanWorkshop memberikan dampak positif terhadap kemampuan guru dalam menetapkan kriteria.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 2008. Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan Personalia, Jakarta ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Khasanah, Sri.2019. “Upaya Peningkatan Kinerja Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal Melalui Workshop”.Jurnal Bangun Rekaprima. 5 (1).52.

Manulang, 2005. Dasar-dasar Manajemen. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Mathis dan Jackson . 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Prokton and W.M. Thornton 2003. Latihan Kerja Buku Pegangan Bagi Para Manager. Jakarta: Bina Aksara. Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum Seri manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.

(8)

8 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 20, No. 3, September – Desember 2020

Simamora, Henry. 2005. Managemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YPKN. Soetjipto dan Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudiati, Tatik. 2018. “Peningkatan Kinerja Guru Dalam Menetapkan Kriteria, Ketuntasan Minimal Melalui Workshop”. Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan. 3 (2). 235-236.

Sudibyo, Bambang. 2009. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sungkowo M, 2009. Perangkat Penilaian Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wahjosumidjo. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 4.1. Rangkuman hasil observasi tentang kesiapan guru dalam mengikuti Workshop pada  siklus I
Grafik 4.1. Rangkuman hasil observasi tentang kesiapan guru dalam mengikuti Workshop pada  sikuls I
Grafik  4.3. Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kesiapan Guru dalam mengikuti Workshop  pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Nama Sekolah : SMP Lentera Kasih Kelas/Semester :

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KOMPLEKSITAS KRITERIA PENETAPAN KETUNTASAN DAYA DUKUNG INTAKE SISWA KKM. 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan

Setelah penelitian tentang penetapan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan Teknik Delphi di SMA Negeri se Kabupaten Pamekasan selesai, maka dari hasil

Namun dalam prakteknya, menurut pengalaman peneliti pada praktek pengalaman lapangan (PPL), meskipun kriteria ketuntasan minimal atau KKM tersebut termasuk tinggi,

Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya

Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan KKM yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sering disebut pula dengan standard setting atau cut of score, berbasis peserta peserta

0-100 0-100 0-100 KETERANGAN NO KD Karakteristik Peserta Didik Intake Penetapan Kriteria Minimal Nilai KKM PER KD Karakteristik Muatan Pelajaran Kompleksitas Kondisi