• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto 1 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)

Vol. 5, No. 3, September - Desember 2020

ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak )

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN

WORKSHOP

TERPADU

Suryoto

SMP N 160 Jakarta, Provinsi DKI Jakarta Suryotosisur@yahoo.com

*Diterima September 2020, disetujui Oktober 2020, dipublikasikan November 2020

Abstract

The determination of the minimum completeness criteria is the initial stage of the implementation of the assessment of learning outcomes as part of the development of the Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). The reality in the field is that teachers in determining KKM are not based on analysis and do not pay attention to the principles and steps of determination. This research aims to formulate and test the effectiveness of activities that can provide information to teachers in determining KKM. This activity is in the form of a workshop at the beginning of the school year to improve the ability of teachers to determine KKM. This type of research is school action research. The method used in data collection is descriptive method with qualitative data analysis techniques. The research was conducted in four steps, namely planning, implementation, observation, and reflection. There has been an increase in the readiness and ability of teachers in determining KKM through coaching in the form of a workshop at SMP Negeri 160 Jakarta. The results of the first cycle to the second cycle reaches a predetermined minimum target which is 85%. It can be concluded that the workshops can improve the ability of teachers to determine KKM. This research is useful as a guideline for implementing workshops for teachers. In addition, the results of this study can become the basis for other researchers to develop similar research.

(2)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

2

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto Abstrak

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kenyataan di lapangan, guru dalam menetapkan KKM tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan dan menguji efektivitas kegiatan yang dapat memberikan informasi kepada guru dalam menetapkan KKM. Kegiatan tersebut berupa workshop terpadu pada awal tahun pelajaran untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode deskriptif dengan teknik analisis data kualitatif. Penelitian dilakukan dalam empat langkah, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Terjadi peningkatan kesiapan dan kemampuan guru dalam menetapkan KKM melalui pembinaan berupa Workshop di SMP Negeri 160 Jakarta. Hasil siklus I ke siklus II mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 85%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM. Penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman pelaksanaan workshop

bagi guru. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis.

© 2020 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter Kata Kunci: Kriteria Ketuntasan Minimal; Pengembangan kemampuan guru; Workshop guru.

PENDAHULUAN

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan KTSP. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan KKM dengan analisis dan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan (Yendarman, 2016; Kususmaningrum, et al., 2017). Namun, tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila guru kurang memperhatikan langkah- langkah dalam menetapkan KKM.

Permasalahan terkait kurangnya pemahaman guru mengenai teknis dan mekanisme dalam menetapkan KKM salah satunya terjadi di kelas VII, VIII, dan IX pada semester ganjil di SMP 160 Jakarta Timur tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan observasi di lapangan, guru cenderung menentukan dan memberikan nilai subjektif yang tidak didasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan KKM. Selain itu, sebagian besar siswa tidak mengetahui ketuntasan dari hasil belajarnya dikarenakan KKM yang tidak disebutkan oleh guru.

Masih banyak guru belum mempunyai kemampuan yang seutuhnya dalam menentukan KKM yang merupakan salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik (Hasanah, 2019 hlm, 52). Salah satu upaya dalam meningkatkan pemahaman dalam menentukan KKM adalah kegiatan workshop yang dilaksanakan secara terpadu.

Penelitian mengenai kegiatan workshop berkaitan dengan pemahaman guru dalam menetapkan KKM telah banyak dilakukan oleh peneliti. Salah satunya adalah penelitian oleh Yetti (2018) dalam artikel yang berjudul Peningkatan Kinerja Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Melalui Workshop. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa adanya peningkatan tajam pada

(3)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto 3 kinerja guru dalam menetapkan KKM melalui workshop pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam menetapkan KKM akan meningkat jika workshop dilakukan pada siklus II.

Kegiatan workshop juga menjadi fokus penelitian Hasanah (2019) dalam artikelnya yang berjudul Upaya Peningkatan Kinerja Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasna Minimal Melalui Workshop. Dalam artikel tersebut dibuktikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pedagogik dalam menyusun KKM melalui kegiatan workshop. Hal tersebut, dapat dilihat perbedaan persentase setelah dilakukan workshop siklus ke II.

Selain itu, penelitian oleh Sudanta (2015) dalam artikelnya yang berjudul Efektivitas Kegiatan Workshop dalam Mmeningkatkan Kemampuan Menetapkan Kriteia Ketuntasan Minimal (KKM) Studi Kasus pada Gugus Pejeng, Kec. Tampaksiring . Kab, Gianyar 2013- 2014, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru tingkat Sekolah Dasar (SD) Gugus Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, dalam menetapkan KKM. Dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 85%.

Berdasarkan hal di atas, peneliti merumuskan kegiatan workshop untuk meningkatkan pemahaman guru dalam menetapkan KKM. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan KKM melalui kegiatan workshop. Penggunaan metode tersebutdimungkinkan efektif untuk mengatasi permasalahan rendahnya pemahaman guru dalam menetapkan KKM. Model tersebut mengutamakan keterlibatan aktif dari guru yang menjadi peserta kegiatan.

Melalui kegiatan workshop tersebut, kemampuan guru dapat meningkat sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih baik. Guru tidak akan memberikan nilai tanpa mempunyai dasar dan mekanisme yang jelas dan yang sudah ditetapkan melalui kebijakan di setiap masing-masing sekolah. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis sehingga makin banyak variasi metode untuk meningkatkan kompetensi guru. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (action research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM melalui workshop terpadu. Metode deskriptif analisis hasil penelitian tindakan sekolah yaitu studi yang digunakan untuk mengumpulkan data, mendeskripsikan, mengolah, menganalisa, menafsirkan, dan menyimpulkan data sehingga diperoleh gambaran yang sistematis. Pelaksanaan Penelitian tindakan sekolah ini terdiri atas pra siklus berupa observasi dan dua siklus. Masing-masing siklus dilakukan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

2. Tempat dan Subjek Penelitian

Tempat untuk melaksanakan penelitian ini adalah SMP Negeri 160 Jakarta. Subjek penelitian melibatkan sebanyak 40 orang, di mana terdiri atas 32 orang guru tetap, dan 8 orang guru tidak tetap. 3. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian

Instrumen dan alat ukur yang digunakan pada masing-masing siklus adalah lembar observasi proses pelaksanaan workshop dan lembar penilaian penetapan KKM.

4. Variabel Penelitian

a. Tindakan penelitian dilakukan dengan kegiatan workshop.

b. Pemahaman guru yang menjadi fokus penelitian adalah kesiapan guru dalam mengikuti workshop

dan pengetahuan guru dalam menentukan langkah- langkah penetapan KKM

c. Aktivitas guru berupa menyimak paparan materi, diskusi, presentasi kelompok, dan presentasi visual kriteria penetapan KKN.

(4)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

4

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto

d. Teknik analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif melalui tahapan mengumpulkan data, menyeleksi data, mengklasifikasi data, menghitung persentase, dan menganalisis hasil.

Indikator keberhasilan belajar adalah kemampuan guru dalam memahami penetapan KKM melalui pembinaan intensif dalam bentuk penyelenggaraan Workshop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dalam satu pra siklus dan dua siklus.

1. Pra siklus

Gambaran hasil yang didapat berdasarkan rekaman fakta dan data observasi di lapangan, para guru peserta workshop memiliki pemahaman yang kurang terhadap penetapan KKM. Hal ini dikarenakan guru menganggap bahwa penetapan KKM tidak terlalu penting. Selain itu, acuan, pelatihan, atau sosialisasi mengenai hal tersebut juga kurang. Paparan hasil penelitian ini diawali dengan menampilkan hasil observasi pra siklus.

Tabel Hasil Observasi Pra siklus

No Kriteria Jumlah Guru Persentase

1 Menetapkan KKM dengan analisis dan memenuhi mekanisme penetapan

0 0%

2 Menetapkan KKM dengan analisis dan memenuhi mekanisme, tetapi tidak disahkan oleh Kepala Sekolah, dan pernah pelatihan KKM

3 7,5%

3 Menetapkan KKM tanpa analisis tetapi pernah pelatihan

1 2,5%

4 Menetapkan KKM tanpa analisis, karena belum pernah pelatihan

36 90%

Jumlah 40 100%

Dari hasil pra siklus yang dilaksanakan pada tahap awal penelitian ini dapat disajikan data sebagai berikut:

Diagram Observasi Guru Tahap Pra siklus

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Analisis dan Sesuai Kriteria

Analisis dan Sesuai Kriteria Tanpa Pengesahan Tanpa analisis, Pernah Mengikuti Pelatihan Tanpa analisis, Belum Mengikuti Pelatihan

(5)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto 5 Berdasarkan pengamatan pra siklus, guru diidentifikasi belum menunjukkan kemampuan dalam menetapkan KKM dengan melalui mekanisme dan langkah-langkah yang sesuai.

2. Siklus I

Kegiatan workshop pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hasil yang dicapai pada pra siklus dapat dijadikan acuan dalam melakukan workshop pada siklus I. Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta yang berjumlah 40 orang dengan menggunakan lembar observasi mengenai kesiapan guru, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel Observasi Kesiapan Guru Siklus I Aspek Yang Diamati Kesiapan

mental dan fisik guru

Kesiapan bahan

Kehadiran guru Kesiapan Laptop S TS S TS H TH S TS 36 4 18 22 37 3 7 33 Persentase (%) 81,81 18,18 45,45 54,54 88,63 11,36 18,18 81,81 Pencapaian indikator keberhasilan Belum tercapai Belum tercapai

Sudah tercapai Belum tercapai

Dari tabel di atas, tampak bahwa pada aspek kesiapan mental dan fisik, 36 orang atau 81,81 % peserta siap dan 4 orang atau 18,18 % tergolong belum siap. Pada aspek kesiapan bahan, diketahui 18 orang atau 45,45 % peserta siap dan 22 orang atau 54,54 % belum siap. Pada aspek kehadiran guru, terdapat 37 orang atau 88,63 % hadir dan 3 orang atau 11,36% tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop diketahui 7 orang atau 18,18 % siap dan 33 orang atau 81,81 % belum siap. Berdasarkan deskripsi ini tampaknya kesiapan guru dalam mengikuti Workshop belum memenuhi kriteria keberhasilan untuk semua aspek.

Setelah workshop siklus I dilaksanakan, dilakukan pengukuran dengan hasil sebagai berikut: Tabel Hasil Pengukuran Pemahaman Guru Terhadap Langkah Penetapan KKM Siklus I

No. Aspek Jumlah

Nilai

Rata-rata Nilai

Persentase 1 Penetapan KKM mata pelajaran

memperhatikan tiga aspek; kompleksitas, daya dukung, dan intake

3.300 84,62 84,62%

2 KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran

2.350 60,26 60,26%

3 Hasil penetapan KKM oleh guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah

3.300 84,62 84,62%

4 KKM yang ditetapkan

disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan

3.900 100 100%

5 KKM dicantumkan dalam LHB 3.900 100 100%

Jumlah 16.750

(6)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

6

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto Keterangan: Amat Baik = 85  A  100 Baik = 70  B  85 Cukup = 56  C  70 Kurang =  56

Dari tabel di atas pada aspek penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan kompleksitas, daya, dukung dan intake dalam kategori baik; pada aspek KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran dalam kategori cukup; aspek pengesahan oleh Kepala Sekolah berada pada kategori baik; kemudian untuk aspek no. 4 dan 5, bagaimana pun caranya guru mendapatkan KKM, pasti disosialisasikan pada siswa, orang tua, dan ditulis dalam LHB.

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada siklus I belum menunjukkan hasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Setelah diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh, diputuskan untuk memperbaiki dari segi kegiatan

workshop siklus II, terutama memperjelas tentang aspek-aspek yang belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

3. Siklus II

Pelaksanaan workshop pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil workshop siklus I. Pada siklus II perlu dilakukan perbaikan. Pada aspek kesiapan didapatkan

Tabel Observasi Kesiapan Guru Siklus II Aspek Yang Diamati Kesiapan

mental dan fisik guru

Kesiapan

Bahan Kehadiran Guru

Kesiapan Laptop S TS S TS H TH S TS Jumlah 37 3 37 3 38 2 26 14 Persentase 88,63 11,37 88,63 11,37 90,90 09,09 63,63 36,37 Pencapaian indikator Keberhasilan

Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai

Dari tabel di atas, tampak bahwa pada aspek kesiapan mental dan fisik 37 orang atau 88,63% siap dan 3 orang atau 11,37 % tidak siap; pada aspek kesiapan bahan tampak bahwa 37 orang atau 88,63% siap dan 3 orang atau 11,37 tidak siap; pada kehadiran 38 orang hadir atau 95% dan 2 orang atau 5% tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop tampak bahwa 26 orang atau 63,63% siap dan 14 orang atau 36,37% tidak siap. Berdasarkan deskripsi ini tampaknya kesiapan guru dalam mengikuti

workshop belum memenuhi 100% untuk semua aspek disebabkan adanya faktor dari luar teknis seperti kebanyakan guru pengabdi yang masuk jika ada jam mengajar.

Dari hasil evaluasi terhadap penetapan KKM oleh guru yang ikut Workshop pada siklus II diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:

(7)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto 7 Tabel Hasil Pengukuran Pemahaman Guru Terhadap Langkah Penetapan KKM Siklus II

No. Aspek Jumlah

Nilai

Rata-rata Nilai

Persentase

1 Penetapan KKM mata pelajaran

memperhatikan tiga aspek: kompleksitas, daya dukung, dan intake.

4.000 100 100%

2 KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK dan terakhir mata pelajaran

2.650 66,25 66,25%

3 Hasil penetepan KKM oleh guru mata pelajaran disahkan oleh Kepala Sekolah

4.000 100 100%

4 KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan

4.000 100 100%

5 KKM dicantumkan dalam LHB 4.000 100 100%

Jumlah Nilai 18,650

Rata-rata 93,25

Dari tabel tersebut dilihat dari rata-rata secara umum dalam penetapan KKM pada siklus II berada pada kategori amat baik (rata-rata 93,25). Namun ada satu aspek yang belum bisa 100%, bahkan berada pada kriteria cukup yaitu pada aspek 2 (KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK, terakhir mata pelajaran).

Terkait hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada lokasi pelaksanaan workshop di SMP Negeri 160 Jakarta, terdapat 8 orang guru tidak tetap (pengabdi) yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan silabus, RPP, dan penetapan indikator pada KD, SK, dan mata pelajaran, sehingga akhirnya KKM dibuat tidak per indikator.

Pembahasan

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas peserta dalam kegiatan workshop tentang Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal bagi guru di SMP Negeri 160 Jakarta Timur. Dari penelitian, didapatkan rumusan tahapan workshop yang efektif untuk meningkatkan kemampuan guru sebagai berikut.

Diagram Alur Pelaksanaan Workshop Tiap Siklus Perencana an Pelaksanaan • Hari 1 • Hari 2 • Hari 3 Observasi Refleksi

(8)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

8

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto

Tahap perencanaan meliputi perizinan; penentuan jadwal workshop; menyiapkan instrumen; memberikan pembekalan bagi guru; dan menyiapkan materi workshop. Selain itu, hal-hal teknis lainnya terkait sarana dan prasarana pendukung workshop juga disiapkan pada tahap ini.

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dalam tiga hari. Hari pertama dilakukan pengarahan oleh kepala sekolah dan pemaparan materi. Pada hari kedua, peserta melakukan praktik, tanya-jawab, presentasi kelompok kecil, dan melakukan revisi. Hari ketiga adalah presentasi visual terpadu dan evaluasi akhir.

Kebaruan dari kegiatan workshop ini adalah variasi kegiatan yang dilakukan oleh peserta. Guru tidak hanya melakukan kegiatan secara individu tetapi juga berkegiatan kelompok. Hal ini memungkinkan guru dapat saling mengoreksi dan memberikan saran sehingga kegiatan berjalan lebih efektif dan ketercapaian target dapat terpenuhi.

Pada tahap persiapan, terjadi peningkatan kesiapan guru dari siklus I ke siklus II, ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel Peningkatan Kesiapan Guru

No Kriteria Kesiapan Persentase Peningkatan

Siklus I Siklus II

1. Kesiapan mental dan fisik guru 82% 89% 7%

2. Kesiapan Bahan 45% 89% 44%

3. Kehadiran Guru 89% 91% 2%

4. Kesiapan Laptop 18% 64% 46%

Di samping itu juga terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan KKM melalui

workshop dari siklus I ke siklus II pada masing-masing aspek dengan target ketercapaian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Terjadi peningkatan skor rata-rata pemahaman kriteria dan tahapan penetapan KKM, yakni 83,75 (siklus I) menjadi 93,25 (siklus II). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal di SMP Negeri 160 Jakarta Timur.

Peningkatan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudanta (2015) yang menunjukkan bahwa melalui kegiatan workshop, skor rata-rata yang diperoleh guru dalam uji pemahaman penetapan KKM meningkat. Pada siklus I diperoleh rata-rata 79,64 kemudian meningkat menjadi 87,30 pada siklus II. Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Hasanah (2019). Penelitian tersebut menggunakan Rubrik Aktivitas Penilaian Guru yang diketahui adanya peningkatan skor perolehan guru dalam pemahaman menentukan KMM melalui workshop. Hasil observasi siklus I nilainya mencapai nilai 120 (kategori baik). Hasil tersebut kemudian meningkat pada siklus II di mana nilainya mencapai 156 (kategori sangat baik). Pada penelitian Yetti (2018), nilai kinerja guru dalam penentuan KKM setelah diadakannya workshop meningkat dari 47,37% pada siklus I menjadi 89,47% pada siklus II.

Keberhasilan tindakan ini disebabkan oleh pemahaman secara menyeluruh tentang KKM sangat diperlukan. Mengoptimalkan pemahaman guru melalui pembina intensif dalam bentuk penyelenggaraan workshop menunjuk pada peran kepala sekolah dan guru sebagai konsultatif dimana diharapkan para guru berdiskusi, bekerja sama, dan berkonsultasi secara aktif. Aktivitas ini akan sangat membantu mereka dalam memahami KKM akhirnya nanti mereka mampu menetapkannya.

(9)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto 9 Diagram Pola Penetapan KKM

Dalam pelaksanaannya, penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) melalui berbagai mekanisme, yakni adanya pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif yang selanjutnya dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK dimana, rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran yang telah tercantum pada Rapor peserta didik dan juga tugas-tugas/ latihan harus mampu mencerminkan atau menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pelaksanaan penetapan KKM melalui workshop dimulai dari observasi awal. Observasi awal dilakukan untuk mengenali masalah yang ada dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil supervisi kemudian dengan diadakan

workshop. kegiatan dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan yang lebih menekankan pengetahuan praktis sehingga mudah dicerna oleh guru. Selanjutnya adalah memberikan latihan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.

2. Terjadi peningkatan kesiapan peserta dalam kegiatan workshop di SMP Negeri 160 Jakarta. Selain itu, terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan KKM dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 85%.

3. Guru-guru yang dijadikan responden, dan dalam memberikan respons didapatkan hasil yang sangat positif terhadap kegiatan penetapan KKM melalui workshop.

Dengan demikian kegiatan workshop memberikan dampak positif terhadap kemampuan guru dalam menetapkan KKM.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Para guru sebaiknya menetapkan KKM dengan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan. KKM Indikator KKM Kompetensi Dasar KKM Mata Pelajaran KKM Standar Kompetensi

(10)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 5 Nomor 3, September - Desember 2020

10

PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI KEGIATAN WORKSHOP TERPADU

Suryoto

2. Agar pembinaan melalui workshop dapat berjalan secara efektif, maka semua guru harus mampu bekerja sama dengan peserta lain yang bersifat kolaboratif konsultatif. Peningkatan kemampuan guru dalam penetapan KKM akan berjalan dengan efektif bila semua komponen sekolah memfasilitasi kegiatan workshop tersebut secara rutin.

3. Pemerintah supaya senantiasa memfasilitasi semua kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM

4. Variabel pada penelitian ini masih sangat sangat spesifik dengan subjek yang terbatas. Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada peneliti lain supaya melakukan penelitian lanjutan tentang implementasi workshop untuk peningkatan kompetensi guru.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. (2008). Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan Personalia. Jakarta ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. (2007). Buku Saku Kurikulum satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, O. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Hasanah, S. (2019). Upaya Peningkatan Kinerja Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal Melalui Workshop. Jurnal Bangun Rekaprima, Vol 5(1), 51-60.

Kemendiknas. (2010). Penelitian Tindakan Sekolah Materi Pelatihan Penguatan kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Manulang, (2005). Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mathis & Jackson . (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Prokton & Thornton, W.M. (2003). Latihan Kerja Buku Pegangan Bagi Para Manager. Jakarta: Bina Aksara. Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum Seri manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press. Simamora, H. (2005). Managemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YPKN.

Soetjipto & Kosasi. (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudanta, I. W. (2015). Efektivitas Kegiatan Workshop dalam Mmeningkatkan Kemampuan Menetapkan Kriteia Ketuntasan Minimal (KKM) Studi Kasus pada Gugus Pejeng, Kec. Tampaksiring . Kab, Gianyar 2013- 2014. Jurnal Dharmasrti, Vol 13(26), 75-84.

Sudibyo, B. (2009). Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sungkowo, M. (2009). Perangkat Penilaian Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wahjosumidjo. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yetti, Y. (2018). Peningkatan Kinerja Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Melalui Workshop. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol 2(1), 195-204.

Gambar

Diagram Observasi Guru Tahap Pra siklus
Tabel Hasil Pengukuran Pemahaman Guru Terhadap Langkah Penetapan KKM Siklus I
Tabel Observasi Kesiapan Guru Siklus II  Aspek Yang Diamati  Kesiapan
Tabel Hasil Pengukuran Pemahaman Guru Terhadap Langkah Penetapan KKM Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

During the last decade of the 20 th century, DNA oligomers have been utilized as selective bio-recognition elements in new group of affinity biosensors. These

Tutkimuksessa tarkasteltiin sitä, miten paljon vähemmän kotimaassa vapaa-ajan asunnon omistavat tekevät muita vapaa-ajan matkoja (poislukien matkat vapaa-ajan asunnolle) ja

□ Perencanaan diit atau Kebutuhan gizi org dewasa dpt mengacu pada kebutuhan energi sebesar 30 -50 kal/kg BB/hr, protein 1 g/kg BB/hr, lemak dibatasi 25% dari energi

Identifier adalah alat untuk memantau, mengukur paparan radiasi dalam besaran Laju Dosis Ekivalen Ambien, dan untuk mengidentifikasi jenis radionuklida dari paparan

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh perilaku biaya PUA, pertanyaannya adalah apakah kompensasi akan menurun, dalam proporsi yang sama dengan kenaikan

Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan,

Selanjutnya dipanaskan dengan autoclave selama 45 menit, dan langsung digiling menjadi bentuk pasta Direndam dengan larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 20% selama 48 jam.

Judul Penelitian : Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot Utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi Susu Ka mbing Peranakan