• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG TESIS. Oleh : CUT ZUKHRINA OKTAVIANI NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG TESIS. Oleh : CUT ZUKHRINA OKTAVIANI NIM :"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

TESIS

Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Institut Teknologi Bandung

Oleh :

CUT ZUKHRINA OKTAVIANI

NIM : 25005021

Program Studi Magister Teknik Sipil

Pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2008

(2)

i

ABSTRAK

KAJIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Oleh :

Cut Zukhrina Oktaviani

NIM : 25005021

Industri konstruksi memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan industri lainnya, khususnya proyek konstruksi bangunan gedung. Kompleksitas pekerjaan menyebabkan banyak pihak dengan berbagai keahlian yang terlibat pada pelaksanaan proses produksinya dan akan membentuk supply chain yang kompleks. Kompleksitas supply chain ini memerlukan suatu manajemen pengelolaan hubungan antar mata rantai yang terlibat. Hal ini dirasa perlu karena pengelolaan supply chain dipercaya sebagai salah satu usaha yang strategis untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan konstruksi di tengah semakin ketatnya persaingan lokal, regional maupun global, sebagaimana layaknya industri lainnya. Suatu supply chain yang efisien dianggap dapat memberikan daya saing yang tinggi kepada perusahaan yang menjadi bagiannya selain itu desain supply chain yang buruk ditenggarai memiliki potensi meningkatkan biaya proyek hingga 10%.

Supply chain konstruksi akan memberikan konstribusi terhadap efisiensi suatu

pelaksanaan proyek, sehingga suatu supply chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi. Sebagai tahap awal dilakukan pemetaan

pola supply chain konstruksi yang terdapat dalam praktek konstruksi di

Indonesia, khususnya dalam proyek konstruksi bangunan gedung, dan telah teridentifikasi empat bentuk pola supply chain yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya bangunan gedung. Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah terbentuk. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply chain proyek konstruksi bangunan gedung, terutama terhadap pengelolaan hubungan para pihak yang terlibat dalam proses produksi proyek konstruksi bangunan gedung.

Pengukuran dilakukan terhadap kinerja supply chain dari 4 (empat) proyek studi kasus terbatas untuk lingkup pekerjaan finishing arsitektur dengan lingkup waktu kajian hanya untuk kurun waktu 7 (tujuh) bulan dari waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply

chain. Berdasarkan hasil kajian terlihat bahwa terkait dengan implementasi

konsep lean construction, diperoleh temuan kinerja supply chain dari masing-masing proyek dapat dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan yang telah dilakukan di lapangan terhadap aspek-aspek dari konsep conversion pada

(3)

ii

tahap pelaksanaan. Terlihat telah adanya pemahaman dan penerapan konsep produksi sebagai proses conversion oleh kontraktor dalam pengelolaan proses bisnisnya. Selain itu juga terlihat telah ada usaha-usaha yang dilakukan oleh kontraktor dalam menerapkan konsep aliran (flow) dalam produksi pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Namun jika dilihat kinerja yang terkait dengan konsep nilai (value) yang harus disampaikan sesuai keinginan konsumen (membe0rikan kepuasan terhadap konsumen), belum sepenuhnya sesuai dengan konsep value yang sebenarnya harus disampaikan ke owner. Pemahaman kontraktor terhadap nilai yang harus disampaikan masih berupa kesesuaian antara desain dengan hasil pekerjaan yang dilaksanakan dengan kata lain hanya menyangkut mutu dari pekerjaan. Seiring dengan upaya meningkatkan efisiensi di industri konstruksi, maka dari ke 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain yang ada terlihat bahwa kontraktor memang telah memahami konsep conversion dan telah merupakan bagian dari kegiatan produksinya secara khusus, secara umum merupakan bagian dari proses bisnis yang dilakukannya. Disisi lain indikator yang menyangkut dengan implementasi konsep flow dan value masih memerlukan perhatian untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan di masa yang akan datang agar dapat dicapai efektifitas dan efisiensi supply chain proyek konstruksi bangunan gedung.

(4)

iii

ABSTRACT

STUDY OF SUPPLY CHAIN PERFORMANCE IN BUILDING CONSTRUCTION PROJECT

By :

Cut Zukhrina Oktaviani

NIM : 25005021

Construction industries have some unique characteristics and differ from other industries, especially building construction projects. The complexity of the works has caused involvement of many parties from any competence in the production process and lead to a complex supply chain. This supply chain complexity needs a management between the involved links because supply chain management is considered as one of strategic efforts to increase the competitive strength of a construction company in the middle of local, regional and global competition which has become stricter. An effective supply chain is expected to give a high competitive strength to the company. Besides, a bad design of supply chain is considered have the potential to increase the project cost up to 10%.

Construction supply chain will give contributions to the efficiency of a project performance, so a construction supply chain has a potential becoming a possibility space for improvement in construction industries. As a beginning phase, a mapping of construction supply chain pattern is done for construction in Indonesia especially in building construction. Four pattern of supply chain have been identified which are usually used in construction project especially building. The next step is measuring the performance of each supply chain pattern. The purpose is to get the picture of performance from those four patterns of building construction project, especially in managing the relationship of every party who are involved in the construction production process.

The measurement has been done to supply chain performance from four projects as the case study, limited for architectural finishing work in seven months from the realization of the project in the field using ten indicators of assessment for performance of supply chain. Based on the result, it can be seen that connecting to the implementation of lean construction concept, it can be said that the performance of each projects is good to the understanding and implementation that has been done in the field to the aspects from conversion concept in construction phase. It can be seen that there has been an understanding and implementation of production concept as a conversion process by the contractor in their business management. Besides, it can also be seen that there have been efforts doing by the contractors in implementing flow concept in the production in the field.

(5)

iv

However, the performance which is connected to the value concept that must be delivered exactly as what the consumers want (giving satisfaction to the customer); it has not met the real value concept that has to be delivered to the owner. Contractors’ understanding to the value that must be delivered is still a match between the design and the performance which in the other words, it is just about the quality of the work. Along with the efforts of improving the efficiency in construction industries, from ten indicators of assessment for performance of

supply chain, it can be seen that contractors have understood conversion concept

and it has been especially, the part of their production activity, and commonly of their business. On the other side, indicators about flow and value concept implementation still need some attention for an improvement in the future so the effective and efficient supply chain for building construction can be obtained.

(6)

v

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan dan peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Syukur alhamdullillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya, yang telah diberikan selama proses melaksanakan studi dan melakukan penelitian serta menyelesaikan penulisan tesis dengan judul

Kajian Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, yang

merupakan salah satu syarat penyelesaian studi pada Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Institut Teknologi Bandung.

Seiring dengan penyelesaian tesis ini dihaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Reini D. Wirahadikusumah, MSCE., Ph.D, sebagai pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dukungan motivasi yang besar, sehingga penyelesaian tesis ini dapat tercapai. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Krishna Suryanto

Pribadi, Bapak Ir. Biemo W. Soemardi, MSE., Ph.D, Bapak Ir. Muhammad Abduh, MT, Ph.D, dan Ibu Dr. Ir. Puti Farida Marzuki, atas kesediaannya hadir

sebagai penguji dan memberikan kritik, saran serta diskusi untuk memperbaiki tesis ini.

Terlebih dari semuanya, rasa terima kasih yang tulus kepada suamiku tercinta, kakanda Ir. Mahfud, MT, atas segala cinta, dukungan, motivasi serta kesabaran dalam mendukung penyelesaian studi, penelitian dan penyelesaian tesis ini. Ananda-ananda terkasih, M. Zayyan Muhadzib dan M. Zharif Nafi’ yang telah mengisi keseharian penulis dengan canda tawa, keceriaan, tangis manja, kesabaran dan kesetiaan di kala ketidakhadiran penulis di sisi mereka, diantara kesibukan penyelesaian studi dan penelitian ini. Ayahanda, ibunda, dan

adinda-adinda tersayang serta keluarga besar di Medan dan Banda Aceh yang telah

mendukung baik moril maupun materiil dalam penyelesaian studi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Galih

Prahananto, Bapak Ir. Bambang Kunto, Ibu Ir. Darawati, Bapak Ir. Arief Rahman, Bapak Ir. Bagus Febru, Bapak Ir. Septiawan Andri, dan Bapak Ir. Glorius Sinaga serta seluruh staf dari proyek-proyek responden yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah meluangkan waktu di antara kesibukan melaksanakan tugasnya untuk memberikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Rasa terima kasih terhatur kepada Bapak Ir. Surya Darma, MT, Bapak Ir. Irawa

Kusumah, Bapak Ir. Firdaus dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu

(8)

vii

Seluruh staf non-akademik Program Magister Manajemen dan Rekayasa Konstruksi.... Mbak Unie, Pak Ndang, Bu Ani, Bu Ida dan Pak Toto, atas dukungan dan kerjasamanya selama menjalani studi. Teman-teman MRK 2005 .... Fauzan, Budi, Uyung, Artan, Sulfan, Angga, Wulan, Ery, Yuli, dan MRK 2006 atas semua kebersamaan, suka maupun duka dalam menjalani studi... Semoga pertemanan ini terjalin untuk selamanya... Terima kasih untuk semuanya... Semoga segala kebaikan dan bantuan dari Bapak/ Ibu sekalian mendapatkan balasan yang berlimpah dari ALLAH SWT.

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dirasakan dalam proses penelitian dan penyelesaian tesis ini, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sebagai tambahan pengetahuan dan dapat digunakan pengembangan keilmuan di masa yang akan datang. Amien...

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 18 Januari 2008

Penulis

(9)

viii

DAFTAR ISI

 

ABSTRAK ... i 

ABSTRACT... iii 

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ...v 

KATA PENGANTAR... vi 

DAFTAR ISI... viii 

DAFTAR GAMBAR... xi 

DAFTAR TABEL ... xii 

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii 

Bab I Pendahuluan ...1 

I.1  Latar Belakang ...1 

I.2  Rumusan Masalah ...3 

I.3  Tujuan Penelitian ...4 

I.4  Manfaat Penelitian ...4 

I.5  Posisi Penelitian ...5 

I.6  Ruang Lingkup Penelitian...7 

I.7  Sistematika Pembahasan ...8 

Bab II Studi Literatur ...10 

II.1  Supply Chain di Industri Konstruksi...10 

II.1.1.  Pelaku-pelaku supply chain konstruksi ...13 

II.1.2.  Hubungan dalam supply chain konstruksi ...17 

II.2  Supply chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung...17 

II.3  Konsep Lean Construction ...22 

II.4  Pengukuran Kinerja ...24 

II.4.1.  Definisi umum pengukuran kinerja...24 

II.4.2.  Manfaat pengukuran kinerja ...24 

II.4.3.  Perbedaan sistem pengukuran kinerja tradisional dan modern ...25 

(10)

ix

II.6  Dimensi dan Ukuran Kinerja Supply Chain...32 

II.7  Pendekatan Proses dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain ...33 

II.7.1.  Model Chan & Li ...33 

II.7.2.  Model SCOR (Supply Chain Operation Reference) ...35 

II.8  Studi tentang Pengukuran Kinerja Supply Chain...39 

Bab III Metodologi Penelitian...52 

III.1  Metodologi Penelitian ...52 

III.2  Rancangan Penelitian...56 

III.3  Pendekatan Studi...56 

III.4  Kerangka Studi Kasus...57 

III.5  Teknik Pengumpulan Data...60 

III.6  Teknik Analisis ...60 

Bab IV Studi Kasus...62 

IV.1  Metode Pengumpulan Data...62 

IV.2  Keterbatasan dalam Pemilihan Studi Kasus ...63 

IV.3  Pelaksanaan Survey Pengumpulan Data ...64 

IV.4  Kendala-kendala dalam Pengumpulan Data ...67 

IV.5  Hasil Pengumpulan Data...68 

IV.6  Gambaran Umum Proyek ...70 

Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung...85 

V.1  Indikator Pengukuran Kinerja Supply Chain ...85 

V.2  Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus ...86 

V.2.1. Indikator-1 : Jumlah perubahan/ revisi terhadap rencana kerja...88 

V.2.2. Indikator-2 : Intensitas constraint yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan...89 

V.2.3. Indikator-3 : Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat ...91 

V.2.4. Indikator-4 : Intensitas defect pekerjaan...93 

V.2.5. Indikator-5 : Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material ...94 

(11)

x

V.2.6. Indikator-6 : Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan (order) dan

pengiriman (deliver)...96 

V.2.7. Indikator-7 : Intensitas kejadian reject material...97 

V.2.8. Indikator 8 : Inventory material ...97 

V.2.9. Indikator 9 : Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan...99 

V.2.10.  Indikator-10 : Intensitas compliant dari owner-kontraktor dan kontraktor-supplier ...99 

V.3  Perbedaan Nilai Indikator Kinerja Supply Chain Proyek ...101 

V.4  Kinerja Supply Chain dan Implementasi Konsep Lean Construction ...111 

V.4.1. Kinerja supply chain proyek terhadap implementasi konsep produksi sebagai proses konversi (conversion)...112 

V.4.2. Kinerja supply chain proyek terhadap implementasi konsep aliran (flow) dalam produksi ...119 

V.4.3. Kinerja supply chain proyek terhadap implementasi konsep produksi sebagai penciptaan nilai (value) ...122 

V.5  Kinerja Supply Chain dan Upaya Meminimalkan Waste ...125 

V.6  Rangkuman ...126 

Bab VI Kesimpulan dan Saran ...129 

VI.1  Kesimpulan ...129 

VI.2  Keterbatasan dalam Penelitian ...132 

VI.3  Saran ...133 

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Posisi penelitian ... 7 

Gambar II.1   Gambaran Konseptual Supply Chain Konstruksi ... 12 

Gambar II.2  Pola–1 Supply chain konstruksi bangunan gedung... 18 

Gambar II.3  Pola–2 Supply chain konstruksi bangunan gedung... 20 

Gambar II.4  Pola–3 Supply chain konstruksi bangunan gedung... 21 

Gambar II.5  Pola–4 Supply chain konstruksi bangunan gedung... 21 

Gambar II.6  Dekomposisi proses dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja supply chain berdasarkan proses... 34 

Gambar II.7  Lima proses inti supply chain pada model SCOR ... 36 

Gambar II.8  Dimensi kualitas, waktu, biaya, dan fleksibilitas... 40 

Gambar II.9  Keterkaitan antara jenis data primer eksisting di lapangan dan indikator pengukuran ... 46 

Gambar II.10  Pengelompokkan indikator pengukuran terhadap prinsip lean construction... 48 

Gambar III.1  Bagan alir penelitian ... 55 

Gambar IV.1   Pola supply chain pada proyek A... 72 

Gambar IV.2   Pola supply chain pada proyek B... 75 

Gambar IV.3   Pola supply chain pada proyek C... 79 

Gambar IV.4   Pola supply chain pada proyek D... 81 

Gambar V.1  Keterkaitan indikator kinerja supply chain dengan konsep conversion ... 112 

Gambar V.2  Keterkaitan indikator kinerja supply chain d engan konsep flow... 120 

Gambar V.3  Keterkaitan indikator kinerja supply chain dengan konsep value ... 123 

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Perbedaan antara ukuran kinerja tradisional dan modern ... 26

Tabel II.2 Performance metrics level 1... 38

Tabel II.3 Beberapa metrik supply chain dan benchmark kinerja model SCOR ... 39

Tabel II.4 Kerangka Kerja BSC untuk Pengukuran SCM ... 43

Tabel II.5 Keterkaitan antar indikator pengukuran, jenis data, rumus pengukuran kuantitatif dan bentuk pengukuran... 49

Tabel IV.1 Kebutuhan data primer... 65

Tabel IV.2 Jenis indikator dan materi wawancara ... 66

Tabel IV.3 Hasil pengumpulan data primer ... 70

Tabel IV.4 Data umum proyek A... 72

Tabel IV.5 Data umum proyek B ... 74

Tabel IV.6 Data umum proyek C ... 77

Tabel IV.7 Data umum proyek D... 80

Tabel IV.8 Rekapitulasi data umum proyek-proyek studi kasus ... 83

Tabel V.1 Jenis indikator dan rumus penilaian kuantitatif ... 86

Tabel V.2 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus ... 87

Tabel V.3 Pola supply chain proyek studi kasus ... 101

Tabel V.4 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus terhadap Konsep Conversion ... 113

Tabel V.5 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus terhadap Konsep Flow ... 121

Tabel V.6 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus terhadap Konsep Value ... 123

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung...138

(15)

1

I. Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Tingginya tingkat spesialisasi dalam industri konstruksi mengakibatkan industri ini memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan industri lainnya. Khususnya pada proyek konstruksi bangunan gedung yang memiliki item pekerjaan yang banyak disertai dengan kompleksitas pekerjaan yang tinggi dan membutuhkan keahlian-keahlian yang spesifik dalam proses produksinya. Hal ini menyebabkan terpecah-pecahnya pekerjaan menjadi paket pekerjaan yang lebih kecil di mana masing-masing paket pekerjaan akan melibatkan pihak tertentu.

Keterlibatan banyak pihak baik organisasi maupun individu dalam proses produksi di industri konstruksi secara tidak langsung akan membentuk supply

chain yang kompleks. Hubungan antar pihak tersebut akan membentuk suatu pola

hubungan yang menempatkan satu pihak tertentu sebagai salah satu mata rantai dalam suatu rangkaian rantai proses produksi yang menghasilkan produk konstruksi yang disebut dengan supply chain konstruksi (Capo et al., 2004). Bergerak dari kondisi ini, maka industri konstruksi telah menuntut pengembangan suatu konsep manajemen yang dapat mengelola hubungan antar mata rantai yang menghasilkan output produk konstruksi.

Pengelolaan supply chain di industri konstruksi dipercaya sebagai salah satu usaha yang strategis untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan konstruksi di tengah semakin ketatnya persaingan lokal, regional maupun global, sebagaimana layaknya industri lainnya. Salah satu unsur penting dari pengelolaan supply chain ini adalah struktur dari jaringan yang efektif, karena sebuah supply chain yang efisien dianggap dapat memberikan daya saing yang tinggi kepada perusahaan yang menjadi bagiannya. Berdasarkan hasil suatu studi diperoleh kesimpulan bahwa desain supply chain yang buruk memiliki potensi untuk meningkatkan biaya proyek hingga 10% (Bertelsen, 1993).

(16)

2

Hal ini menunjukkkan bahwa supply chain konstruksi akan memberikan konstribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga suatu supply

chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang

memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi. Sehingga dalam konteks konstruksi dimana fragmentasi sudah menjadi bagian dari karakteristik industri ini, maka peningkatan yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen hubungan terhadap organisasi yang terlibat dalam suatu susunan supply chain yang menghasilkan produk konstruksi tertentu.

London dan Kenley (2002) menyatakan bahwa diperlukan suatu pengembangan model yang dapat menggambarkan organisasi di industri konstruksi guna memahami struktur dan perilaku supply chain dalam industri konstruksi. Lebih lanjut dikatakan bahwa sangat penting untuk memahami berbagai supply chain yang berbeda, yang akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman industri ini melalui pemahaman terhadap produk atau jasa apa yang diberikan, tipe perusahaan seperti apa yang memberikan produk atau jasa tersebut, kepada siapa produk atau jasa tersebut diberikan, dan dalam konteks seperti apa pola supply

chain tersebut digunakan. Namun sebelum dapat dilakukan efisiensi supply chain

konstruksi seperti yang diinginkan, terlebih dahulu diperlukan suatu pemetaan pola supply chain konstruksi yang terdapat dalam praktek konstruksi, khususnya dalam proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia.

Berdasarkan pemahaman hal tersebut, maka Susilawati (2005) melakukan penelitian untuk memetakan pola dan proses pembentukan supply chain pada industri konstruksi khususnya proyek bangunan gedung di Indonesia sehingga diperoleh gambaran mengenai pola supply chain konstruksi di Indonesia yang lebih lengkap. Dari hasil penelitian ini telah teridentifikasi empat bentuk pola

supply chain yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya

bangunan gedung, terdiri dari dua pola umum yang secara garis besar dibentuk berdasarkan metoda kontrak yang digunakan, yaitu berdasarkan metoda Kontrak Umum/General Contract Method dan metoda Kontrak Terpisah/ Separate

(17)

3

pola khusus sebagai perluasan dari ada-tidaknya keterlibatan pemilik dalam pengadaan material.

Setelah pemetaan terhadap bentuk-bentuk supply chain pada industri konstruksi khususnya konstruksi bangunan gedung di Indonesia berhasil dilakukan, maka langkah selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah terbentuk. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply

chain proyek konstruksi bangunan gedung, terutama terhadap pengelolaan

hubungan para pihak yang terlibat dalam proses produksi proyek konstruksi bangunan gedung.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran kinerja dari pola supply chain proyek konstruksi bangunan gedung yang telah teridentifikasi dengan menggunakan indikator-indikator pengukuran yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya, terutama pada kajian hubungan antar pihak yang terlibat dalam supply chain konstruksi bangunan gedung dalam rangka implementasi konsep Konstruksi Ramping (Lean Construction).

I.2 Rumusan Masalah

Persaingan ketat antara perusahaan konstruksi secara tidak langsung menuntut agar perusahaan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses kerjanya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan konsep supply chain management secara optimal sebagaimana yang telah dilakukan oleh kalangan industri konstruksi di luar negeri. Terlebih lagi dengan karakteristik industri konstruksi sebagai suatu industri yang unik dengan keterlibatan banyak pihak dalam proses produksinya yang secara tidak langsung akan melibatkan banyak pihak pula

supply chain -nya dan kesemuanya itu memerlukan suatu pengelolaan yang baik

sehingga akan dapat menghasilkan kinerja yang baik pula.

Beranjak dari hal tersebut di atas maka perlu dilakukan suatu pencarian gambaran kinerja dari supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung yang

(18)

4

dilakukan melalui suatu tahapan pengukuran dengan menggunakan indikator-indikator pengukuran yang telah dikembangkan terlebih dahulu. Hasil dari kajian ini diharapkan akan dapat dipergunakan sebagai acuan bagi perusahaan dalam membentuk dan mengelola supply chain-nya terutama yang terkait dengan hubungan antar pihak-pihak yang terlibat pada proses produksinya dalam rangka implementasi konsep Konstruksi Ramping (Lean Construction).

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan mencari gambaran kinerja supply

chain proyek terhadap implementasi prinsip-prinsip konstruksi ramping (lean construction) dari beberapa pola supply chain yang telah teridentifikasi, sebagai

langkah awal dalam pencapaian efisiensi di industri konstruksi. Hal ini dilakukan melalui eksplorasi dari beberapa proyek konstruksi bangunan gedung yang terdapat di Jakarta dengan menggunakan indikator pengukuran kinerja yang merupakan hasil penelitian sebelumnya.

I.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas diharapkan dari kajian ini akan diperoleh temuan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah teridentifikasi pada proyek studi kasus sebagai usaha untuk mencapai tujuan penghematan-penghematan dari berbagai segi pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan gedung. Selain itu juga akan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari sistem pendelegasian tugas dan pengelolaan para pihak yang terlibat dalam supply chain dalam proyek konstruksi bangunan gedung yang selama ini telah dilakukan oleh kontraktor-kontraktor besar di Indonesia dalam rangka implementasi konsep konstruksi ramping (Lean Construction).

Sebagai konstribusi bagi pihak kontraktor pelaksana diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat menjadi suatu pertimbangan dalam melakukan pembentukan supply chain dalam pelaksanaan pekerjaan serta metoda

(19)

5

pengelolaan supply chain yang harus dilakukan. Begitu pula dengan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan gedung.

I.5 Posisi Penelitian

Studi mengenai supply chain konstruksi yang mendukung perkembangan ke arah konstruksi ramping (lean construction) di Indonesia baru memasuki tahap awal. Nurisra (2002) dalam penelitiannya, “Kajian Hubungan Kerjasama

Subkontraktor dan Kontraktor di Indonesia”, melakukan pengkajian secara

terbatas permasalahan yang terdapat dalam hubungan antara kontraktor dan subkontraktor. Syadaruddin Syachrani (2005) dalam penelitiannya “Pengembangan Model Pemilihan Mitra Pemasok pada Proyek Konstruksi”, mengembangkan suatu prosedur pemilihan mitra pemasok beserta model kemitraannya yang terdiri atas model umum sistem evaluasi pemilihan mitra pemasok beserta tata cara pemilihannya dengan mempertimbangkan aspek negosiasi. Penelitian ini juga berhasil mengembangkan model organisasi kemitraan antara kontraktor dan pemasok.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hengki A. Roza (2006) mengenai

“Pengembangan Model Pengukuran Kesiapan Kontraktor Indonesia Menuju Konstruksi Ramping”, telah dilakukan suatu pengukuran mengenai sejauh mana

pihak-pihak yang telibat dalam usaha jasa konstruksi (dengan fokus terhadap kontraktor saja) telah memahami dan menerapkan konsep dasar dari prinsip-prinsip konstruksi ramping dalam proses produksinya. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Riko Hadi Nugroho (2006) mengenai ”Kajian

Hubungan Antara Kontraktor Utama dengan Subkontraktor pada Proyek Konstruksi”, telah berhasil mengidentifikasi proses pengadaan yang dilakukan

oleh kontraktor dalam memilih subkontraktor yang akan bekerjasama dalam pelaksanaan proyeknya. Pada penelitian ini juga teridentifikasi keterkaitan antara kontrak utama dengan subkontrak. Selain itu juga telah dilakukan penelitian oleh Dewi Yustiarini (2007) mengenai “Proses Penjaminan Mutu Dalam Rantai

(20)

6

mutu yang telah dilakukan oleh kontraktor pada rantai pasoknya dalam proyek-proyek di industri konstruksi.

Sebagai langkah awal dalam pemetaan supply chain pada konstruksi bangunan gedung di Indonesia sehingga diperoleh gambaran mengenai pola supply chain secara lebih lengkap, Susilawati (2005) dalam penelitiannya “Studi Supply Chain

Konstruksi pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung” telah melakukan

eksplorasi secara mendalam terhadap pola dan proses pembentukkan supply chain pada proyek konstruksi khususnya pada proyek pembangunan bangunan gedung. Dan dari penelitian ini telah teridentifikasi 4 (empat) pola supply chain yang biasa dipraktekkan oleh kontraktor-kontraktor di Indonesia dalam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung.

Sebagai langkah selanjutnya dari telah terbentuknya pola-pola supply chain konstruksi bangunan gedung, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja

supply chain yang telah teridentifikasi pada penelitian terdahulu (Susilawati,

2005). Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan dapat diketahui gambaran pola supply chain yang mana akan memberikan kinerja yang paling besar dalam pengelolaan suatu proyek konstruksi bangunan gedung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang telah dikembangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Wirahadikusumah (2007), “Kajian

Hubungan Antar Pihak yang Terlibat dalam Rantai Pasok Proyek Konstruksi Bangunan Gedung” yang merupakan Riset Kelompok Keahlian Institut

Teknologi Bandung. Secara skematis keterkaitan antar penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya disajikan pada Gambar I.1.

(21)

7 Kajian Hubungan Kerjasama Subkontraktor dan Kontraktor di Indonesia (Nurisra, 2002) Pengembangan Model Pemilihan Mitra Pemasok pada

Proyek Konstruksi (Syachrani, S., 2005) Kajian Hubungan Kontraktual antara Kontraktor Utama dengan Subkontraktor pada Proyek Konstruksi (Nugroho, R.H., 2006) Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Kontraktor Indonesia Menuju Konstruksi Ramping (Roza, H.A., 2005) Studi Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung (Susilawati, 2005)

Kajian Hubungan Antar Pihak yang Terlibat dalam Rantai Pasok Proyek Konstruksi Bangunan Gedung (Wirahadikusumah, 2007) Penelitian Terdahulu Prinsip-prinsip Lean Construction Prinsip-prinsip Supply Chain Management Kajian Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Proses Penjaminan Mutu Dalam Dalam Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi (Dewi Yustiarini, 2007)

Gambar I.1 Posisi penelitian

I.6 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mengakomodasi tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup penelitian ini diusulkan sebagai berikut:

1. Pengukuran terhadap kinerja dari supply chain yang ada dilakukan dengan mengacu pada indikator-indikator kinerja yang telah dikembangkan.

2. Sebagai obyek penelitian dipilih proyek konstruksi bangunan gedung, mengingat bangunan gedung merupakan salah satu proyek konstruksi yang sangat dinamis dan kompleks, serta melibatkan banyak pihak didalam pengelolaan proses produksinya, sehingga sangat memerlukan adanya pengembangan suatu konsep pengelolaan supply chain konstruksi yang bisa meningkatkan efektifitas dan efisiensi selama proses produksi tersebut. 3. Penelitian ini erat kaitannya dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka

(22)

8

pada proyek konstruksi bangunan gedung yang berlokasi di Jakarta dengan karakteristik yang sesuai dengan pola supply chain yang telah teridentifikasi pada penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2005). Hal ini juga dilakukan mengingat penelitian ini juga tidak terlepas dari kerangka waktu yang ada, sehingga akan lebih memudahkan dalam proses pengumpulan data.

I.7 Sistematika Pembahasan

Pemaparan proses dan hasil penelitian ini dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, akan memaparkan latar belakang yang menjadi konstelasi

dari permasalahan yang diajukan, hingga muncul dua permasalahan yang mendasari penelitian ini. Batasan permasalahan dilakukan guna memperjelas lingkup dari penelitian ini. Dengan batasan tersebut, maka tujuan dan manfaat penelitian akan semakin terarah.

Bab II Studi Literatur, menguraikan landasan teori yang dipakai dalam

mengkaji berbagai aspek yang relevan dengan permasalahan dalam studi ini. Dengan demikian maka landasan teori yang dibentuk dalam penelitian ini merupakan lensa yang dipakai dalam melihat objek studi yang dilakukan dalam penelitian ini. Dalam proses penelitian, kajian pustaka memberikan kontribusi dalam pengembangan instrumen pengumpulan data, berupa gambaran terhadap aspek-aspek yang akan diteliti, hingga menghasilkan butir-butir pertanyaan dalam wawancara.

Bab III Metodologi Penelitian, berisi metodologi penelitian yang dipakai, sebagai cara untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan.

Bab IV Studi Kasus, berisi deskripsi dari masing-masing studi kasus yang

(23)

9

di Jakarta. Proyek yang terpilih memiliki banyak pelaku supply chain yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung

Bab V Analisis dan Pembahasan, memuat berisi proses analisis yang dilakukan

dalam penelitian ini. Dimulai dengan pengukuran kinerja dari masing-masing proyek studi kasus dengan menggunakan indikator pengukuran dan melakukan pembahasan keterkaitan kinerja supply chain masing-masing proyek dengan konsep lean construction.

Bab VI Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari temuan yang diperoleh

sebagai hasil dari proses penelitian, serta uraian tentang keterbatasan-keterbatasan yang terjadi sebagai bagian dari proses pencarian jawaban yang dirasakan masih kurang untuk mendukung kesempurnaan dalam penelitian ini, yang kemudian akan menjadi saran terhadap arah bagi penelitian selanjutnya.

(24)

10

II. Bab II Studi Literatur

II.1 Supply Chain di Industri Konstruksi

Konsep supply chain pada awalnya berkembang di industri manufaktur. Supply

chain adalah suatu jaringan kerjasama dalam menyediakan material atau bahan

baku yang melibatkan beberapa pihak. Material tersebut meliputi bahan mentah maupun bahan setengah jadi. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

supply chain adalah supplier, pusat produksi, pusat distribusi, gudang, pusat

penjualan dan lain-lain. Adapun pertimbangan utama dalam menentukan kinerja

supply chain adalah total biaya dan waktu yang minimum sesuai kualitas yang

disyaratkan.

Seiring dengan pengertian supply chain yang berkembang di industri manufaktur, maka dalam konteks konstruksi, supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari sekumpulan aktifitas perubahan material alam hingga menjadi produk akhir (seperti jalan atau bangunan) dan jasa (seperti perencanaan atau biaya) untuk digunakan oleh klien dengan mengabaikan batas-batas organisasi (Rebeiro & Lopes, 2001). Menurut Vrijkoef (1998), supply chain adalah jalinan kerjasama perusahaan yang berinteraksi untuk menyampaikan produk (barang atau jasa) kepada pelanggan akhir, hubungan aliran material dari bahan mentah sampai pengiriman terakhir dari rantai.

Towill et al (1992) menyatakan supply chain adalah suatu sistem, pemilihan bagian termasuk supply material, fasilitas produksi, jasa distribusi dan pelanggan yang saling berhubungan lewat perpindahan informasi. Menurut Bechtel et al (1997), supply chain adalah produk dan arus informasi dua arah yang melalui semua partisipan dalam sistem di mulai dari supplier dan berakhir pada pelanggan pengguna akhir. Sedangkan menurut Lee & Billington (1992), supply chain adalah jaringan fasilitas untuk menyediakan raw material, mengubahnya menjadi produk setengah jadi hingga menjadi produk akhir untuk selanjutnya diserahkan kepada pemakai melalui suatu sistim distribusi.

(25)

11

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa supply

chain merupakan keterlibatan jaringan organisasi dari organisasi hulu sampai hilir

yang melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bernilai sampai pada pelanggan terakhir. Rangkaian hubungan customer-supplier tersebut terjadi dalam suatu rentang proses perubahan material, dimulai dari tahapan material alam hingga produk akhirnya mencapai pengguna akhir, bagaikan suatu rangkaian mata rantai yang terhubungan secara linier. Namun bentuk supply chain dalam konteks bisnis yang sesungguhnya memiliki bentuk yang kompleks. Kompleksitas hubungan tersebut, terjadi karena suatu perusahaan tertentu memiliki hubungan ke hulu dengan beberapa supplier-nya (multiple suppliers), dan ke hilir dengan beberapa customer-nya (mutiple customers). Di dalam suatu

supply chain terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang, dan

diimplementasikan untuk mendapatkan aliran material, informasi dan dana yang efektif.

Berdasarkan hasil pengembangan yang dilakukan oleh O’Brien, London dan Vrijhoef (2002) terlihat adanya kompleksitas supply chain terhadap besaran angka perusahaan yang menyusun supply chain konstruksi serta dorongan kekuatan pasar dan jarak yang lebar dalam perusahaan. Kegiatan dalam lokasi proyek telah memiliki jaringan tersendiri antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Di luar lokasi proyek terdapat pihak-pihak supplier, subcontractor, designers, dan

owner yang secara langsung maupun tidak langsung bekerjasama sehingga

membentuk supply chain untuk mendukung kelancaran dari kegiatan di dalam lokasi proyek tersebut. Ilustrasi dari pengembangan ini sebagaimana terlihat pada

(26)

12

Gambar II.1 Gambaran Konseptual Supply Chain Konstruksi

(Sumber : O’Brien , 2002)

Dengan model-model yang dikemukakan oleh peneliti supply chain dalam industri konstruksi, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari supply

chain konstruksi, yaitu:

• Karakteristik produknya unik – produk konstruksi bangunan pada umumnya dibuat berdasarkan permintaan tertentu (custom made product). Dengan demikian tidak ada satu pun produk konstruksi yang sama - walaupun hal ini tergantung pada tingkatan mana melihatnya.

• Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization). Suatu rangkaian supply chain yang terbentuk yang menghasilkan produk konstruksi, akan berakhir ketika selesai masa produksi.

• Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya berlangsung di site konstruksi (in site production). Hal ini juga memberikan kontribusi terhadap keunikan produk konstruksi, karena pada proyek yang sama, baik kondisi fisik (kondisi tanah, pengaruh cuaca, dll) maupun non fisik (regulasi yang berlaku, kondisi lalulintas, dll) yang mempengaruhinya tidak akan pernah sama.

(27)

13

• In site production dan off site production. Terjadinya produksi di dalam site konstruksi (in site production), telah membagi dua batasan proses yang terjadi dalam produksi konstruksi.

• Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa supply chain di industri konstruksi sangatlah kompleks, sehingga sistem jaringan supply yang terjadi pada proses produksinya juga menjadi sangat kompleks. Suatu studi menunjukkan bahwa desain supply chain yang buruk memiliki potensi untuk meningkatkan biaya proyek hingga 10% (Bertelsen, 1993). Hal ini menunjukkkan bahwa pola

supply chain konstruksi juga akan memberikan kontribusi terhadap efisiensi suatu

pelaksanaan proyek, sehingga supply chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi.

Dalam konteks konstruksi di mana fragmentasi sudah menjadi bagian dari karakteristik industri ini, maka peningkatan yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen hubungan terhadap organisasi yang terlibat dalam suatu susunan

supply chain yang menghasilkan produk konstruksi tertentu. Dengan demikian

sangatlah perlu dilakukan pengelolaan supply chain yang baik sehingga dapat mengurangi kesia-siaan (ketidakefisienan) dan optimalisasi pencapaian value dalam supply chain-nya, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan memberikan kepuasan pada pelanggan.

II.1.1. Pelaku-pelaku supply chain konstruksi

Pada supply chain di industri manufaktur terdapat lima komponen utama sebagai pelakunya, yaitu supplier, manufaktur, distributor, retailer, dan customer (Indrajit, 2005), sementara itu berdasarkan beberapa model yang dikembangkan di supply

chain konstruksi, dapat disimpulkan beberapa komponen utama dalam suatu supply chain konstruksi, yaitu:

(28)

14

Owner (Pelaku Hilir)

Dalam proses produksi konstruksi bila produk yang dibuat berdasarkan permintaan owner, maka peran owner sangat tinggi. Proses supply chain konstruksi dimulai dari inisiatif owner yang memprakarsai dibuatnya produk konstruksi bangunan dan berakhir pada owner ketika produk tersebut selesai diproduksi (Vrijhoef, 1999:138). Peran owner ada dalam setiap tahapan, sejak tahap feasibility study, perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasi, dan pemeliharaan. Bahkan dalam tahapan proses produksi owner dapat menunjuk langsung pihak yang terlibat untuk pelaksanaan nominated subcontractor/

nominated supplier.

Kontraktor (Pelaku Utama)

Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang memberikan layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Sekarang ini berkembang berbagai organisasi yang berperan sebagai kontraktor, mulai dari perusahaan individu hingga perusahaan besar dengan jumlah pekerja yang banyak. Begitu pula dengan ruang lingkup pekerjaan kontraktor dalam suatu proyek, terdapat spektrum yang sangat beragam, mulai dari lingkup pekerjaan yang sangat sempit, hingga lingkup keseluruhan pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi.

Subkontraktor, supplier dan mandor (pelaku di hulu)

à Subkontraktor dan Spesialis

Subkontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak dengan kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan kontraktor utama. Terminologi subkontraktor dalam konteks tradisional terdapat satu kontraktor yang memiliki hubungan kontrak dengan owner yaitu kontraktor utama sehingga menempatkan kontraktor lainnya yang tidak memiliki hubungan langsung dengan owner sebagai subordinan dari kontraktor utama

Gambar

Gambar  I.1  Posisi penelitian
Gambar  II.1    Gambaran Konseptual Supply Chain Konstruksi  (Sumber : O’Brien , 2002)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Turner, pendekatan Emerson telah bergerak melampaui teori pertukaran konvensional sebagaimana dirumuskan Homans dan Blau, menuju model pertukaran baru

Aset yang dinilai terdiri atas Real Properti dengan bentuk kepemilikan dari obyek penilaian diatas adalah kepemilikan tunggal untuk tanah terdaftar sebagai

Maka dari itu kesimpulan dari hasil penelitian Efektivitas Program Bantuan Sosial (PBS) Kabupaten Lombok Timur Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Ternak

 Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengkategorikan 7egara-negara di dunia yang memiliki standar hidup 7egara7i rendah, 7egara

Bandpass: Memungkinkan rentang frekuensi yang ditentukan untuk dilewatkan oleh rangkaian filter dan menolak frekuensi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pada rentang frekuensi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi konsumen yang sebenarnya, dan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan, untuk

Taman Balekambang sebagai Taman Seni dan Budaya memiliki Gedung Kesenian atau biasa disebut Gedung Wayang Orang. Gedung Kesenian Taman Balekambang dibangun pada

Bemutattuk a már több éve működő angol, lengyel és skandináv multilaterális piac fejlődési történetét, illetve összehasonlítottuk a hazai BÉT Xtend és a nemzetközi