• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATE OF THE ART TEORI PERTUKARAN SOSIAL: Dari Teori Pertukaran Sosial Klasik sampai Teori Pertukaran Sosial Kontemporer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATE OF THE ART TEORI PERTUKARAN SOSIAL: Dari Teori Pertukaran Sosial Klasik sampai Teori Pertukaran Sosial Kontemporer"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

STATE OF THE ART TEORI PERTUKARAN SOSIAL:

Dari Teori Pertukaran Sosial Klasik sampai Teori Pertukaran

Sosial Kontemporer

Oleh: M. Khusna Amal, M.Si

A. PENDAHULUAN

Pertengahan abad ke 20 disebut-sebut sebagai periode krusial bagi perkembangan ilmu sosial, terutama paradigma fungsional struktural. Pada abad tersebut, tepatnya tahun 1940-an dan 1950-an, teori fungsional struktural berada pada puncak dominasi dan sekaligus menjadi titik awal bagi kemerosotonnya. Kejayaan fungsional struktural tampak dari pergeseran teori Parsons dari sebelumnya berorientasi pada teori tindakan menuju ke fungsionalisme struktural. Pemikiran baru Parsons ini segera tersebar cepat berkat murid-muridnya yang tersebar di berbagai negara bagian dan kebetulan menduduki jabatan strategis di banyak jurusan sosiologi utama. Murid-murid Parsons ini membuat karya yang secara luas diakui telah menyumbang terhadap teori fungsionalisme struktural1.

Namun, tidak berselang lama kemudian, fungsionalisme struktural segera menghadapi serangan luar biasa. Puncak serangan yang mencoba menggoyang dominasi fungsionalisme struktural mencapai puncaknya pada 1960-an dan 1970-an. Banyak ilmuwan sosial yang melakukan serangan gencar dan sekaligus menghadirkan teori sosial baru sebagai tandingan atas dominasi Parsonian. Sebut di antaranya adalah George Caspar Homans, Peter M. Blau (1918-2002), dan sederet teoritisi yang bergerak di ranah teori baru yang diberi nama ‘pertukaran sosial’ (social exchange). Sebagai koreksi atas fungsionalisme struktural yang fokus pada determinisme struktur sosial dan meremehkan posisi individu sebagai aktor, teori pertukaran sosial justru mengangkat otonomi individu interaksinya dengan struktur sosial. Ciri terpenting dari teori pertukaran sosial terletak pada analisisnya mengenai hubungan sosial menurut cost and reward2.

Terkait dengan kemunculan teori pertukaran sebagai counter –dan sekaligus juga keberlanjutan dari fungsionalisme struktural— menarik untuk dikaji lebih jauh perihal bagaimana ihwal kemunculan teori pertukaran sosial itu, tanggapan dan perkembangan selanjutnya, serta

1 George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 88.

2 George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 92.

(2)

perdebatan yang mewarnai dinamika teori pertukaran sosial, dan kelanjutan perkembangannya sampai era terkini.

B. TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN PENCETUSNYA

Kronologi Awal

Sebenarnya dasar-dasar teori pertukaran sosial dapat dilacak dalam sejumlah karya ilmuwan sosial klasik. Dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19, para ahli ekonomi politik Inggris seperti Adam Smith sudah menganalisis pasar ekonomi sebagai hasil dari kumpulan (agregation) yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi individual yang tidak terbilang besarnya. Diasumsikan bahwa transaksi-transaksi pertukaran akan terjadi hanya jika kedua belah pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu, dan bahwa kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu diberikan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang dirembukkan secara pribadi. Tekanan yang sama pada tujuan-tujuan individual dan imbalannya (reward) inilah yang juga menandai sifat teori pertukaran masa kini di Amerika3.

Teori Durkheim mengenai solidaritas organis juga tercatat mengandung suatu proses pertukaran sosial. Meksipun sesungguhnya teori ini pada umumnya tidak dianggap sebagai teori pertukaran dan tidak pula didasarkan pada asumsi-asumsi pemikiran Inggris yang bersifat individualistis. Pada solidaritas baik organis maupun mekanis terdapat berbagai bentuk kerjasama yang terspesialisasi ataupun yang sederhana di mana para anggotanya terlibat di dalamnya karena mereka melaksanakan suatu tugas bersama. Perilaku kerja sama ini mengandung proses pertukaran.

Levi-Strauss, seorang ahli antropologi Prancis, yang bekerja dalam kerangka tradisi Durkheim, mengembangkan suatu perspektif teoritis mngenai pertukaran sosial dalam analisisnya mengenai praktek perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif. Dalam analisisnya, Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran; pertukaran langsung dan pertukaran tidak langsung. Dalam pertukaran langsung, para anggota suatu kelompok duaan (dyad) terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan itu saling memberikan dengan dasar pribadi. Dalam pertukaran tidak langsung, anggota-anggota dalam kelompok tigaan (triad) atau yang lebih bsear lagi, menerima sesuatu dari seorang pasangan yang lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna.

3 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terjemahan Robert M.Z Lawang, Jakarta: Gramedia, hlm., 55.

(3)

Dengan kata lain, pertukarannya bersifat tidak langsung, dan bukan yang bersifat timbal balik4.

Sementara itu, mengikuti pendapat Molm dan Cook, yang menelusuri sejarah perkembangan teori pertukaran sosial, diperoleh data bahwa dua teori yang memiliki peran besar dalam melahirkan teori pertukaran sosial, yaitu teori behaviorisme dan teori pilihan rasional. Kedua teori ini bahkan dianggap sebagai akar teori pertukaran sosial yang sebenarnya. Menurut Molm dan Cook, behaviorisme yang sangat terkenal dalam psikologi dinilai berpengaruh secara langsung terhadap sosiologi perilaku dan pengaruh tak langsung terhadap teori pertukaran. Behaviorisme, dengan gagasan utamanya mengenai hadiah dan biaya inilah, yang disebut-sebut berpengaruh besar baik terhadap sosiologi perilaku maupun teori pertukaran awal. Jadi, dalam sosiologi perilaku maupun teori pertukaran awal, salah satu proposisi yang dapat dibaca adalah bahwa tindakan seseorang itu lahir lebih didasarkan pada pertimbangan hadiah (atau penguat/reward) dan ongkos (atau hukuman/punishment). Hadiah ditentukan oleh kemampuannya memperkuat perilaku, sedangkan biaya mengurangi kemungkinan perilaku5.

Sementara itu, teori pilihan rasional yang juga memiliki pengaruh besar dalam pembentukan teori pertukaran memusatkan perhatiannya pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan sekaligus pilihan (atau nilai, keperluan). Dalam konteks ini, tindakan yang dilakukan aktor itu selalu berorientasi pada keinginan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihannya. Setiap usaha yang dilakukan aktor untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya itu akan dihadapkan pada dua pemaksa tindakan. Pertama adalah keterbatasan sumber. Aktor mempunyai sumber atau akses berbeda terhadap sumberdaya yang lain. Bagi aktor yang punya sumberdaya besar, pencapaian tujuannya

4 Levi-Strauss sendiri menegaskan bahwa tujuan utama proses pertukaran itu adalah tidak untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang terlibat dalam pertukaran itu untuk memenuhi kebutuhan individulistisnya. Sebaliknya, arti pertukaran itu adalah bahwa dia mengungkapkan komitmen moral individu itu pada kelompok. Bentuk khusus pertukaran itu, apakah langsung atau tidak langsung, bukanlah sebuah keputusan individu yang dikeluarkan berdasarkan pertimbangan kepentingan sekarang ini. Bentuk pertukaran itu sendiri dibatasi oleh kebudayaan keseluruhannya, dan diinstitusionalisasikan dalam struktur sosial itu sendiri, kenyataan mana mengatasi individu, serta kebutuhan-kebutuhannya yang khusus. Levi-Strauss membedakan pertukaran ekonomi dan pertukaran sosial. Secara tegas ia menolak penggunaan motif-motif ekonomi atau individualistis untuk menjelaskan pertukaran-pertukaran sosial. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, hlm., 57-59; Susan Sprecher, Social Exchange Theories and Sexuality, In The Journal of Sex Research, Vol. 35, No. 1, Publised: Lawrence Erlbaum Associates (Taylor & Francis Group), 1998, hlm., 32.

5 George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 356; baca juga LindaD. Molm and Karen S. Cook, Social Exchange and Exchange Networks, In K.S. Cook, G.A Fine, and J.S. House (eds.), Sociological Perspectives on Social Psychology, Boston: Allyn and Bacon, 1995, hlm., 209-235.

(4)

mungkin relatif mudah. Namun bagi aktor yang sumberdayanya terbatas, pencapaian tujuannya mungkin sukar atau bahkan mustahil sama sekali. Sumber pemaksa kedua atas tindakan aktor individual adalah lembaga sosial. Hambatan kelembagaan ini menyediakan baik sanksi positif maupun sanksi negatif yang membantu mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan yang lain6.

George C. Homans, Sang Pencetus Teori Pertukaran Sosial

Meski dasar-dasar teori pertukaran sosial dapat dilacak pada perbincangan ataupun karya para ahli ilmu sosial klasik, teori behaviorisme dan teori pilihan rasional, sebagaimana dikemukakan di atas, namun orang yang dianggap sebagai pencetus teori ini adalah George C. Homans7. Dikatakan demikian karena Homans telah berhasil menuangkan gagasan teoritisnya secara lebih utuh dan sistematis. Teori pertukaran yang digagas Homans ini lahir pada pertengahan abad ke 20 di Amerika Serikat. Tekanan individualistis dalam teori pertukaran di Amerika sejalan dengan fenomena individualisme yang terdapat dalam warisan budaya Amerika. Menarik dicatat bahwa asal-usul teori pertukaran di Amerika masa kini bertumbuh dari konfrontasi polemik antara orientasi individualstis dan kolektivistis. Homans, sebagai tokoh yang paling menonjol dalam pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial, membangun dasar-dasar perspektifnya yang bertentangan dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan. Teori pertukaran Homans juga menggambarkan strategi dasar dan logika yang dia kemukakan sebagai sesuatu yang penting bagi perkembangan suatu teori sosial yang bersifat menjelaskan –berlawanan dengan konsep-konsep yang bersifat deskriptif belaka8.

66 Terkait dengan pemaksa kedua ini (kelembagaan) Friedman dan Hechter mengatakan bahwa aktor individual biasanya akan “merasakan tindakannya diawasi oleh sejak lahir hingga mati oleh aturan keluarga dan sekolah, hukum dan peraturan, kebijakan tegas, gereja, sinagoge dan masjid, rumah sakit dan perkuburan. Dengan membatasi rentetan tindakan yang boleh dilakukan individu, dengan dilaksanakannya aturan permainan – meliputi norma, hukum, agenda, dan aturan pemungutan suara—secara sistematis memengaruhi akibat sosial”. Di samping dua pemaksa, berupa keterbatasan sumber dan kelembagaan, Friedman dan Hechter juga mengemukakan dua gagasan lain yang menjadi dasar teori pilihan rasional. Pertama, kumpulan mekanisme atau proses yang menggabungkan tindakan aktor individual yang terpisah untuk menghasilkan akibat sosial. Kedua, bertambahnya pengertian tentang pentingnya informasi dalam membuat pilihan rasional. Debra Friedman and Michael Hechter, The Contribution of Rational Choice Theory to Macrosociological Research, Sociological Theory, 1988, hlm., 202.

7 Homans (1910-1989) adalah teoritisi Amerika yang memulai karirnya sebagai seorang sejarawan sebelum kemudian beralih ke sosiologi dan antropologi di bawah pengaruh Lawrence Henderson dan Elton Mayo di Sekolah Bisnis Harvard pada 1930-an. Setelah Perang Dunia II ia bergabung dengan Parsons di Departemen Multidisiplin Hubungan Sosial. Malcom Waters, Modern Sociological Theory, London: Sage Publication, 1994, hlm., 67.

(5)

Teori Yang Dicabar Dan Sekaligus Mempengaruhi Teori Pertukaran Homans

Secara resmi, Homans mulai memperkenalkan teori pertukaran sosialnya pada 1950-an. Semangat Homans dalam memunculkan teori barunya ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menyempurnakan atau memperbaiki apa yang dianggapnya merupakan kekuarangan dari teori fungsional. Atau dengan kata lain, teori pertukaran yang dicetuskan Homans tidak bisa dilepaskan dari pencabarannya terhadap teori-teori aliran fungsionalisme struktural. Salah satu cabaran teori pertukaran terhadap fungsionalisme, adalah diabaikannya studi tentang individu. Fokus pandangan fungsionalisme bertumpu pada struktur serta tujuan atau fungsi dari sistem yang besar atau kecil. Individu hanya dianggap sebagai orang yang menempati status atau posisi dan sebagai pelaksana peranan yang digariskan oleh status atau posisi tersebut. Tekanan pada struktur berasal dari tradisi Durkheimian, yang mencoba menunjukkan perlunya melihat sosiologi sebagai disiplin yang terpisah dari psikologi. Dalam konteks ini, teori pertukaran sosial muncul sebagai usaha untuk menggerakkan pendulum teori dari paham sosiologi ekstrim ke arah evaluasi ulang tentang peranan individu dalam sistem sosial9.

Bagaimana pun gagasan teori pertukaran sosial yang dikemukakan Homans, tidak bisa dilepaskan dari pengaruh teori psikologi behaviorisme. Setelah berpisah dengan fungsionalisme struktural, Homans mulai menegaskan arti penting psikologi bagi penjelasan fenomena sosial. Berbeda dari Duekheim yang menarik sosiologi sebagai disiplin ilmu murni terpisah dari psikologi, Homans menngungkap pandangan itu dengan menyatakan bahwa semua penjelasan-penjelasan perilaku sosial menyangkut masalah psikologi. Dalam bukunya yang berjudul Social Behavior: Its Elementary Forms (1961) –sebuah karya yang mencerminkan kelahiran teori pertukaran sebagai sebuah perspektif penting dalam sosiologi--, Homans menjelaskan bahwa jantung sosiologi terletak dalam studi interaksi dan perilaku individual. Ia sedikit sekali memperhatikan kesadaran atau berbagai jenis struktur dan institusi berskala besar yang menjadi sasaran perhatian sebagian besar sosiolog. Perhatian utamanya lebih tertuju pada pola-pola penguatan (reinforcement), sejarah imbalan dan biaya (cost) yang menyebabkan orang melakukan apa-apa yang mereka lakukan. Homans

9Yang ditekankan Homes adalah kebutuhan membawa kembali individu tersebut ke dalam analisa sosiologis. Mengawali kariernay sebagai seorang penganut fungsionalisme struktural, Homas memutuskan hubungannya dengan perspektif teoritis tersebut pada 1950-an. Satu hal yang penting dikemukakan di sini, walau pertukaran perilaku kembali membawa individu ke dalam teori sosiologis, tetapi gambaran tentang manusia sangat sesuai dengan gambaran determinisme yang diketengahkan dalam fungsionalisme struktural. Baik teori pertukaran maupun teori fungsionalisme ternyata melihat manusia memiliki pilihan yang secara struktural telah ditentukan, dan kalau ada, hanya memberi sedikit perhatian pada tindakan kreatif. Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2000, hlm., 53-54.

(6)

meyakini bahwa orang terus mengerjakan apa-apa yang di masa lalu mendapat imbalan. Sebaliknya, orang akan berhenti melakukan sesuatu yang telah terbukti menimbulkan kerugian individual. Dengan demikian sasaran perhatian sosiologi semestinya bukan pada kesadaran atau pada struktur dan institusi sosial, tetapi pada penguatan10.

Meskipun teori pertukaran Homans lahir sebagai respon kritis terhadap struktur sosial yang menjadi fokus kajian aliran fungsionalme-struktural, namun sejatinya teori baru yang ditawarkan Homans sama sekali tidak bisa melepaskan diri, atau mengingkari, pengaruh fungsionalisme-struktural tersebut. Terbukti, studi pertukaran Homans –yang selama ini paling besar dipengaruhi oleh behaviorisme— tidak bisa menghindar untuk tidak bersentuhan dengan persoalan struktur sosial. Fakta ini juga dapat diamati dari pandangan dasar teori pertukaran Homans bahwa perilaku sosial aktual dari setiap individu itu senantiasa melibatkan kontak langsunga dengan individu yang lain. Hal ini berarti pula bahwa orang lain yang terlibat kontaks dengan individu itu, hampir bisa dipastikan, membawa sekalian seperangkat norma-sorma sosialnya11.

Di samping itu, teori pertukaran sosial Homans juga dipengaruhi oleh teori pilihan rasional. Prinsip dasar teori ini berasal dari ekonomi neoklasik12yang disebut telah mempengaruhi pemikiran Homans jauh lebih awal dibandingkan dengan psikologi behaviorisme. Dalam teori pilihan rasional, aktor merupakan fokus kajiannya. Dalam hal ini, aktor dipandang sarat dengan tujuan, atau memiliki maksud. Aktor juga dipandang memiliki preferensi –atau nilai kepuasan. Teori pilihan rasional tidak berurusan dengan preferensi-preferensi dan asal usul preferensi tersebut. Yang terpenting adalah fakta bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang konsisten dengan hirarkhi preferensi aktor.

10George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 92; Malcom Waters, Modern Sociological Theory, London: Sage Publications, 1994, hlm., 68.

11 K. S. Cook and J.M. Whitmeyer, Two Approaches to Social Structure: Exchange Theory and Network Analysis, In Annual Review of Sociology,Vol. 8, No. 18, 1992, hlm., 111.

12Satu hal yang penting di catat di sini adalah bahwa Homans ternyata memulai teorinya dengan ilmu ekonomi, bukan dengan psikologi. Teori pertukaran Homans bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran adalah prinsip dasar dalam transaksi ekonomi sederhana. Homans melihat semua perilaku sosial –jadi tidak hanya perilaku ekonomis—sebagai hasil pertukaran yang demikian. Misalnya, pekerjaan tak hanya menyediakan ganjaran ekstrinsik berupa upah tetapi juga menyediakan ganjaran intrinsik berupa persahabatan, kepuasan, dan mempertinggi harga diri. Homans menganggap bahwa orang yang bertindak dengan cara demikian adalah untuk memperkecil biaya (hukuman) dan memperbesar keuntungan (ganjaran dikurangi biaya). Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, hlm., 59-60.

(7)

Substansi Teori Pertukaran Sosial Homans

Tidak terlampau sulit sebenarnya untuk dapat mengenali substansi teori pertukaran Homans. Apabila dicermati tampak sekali bahwa inti teori pertukaran Homans lebih terletak pada sekumpulan proposisi fundamental yang ia ciptakan. Meski beberapa proposisinya menerangkan setidaknya dua individu yang berinteraksi, namun ia dengan hati-hati menunjukkan bahwa proposisi itu berdasarkan prinsip psikologis. Menurutnya, psoposisi itu bersifat psikologis karena dua alasan. Pertama, proposisi itu biasanya dinyatakan dan diuji secara empiris oleh orang yang menyebut dirinya sendiri psikolog. Kedua, ini yang lebih penting, proposisi itu bersifat psikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat: “proposisi itu lebih mengenai perilaku manusia individual daripada kelompok atau masyarakat; dan perilaku manusia sebagai manusia, umumnya dianggap menjadi bidang kajian psikologi13.

Meskipun Homans membahas prinsip psikologis, namun satu hal yang penting dicatat di sini adalah bahwa ia sama sekali tidak membayangkan individu itu dalam keadaan terisolasi. Ia mengakui bahwa manusia adalah makhluk sosial dan menggunakan sebagian besar waktu mereka berinteraksi dengan manusia lain. Dalam persoalan interaksi ini, Homans membatasi diri pada interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sangat jelas ia cukup yakin bahwa sosiologi yang dibangun berdasarkan prinsip yang dikembangkannya akhirnya akan mampu menerangkan semua perilaku sosial14.

Lebih lanjut, Homans percaya bahwa proses pertukaran dapat dijelaskan lewat beberapa pernyataan proposisional yang saling berhubungan dan berasal dari psikologi Skinnerian. Proposisi itu adalah proposisi sukses, stimulus, nilai, deprivasi-satiasi, dan restu agresi (approval agressian). Proposisi Sukses terdapat dalam statemen yang menyatakan “bahwa dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu”. Proposisi Stimulus, “jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa di mana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama”. Proposisi Nilai, “semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu”. Proposisi Deprivasi-Satiasi, “semakin sering di

13 George Homans, The Nature of Social Science, New York: Harcourt, Brace and World, 1967, hlm., 40.

14George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 359-361.

(8)

masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu”. Proposisi Restu-Agresi, “bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia akan marah; dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya...Bilamana tindakan seorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih bernilai baginya”15.

Cukup jelaslah bahwa apa yang dimaksud dengan pertukaran sosial kurang lebih sebagai pertukaran hadiah (reward) atau biaya (cost) antara dua orang atau lebih16. Dasar teori pertukaran sosial Homans lebih ditekankan pada penjelasan –bukan sekedar penggambaran— institusi-institusi sosial di tingkat psikologi individu. Dengan kata lain apa yang disebut struktur atau fakta sosial itu tidak lain merupakan tindakan individu-individu dalam kehidupan sosialnya. Lebih dari itu, mengingat proses-proses psikologi dasar manusia sama di seluruh dunia, meskipun ada sejumlah variasi budaya, tipe pernyataan teoritis yang dikembangkan untuk menjelaskan institusi sosial atau proses-proses sosial harus dapat diterapkan pula secara universal. Bertolak dari prinsip dasar teoritis dan unit analisis sebagaimana tampak dalam karya-karya Homans, maka teori pertukaran Homans itu dapat diposisikan sebagai mikrososiologi dan bukan makrososiologi17.

C. TANGGAPAN DAN PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Teori pertukaran sosial yang dicetuskan Homans mendapatkan tanggapan dan sekaligus cabaran beragam dari kalangan ilmuwan sosial. Tidak sedikit ilmuwan sosial yang memberikan tempat khusus bagi sang pencetus teori pertukaran sosial itu. Bagaimanapun Homans dianggap telah berjasa besar dalam menampilkan “perspektif lain” dalam ranah ilmu-ilmu sosial yang selama ini didominasi oleh fungsionalisme struktural. Walaupun harus diakui pula bahwa dalam teorinya masih terdapat bias-bias pandangan

15George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 361-367

16 George C. Homans, Social Behavior: Its Elementary Forms, New York: Harcourt, Brace, and World, 1961, hlm., 31.

17K.S. Cook and J.M. Whitmeyer, Two Approaches to Social Structure: Exchange Theory and Network Analysis, In Annual Review of Sociology,Vol. 8, No. 18, 1992, hlm., 111.

(9)

fungsionalisme struktural18. Meski demikian, dalam derajat tertentu, Homans dapat dikatakan telah berhasil melampaui fungsionalisme struktural klasik yang lebih menampilkan corak sosiologi murni. Adapun pemikiran Homans dilihat dari karya-karyanya tampak menunjukkan usaha penyatuan ekonomi dan sosiologi, dengan psikologi perilaku yang menyediakan dasar bagi penjelasan. Menurutnya, ilmu sosial ataupun lebih spesifik sosiologi itu tidak cukup sebatas menguraikan atau menggambarkan fenomena secara sederhana, melainkan harus mampu menjelaskan19.

Di samping itu, terdapat pula sebagian kalangan ilmuwan yang mempergunjingkan secara kritis teori pertukaran sosial yang dikemukakan Homans. Termasuk kritik yang utama adalah pernyataan bahwa teori pertukaran tidak berhubungan dengan kompleksitas perilaku manusia, bahwa ia dinilai gagal membahas dengan memadahi hakekat kelahiran kelompok-kelompok sosial, dan sangat lemah karena reduksionisme psikologi. Kesalahan khusus dari reduksionis Homans adalah pada kesimpulan logisnya bahwa reduksionisme psikologis dapat menopang sosiologi yang sudah basi. Dengan demikian, walaupun pertukaran informasi antara sosiologi dan psikologi sangat diinginkan demi pengertian yang utuh tentang manusia dalam masyarakat, tetapi mereduksi sosiologi ke prinsip-prinsip psikologis kelihatannya tidak demi kepentingan masing-masing disiplin itu20.

Setidaknya, terdapat dua penanggap dan sekaligus pengembang teori pertukaran sosial Homans yang dianggap paling berpengaruh, yaitu Peter M. Blau dan Richard Emerson. Berikut ini akan dikemukakan cabaran mereka atas teori pertukaran Homans berikut teori alternatif yang mereka tawarakan.

18Dalam hal asumsi-asumsi mengenai hakekat manusia, Homans memiliki banyak kesamaan dengan kaum fungsionalisme struktural. Bersama mereka Homans mengetengahkan gambaran orang yang rasional –berorientasi pada tujuan—dan ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya. Homans mengakui bahwa kita akan senantiasa memiliki ilusi kehendak yang bebas sebab hal itu membiarkan orang berkeyakinan bahwa mereka dapat mengubah kondisi mereka. Tetapi dalam kenyataan manusia tunduk kepada hukum-hukum yang kaku serta menentukan, yang menatur dunia ilmu alam. Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, hlm., 71-72.

19 Di sini Homans dalam karya-karyanya mencoba membawa individu ke dalam analisis sosiologis dan menggunakan perilaku untuk menjelaskan struktur sosial. Walaupun Homans menggunakan proposisi perilaku sebagai pengganti konsep fungsionalisnya yang lebih dulu, tetapi dia telah melangkah jauh melampaui Merton dalam merumuskan proposisi-proposisi dan mencoba saling mengkaitkan proposisi itu dalam sebuah teori pertukaran sosial. Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, hlm., 75-76.

(10)

Cabaran Peter M. Blau dan Gagasan Alternatif Pengembangan Teori Pertukaran

Satu cabaran terpenting yang dikemukakan Peter M. Blau21 (1918-2002) atas teori pertukaran Homans adalah bahwa teori pertukaran yang dikemukakan Homans dinilainya cenderung ke arah reduksionisme psikologis yang menekankan bahwa penjelasan perilaku individu juga berarti penjelasan seluruh perilaku kelompok. Blau mengisyaratkan para ilmuwan sosial agar waspada akan bahaya reduksionisme yang mengabaikan kehadiran properti sosial dan struktural. Tekanan Blau atas kelahiran (emergence) atau properti kelompok yang tak dapat diredusir pada psikologi berorientasi individual, mengakibatkan Peter Ekeh menggambarkan karya Blau sebagai suatu “tesis yang bersifat kolektivis strukturalis” yang dapat dibedakan dari teori individualistik behavioris dari Homans22.

Blau juga berpendapat bahwa reduksionisme dalam ilmu sosial akan menghambat para ilmuwan sosial membahas fenomena yang emergent dan penting seperti stratifikasi dan kekuasaan. Dia menolak pendapat Homans bahwa topik demikian dapat dimengerti melalui prinsip-prinsip psikologi perilaku tentang pertukaran. Di pihak lain banyak ahli teori sosial yang membahas topik itu telah menjadi korban dari “konsepsi abstrak yang sangat terpisah dari realitas empiris yang dapat diteliti”. Apa yang dilakukan Blau dalam teorinya tidak lain adalah memanfaatkan konsep pertukaran dari sosiologi mikro dan menyatukannya dengan konsep kekuasaan yang merupakan subyek usaha-usaha makro teoritis. Sebagai hasilnya, Blau berhasil melahirkan karya monumental berjudul Exchange And Power in Social Life (1964). Meski mengandung beberapa kelemahan karyanya itu merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas (makro) dan berskala kecil (mikro)23.

21Blau lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918. Ia migrasi ke AS tahun 1939 dan menjadi warga negara AS tahun 1943. Tahun 1942 ia menerima gelar BA dari Elmhrst College di Elmhurst, Illionis. Ia menyelesaian Ph.D tahun 1952 di Universitas Columbia. Sumbangan pertama dan utamanya dalam sosiologi terkait dengan studi dia mengenai organisasi formal. Bersama Otis Dudley Duncan, ia menulis The American Occupational Structure dan berhasil mendapatkan hadiah bergengsi Sorokin Award dari the American Sociological Association tahun 1968. Buku ini merupakan konstribusi penting studi sosiologi tentang stratifikasi sosial. Satu hal yang menarik dari sosok ilmuwan ini adalah kontribusinya terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda. Pertama, bukunya Exchange and Power in Social Life (1964) merupakan komponen utama teori pertukaran masa kini. Kedua, bukunya berjudul Structural Contexts of Opportunities (1994) dan Crosscutting Social Circles (1997) merupakan sumbangan penting bagi teori struktural. Ia meninggal pada 12 Maret 2002. George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 368.

22Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2000, hlm., 79-80.

23 Penting dikemukakan bahwa sebelum isu mikro-makro menjadi topik perbincangan sosiologi yang sangat hangat pada periode 1980-an, Blau telah terlebih dahulu membincang problem linkage mikro-makro tersebut. Karya-karya yang secara spesifik turut

(11)

Pada tingkat mikro, Blau membedakan penghargaan yang intrinsik dan yang ekstrinsik, di mana pertukaran dengan penghargaan intrinsik tunduk pada hambatan-hambatan normatif tertentu yang menghalangi terjadinya tawar menawar mengenai biaya dan imbalan dan yang mengurangi perhatian terhadap apa yang harus dibayarkan oleh individu. Selain itu, Blau menunjuk pada paradoks di mana orang menahan diri untuk mulai berinteraksi dengan mereka yang dapat memberikan imbalan yang menarik karena mereka mau menghindarkan diri dari subordinasi yang dapat terjadi dalam suatu hubungan seperti itu.

Apabila orang-orang tidak mampu atau tidak bersedia untuk menghindari keadaan yang tidak seimbang dalam hubungan pertukaran, di sana muncullah struktur kekuasaan. Orang yang menyediakan penghargaan di mana orang yang menerima itu menjadi tergantung dan mereka tidak dapat membalasnya, mampu menuntut ketaatan dari mereka dalam pertukaran. Seseorang yang memiliki kekuasaan atas orang lain dengan mengontrol sumber-sumber penghargaan di mana mereka menjadi tergantung, mampu untuk membangun suatu garis tindakan kelompok dalam hubungannya dengan orang atau kelompok lain atau dalam mencapai suatu tujuan kelompok. Perkembangan garis tindakan kelompok inilah yang merupakan dasar munculnya struktur makro24.

Ada beberapa sifat dasar yang muncul dalam struktur makro yang membedakannya dari struktur mikro, yakni terletak pada persoalan nilai dan norma (konsensus nilai) yang ada dalam masyarakat. Menurut Blau, konsensus nilai itu mengganti pertukaran tak langsung dengan pertukaran langsung. Sebagai contoh, seorang anggota menyesuaikan diri dengan orma kelompok dan mendapat persetujuan karena penyesuaian diri itu dan mendapat persetujuan implisit karena kenyataan bahwa penyesuaian diri memberikan konstrubusi atas pemeliharaan dan stabilitas kelompok. Dengan kata lain, kelompok atau kolektivitas terlibat dalam suatu hubungan pertukaran dengan individu25.

Beberapa tipe yang berbeda mengenai nilai dan norma didiskusikan: nilai-nilai yang memberikan legitimasi, nilai-nilai oposisi, nilai-nilai partikularistik, dan nilai-nilai universalistik. Dalam sistem yang besar dan kompleks seperti masyarakat keseluruhannya, nilai-nilai abstrak seperti itu menjadi lebih penting daripada penghargaan yang bersifat membincang persoalan mikro-makro pasca Blau, periode 1980-an ke atas, antara lain adalah J. C. Alexander, B. Giesen, R. Munch, N.J. Smelser (eds.) The Micro-Macro Link, Berkeley: University California Press (1987); R. Collins, On the Microfoundations of Macrosociology, Am. J. Sociol (1981); K. S. Cook, The Microfoundations of Social Structure (1991); J. Huber (ed.), Micro-Macro Linkages in Sociology, Newbury Park, Calif: Sage (1991), dan lain-lain. Baca K. S. Cook and J. M. Whitmeyer, Two Approaches to Social Structure: Exchange Theory and Network Analysis, In Annual Review of Sociology,Vol. 8, No. 18, 1992, hlm., 111.

24Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, hlm., 97.

25George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 372.

(12)

langsung, untuk mempertahankan pola-pola pertukaran yang sudah mapan. Ini disebabkan karena banyak dari pola-pola ini bersifat tidak langsung. Meskipun bayaran orang secara pribadi itu selalu penting, orang sering rela untuk membatalkan pemuasan yang langsung atas beberapa kebutuhannya demi kepentingan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai dan norma-norma bersama, dan memperoleh dukungan sosial yang merupakan hasil dari penyesuaian diri itu. Pada umumnya dinamika-dinamika sosial yang terkandung dalam proses institusionalisasi sangat penting untuk menjelaskan sistem makro yang luas ini. Sebaliknya, proses-proses ini secara relatif kurang penting dibandingkan dengan bayaran atau penghargaan yang diberikan secara pribadi pada tingkat mikro dalam pertemuan tatap muka26.

Cabaran Richard Emerson dan Tawaran Teori Pertukaran Yang Lebih Integratif

Gagasan-gagasan Richard Emerson27 tentang teori pertukaran sosialnya mulai dikemukakan pada tahun 1962. Saat itu, Emerson menerbitkan karya penting tentang hubungan antara “kekuasaan dan ketergantungan”. Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada 1972, Emerson menulis dua esai penting yang menandai awal tahap baru perkembangan teori pertukaran sosial. Molm dan Cook melihat tiga faktor mendasar yang mendorong perkembangan teori pertukaran baru itu. Pertama, Emerson telah tertarik pada teori pertukaran ketika menyusun naskah tentang

26Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, hlm., 97-98.

27 Emerson lahir di Salt Lake City, Utah, tahun 1925. Ia besar dekat kawasan pegunungan, tak pernah berkeliaran terlalu jauh dari sungai, puncak gunung, dan gletser. Selama hidupnya, ia termasuk orang yang sangat mencintai alam pegunungan, pendakian dan kehidupan pedesaan di desa-desa pegunungan Pakistan, yang semuanya itu telah menjadi sumber inspirasi terpenting baginya dalam mengembangkan teori sosiologi. Sebagaimana ilmuwan lainnya yang hidup sezaman. Situasi Perang Dunia II telah membuatnya turut terlibat pula tugas wajib militer di Angkatan Darat di Eropa Barat. Setelah puna tugas wajib militer, Emerson menyelesaikan program Sarjana Muda di Universitas Utah tahun 1950 dan kemudian mendapat gelar MA (1952) dan Ph.D (1956) dari Universitas Minnesota. Bidang kajian utamanya Sosiologi dan Minornya Psikologi. Disertasi Ph.D nya berjudul “The Determinants of Influence in Face to Face Groups”. Tempat tugas akademik pertamanya di Universitas Cincinnati (1955-1964). Setelah meninggalkan Cincinnati, ia menulis berulangkali tema mengenai hubungan “kekuasaan-ketergantungan” (1962). Lebih lanjut ia mengembangkan pemikiran teoritis dan empiris mengenai “stratifikasi dan struktur kekuasaan komunitas”. Di tengah kesibukannya mengerjakan proyek pemikirannya itu, tanpa terduga ia meninggal dunia Desember 1982. Karya Emerson lainnya yang juga sangat berpengaruh adalah teori pertukaran yang ditulis pada 1967 dan diterbitkan kembali tahun 1972. Karya ini diselesaikannya di Washington di mana ia bergabung tahun 1965. Di Universitas Washington ini pula, pengaruh Emerson terhadap teori sosiologi kian mengkristal. Saat itu, ia bekerjasama dengan Karen Cook selama 10 tahun (1972-1982) dalam mengembangkan teori pertukaran sosial secara empiris. Baca George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 376-377.

(13)

hubungan kekuasaan dan ketergantungan. Menurutnya, kekuasaan adalah pusat perhatian teori pertukaran. Kedua, ia merasa dapat menggunakan behaviorisme sebagai basis teori pertukarannya, namun dengan menghindarkan masalah yang menimpa Homans, yakni teori pertukarannya yang dipandang terlampau reduksionistik dan aktor individual terlalu rasional. Ketiga, berbeda dengan Blau, Emerson ingin menjelaskan struktur dan perubahan sosial sosial dengan menggunakan “hubungan sosial dan jaringan sosial sebagai blok bangunan yang merentang tingkatan analisis yang berbeda”. Aktor menurut Emerson dapat berupa individual atau struktur sosial lebih besar –walaupun struktur berfungsi melalui agen28.

Sebagaimana dikemukakan di atas, pada 1972 Emerson menerbitkan esai yang menjadi landasan teori pertukarannya yang utuh. Dalam esainya yang pertama (1972-a), Emerson menjelaskan basis psikologi pertukaran sosial, sedangkan dalam esai kedua (1972-b)29, Emerson beralih ke tingkat makro, hubungan pertukaran dan struktur jaringan. Kemudian ia membuat hubungan mikro-makro yang kian lebih tegas dengan menempatkan struktur jaringan pada posisi yang penting dalam hubungannya antra mikro-makro30. Seperti yang dikatakan Karen Cook – murid Emerson--, bahwa struktur jaringan pertukaran itulah yang menempati posisi sentral dalam hubungan mikro-makro31.

Ada tiga inti asumsi teoritis penting yang dikemukakan Emerson yang bertolak dari prinsip behaviorisme sebagai titik tolak analisisnya. Ketiga asumsi tersebut adalah: (1) orang yang merasa persaingan bermanfaat baginya cenderung bertindak secara rasional begitu persaingan itu terjadi; (2) karena orang akhirnya merasa jemu dengan persaingan maka manfaat persaingan itu akan makin berkurang; (3) manfaat yang didapatkan orang melalui proses sosial tergantung pada manfaat yang mampu mereka berikan dalam pertukaran, memberikan teori pertukaran, pemusatan perhatiannya pada aliran manfaat melalui interaksi sosial32.

Dalam perkembangan pemikiran Emerson selanjutnya, tampak sekali bahwa ia mulai menunjukkan ciri behavioristis orientasi pertukaran menurut arah yang kian berbeda. Ia mulai membangun teori pertukaran sosial yang memperlakukan struktur sosial sebagai variabel yang terpengaruh. Dalam esai pertama, Emersosn memusatkan perhatian pada

28Linda D. Molm, Theoritical Comparaitons of Forms of Exchange, dalam Sociological Theory,Vol 21, No. 1, Mar., 2003, hlm., 7-9.

29Gambaran mengenai model struktur sosial yang dikembangkan Emerson pada edisi kedua dari buku yang ditulisnya lihat selengkapnya pada K. S. Cook, Social Exchange Theory, Newbury Park: Calif: Sage, 1987: 216.

30Malcolm Waters, Modern Sociological Theory, London: Sage Publication Ltd., hlm., 70-71.

31Linda D. Molm, Theoritical Comparaitons of Forms of Exchange, dalam Sociological Theory,Vol 21, No. 1, Mar., 2003, hlm., 7-9.

32George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 375.

(14)

aktor tunggal yang terlibat dalam hubungan pertukaran dengan lingkungannya. Sedang dalam esai kedua, ia kembali ke hubungan pertukaran sosial dan ke jaringan pertukaran (exchange net work)33. Menurut Turner, pendekatan Emerson telah bergerak melampaui teori pertukaran konvensional sebagaimana dirumuskan Homans dan Blau, menuju model pertukaran baru yang berorientasi pada dinamika akor dalam jaringan relasi-relasi pertukaran sosial, atau lebih dikenal dengan istilah networking theory34.

Satu hal yang penting diungkap dalam substansi teori pertukaran Emerson, yakni persoalan ketergantungan kekuasaan (power-dependence). Emerson mendefinisikan kekuasaan sebagai “tingkat biaya potensial yang menyebabkan seorang aktor dapat memaksa aktor lain “menerima”, sedangkan ketergantungan melibatkan “tingkat biaya potensial yang diterima seorang aktor dalam suatu relasi”. Kekuasaan yang tidak seimbang dan ketergantungan menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan, tetapi melalui perjalanan waktu ketimpangan ini akan bergerak menuju hubungan kekuasaan-ketergantungan yang makin seimbang35.

Kekuasaan-ketergantungan itu sendiri dapat menekankan pada hasil positif dan negatif. Hal ini mengandung arti bahwa kekuasaan dapat berasal dari kemampuan memberi hadiah maupun dari kemampau menghukum orang lain. Molm menemukan bahwa kekuasaan menghukum umumnya lebih lemah dari pada kekuasaan memberi hadiah, sebagian disebabkan tindakan menghukum mendatangkan reaksi negatif. Ini berarti bahwa resiko meningkatnya reaksi negatif adalah bagian penting dalam kekuasaan menghukum36.

D. PERKEMBANGAN MUTAKHIR TEORI PERTUKARAN SOSIAL Dari analisis mengenai peta sementara perkembangan teori pertukaran sosial, sebagaimana telah di singgung di atas, Homans dapat dianggap sebagai bapak pencetus teori pertukaran. Teori pertukaran Homans sangat jelas dipengaruhi oleh teori behaviorisme dari psikologi. Teori pertukarannya cenderung mikro-sosiologis dan menitikberatkan pada kebebasan aktor dalam bertindak yang didasarkan pada dimensi reward dan cost. Teori pertukaran yang dasarnya telah diletakkan Homans, kemudian ditindaklanjuti oleh Blau yang lebih menitikberatkan pada dimensi makro-mikro sosiologi. Tetapi menurut analisis Molm dan Cook, teori pertukaran

33 George Ritzer – Doglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008 hlm., 376.

34J. Turner, The Structure of Sociological Theory, Homewood III: Dorsey, 1986, hlm., 304.

35Linda D. Molm, Theoritical Comparaitons of Forms of Exchange, dalam Sociological Theory,Vol 21, No. 1, Mar., 2003, hlm., 3.

36Linda D. Molm, Theoritical Comparaitons of Forms of Exchange, dalam Sociological Theory,Vol 21, No. 1, Mar., 2003, hlm., 3-4.

(15)

yang dikembangkan baik oleh Homans maupun Blau diposisikan sebagai teori pertukaran klasik ataupun konvensional di mana teori ini masih sebatas melihat hubungan antara satu individu dengan individu lain yang terlibat dalam transaksi atau pertukaran. Dengan kata lain, pola pertukaran belum melibatkan pola relasi yang lebih kompleks. Para teoritisi pertukaran klasik ini juga cenderung mengeluarkan negosiasi dan bargaining dari ruang lingkup teori mereka. Dan kedua model pertukaran itu sendiri –negosiatif dan resiprokal— belum diperluas dengan cara salah satunya membandingkan keduanya berikut dampaknya terhadap hasil pertukaran37.

Adalah Emerson yang diposisikan sebagai teoritisi pertukaran yang memperkenalkan paradigma baru, sebuah teori pertukaran yang lebih bercorak integratif. Bertolak dari warisan teori pertukaran sosial Emerson inilah, pengaruh berkembang semakin pesat dan kian mewarnai studi ilmu-ilmu sosial berikutnya. Banyak murid dan ilmu-ilmuwan sosial lain yang lantas melanjutkan proyek pemikiran Emerson dengan mengembangkan studi pertukaran sosial yang lebih integratif dengan berbagai variannya. Di antara mereka yang terkenal adalah Cook, O’ Brien dan Kollock, turut merumuskan teori pertukaran dalam arti yang secara hakiki bersifat integratif, yang memusatkan perhatian pada pertukaran di berbagai tingkat analisis termasuk pertukaran di kalangan individu yang saling berhubungan, perusahaan dan bahkan negara bangsa. Mereka mengenali dua untaian pemikiran tentang pertukaran. Pertama, di tingkat mikro yang memusatkan perhatian pada perilaku sosial sebagai pertukaran. Kedua, di tingkat yang lebih makro, yang memandang struktur sosial sebagai pertukaran. Mereka melihat kekuatan teori pertukaran dalam integrasi mikro-makro karena “termasuk ke dalam proposisi teoritis tunggal yang dapat digunakan untuk aktor individual maupun untuk tingkat makro dan mencoba merumuskan

37 Sebagaimana dikatakan Linda D. Molm bahwa sebuah program terkini yang mengkomparasikan bentuk-bentuk pertukaran sosial yang bercorak negosiasi dan resiprokal (timbal balik) telah menawarkan implikasi-implikasi penting bagi perkembangan teori. Hasil investigasi menunjukkan bahwa bentuk pertukaran yang dikaji –negosiasi dan resiprokal-berpengaruh terhadap proses-proses dan asumsi-asumsi yang mendasari teori-teori pertukaran kontemporer. Tiga pengaruh yang dipandang penting yang diperoleh dari studi tersebut, pertama, bentuk pertukaran berpengaruh terhadap mekanisme kausal yang mendasari penggunan kekuasaan dan hubungan antara struktur jaringan dan kekuasaan, kedua, pertukaran baik negosiatif maupun resiprokal berpengaruh terhadap tekanan relatif mengenai pembelajaran atau model pilihan rasional, motivasi dan aneka kepentingan diri sang aktor, termasuk di dalamnya mencakup maksimalisasi keuntungan dan minimalisasi resiko, ketiga, bentuk pertukaran berpengaruh terhadap dinmensi-dimensi pertukaran kooperatif dan kompetitif . Semua ini menunjukkan batasan-batasan teori yang didasarkan pada berbagai bentuk tunggal pertukaran dan kebutuhan untuk memperbesar pemahaman mengenai ruang lingkup bentuk-bentuk pertukaran yang menjadi karakteristik kehidupan sosial. Baca Linda D. Molm, Theoritical Comparaitons of Forms of Exchange, dalam Sociological Theory,Vol 21, No. 1, Mar., 2003, hlm., 1.

(16)

secara tegas akibat perubahan di satu tingkat analisis terhadap tingkat analasis lain38.

Cook dan kawan-kawannya mengidentifikasi tiga kecenderungan kontemporer teori pertukaran yang lebih terintegrasi. Pertama, meningkatnya penggunaan riset lapangan yang memusatkan perhatian pada masalah yang lebih makroskopik yang dapat melengkapi penggunaan eksperimen laboratorium secara tradisional untuk mempelajari masalah mikroskopik. Kedua, terjadinya pergeseran pemikiran substantif yang menjauhkan diri dari pemusatan perhatian terhadap hubungan duaan dan mengarah ke jaringan pertukaran lebih luas. Ketiga, dan ini yang paling penting, adalah adanya upaya terus menerus untuk mensintesiskan teori pertukaran dan sosiologi struktural, terutama teori jaringan39.

Perkembangan tahun-tahun belakangan ini menunjukkan adanya feomena perkembangan teori pertukaran yang kian bergerak ke berbagai arah yang berbeda. Pertama, ada peningkatan perhatian pada resiko dan ketidakpastian dalam hubungan pertukaran. Kedua, minat pada resiko menimbulkan perhatian pada kepercayaan (trust) dalam relasi pertukaran. Ketiga, ada isu terkait aktor yang mereduksi risiko dan meningkatkan kepercayaan dengan mengembangkan seperangkat komitmen bersama. Keempat, meningkatnya perhatian pada kasih sayang dan emosi dalam teori yang selama ini didominasi oleh fokus pada aktor yang mementingkan diri sendiri. Kelima, sementara sebagian besar teori pertukaran berfokus pada struktur, ada peningkatan minat pada perluasan sifat dan peran aktor dalam teori pertukaran. Dari segi isu yang penting diperhatikan adalah bahwa teori pertukaran cenderung berfokus pada struktur pertukaran dan masih perlu lebih banyak memperhatikan perubahan atau dinamika pertukaran. Terakhir, arah baru yang paling mendapat perhatian dewasa ini adalah integrasi teori pertukaran dengan teori jaringan yang selanjutnya dikenal dengan sebutan teori pertukaran jaringan (network exchange theory)40.

Sesuai dengan namanya, teori pertukaran jaringan mengkombinasikan teori pertukaran sosial dan analisis jaringan. Kombinasi itu diasumsikan menyempurnakan kelebihan kedua teori sambil memperbaiki kekurangannya. Teori jaringan mempunyai model struktur yang kuat (jaringan relasi), tetapi mempunyai model yang lemah mengenai unsur relasi. Sementara, teori pertukaran mempunyai model relasi antar-aktor yang kuat (pertukaran), tetapi memiliki model struktur sosial yang lemah. Ide dasar yang melandasi teori pertukaran jaringan ini adalah bahwa setiap pertukaran sosial terjadi dalam konteks jaringan pertukaran sosial

38George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 379-380.

39 Karen S. Cook, Jodi O’Brien, and Peter Kollock, Exchange Theory: A Blueprint for Structure and Process, dalam George Ritzer (ed.) Frontiers of Social Theory The New Syntheses, New York: Colombia University Press, 1990, hlm., 166-167.

40George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 381-382.

(17)

yang lebih besar. Tidak jauh beda dengan teori pertukaran sosial, teori pertukaran jaringan ini menitikberatkan fokus kajiannya pada isu kekuasaan. Premis dasarnya adalah bahwa semakin besar peluang aktor untuk melakukan pertukaran, maka semakin besar pula kekuasaan si aktor41.

Saat Emerson melakukan kajian mengenai jaringan pertukaran sosial, ia mengawali risetnya ketika ia menyimpulkan bahwa teori pertukaran sosial terbatas oleh fokusnya pada dua orang, atau relasi pertukaran diadik (dyadic). Dengan memperlakukan relasi-relasi itu sebagai relasi yang saling berkaitan, Emerson kemudian melangkah maju untuk melihat pertukaran sebagai sesuatu yang dilekatkan pada struktur jaringan yang lebih luas. Yamagishi, Gillmore dan Cook, kemudian melanjutkan dengan mengaitkan teori pertukaran dan teori jaringan. Mereka mengatakan bahwa kekuasaan adalah aspek sentral bagi teori pertukaran, tetapi kekuasaan tidak dapat dikaji dengan baik dalam hubungan dua pihak (dyad). Sebaliknya, kekuasaan secara fundamental adalah fenomena struktur sosial. Teori yang memadahi harus mengombinasikan analisis relasi pertukaran dengan analisis keterkaitan antara relasi pertukaran tersebut. Dalam tulisan-tulisan berikutnya, Cook dan Whitmeyer terlihat berusaha untuk betul-betul mengombinasikan teori pertukaran dengan analisis jaringan. Keduanya melihat adanya kesesuaian antara dua pandangan tentang aktor dan tentang struktur. Mereka berkesimpulan bahwa kedua teori pandangan aktor esensinya adalah sama, sebab semua teori pertukaran mengasumsikan bahwa aktor secara rasional mengejar maksimalisasi kepentingan diri (self-interest) dalam bentuk apapun, sedangkan kebanyakan teori analisis jaringan menganut asumsi yang sama meski secara lebih implisit. Hanya saja, perbedaan utamanya adalah bahwa teori pertukaran memandang memandang relasi sosial yang membentuk struktur hanya pada term pertukaran aktual, sedangkan analisis jaringan menolak semua bentuk relasi, walau pertukaran itu terjadi atau tidak42.

E. KESIMPULAN

Teori pertukaran sosial adalah teori yang membahas masalah pertukaran sumberdaya –material maupun simbolik— antara dua orang atau lebih. Secara umum, teori pertukaran ini mendasarkan asumsi pokoknya pada (1) perilaku sosial adalah suatu rangkaian pertukaran, (2) individu-individu itu senantiasa berusaha untuk memaksimalkan keuntungan

41George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 381-382; K.S. Cook and J. M. Whitmeyer, Two Approaches to Social Structure: Exchange Theory and Network Analysis, In Annual Review of Sociology, Vol. 18, Publised: Annual Reviewr, 1992, hlm., 114-116.

42 Lebih lengkap, pandangan pengkombinasian teori pertukaran dan analisis jaringan sebagaimana dikemukakan Cook dan Whitmeyer baca K. S. Cook and J. M. Whitmeyer, Two Approaches to Social Structure: Exchange Theory and Network Analysis, In Annual Review of Sociology,Vol. 18, Publised: Annual Reviewr, 1992, hlm., 109-127.

(18)

(reward) mereka, dan meminimalkan biaya (cost) atau resiko, (3) ketika individu-individu itu menerima hadiah atau sesuatu yang mendatangkan keuntungan (reward) dari orang lain, maka mereka merasa berkewajiban untuk membalasnya.

Secara sistematis, teori pertukaran sosial dicetuskan oleh seorang ilmuwan sosial bernama George C. Homans (1950-an) yang lebih memusatkan perhatiannya pada pertukaran hadiah (reward) dan biaya (cost) sekurang-kurangnya antara dua orang. Teori yang dikemukakannya lebih bercorak mikro-sosiologi karena menitikberatkan pada kebebasan aktor dan cenderung mengabaikan peran struktur atau institusi sosial dalam membentuk perilaku sosial.

Meski Homans diposisikan sebagai pencetus teori pertukaran sosial, namun akar teori ini sebenarnya telah berkembang jauh sebelum Homans mengemukakan ide pertukarannya itu. Di antara teori yang menjadi cikal bakal kelahiran teori pertukaran sosial adalah teori ekonomi klasik sebagaimana dikemukakan Adam Smith (abad 18 dan 19), teori solidaritas organis yang dikemukakan Durkheim, Levi-Strauss mengenai praktek perkawinan dan kekerabatan, teori behaviorisme dan teori pilihan rasional. Kesemua teori tersebut telah memuat ide-ide mengenai “pertukaran sosial” walaupun para teoritisinya belum menamakan secara eksplisit dengan pertukaran sosial.

Teori pertukaran yang dicetuskan Homans kemudian dicabar, dikembangkan dan disempurnakan oleh Peter M. Blau (1964-an) yang lebih memusatkan perhatiannya pada persoalan kekuasaan. Perspektif teoritiknya lebih merupakan usaha mensintesakan antara mikro-sosiologi dan makro-sosiologi. Pada era yang hampir bersamaan dengan Blau, Richard Emerson (1962-an) juga mengembangkan teori pertukaran sosial yang lebih integratif. Emerson menfokuskan kajian pertukarannya pada persoalan “kekuasaan dan ketergantungan”. Pada 1972-an, Emerson kian menyempurnakan dan membawa model pertukaran sosialnya menuju teori yang mengintegrasikan antara teori pertukaran itu sendiri dengan teori jaringan yang kemudian dikenal dengan nama network exchange theory.

Gagasan teori pertukaran yang lebih integratif yang dikemukakan Emerson inilah yang kemudian banyak menginspirasi perkembangan teori pertukaran sosial kontemporer dewasa ini. Fokus, model teori dan ruang lingkup kajian teori pertukaran sosial yang lebih integratif pun kian beragam. Teori pertukaran semakin dapat diterapkan dalam berbagai ranah kehidupan sosial seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, gender, dan seksualitas. Tokoh-tokoh pasca Emerson yang menjadi pengembang teori pertukaran sosial kontemporer antara lain adalah Cook, O’ Brien Kollock, Yamagishi, Gillmore, dan lain-lainnya. Adapun rumusan teoritis dari teori jaringan pertukaran sosial itu adalah bahwa “setiap pertukaran sosial terjadi dalam konteks jaringan pertukaran sosial yang lebih besar. Pertukaran tidak saja terjadi antar dan melibatkan dua orang saja,

(19)

melainkan bisa terjadi antar dan melibatkan berbagai pihak, instansi, organisasi. Dalam relasi jaringan pertukaran sosial itu, mulai dikaji secara lebih mendalam pola negosiasi (negotiation) yang mewarnai pertukaran sosial”.

F. DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J. C., B. Giesen, R. Munch, N.J. Smelser (eds.). 1987. The Micro-Macro Link. Berkeley: University California Press.

Blau, Peter M. 1964. Exchange and Power in Social Life. New York, London, Sydney: John Wiley & Sons, Inc.

Cook, Karen S., Jodi O’Brien, and Peter Kollock. 1990. Exchange Theory: A Blueprint for Structure and Process, dalam George Ritzer (ed.) Frontiers of Social Theory The New Syntheses. New York: Colombia University Press.

Cook, K. S. 1987. Social Exchange Theory. Newbury Park: Calif: Sage.

Cook, K. S.and J.M. Whitmeyer. 1992. Two Approaches to Social Structure: Exchange Theory and Network Analysis, In Annual Review of

Sociology, Vol. 8, No. 18.

Friedman, Debra and Michael Hechter. 1988. The Contribution of Rational Choice Theory to Macrosociological Research, In Sociological Theory.

Homans, George. 1967. The Nature of Social Science. New York: Harcourt, Brace and World.

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terjemahan Robert M.Z Lawang. Jakarta: Gramedia.

Kisler, Tiffani S. dan F. Scott Christopher. 2008. “Sexual Exchanges and Relationship Satisfaction: Testing the Role of Sexual Satisfaction as a Mediator and Gender as a Moderator”, Journal of Social and Personal Relationships, Vol. 25, No. 4.

Lawler, Edward J. 2001. “An Affect Theory of Social Change”, American Journal of Sociology Vol. 107 No. 02.

Molm, Linda D. 2003. Theoritical Comparaitons of Forms of Exchange, dalam Sociological Theory, Vol 21, No. 1, Mar.

Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers. Ritzer, George – Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern.

(20)

Ritzer, George. 2009. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Sprecher, Susan. 1998. Social Exchange Theories and Sexuality, In The

Journal of Sex Research, Vol. 35, No. 1, Publised: Lawrence

Erlbaum Associates (Taylor & Francis Group).

Turner, J. 1986. The Structure of Sociological Theory. Homewood III: Dorsey.

Waters, Malcom. 1994. Modern Sociological Theory. London: Sage Publications.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator yang ketiga adalah variasi ukuran merek, indikator ini memiliki dampak terhadap kepuasan konsumen karena variasi ukuran merek yang dijual di toko Loman

Sehingga diharapkan dengan penerapan model cooperative script berbantuan permainan pelangi tac tic toe pada mata pelajaran matematika perkalian bilangan yang

mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan terhadap pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, drainase, serta bangunan pelengkapnya dan tugas lain yang diberikan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sumber pencemaran lingkungan Sungai Karang Mumus adalah dari aktifitas sehari-hari masyarakat sekitar,

Dengan adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh terhadap Kinerja Pemasaran, maka dari itu diharapkan pelaku UMKM makanan

• Pemerintah China dikabarkan berencana untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari 6,5% pada tahun 2019. Dengan

suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini

Fokus penelitian ini dimaksudkan agar penulisan skripsi tidak menyimpang dari tujuan penulisan maka perlu adanya rumusan masalah sebagai pedoman pembahasan yang lebih