• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KARYAWISATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TOPIK UNSUR-UNSUR LOGAM DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KARYAWISATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TOPIK UNSUR-UNSUR LOGAM DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

i DAPTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAPTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar belakang ... B. Rumusan masalah dan pertanyaan penelitian... C. Tujuan penelitian ... D. Kegunaan penelitian ... E. Definisi operasional ...

BAB II MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KARYAWISATA PADA TOPIK UNSUR-UNSUR LOGAM DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. Belajar dan hasil belajar ... B. Pembelajaran kontekstual ... C. Metode karyawisata ... D. Pemahaman Konsep ...

(2)

ii E. Sikap ...

F. Hubungan Pemahaman konsep dan Sikap ... G. Unsur-unsur dalam Kehidupan Sehari-hari ... H. Penelitian yang relevan ... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Desain Penelitian ... B. Subyek Penelitian ... C. Prosedur Penelitian ... D. Instrumen Penelitian ... E. Validasi Instrumen ... F. Teknik analisis data ... BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Temuan ... B. Pembahasan ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUATAKA ... Lampiran-lampiran

(3)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 3.1 Gambar 4.1

Kerucut pengalaman Dale ... Hierarkis taksonomi Bloom ... Peta penyebaran timah di Asia Tenggara... Kapal keruk sedang beroperasi di laut ... Tambang Darat ... Flow Chart Pencucian bijih timah... Flow Chart Proses Peleburan Timah ... Diagram alir proses pemurnian timah ... Balok timah yang siap diekspor ... Lahan bekas penambangan ... Alur Penelitian... Diagram rata-rata pretes, postes dan gain pemahaman konsep

(4)

iv DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17

Penguasaan materi soal kimia UAN ... Ciri-ciri umum unsur Timah ... Hasil ulangan tengah semester... Distribusi soal pemahaman konsep ... Distribusi pernyataan sikap ... Distribusi angket tanggapan siswa ... Kisi-kisi tanggapan guru ... Hasil validasi soal pemahaman konsep ... Bobot penilaian skala Likert... Hasil Pretes dan postes pemahaman konsep... Rata-rata pretes, postes dan N-gain kelompok ... Data hasil uji normalitas pretes dan postes ... Data hasil uji homogenitas pretes dan postes... Signifikasi pretes dan postes pemahaman konsep ... Signifikasi N-gain antar kelompok ... Pemahaman konsep untuk setiap indikator... Rata-rata N-gain kelompok setiap indikator... Rata-rata perubahan sikap kelompok... Rata-rata perubahan setiap aspek sikap ... Rata-rata perubahan aspek penerimana,respon dan penilaian.. Rata-rata perubahan aspek organisasi dan karakter... Korelasi antara pemahaman konsep dengan sikap... Tanggapan siswa berdasarkan aspeknya... Tanggapan siswa secara keseluruhan ... Tanggapan siswa laki-laki dan perempuan ... Tanggapan guru terhadap karyawisata...

(5)

v DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.a Lampiran 1.b Lampiran 1.c Lampiran 1.d Lampiran 1.e Lampiran 2.a Lampiran 2.b Lampiran 3.a Lampiran 3.b Lampiran 3.c Lampiran 3.d Lampiran 3.e Lampiran 3.f Lampiran 3.g Lampiran 3.h Lampiran 4.a Lampiran 4.b Lampiran 4.c Lampiran 4.d Lampiran 4.e Lampiran 4.f Lampiran 4.g Lampiran 4.h Lampiran 4.i RPP

Kisi-kisi soal pemahaman konsep untuk uji coba Soal pemahaman konsep untuk uji coba

Kisi-kisi soal angket sikap untuk uji coba Soal angket sikap untuk uji coba

Validasi soal pemahaman konsep Validasi soal sikap

Kisi-kisi soal pemahaman konsep

Soal pemahaman konsep untuk pengumpulan data Kisi-kisi angket sikap untuk pengumpulan data Angket sikap untuk pengumpulan data

Kisi-kisi angket tanggapan siswa Angket tanggapan siswa

Kisi-kisi wawancara guru

Pedoman pertanyaan wawancara guru Nilai ulangan tengah semester

Skor pretes dan postes pemahaman konsep Rata-rata N-gain pemahaman konsep Hasil pretes dan postes sikap

(6)

vi Lampiran 4.j

Lampiran 4.k Lampiran 4.l Lampiran 4.m Lampiran 4.n Lampiran 5.a Lampiran 5.b Lampiran 5.c Lampiran 5.d Lampiran 5.e Lampiran 5.f

Uji-t pemahaman konsep

Korelasi antara pemahaman konsep dan sikap Uji signifikasi N-gain antar kelompok

Tanggapan siswa

Transkrip wawancara guru Sk.Pembimbing

Surat izin penelitian

Surat keterangan dari kepala sekolah Surat keterangan dari PT.Timah Foto-foto kegiatan

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu disadari bahwa sains pada dasarnya berkaitan dengan cara mencari tahu

dan memahami alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja

akan tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pendidikan sains

diharapkan dapat menjadi wahana siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam

sekitarnya.

Pendidikan sains memberikan penekanan pada pemberian pengalaman secara

langsung. Dengan demikian siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses supaya mereka mampu mempelajari dan memahami alam

sekitar. Keterampilan ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh panca

indra, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan,

menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan, menggali dan memilih

informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan

masalah sehari-hari baik yang berkaitan dengan alam maupun dengan teknologi serta

dampaknya.

Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak

akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami apa yang di pelajarinya, bukan mengetahuinya.

(8)

kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2002).

Kimia sebagai salah satu bagian dari sains yang mempelajari secara khusus

tentang materi yang meliputi sifat, perubahan dan energi yang menyertai

perubahannya. Tujuan pembelajaran kimia di SMA antara lain dinyatakan agar siswa

menguasai konsep dan prinsip kimia serta saling keterkaitannya untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa yang berguna sebagai

bekal pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi serta mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

Namun demikian, sampai saat ini masih terjadi kesenjangan antara apa yang

diajarkan di kelas dengan apa yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya. Misalnya

suatu daerah merupakan penghasil bahan tambang tertentu seperti logam timah di

Pulau Bangka, logam tembaga di Papua, minyak bumi di Riau, nikel di Sulawesi,

dan emas di Nusa Tenggara, tetapi ternyata siswa – siswa yang ada di daerah

tersebut tidak paham dengan apa yang dihasilkan lingkungan dimana mereka tinggal.

Mereka tidak dapat menjelaskan bagaimana proses pengambilan bahan tambang

tersebut dari alam, bagaimana mengolahnya, dan apa kegunaannya. Sementara itu

bahan- bahan tersebut berada di bumi yang mereka pijak setiap hari, mereka tidak

mengetahui berapa ribu ton bahan tambang tiap tahun dihasilkan di daerahnya yang

nilainya mungkin jutaan bahkan milyaran dolar. Selain dari itu mereka juga tidak

(9)

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pada Bab III pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

Menurut Hidayat (2006), kenyataan di lapangan pengajaran sains terlalu

terpusat pada kelas tidak memanfaatkan lingkungan dan sumber lain. Selanjutnya,

Arifin (1993), menyatakan masih banyak guru tidak memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar, walaupun sebenarnya di lingkungannya banyak hal yang

adapat dijadikan sumber belajar. Sedangkan Joice, et al. (1992), guru masih

cenderung mendominasi pengajaran dan model hanya mampu menyentuh aspek

ingatan dan pemahaman saja.

Oleh karena itu, seharusnya guru dalam melaksanakan pembelajaran

berupaya untuk selalu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan

demikian, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa, proses belajar

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

semata-mata mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Apalagi jika di lingkungan

sekitar sekolah terdapat objek-objek yang bisa dikunjungi dan bisa dijadikan sumber

(10)

Daerah – daerah yang memiliki keunggulan lokal seperti sumber daya alam,

hasil bumi, budaya, kreasi seni, pelayanan jasa, pariwisata dan lain-lain yang

merupakan ciri khas daerahnya, di harapkan dapat dimasukkan dalam kurikulum.

Dalam UU No. 20/2003 BAB XIV pasal 50 ayat (5) menyatakan bahwa

Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan berbasis keunggulan lokal, sedangkan secara khusus pendidikan berbasis

keunggulan lokal bertujuan agar siswa:

1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial dan

budaya dimana siswa itu berada;

2. memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah

yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara;

3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai aturan yang

berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur

budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional; dan

4. berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.

Dari hasil ujian nasional tahun 2008, persentase penguasaan materi soal kimia

ujian nasional SMA/MA tahun pelajaran 2007/2008 pada pokok bahasan manfaat

senyawa, pengolahan unsur, faktor korosi dan penyepuhan logam pada SMA yang

(11)

Tabel 1.1

Propinsi : 28 – BANGKA BELITUNG (2274 Siswa) Rayon : 01 – PANGKALPINANG (517 Siswa)

Sekolah : 004 – SMA NEGERI DI PANGKALPINANG ( 35 Siswa)

No.soal

A - B

Kelas Sem

PB/SPB Tema/Sub

Kemampuan yang diuji Sekol

ah

Rayon Prop. Nas.

39 - 40

35 - 33

38 - 39

36 – 32

XII/2 XII/1 XII/2 XII/1 Manfaat senyawa Penyepuhan Logam Pengolahan Unsur Faktor Korosi

Menentukan manfaat dari senyawa hasil olahan unsur di laboratorium/ industri

Menghitung endapan yang diperoleh dari dua sel elektrolisis

Menentukan nama proses pembuatan/pengolahan unsur /senyawa dari suatu wacana

Menentukan proses korosi yang cepat/lambat dari bagan proses korosi logam

5,72 45,71 54,28 60,00 39,46 51,65 43,13 38,68 53,78 51,14 47,23 33,55 82,27 73,64 63,42 64,84

( Sumber : Sistem Informasi Hasil Ujian Nasional 2008)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase penguasaan materi untuk pokok

bahasan unsur-unsur / senyawa dalam kehidupan sehari-hari masih jauh lebih rendah

daripada rata-rata nasional, bukan hanya pada SMA yang menjadi subyek penelitian

saja, tetapi merata di seluruh SMA yang ada di provinsi Bangka Belitung.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, penulis berupaya

menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada konsep unsur-unsur

kimia dalam kehidupan sehari-hari khususnya unsur logam. Karyawisata

kemungkinan akan menjadi pengalaman-pengalaman akademik yang dapat dinikmati

dan diingat oleh siswa. Adapun lokasi yang dikunjungi adalah lokasi penambangan

(12)

cocok dengan topik yang akan dipelajari, tempatnya masih berada di pulau Bangka,

dan dalam satu kali perjalanan dapat mengunjungi dua lokasi sekaligus yaitu tempat

penambangan timah dan pabrik peleburan timah.

Melalui pembelajaran ini selanjutnya diteliti peningkatan hasil belajar

siswa yaitu dari segi pemahaman konsep dan sikap siswa yang dapat dicapai setelah

pembelajaran dilaksanakan.

B. Rumusan masalah dan pertanyaan penelitian 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

”Bagaimanakah pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata diterapkan

pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari hari, dan

bagaimanakah pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa menyangkut

pemahaman konsep dan sikap?”

2. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

yang diterapkan pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan

sehari-hari?

b. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa melalui

pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur

(13)

b. Bagaimanakah peningkatan sikap siswa melalui pembelajaran kontekstual

berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan

sehari-hari?

c. Bagaimanakah hubungan antara pemahaman konsep dengan sikap siswa

setelah mengikuti pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada

topik unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari?

d. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran kontekstual

berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan

sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. memperoleh karakteristik pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari.

2. mengetahui peningkatan pemaham kosep dan sikap siswa setelah

mengikuti pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada topik

unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari.

3. mengetahui hubungan antara pemahaman konsep dan sikap siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual

berbasis karyawisata.

4. mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran kontekstual

(14)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan bukti empiris hasil belajar yang

mengimplementasikan pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada topik

unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari aspek pemahaman konsep

dan sikap siswa terhadap manfaat, dan dampak lingkungan akibat penambangan dan

pengolahan logam khususnya timah. Diharapkan dari hasil penelitain ini dapat

bermanfaat :

1. Memberikan bukti empiris dan konkret penerapan pembelajaran melalui

pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata, sehingga dapat diterapkan

oleh guru –guru terutama guru yang berada di daerah yang menghasilkan

bahan-bahan pertambangan atau komoditi lain yang merupakan ciri khas

daerahnya .

2. Temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan acuan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching & Learning) adalah suatu

sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan

menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari

siswa ( Johnson, B.E, 2007)

2. Karyawisata adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan

mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah

(15)

pada situasi yang nyata sesuai dengan materi yang sedang dipelajari,

(Roestiyah, 2008).

3. Pemahaman konsep adalah suatu kemampuan untuk menankap arti atau

makna dari materi yang dipelajari. (Bloom dalam Anderson & Kratwohl,

2001).

4. Sikap merupakan persepsi tentang diri sendiri, orang lain, objek atau ide-ide

yang meliputi perasaan positif (favorable) atau negatif (unfavorable) dan

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode kuasi eksperimen, dengan desain jenis

One Group Pretest-posttest Design. Dalam desain penelitiannya terdapat

langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, yaitu tes awal (O),

perlakuan (X), dan tes akhir (O). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut :

Tes awal Perlakuan Tes akhir

O X O

Keterangan :

O : adalah tes awal dan tes akhir yang merupakan soal tes yang sama.

X : adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kontekstual

berbasis karyawisata.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA salah satu SMA Negeri

yang ada di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang

(17)

Karena penelitian ini hanya menggunakan satu kelas, maka untuk keperluan

statistik diperlukan pengelompokan siswa menjadi dua kelompok yaitu kelompok

atas dan kelompok bawah. Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui kedudukan

siswa pada kelompok atas dan bawah, dapat dilakukan dengan menggunakan standar

deviasi. Kelompok atas adalah siswa yang mempunyai nilai yang lebih besar atau

sama dengan nilai rata- rata ditambah setengah deviasi dan kelompok bawah yang

mempunyai nilai lebih kecil atau sama dengan nilai rata-rata dikurangi setengah

deviasi. Pada penelitian ini digunakan nilai ulangan tengah semester dari 37 siswa

kelas XII IPA yang digunakan sebagai subyek penelitian.

Tabel 3.1

Hasil ulangan tengah semester

Nilai rata-rata Standar deviasai (Sd)

66,98 8,77

Kelompok atas ≥ nilai rata-rata + 0,5. Sd = 66,98 + 0,5 (8,77) = 71,58

Kelompok bawah ≤ nilai rata-rata - 0,5 Sd = 66,98 - 0,5 (877) = 62,52

Kelompok sedang berada antara kelompok bawah dan atas.

Setelah dianalisis hasil ulangan tengah semester maka didapatkan kelompok atas

adalah siswa yang mempunyai nilai ulangan ≥ 71,58 sebanyak 10 orang dan

kelompok bawah yang mempunyai nilai ulangan ≤ 62,52 sebanyak 10 orang,

(18)

C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi: studi pendahuluan, persiapan, implementasi dan diakhiri dengan analisis

hasil dan penyusunan laporan. Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat keadaan di lapangan. Fokus studi

pendahuluan adalah untuk memperoleh gambaran tentang kegiatan pembelajaran

kimia di dalam kelas sehingga dapat diperoleh permasalahan-permasalahan yang

aktual, seperti: masalah-masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran,

interaksi guru-siswa, metode, pendekatan, sarana dan prasarana pembelajaran.

2. Tahap persiapan

Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun

pembelajaran dan mempersiapkan instrumen penelitian. Penyusunan kegiatan

pembelajaran dimulai menelaah standar isi mata pelajaran kimia dan landasan teori

pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata. Kemudian menyusun instrumen

penelitian dan mengadakan pengujian instrumen. Berikutnya menyiapkan

keperluan untuk pelaksanaan pembelajaran seperti pembuatan surat permohonan

(19)

3. Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata diimplementasikan pada topik

unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari oleh peneliti dan guru kimia pada

sekolah yang bersangkutan. Implementasi pembelajaran ini memerlukan waktu 6

jam pelajaran, yang terdiri dari 4 jam pelajaran untuk PBM, 1 jam pelajaran untuk

tes awal, dan 1 jam pelajaran untuk tes akhir. Setelah implementasi ini selesai,

maka dilakukan pengisian angket terhadap siswa dan wawancara untuk guru.

Yang menjadi sumber belajar yang dikunjungi dalam karyawisata ini adalah

Pusat Peleburan timah milik PT.Timah Tbk, yang dikenal dengan Pusat Metalurgi

( PUSMET ) di kota Muntok Kabupaten Bangka Barat berjarak sekitar 150 Km dari

Kota Pangkalpinang. Pusat peleburan ini dipilih karena beberapa alasan antara lain :

Pertama merupakan pusat peleburan timah (smelter) milik BUMN yang

pertama ada di Indonesia dan terbesar di dunia dengan kapasitas produksi

maksimum 500 ribu ton pertahun.

Kedua merupakan pusat peleburan timah yang terlengkap dalam suatu

kawasan yang terintegrasi mulai dari pelabuhan kapal keruk, pusat pembangkit

listrik, pusat pencucian, peleburan dan pemurnian.

Ketiga merupakan salah satu pusat peleburan timah yang telah memiliki

sertifikat ISO 9002 tentang Sistem Managemen Mutu dan sertifikat ISO 14001

(20)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi kepustakaan tentang Pembelajaran Kontekstual, dan metode karyawisata

Penyusunan Instrumen Penelitian

Validasi Instrummen

Uji coba tes, angket, analisis hasil uji coba

Pretes

Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Karyawisata

Postes

Analisis data

Penyusunan Laporan

Studi literatur Pemahaman

konsep dan Sikap Analisis

Standar Isi Mata Pelajaran Kimia

SMA

Angket Siswa Wawancara

guru

Merancang Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Karyawisata

1. Tes Penguasaan Konsep

2. Angket 3. Pedoman wawancara

(21)

4. Tahap analisis data dan penyusunan laporan

Setelah implementasi model pembelajaran dilakukan dengan tuntas, dan

semua data telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dan kemudian

dilakukan penyusunan laporan

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tiga jenis instrumen

yaitu : Tes pemahaman konsep, angket skala sikap dan pedoman wawancara

Instrumen penelitian dikembangkan melalui dua tahap, yaitu tahap pembuatan

instrumen dan tahap pengujian instrumen penelitian.

1. Instrumen Pemahaman Konsep

Instrumen pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban sebanyak 20 soal.

Jumlah ini dapat mewakili seluruh materi yang dipelajari dan tujuan yang ingin

dicapai. Setiap soal diberi bobot 1, sedangkan perhitungan skor menggunakan rumus

berikut :

S =

Js Jb

x 100

Dimana : S = Skor siswa

JB = Jumlah jawaban benar

(22)

Distribusi soal pemahaman konsep adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Distribusi soal pemahaman Konsep

No Indikator Nomor Soal

1. Sisawa dapat mengidentifikasi kelimpahan unsur

timah dan produk yang mengandung timah 1,2,5,6,14,19 2. Siswa dapat mendeskripsikan kecenderungan sifat

fisik dan kimia unsur timah 3,4,12,17

3. Siswa dapat menjelaskan proses pengolahan timah.

8,9,11,13,15, 18 4 Siswa dapat menjelaskan manfaat, dan dampak dari

pengolahan timah 7, 10,16,20

2. Instrumen Angket Sikap

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket sikap siswa

terhadap masalah logam khususnya penambangan logam timah di Pulau Bangka yang

berupa skala sikap Likert.

Skala sikap Likert ini terdiri atas seperangkat pernyataan yang responnya

mencerminkan sikap subyek penelitian terhadap suatu obyek atau permasalahan.

Pernyataan yang dikembangkan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif,

yang akan dinilai oleh subyek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat,

tidak setuju dan sangat tidak setuju ( Sudjana, 1992 ).

Pemberian skor setiap pernyatan tergantung pada jenis pernyataannya.

(23)

setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sedangkan

untuk pernyataan negatif diberi skor sama 5,4,3,2, dan 1 berturut-turut untuk

penilaian subyek sangat tidak setuju, tidak setuju, tidak punya pendapat, setuju dan

sangat setuju (Edwards, 1969).

Dalam angket ini, dilakukan pengukuran terhadap sikap yang meliputi sikap

mau menerima (receiving) , mau memberikan tanggapan (responding ), melibatkan

diri dalam kegiatan (Organization ), sikap mau menilai (evaluation ), dan kemauan

menyatakan peran atau pelukisan watak (characterization).

Angket ini berisi 24 pernyataan sikap dengan distribusi aspek sikap yang

diukur seperti pada tabel berikut:

Tabel.3.3

Distribusi soal aspek sikap

No Aspek Sikap Nomor Soal Jumlah

1 Penerimaan 1,2,12,20,21 5

2 Respon 8,18,19,23 4

3 Penilaian 3,5,6,13,14,17,24 7

4 Organisasi 7,10,11 3

5 Karakter 4,9,15,16,22 5

3. Tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran karyawisata

Tanggapan siswa di peroleh dengan menggunakan angket skala Likert

dengan lima tanggapan yaitu:sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat

(24)

Tanggapan siswa yang diukur dan dikelompokkan kedalam tiga indikator

yaitu tanggapan rasa senang (Enjoyment) terhadap kegiatan pembelajaran selama

karyawisata dan tanggapan adanya peningkatan pengetahuan dan wawasan

lingkungan serta tanggapan bahwa karyawisata lebih baik daripada belajar di dalam

kelas. Angket tanggapan siswa sebanyak 8 pernyataan masing –masing 2 pernyataan

untuk tanggapan senang, 3 pernyataan untuk tanggapan yang mengungkapkan bahwa

karyawisata dapat meningkatkan pengetahuan dan 3 pernyataan yang

mengungkapkan bahwa belajar melalui karyawisata lebih baik dari pada belajar di

kelas . Distribusi pernyataan angket tanggapan siswa sebagai berikut :

Tabel 3. 4

Distribusi pernyataan tanggapan siswa

Tanggapan Nomor Pernyataan Jumlah

Siswa mengungkapkan kesan senang

(Enjoyment) 1, 6 2

Siswa mengungkapkan ada peningkatkan

pengetahuan dan wawasan lingkungan 4, 5,8 3

Siswa mengungkapkan bahwa belajar dengan karyawisata lebih baik daripada belajar di kelas

2, 3,7 3

Tanggapan guru terhadap model pembelajaran karyawisata dilakukan dengan

wawancara kepada guru-guru yang ikut mendampingi kegiatan karyawisata, dari 9

(25)

berjumlah 6 orang, dengan indikator pertanyaan wawancara seperti tabel. 3.5

berikut:

Tabel. 3. 5.

Kisi- kisi tanggapan guru.

No . Pertanyaan Indikator Keterangan

1

Guru dapat mengungkapkan pernah atau belum pernah melakukan pembelajaran dengan metode karyawisata

2

Guru mengungkapkan apakah pembelajaran mengenai topik unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari cocok menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

3

Guru dapat mengungkapkan bagaimana respon / antusiasme siswa saat mengikuti pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

4

Guru dapat mengungkapkan keungulan/ kelebihan pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

5

Guru dapat mengungkapkan kekurangan/ kelemahan pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

E. Validasi Instrumen

Sebelum tes pemahaman konsep dan sikap siswa terhadap masalah yang

dipelajari, instrumen diujicobakan terlebih dahulu, soal tes pemahaman konsep dan

angket sikap diujikan kepada 40 orang siswa kelas XII SMA Negeri di kabupaten

Sukabumi. Dipilihnya SMA Negeri ini utuk uji coba karena di sekolah tersebut

(26)

Validitas butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir

soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal,

skor–skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan

skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal

tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan

setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk

mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment Pearson ( Arikunto ,2006).

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− −

− =

2 2

2 2

xy

Y Y

N X X

N

Y X XY

N r

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan N = jumlah siswa

X = skor tiap butir soal

Y = skor total

Kriteria validitas soal menurut (Arikunto, 2006) adalah sebagai berikut:

(27)

0,60 < rxy ≤ 0,80 : tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 : cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 : rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 : sangat rendah

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji–t dengan

rumus berikut :

2 1 2 xy xy r n r t − −

= (Sudjana, 1996)

Keterangan :

t = Daya pembeda dari uji–t

n = Jumlah subjek

rxy = koefisien korelasi

1. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat evaluasi dalam

mengukur ketepatan siswa menjawab soal yang diujikan satu kali. Untuk

soal pilihan ganda, rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah

rumus Spearman-Brown sebagai berikut :

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r 1 r 2

r (Arikunto, 2006)

(28)

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/2 1/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria tingkat reliabilitas adalah :

a. r11 < 0,20 : tidak ada korelasi

b. 0,20 ≤ r11 < 0,40 : korelasi rendah

c. 0,40 ≤ r11 < 0,70 : korelasi sedang

d. 0,70 ≤ r11 < 0,90 : korelasi tinggi

e. 0,90 ≤ r11 < 1,00 : korelasi tinggi sekali

f. r11 = 1,00 : korelasi sempurna

Nilai r11 dan r1/2 1/2 dihitung dengan persamaan rumus korelasi product

momen Pearson (Suharsimi, 2006)

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− −

− =

2 2

2 2

xy

Y Y

N X X

N

Y X XY

N r

2. Tingkat kesukaran

Melihat tingkat kesukaran butir soal berdasarkan pada kelompok atas dan

kelompok bawah siswa yang telah disusun dengan menggunakan rumus :

JS B

(29)

Keterangan :

P : indeks tingkat kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab soal itu benar

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran adalah :

a.0,00 < P ≤ 0,30 : soal sukar

b.0,30 < P ≤ 0,70 : soal sedang

c.0,70 < P ≤ 1,00 : soal mudah

3. Daya pembeda untuk test hasil belajar

Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus

berikut :

PB

A P B J

B B

A J

A B

D= − = − (Arikunto,2006)

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

(30)

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria daya pembeda adalah:

a. 0,00 < D ≤ 0,20 : jelek

b. 0,20 < D ≤ 0,40 : cukup

c. 0,40 < D ≤ 0,70 : baik

d. 0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali

5. Hasil Uji Coba Intrumen

a. Soal Pemahaman konsep.

Dari 25 soal pemahaman konsep yang diujikan setelah divalidasi dengan

menghitung daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas diperoleh 6

soal yang tidak valid, dari keenam soal yang tidak valid tersebut 5 soal

dibuang dan 1 (satu) soal diperbaiki sehingga jumlah soal yang dipakai

sebanyak 20 soal. Hasil validasi soal pemahaman konsep terlihat pada

(31)
[image:31.595.111.515.189.707.2]

Tabel. 3.6

Hasil validasi soal Pemahaman konsep

No Tingkat Validitas

Indek

Daya

Soal kesukaran Tafsiran t hitung Tafsiran Pembeda Tafsiran Kesimpulan

1 1,00 Mudah NAN Tdk.Valid 0 Jelek Tdk Dipakai

2 0,40 Sedang 2,01 Valid 0,36 Cukup Dipakai

3 0,38 Sedang 2,06 Valid 0,36 Cukup Dipakai

4 0,80 Mudah 1,72 Valid 0,36 Cukup Dipakai

5 0,55 Sedang 1,57 Tdk.Valid 0,27 Cukup diperbaiki

6 0,23 Sukar 4,26 Valid 0,55 Baik Dipakai

7 0,60 Sedang 1,13 Valid 0,36 Cukup Dipakai

8 0,55 Sedang 3,36 Valid 0,55 Baik Dipakai

9 0,50 Sedang 2,80 Valid 0,73

Baik

Sekali Dipakai

10 0,65 Sedang 2,26 Valid 0,36 Cukup Dipakai

11 0,55 Sedang 2,14 Valid 0,45 Baik Dipakai

12 0,35 Sedang 2,12 Valid 0,36 Cukup Dipakai

13 0,48 Sedang 3,06 Valid 0,55 Baik Dipakai

14 0,55 Sedang 2,45 Valid 0,36 Cukup Dipakai

15 0,20 Sukar 0,19 Tdk.Valid 0,18 Jelek Tdk Dipakai

16 0,48 Sedang 0,67 Tdk.Valid 0,18 Jelek Tdk Dipakai

17 0,48 Sedang 2,30 Valid 0,27 Cukup Dipakai

18 0,30 Sukar 2,85 Valid 0,36 Cukup Dipakai

19 0,55 Sedang 3,61 Valid 0,64

Baik

Sekali Dipakai

20 0,88 Mudah 0,40 Tdk.Valid 0,09 Jelek Tdk Dipakai

21 0,70 Sedang 2,75 Valid 0,55 Baik Dipakai

22 0,30 Sukar 2,72 Valid 0,55 Baik Dipakai

23 0,58 Sedang 1,84 Valid 0,45 Baik Dipakai

24 0,83 Mudah -0,65 Tdk.Valid 0 Jelek Tdk Dipakai

(32)

b. Angket sikap

Dari 32 pernyataan sikap setelah diuji coba hasilnya ternyata didapatkan 8

pernyataan yang tidak valid sehingga pernyataan yang dipakai sebanyak 24 buah.

Validasi angket sikap pada lampiran 2.b.

F. Teknik analisis data

Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif, yaitu data yang

diperoleh dari hasil pretes dan postes, dan data kualitatif yang diperoleh dari

tanggapan siswa dan guru.

1. Analisis data kualitatif

Data dari angket sikap dan tanggapan siswa disajikan dalam bentuk tabel

untuk mengetahui frekuensi, nilai rata-rata dan persentase masing-masing alternatif

jawaban serta untuk memudahkan dalam membaca data. Hasil angket yang

menggunakan lima pilihan dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata dari setiap

pernyataan untuk tiap pilihan jawaban. Nilai rata-rata diperoleh dari rumus :

Nilai rata-rata =

n X f

.

Dimana :

f .X = Jumlah skor total

n = jumlah siswa

Sedangkan bobot nilai dari skala Likert yang menggunakan lima jawaban pilihan

(33)
[image:33.595.112.514.182.682.2]

Tabel 3.7

Bobot Penilaian skala Likert

Angket Nilai Pernyataan

Pilihan jawaban Positif ( +) Negatif ( -)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju ( S) 4 2

Ragu ( R ) 3 3

Tidak Setuju ( TS ) 2 4

Sangat Tidak Setuju ( STS) 1 5

2. Analisis data kuantitatif

Analisis data hasil pretes dan postes diolah dengan perhitungan manual, dengan

langkah –langkah pengolahan sebagai berikut :

a. Menentukan penskoran terhadap jawaban pretes dan postes

b. Menentukan nilai pretes dan postes dengan menggunakan rumus :

Jumlah jawaban benar Nilai = --- x 100 Jumlah total

c. Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

yang dihitung dengan menggunakan g faktor (N-Gains) dengan rumus :

pre maks

pre post

S S

S S g

− −

= ( Meltzer, 2002 )

Keterangan :

Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal

(34)

Kriteria tingkat gain adalah:

g ≥ 0,7 : tinggi

0,3 < g < 0,7 : sedang g < 0,3 : rendah

d. Melakukan Uji Normalitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dari data hasil pretes dan

postes menggunakan rumus :

(

)

fe fe

fo 2

2 =

x (Arikunto, 2006)

Keterangan :

fo = frekuensi dari hasil observasi fe = frekuensi dari hasil estimasi

Jika X2hitung X2 tabel maka data berdistribusi normal

Jika X2 hitung X2 tabel maka data tidak berdistribusi normal

e. Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah data pretes dan

postes homogen atau tidak, dengan langkah-lanhkah sebagai berikut :

• Menentukan varians skor pretes dan postes

• Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus ;

dk1 = n1-1 dan dk2 = n2 - 2

• Menghitung harga Fhitung dengan rumus :

S12

F hitung = ---

(35)

Ket :

S12 = Varian terbesar

S22 = Varian terkecil

• Menentukan nilai Ftabel, kemudian menentukan kriteria pengujian

homogenitas: Jika F hitung < Ftabel maka kedua data homogen dan

Jika F hitung > Ftabel maka kedua data tidak homogen

f. Melakukan uji signifikasi perbedaan dua rata-rata (uji-t) untuk melihat

tingkat signifikasi perbedaan dua rata-rata nilai pretes dan postes dengan

rumus : t =

) 1 ( 2 −

N N d X Md

( Arikunto, 2006)

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan pretes dengan postes

x2 = Jumlah kuadrat deviasi d

N = subjek pada sampel

Jika t hitung ≥ t tabel maka perbedaan pretes dan postes signifikan

g. Untuk uji signifikasi antar kelompok digunakan rumus :

t =

(

)

(

)

       + − + − + − − 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n s n s n x x Keterangan :

x = Nilai rata-rata hasil per kelompok n = Jumlah subyek

[image:35.595.116.515.143.672.2]
(36)

h. Menentukan hubungan antara pemaham konsep dengan sikap digunakan

korelasi product- moment Pearson dengan rumus:

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r Keerangan :

r = Koefisien korelasi N = Jumlah subyek X = Pemahaman kosep Y = Sikap

( Arikunto,2006)

Dengan interpretasi nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai 1,00 Antara 0,600 sampai 0,800 Antara 0,400 sampai 0,600 Antara 0,200 sampai 0,400 Antara 0,000 sampai 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Selanjutnya untuk melihat keberartian korelasinya dilakukan uji - t untuk

korelasi dengan rumus : t = r

2 1 2 r n − − (Arikunto, 2006)

n = Jumlah subyek

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan tentang pembelajaran kontekstual

berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari,

dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur logam

dalam kehidupan sehari-hari memiliki karakteristik: konsep yang kongkret,

kontekstual, berhubungan dengan lingkungan, dilaksanakan dengan membawa

siswa mengunjungi langsung obyek yang dipelajari, dan ada unsur rekreasi.

Tahapan pembelajaran dengan menggunakan model karyawisata dilakukan

dengan melalui tahapan pembelajaran konstektual yaitu: : (1) tahap kontak,

(2) tahap kuriositi, (3) tahap elaborasi, (4) tahap dekontekstualisasi, dan (5)

tahap evaluasi

2. Pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur logam

dalam kehidupan sehari-hari, dapat meningkatkan hasil belajar aspek kognitif.

Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar ( N-gain) rata-rata

antara skor pretes dan skor postes pemahaman konsep secara keseluruhan

sebesar 60%, berada pada katagori sedang. Hasil belajar berdasarkan

kelompok, kelompok tinggi memperoleh N-gain yang lebih tinggi

dibandingkan kelompok sedang dan rendah. Untuk setiap indikator hasil

(38)

unsur timah dan N-gain terkecil pada indikator menjelaskan proses

pengolahan timah.

3. Pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata pada topik unsur-unsur logam

dalam kehidupan sehari-hari, dapat meningkatkan sikap (afektif ) siswa,

yang meliputi aspek penerimaan (receiving), respon (responding), penilaian

(valueing), organisasi (organization) dan pembentukan karakter

(characterization), dengan peningkatan rata-rata secara keseluruhan sebesar

= 0,31 Skala Likert. Peningkatan terbesar pada aspek organisasi dan karakter

dengan perubahan ( = 0,37 skala Likert), dan yang terkecil pada aspek

penilaian ( = 0,23 skala Likert).

4. Berdasarkan analisis korelasi antara pemahaman konsep dan sikap siswa

setelah pembelajaran terdapat kecenderungan korelasi yang positif sebesar

r = 0,347, dan dari hasil uji signifikasi korelasi menunjukkan korelasi yang

relatif signifikan. Hubungan antara hasil belajar kognitif dengan aspek-aspek

sikap juga menghasilkan harga koefisien korelasi yang positif.

5. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata

pada topik unsur-unsur logam dalam kehidupan sehari-hari sangat

menyenangkan, dapat menambah pengetahuan dan wawasan terhadap

lingkungan, serta lebih baik daripada belajar di dalam kelas. Berdasarkan

tanggapan guru model pembelajaran kontekstual berbasis karyawisata cocok

(39)

belajar langsung pada objeknya, dapat menambah motivasi belajar siswa dan

dapat berekreasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan-temuan dan keterbatasan-keterbatasan hasil

penelitian, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Pelaksanaan karyawisata memerlukan biaya dan waktu yang lebih banyak,

maka kepada para guru jika ingin melakukan pembelajaran dengan metode

karyawisata sebaiknya dilakukan secara kolaborasi dengan beberapa guru

bidang studi yang berbeda sehingga dalam satu kali kunjungan ke suatu

obyek bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih dari satu bidang studi.

2. Dalam pelaksanaan kegiatan karyawisata siswa mengamati obyek dalam areal

yang cukup luas dan mobilitas siswa yang tinggi, oleh karena itu diperlukan

guru pendamping yang jumlahnya memadai sehingga segala aktivitas yang

dilakukan oleh siswa dapat terpantau dengan baik.

3. Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih lengkap maka pada penelitian

lebih lanjut diharapkan tidak hanya meneliti aspek kognitif dan afektif saja,

tetapi perlu diteliti hasil belajar yang menyangkut keterampilan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing :A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives NewYork:Longman.

Anwar, S. (2008). Reduksi Didaktik. Perkuliahan Pengelolaan Bahan Ajar.Bandung: PPs UPI

Arifin, M. dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Edisi Revisi. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Asikin, R. (2000) Metode Karya wisata pada Topik Pelestarian Sumber Daya Alam

Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi revisi Jakarta : PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2002). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Brady, J. E. (1998).Alih bahasa Sukmariah Maun,Kamianti Anas,Tilda S.Sally ( 1999) Kimia Universitas Asas & Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara

Chiappetta,E.L, and Koballa,T.R.Jr.(2006). Science Instruction in the Midlle and

Secondary Schools. Ney Jersey: Pearson Merril Prentice Hall.

Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar

Ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains.

Desertasi PPS IKIP Bandung : Tidak dipublikasikan.

Dahar,R.W ( 1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional.(2006). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen

Djamarah, S.B (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

(41)

Firman, H (1991). Penilaian Hasil Belajar dalam Pelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA IKIP.

Hidayat, M.E.(1996).”Pendidikan dan Pembelajaran Sains yang bagaimana yang Dan berguna untuk siswa-siswa seolah di Indonesia. Khazanah Pengajaran

IPA. 1(2).20-22.

Johnson, E. B.(2007). Contextual Teaching & Learning. Bandung : MLC

Joice,B & Wiel,M (1982). Model Of Teaching. New Jersey : Prentice Hall.Inc.

Kartadinata, S. (1997). Teknik Kontruksi Skala Sikap. Makalah Depdikbud IKIP

Meltzer,D.E (2002) The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning gains in physics. American journal of Physics

70 (12) 1259-1268

Mulyasa. (2005). Implementasi kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Muslich,M. (2007). KTSP Pembelaajran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumu Aksara

Muslim. N.(1995). Peranan Metode Mengajar Widyawisata terhadap Prestasi

Belajar Siswa SMU pada Sub Pokok Bahasan Tumbuhan Lumut dan Paku- pakuan. IKIP Bandung : Tidak dipublikasikan.

Nentwig,P, et al. (2002). “Chemie im Context- From situated learning in relevant

Contexts to a systematic development of basic chemical concepts”.

Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Nir, O. and Hofstein, A.(1991). The Measurement of Students’ Attitudes Toward Scientific Field Trips. Science Education 75(5): 513-523. John Wiley & Sons, Inc.

Nur, M dan Samani, M. (1996). Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Depdikbud

Nur,M. (2001). Pembelajaran Teknik Nuklir Melalui Pendekatan S-T-M

Tesis PPS UPI : Tidak dipublikasikan

(42)

Roestiyah N.K (2008). Srategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Rustaman, N.Y. dkk.(2005). Staregi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

Ruseffendi,H.E.T.(1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung, IKIP Bandung Press.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Slamento,(1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung : Tarnsito

Sudjana,N & Rivai,A (2003). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Susilo, J dan Prathomo,A. (2006). Tiga Dasa Warsa PT Tmah Tbk. Pangkalpinang: Pt.Timah Tbk

Syarifuddin, Cecep dkk (1990). Mengukur Sikap-Sikap Sosial. Bandung: FISIP Press Universitas Pasundan.

Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991). Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Yager, R.E, (1990). Instructional Outcomes Changes With STS. Ioa Sciene Teacher Journal, 27.(1), 53-57

(43)

Gambar

Propinsi :  28 – BANGKA BELITUNG  (2274 Siswa) Tabel 1.1 Rayon    : 01 – PANGKALPINANG    (517 Siswa)
Tabel 3.1 Hasil ulangan tengah semester
Tabel  3.2                                          Distribusi soal  pemahaman Konsep
Tabel 3. 4 Distribusi pernyataan   tanggapan siswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Dari hasil penelitian tentang Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa yaitu pada pelaksanaan Peraturan Desa, Badan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan Judul Analisis Penerimaan Bea

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Renovasi Gedung Dekanat / Kantor / Kuliah FMIPA ,

- Buku pembantu biaya merupakan buku pembantu yang digunakan untuk mencatat biaya tebnaga kerja (Selain biaya tenaga kerja langsung) setiap departemen

The purposes of this research is 1) to know news construction to FPI versus AKKBB (Aliansi Kerukunan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan-Reconciliation Alliance

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa untuk mewujudkan modal sosial dalam organisasi diperlukan modal intelektual dari setiap

Pemasaran pada saat ini tidak hanya memerlukan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau akantetapi perlu adanya komunikasi dengan konsumen Pemasaran tidak hanya sekedar

connection, application, reflection, extension yang sangat memungkinkan siswa aktif. Tahapan pengembangan model ini diawali dengan analisis isi dan desain pembelajaran