• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalitas Modal Sosial dan Integrasi N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Revitalitas Modal Sosial dan Integrasi N"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul:

TANTANGAN INDONESIA MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL GLOBAL

DAN MENGAWAL INTEGRASI NASIONAL Prosiding Seminar & Simposium Nasional Makassar, 29 September 2016

HVS: 210x297 mm Halaman 262 + 190

Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional RI Cetakan I, 2016

Desain Sampul dan Foto : Mtrif Penerbit:

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Alamat Penerbit:

Departemen Sosiologi FISIP UNHAS

Kampus Univ. Hasanuddin Tamalanrea, Km. 10, Makassar Tlp. +62411- 585024

(4)
(5)

iii

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

(6)

iv Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

SAMBUTAN KETUA IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA

REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN

(7)

v

Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

SAMBUTAN KETUA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(APPSI)

(8)

vi Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENERBIT ... iii SAMBUTAN KETUA IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA REKTOR

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Prof. Dwia Ariestina Pulubuhu, MA... iv SAMBUTAN KETUA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI (APPSI)

Dr. Nadjib Azca ... v DAFTAR ISI ... vi BAGIAN I

Memetakan tantangan strategis Indonesia dalam perubahan ekonomi politik dan arus global

Masyarakat Adat Versus Korporasi (Dinamika Konflik Sosial

Rencana Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Pati Jawa Tengah, Periode 2013-2016)

Oleh: Dr. Suharko & Miersa Aqni Kurnia Universitas Gadjah Mada ... 1 Dinamika Budaya Lokal dalam Era Globalisasi; Kajian Budaya

Sasi Tanaman Pala di Maluku

(9)

45 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

Revitalitas Modal Sosial dan Integrasi NasionaL

(Meneguhkan Arah Profesionalitas Ikatan Sosiologi

Indonesia)

Oleh: Syamsu A. Kamaruddin[1]; Abdul Malik Iskandar[2]; Arfenti

Amir[3]; Rasyidah Zainuddin[4]; Harifuddin Halim[5]

[1]UPRI Makassar, [2][3]STIKIP Megarezky Makassar, [4][5]Universitas

Bosowa Makassar.

Pendahuluan

Masyarakat ASEAN 2015 adalah warga ASEAN yang cukup sandang pangan, cukup lapangan pekerjaan, pengangguran kecil tingkat kemiskinan berkurang melalui upaya penanggulangan kemiskinan yang konkret. Pemerintah Indonesia sampai dengan saat ini terus berusaha untuk mewujudkan masyarakat Indonesia itu sendiri makmur dan berkecukupan sebelum memasuki AEC kelak (Majalah Media Industri, 2013).

MEA sebenarnya merupakan bentuk integrasi ekonomi yang sangat potensial di kawasan maupun dunia. Dengan semakin bebasnya barang, jasa, modal, dan investasi akan bergerak bebas di kawasan ini. Integrasi ekonomi regional memang suatu kecenderungan dan keharusan di era global saat ini.

Ada dua indikator untuk meraba posisi Indonesia dalam MEA 2015. Pertama, pangsa ekspor Indonesia ke negara-negara utama ASEAN, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina cukup besar. Kedua, indikator yang bisa menjadi penghambat, yaitu daya saing ekonomi Indonesia jauh lebih rendah ketimbang Singapura, Malaysia, dan Thailand (Arifin, 2008).

(10)

46 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

menyediakan tenaga kerja murah. Hanya saja, skema MEA 2015 tentang ketenagakerjaan, memberlakukan liberalisasi tenaga kerja profesional papan atas, seperti dokter, insinyur, akuntan, dan sebagainya. Sementara tenaga kerja kasar yang merupakan “kekuatan” Indonesia tidak termasuk dalam program liberalisasi ini. Justru tenaga kerja informal tersebut yang selama ini merupakan sumber devisa nonmigas yang cukup potensional bagi Indonesia, cenderung dibatasi pergerakannya di era MEA 2015. hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.

Tetapi di balik itu semua, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia yang regulasinya yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

(11)

47 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

TIPOLOGI MODAL SOSIAL

Modal Sosial Mengikat

Menurut Hasbullah (dalam Suparman, 2014) modal sosial ‘mengikat’ memiliki ciri dasar yang melekat baik kelompok maupun anggota kelompok dalam konteks ide, relasi dan perhatian lebih berorientasi ke dalam (inward looking) dibanding beroientasi ke luar (outward looking). Jenis masyarakat atau individu yang menjadi anggota kelompok ini umumnya homogenius, misalnya seluruh anggota kelompok berasal dari suku yang sama. Fokus perhatian pada upaya menjaga nilai-nilai yang turun temurun telah diakui dan dijalankan sebagai bagian dari tata perilaku (code of conduct) dan perilaku moral (code of ethics) dari suku atau entitas tersebut. Mereka cenderung konservatif dan lebih mengutamakan solidarity making dari pada hal-hal yang lebih nyata untuk membangun diri dan kelompok sesuai dengan tuntutan nilai dan norma masyarakat yang lebih terbuka. Dalam sosiologi dikenal dengan solidaritas yang bersifat mekanik, dimana anggota/individu diikat oleh ikatan moral, rasa taggungjawab karena ada kesamaan termasuk kesamaan suku, agama, tempat tinggal (asal daerah).

(12)

48 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

merasa sesuku, seagama, seasal atau identitas yang sama memiliki rasa kewajiban moral yang tinggi untuk saling membantu, menolong bahkan saling memberi dan menerima.

Relevan dengan konsep kesadaran kolektif yang dimiliki oleh suatu komunitas, memiliki hubungan yang sangat intim, nilai individu melebur dalam komunitas, biasanya jumlah anggotanya relatif kecil. Hal yang sama modal sosial ‘mengikat’ ini melekat pula dalam kelompok jenis gemeinschaftnya, kelompok informal, in-group dan masyarakat tradisional melalui variabel berpola oleh Parson (Craib, 1984).

Modal sosial mengikat ini menjadi perekat dan pengikat anggota komunitas karena adanya kesamaan kepentingan untuk mempertahankan eksistensi kelompok. Kekuatan ini memberi manfaat bagi setiap anggota kelompok untuk mengutarakan berbagai permasalahannya, dimana permasalahan individu anggota menjadi bagian dari masalah kelompok, anggota merasa terayomi, terfasilitasi dan memberi rasa aman dan nyaman. Komunitas dengan modal sosial mengikat ini biasanya kontrol kelompok sangat kuat, kepedulian sangat tinggi, namun juga stratifikasi sosial sangat rendah dalam arti simbol-simbol pelapisan tidak terlalu nampak. Ciri lain adalah diversifikasi dan diferensiasi sosial yang biasanya rendah disebabkan kehidupannya lebih bersahaja.

Modal Sosial Menjembatani

(13)

49 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

ini membuka peluang informasi keluar, sehingga potensi dan peluang eksternal dari suatu komunitas dapat diakses.

Prinsip-prinsip yang dianut pada pengelompokan Modal sosial menjembatani ini adalah universal tentang kebersamaan, kebebasan, nilai-nilai kemajemukan dan kemanusiaan, terbuka dan mandiri (Hasbullah 2006). Prinsip-prinsip tersebut mencerminkan bentuk kelompok atau organisasi yang lebih modern.

Modal sosial menjembatani tersebut untuk kontribusi individu dan komunitas dapat membuka peluang awal untuk mengakses potensi modal lainnya, juga dapat memperkuat serta mengembangkan relasi-relasi antar kelompok yang lain. Menurut Kerns (2004) bahwa relasi-relasi sosial antar kelompok berbeda identitas asal yang cenderung memperkuat ikatan di antara kelompok yang berbeda identitas asal tersebut, disebut Modal sosial menjembatani.

Relasi antar kelompok yang berbeda identitas asal dapat dimaknai lebih luas seperti relasi antar sektor, misalnya sektor pendidikan dan kesehatan, sektor ekonomi dan sosial atau relasi antar organisasi, lembaga serta asosiasi. Pemaknaan kelompok yang lebih luas tersebut menjadi kekuatan yang dapat digunakan oleh setiap individu untuk mengaksesnya, tergantung pada kepentingan kebutuhan yang akan dicapai oleh masing-masing. Pola-pola interaksi dan jaringan yang terbentuk dalam Modal sosial menjembatani ini dengan pihak luar mereka ditegakkan dengan semangat untuk saling menguntungkan, bukan yang lain menyadarkan diri kepada yang lain. Dalam hal ini teradapat nuansa equalitas dan inklusivitas.

(14)

50 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

kemajuan dan pengembangan individu dalam suatu kelompok. Dalam masa modern sekarang ini individu dan kelompok maju sangat ditentukan oleh kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang diluarnya, Nampak dalam perubahan serta dinamika yang terjadi secara internal.

Karakteristik yang muncul sebagai konsekuensi dari prinsip Modal Sosial Menjembatani adalah keanggotaan kelompok biasanya heterogen dari berbagai latarbelakang sosial budaya. Heterogenitas bukan hanya muncul dari keanggotaannya tapi juga kompleksitas relasi yang terbangun. Relasi yang terbangun didasarkan pada kepentingan untuk saling menguntungkan karena perbedaan dan variasi potensi yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Dalam konsep solidaritas dikenal dengan solidaritas sosial yang bersifat organik. Artinya solidaritas, rasa tanggungjawab, harapan, kewajiban moral muncul karena keterikatan pada perbedaan untuk saling membutuhkan. Dalam membangun organisasi yang modern sekarang ini dibutuhkan beberapa potensi dan variasi keahlian yang saling bersinergi, sehingga suatu organisasi memiliki daya tahan dan adaptif yang tinggi.

Dalam mengembangkan suatu komunitas tidak bisa hanya mengandalkan potensi internalnya. Oleh karena itu perlu membangun relasi keluar disamping untuk mengoptimalkan potensinya juga untuk membuka peluang potensi yang ada di luar komunitasnya. Modal sosial yang bersifat ‘menjembatani’ inilah yang menjadi kekuatan yang relevan untuk dikembangkan. Modal sosial menjembatani bukan hanya merefleksikan kemampuan suatu perkumpulan atau assosiasi sosial tertentu melainkan juga suatu kelompok masyarakat secara luas.

(15)

51 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

yang lebih diterima secara universal. Orientasinya adalah memberi tekanan pada dimensi berjuang yakni mengarah pada pencarian jawaban bersama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh suatu kelompok. Modal sosial ini biasanya mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kemajuan dan kekuatan masyarakat.

Prinsip-prinsip dalam Modal sosial mengikat dan Modal sosial menjembatani sebagaimana dalam tabel berikut :

Tabel 1. Karakteristik Modal Sosial Mengikat dan Modal Sosial Menjembatani

Mengikat Menjembatani

 Terikat/ketat,jaringan yang eksklusif

 Pembedaaan yang kuat antara

orang kami, dan orang luar

 Hanya ada satu alternatif jawaban

 Sulit menerima arus perubahan

 Kurang akomodatif terhadap

pihak luar

Memiliki jaringan yang lebih fleksibel

Cenderung memiliki sikap yang alturistik, humanistikdan

universal. Sumber: Hasbullah, 2006

Elemen Modal Sosial

(16)

52 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

potensial yang berkaitan dengan pemilikan atas suatu jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dan terinstitusionalisasi (Portes, 1998). Selanjutnya Coleman (1998) mendefiniskan modal sosial sebagai variabel yang mencakup : (a) struktur sosial (b) fasilitasi tindakan di dalam struktur. Komponen kedua cenderung menganggap bahwa modal sosial sama kedudukannya dengan modal material maupun modal sumberdaya manusia, meski konsep modal sosial dianggap lebih abstrak dan mencakup hubungan/relasi sosial di dalamnya. Artinya modal sosial dikembangkan melalui sikap saling tergantung, penerapan norma-norma, serta konsekuensi dari kepemilikan (Portes, 1998).

STRATEGI DAN POSITIONING “ISI”

Strategi handal perlu disiapkan oleh lembaga filantropi untuk menghadapi MEA. Hal pertama yang perlu dipersiapkan ISI adalah menyiapkan program atau jasa yang unggul. Program yang mampu menangkal aspek-aspek tantangan dalam MEA tentu sangat dibutuhkan. Ini bisa dikatakan sebagai strategi ofensif. Jika kebutuhan masyarakat tinggi sedangkan sektor publik tidak sanggup maka inilah peluang-peluang lembaga untuk memperjuangkan melalui program unggulannya. Misal hambatan tersebut di antaranya mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah. Peneliti Senior Puslit Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Titik Handayani mengatakan, hampir 75 persen tenaga kerja Indonesia hanya sekolah sampai SD (republika.co.id dalam Sutrisno, 2016). Oleh karena itu sangat perlu bagai ISI mengemas program atau jasa untuk meningkatkan mutu pendidikan tenaga kerja, karena jika tidak diselesaikan bersama akan menjadi ancaman.

(17)

53 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

menyiapkan konten program yang bisa dinikmati dan dirasakan seluruh masyarakat ASEAN menjadi sangat penting.

Kedua, menyiapkan manajemen minim birokratis dengan sistem yang taktis, efektif, efisien dan terjamin. Strategi ini akan sangat menguntungkan. Misalnya jika ada stakeholder atau donatur yang ingin memastikan program, maka mereka hanya perlu menunjukan data dan informasi yang telah dimiliki. Di sisi lain aktivitas penjaminan kualitas (quality assurance) menjadi penting karena dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi persyaratan mutlak bagi mitra atau sponsor yang akan bekerja sama.

Ketiga, lembaga harus mampu memanfaatkan dan mengikuti perkembangan teknologi dan informasi (IT). Berkomunikasi antar wilayah di Negara ASEAN bukan menjadi persoalan lagi jika menggunakan sarana IT. Sudah tidak ada lagi pembatas dalam menyampaikan atau mengabarkan informasi (borderless) antartempat, bahkan tidak hanya di lingkungan ASEAN. Rapat koordinasi dapat dilakukan antar negara tanpa harus bertatap muka secara langsung.

Keempat, memperkuat dan memperluas jaringan stakeholder. Perluasan area komunikasi untuk jaringan perlu dilakukan, tidak hanya terpaku dalam lingkup nasional tetapi mampu terkomunikasikan ke Negara Asia Tenggara.

(18)

54 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

eksis, riset dan inovasi waijb dilakukan untuk memenangi persaingan di pasar regional dan global.

LANGKAH ‘REVITALITAS’ MODAL SOSIAL

Dalam era MEA sekarang ini, tidak lepas dari peran individu yang saling bekerja sama. Bahkan, kerjasama yang dilakukan tidak lagi terbatas wilayah atau tempat, karena batas-batas tersebut menjadi tidak tampak karena kemajuan teknologi dan kemampuan manusia untuk menggunakannya secara maksimal. Dari kerjasama tersebut akan tercipta sebuah harmoni, sebuah bentuk baru dari hubungan antar individu dengan berbagai latar belakang, khususnya dalam bidang ekonomi, yang semakin terlihat bahwa untuk mencapai sebuah keberhasilan tidak hanya memerlukan modal uang dan kerjasama yang baik agar keinginan dapat tercapai. Keterampilan dan pengetahuan manusia memegang peranan yang penting untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh individu, sehingga dapat dikatakan human capital berupa pengetahuan dan keterampilan adalah salah satu faktor penting dalam sistem perekonomian.

Keterampilan dan pengetahuan dalam human capital dapat diwujudkan dalam sebuah hubungan antar manusia, dimana kumpulan individu dalam satu masyarakat mempunyai kemampuan untuk melakukan hubungan antara satu dengan yang lain. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan ‘modal sosial’, yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi (Coleman, 1990).

(19)

55 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

dan kognitif (kompetensi berpikir dan menyelesaikan masalah) yang dimiliki anggota organisasi, yang terjadi melalui proses transformasi, yang terdiri dari kemampuan mengakses informasi, antisipasi hasil-hasil, komitmen dan kemampuan transformasi pengetahuan, sehingga bisa menciptakan nilai tambah bagi konsumen dan atau meningkatkan kesejahteraan karyawan serta masyarakat.

Dari sisi lain, modal sosial yang telah ada pada sebuah organisasi dapat dikembangkan lagi. Pengemangan modal sosial dapat diarahkan menjadi budaya organisasi dan strategi organisasi. Pembangunan modal sosial sebagai suatu budaya organisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

a. Membangun sistem, dapat dimulai dari pemberian pengetahuan baru dan nilai-nilai baru, pelatihan, pelaksanaan dalam sebuah program, serta monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan.

b. Memasukkan modal sosial sebagai nilai inti dalam perusahaan/organisasi. Dalam hal ini dapat dibuat sebagai pengingat atau penyemangat dalam kehidupan berorganisasi seperti “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’ datau ‘Bersama kita bisa’.

c. Menggunakan role model, dengan memilih salah satu tokoh di organisasi yang mempunyai kapabilitas.

(20)

56 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

dimana perbedaan pola-pola interaksi berikut konsekuensinya antara modal sosial yang berbentuk ‘mengikat’ atau ‘menjembatani’.

Akan tetapi, modal sosial dalam sebuah organisasi menurut Wibowo (TT) juga membutuhkan modal intelektual dari masing-masing anggota, yang dapat dipersepsikan sebagai disiplin intelektual organisasi sebagai hasil internalisasi secara sinerjik dari seluruh kompetansi bekerja dan kognitif yang terjadi melalui proses transformasi, yang berkaitan dengan kemampuan mengakses informasi, antisipasi hasil-hasil, komitmen serta kemampuan transformasi pengetahuan dalam sebuah organisasi agar mempunyai keunggulan yang pada gilirannya dapat memenangkan persaingan atau tahan terhadap tantangan jaman yang selalu berubah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa untuk mewujudkan modal sosial dalam organisasi diperlukan modal intelektual dari setiap anggota organisasi karena modal sosial memiliki andil besar dalam proses belajar sebuah organisasi karena di dalamnya terdapat proses saling berbagi pengetahuan atau sharing knowledge, sehingga mempercepat terjadinya penyebarluasan pengetahuan yang pada gilirannya akan menciptakan modal pengetahuan bagi organisasi secara menyeluruh. Dalam kondisi sebaliknya, jika proses berbagi pengetahuan berjalan lambat, akan menghambat organisasi untuk meningkatkan modal intelektual. Selanjutnya, modal sosial juga berperan dalam meningkatkan keunggulan organisasi, hal tersebut dapat terjadi karena secara struktur organisasi terjadi relasi antar bagian atau struktur organisasi. Dari relasi yang terjalin antar bagian tersebut pengetahuan-pengetahuan baru akan muncul dari masing-masing individu, dengan kemampuan individu itu, diharapkan kemampuan merespon perubahan berlangsung lebih cepat dan dapat memberi kontribusi yang lebih bagi perusahaan dan akan meningkatkan keunggulan organisasi.

(21)

57 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

Modal sosial dalam pembangunan masyarakat sebuah negara sangat diperlukan, karena pembangunan suatu negara tidak hanya membutuhkan modal perangkat keras, seperti mesin dan teknologi, tetapi juga manusia yang mengendalikan mesin tersebut (man behind the machine) sehingga peran manusia merupakan hal penting. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kemampuan manusia yang baik dalam bekerja sama, yang dalam hal ini membutuhkan modal sosial agar tujuan dapat lebih mudah tercapai. Dalam lingkup yang lebih sempit dari negara, dalam hal ini Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI), modal sosial berperan sebagai ‘pelumas’ dalam pergerakan di organisasi itu karena terkandung beberapa elemen utama diantara adalah rasa saling percaya (trust), norma yang disepakati dan ditaati (social norms), serta jaringan sosial (social network).

Dua tipologi modal sosial, yaitu modal sosial terikat dan modal sosial menjembatani memiliki peran sentral dalam mengintegrasikan para anggota ISI. Modal sosial terikat mempunyai sifat keterikatan emosional yang kuat pada masing-masing anggota kelompok untuk memperkuat identitas, sedangkan modal sosial yang bersifat menjembatani mempunyai nilai-nilai persamaan, kebebasan dan nilai-nilai kemajemukan serta humanitarian sehingga akan bersifat lebih terbuka dan menerima perubahan sehingga lebih mudah bagi pemerintah untuk memajukan masyarakatnya.

Referensi

Alyusro, Widodo. 2016. “Strategi Lembaga Filantropi Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA”. www.selasar.com/diunduh:senin-26-september-2016/

Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djafaara, dan Aida S. Budiman. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: Gramedia.

(22)

58 Prosiding : Seminar dan Simposium Nasional | UNHAS | ISI | APSSI

Craib, Ian. 1984. Teori-Teori sosial Modern (Dari Parsons Sampai Habermas). Rajawali Pers,

Hasbullah, J. 2006. Sosial Kapital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. Jakarta: MR-United Press.

Kerns. 2004. VET and Social Capital: A Paper on the Contiribution of the VET sector

to sosial Capital in the Communities.

http/www.never.edu.au/publications/

Majalah Media Industri, 2013. “Tingkatkan Daya Saing di Pasar Global”. www.kemenperin.go.id/download/3874. diunduh: 28-september-2016/ Nahapiet dan Gozal. 1998. Social Capital, Intelektual Capital, and The

Organizational Advantage. Academy of Management Review, Vol. 23 No. 2, 242-266.

Portes, Alejandro. 1998. Social Capital: Its Origins and Applications in Modern Sociology. Annual Review of Sociology, Vol. 24. (1998), pp. 1-24.

Suparman, 2014. Modal Sosial Dalam Diskontinyuitas Komunitas (Studi Kasus di Pulau Lae-Lae dan Kampung Nelayan Kelurahan Untia) Makassar Sulawesi Selatan. Disertasi Tidak Diterbitkan. PPS Universitas Negeri Makassar.

Sutrisno, Benny. 2016. http://shiftindonesia.com/persiapan-sumberdaya-manusia-di-era-mea/ diunduh:28-september-2016/

(23)

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Modal Sosial Mengikat dan Modal Sosial Menjembatani

Referensi

Dokumen terkait

Paradigma masyarakat mengenai perpustakaan yang terkesan membosankan, kaku dan formal tidak mutlak dapat diselesaikan melalui perencanaan konsep interior, namun sedapat mungkin

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai, pola dan sebaran suhu permukaan laut berdasarkan data citra satelit Aqua MODIS, Terra MODIS dan NOAA AVHRR, serta

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara daya antioksidan dari ekstrak etanol daun katuk yang didapat dari hasil ekstraksi dengan pelarut

Ada 226 jenis proses yang diperoleh dari pidato Obama, mereka bahwa proses material memiliki 103 kejadian, proses perilaku memiliki 1 kejadian, proses mental

Berdasarkan uraian dari berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang mendukung penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model

It is clear that training in big data, data science, or data analytics requires a multidisciplinary foundation that includes at least computer science, machine learning,

1) Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan menyedarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik didalam kelas maupun diluar kelas, misalnya

Adapun kerangka pikir penggunaan strategi pembelajaran snowball throwing berbantu media TTS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada