BAHAN PRAKTIKUM ONKOLOGI
DEFENISI ___________________________________________________________________ 5 STRUKTUR TUMOR _________________________________________________________ 6 BENTUK TUMOR ____________________________________________________________ 6 HISTOLOGI TUMOR _________________________________________________________ 7 KLASIFIKASI TUMOR ________________________________________________________ 8 A.KLASIFIKASI MENURUT SIFATNYA : _____________________________________________ 8 TUMOR JINAK (BENIGN TUMOURS) _________________________________________ 8 TUMOR GANAS (MALIGNANT TUMOURS/KANKER) _____________________________ 9 B.KLASIFIKASI MENURUT HISTOGENESIS (SEL ASAL) _______________________________ 10DIFFERENSIASI ____________________________________________________________ 11 NOMENKLATUR (PENAMAAN) TUMOR ______________________________________ 11 1.PENAMAAN TUMOR ASAL EPITEL______________________________________________ 11 A.TUMOR EPITELIAL JINAK______________________________________________ 11
B.TUMOR EPITELIAL GANAS____________________________________________ 12
KARSINOMA IN-SITU____________________________________________________ 12
2.PENAMAAN TUMOR ASAL JARINGAN MESENKIM/JARINGAN PENUNJANG (CONNECTIVE TISSUE)_____________________________________________________________________ 13
A.TUMOR JINAK ASAL MESENKIM_________________________________________ 13
B.TUMOR GANAS ASAL MESENKIM________________________________________ 13
3.PENAMAAN UNTUK TUMOR JENIS LAINNYA. _____________________________________ 13 4.TUMOR YANG DINAMAI MENURUT ORANG YANG MENEMUKANNYA. __________________ 14 KARSINOGENESIS _________________________________________________________ 14 1. AGEN INISIASI : BERPERAN DALAM PROSES INISIASI______________________________ 15 2. AGEN PROMOSI : BERPERAN DALAM PROSES PROMOSI___________________________ 15 BIOLOGI SEL TUMOR_______________________________________________________ 16 PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN TUMOR ________________________________ 16 KARSINOMA COLON _______________________________________________________ 18
PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 18 INSIDENS ___________________________________________________________________ 18 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 18 GEJALA KLINIS_______________________________________________________________ 20 MORFOLOGI TUMOR __________________________________________________________ 21 MIKROSKOPIS TUMOR_________________________________________________________ 21 PENYEBARAN________________________________________________________________ 21 PROGNOSA _________________________________________________________________ 21 KARSINOMA PROSTAT _____________________________________________________ 22 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 22 INSIDENS ___________________________________________________________________ 22 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 22 GEJALA KLINIS_______________________________________________________________ 23 MORFOLOGI TUMOR __________________________________________________________ 24 MIKROSKOPIS TUMOR_________________________________________________________ 24 PROSTATIC INTRA-EPITELIAL NEOPLASIA (PIN) ____________________________________ 25 PENYEBARAN________________________________________________________________ 25 KARSINOMA SERVIKS______________________________________________________ 26 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 26 INSIDENS ___________________________________________________________________ 26 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 26 PERANAN HUMAN PAPILLOMA VIRUS (HPV) PADA KANKER SERVIKS___________________ 26 GEJALA KINIS________________________________________________________________ 27 MORFOLOGI TUMOR __________________________________________________________ 27 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 28 PENYEBARAN________________________________________________________________ 29 LEIOMYOMA _______________________________________________________________ 30 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 30 INSIDENS ___________________________________________________________________ 30 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 30 GAMBARAN KLINIS ___________________________________________________________ 30 MORFOLOGI TUMOR __________________________________________________________ 31 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 32 FIBROADENOMA MAMMA __________________________________________________ 33 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 33 INSIDENS ___________________________________________________________________ 33 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 33 MORFOLOGI_________________________________________________________________ 33 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 33
KARSINOMA MAMMA_______________________________________________________ 35 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 35 INSIDENS ___________________________________________________________________ 35 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 35 GEJALA KLINIS_______________________________________________________________ 37 MORFOLOGI_________________________________________________________________ 38 PENYEBARAN________________________________________________________________ 39 GLIOBLASTOMA MULTIFORME _____________________________________________ 41 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 41 INSIDENS ___________________________________________________________________ 41 ETIOLOGI___________________________________________________________________ 41 GEJALA KLINIS_______________________________________________________________ 41 MORFOLOGI TUMOR __________________________________________________________ 42 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 42 PENYEBARAN________________________________________________________________ 42 BASAL CELL CARCINOMA__________________________________________________ 43 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 43 GEJALA KLINIS_______________________________________________________________ 43 MORFOLOGI_________________________________________________________________ 43 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 43 PENYEBARAN________________________________________________________________ 44 OSTEOCHONDROMA _______________________________________________________ 45 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 45 INSIDENS ___________________________________________________________________ 45 MORFOLOGI_________________________________________________________________ 45 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 45 ADENOMA FOLIKULARE TIROID ____________________________________________ 46 PENDAHULUAN ______________________________________________________________ 46 GEJALA KLINIS_______________________________________________________________ 46 MORFOLOGI_________________________________________________________________ 46 MIKROSKOPIS _______________________________________________________________ 46 SITOLOGI GINEKOLOGIK APUSAN __________________________________________ 47 BAHAN PEMERIKSAAN SITOLOGI APUSAN PAP_____________________________________ 47 CARA MENGAMBIL BAHAN SEDIAAN APUSAN PAP __________________________________ 49 SYARAT-SYARAT PENGAMBILAN ________________________________________________ 51
FIKSASI_____________________________________________________________________ 52 CARA PENGIRIMAN SEDIAAN APUSAN PAP : _______________________________________ 52 SKEMA PULASAN PAPANICOLAU ________________________________________________ 53 SITOLOGI DISPLASIA/NEOPLASIA INTRAEPITELIAL SERVIKS___________________________ 55 SITOLOGI KARSINOMA SQUAMOUS INVASIF SERVIKS________________________________ 55
ONKOLOGI
DEFENISIOnkologi berasal dari kata Yunani dimana kata oncos berarti massa/penonjolan/tumor/ lump dan logos yang berarti ilmu. Oleh karena itu onkologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tumor, khususnya neoplasma.
Tumor menurut istilah umum berarti benjolan (pembengkakan) yang tidak normal, misalnya : pembengkakan akibat peradangan/abses, hematoma akibat trauma dan benjolan yang disebut dengan neoplasma. Dalam bahasa kedokteran modern, tumor merupakan suatu lesi/kelainan yang timbul akibat pertumbuhan abnormal dari sel yang bersifat autonom dan menetap walaupun rangsangan penyebabnya telah dihilangkan.
Tumor merupakan hasil perubahan neoplastik dari semua sel berinti tunggal di dalam tubuh, walaupun begitu ada beberapa jenis sel yang lebih mudah tumbuh untuk membentuk tumor dibandingkan jenis yang lain. Sel yang telah mengalami transformasi ini disebut sel neoplastik. Dengan transformasi, sel akan melepaskan diri secara permanent dari mekanisme pengaturan pertumbuhan yang normal. Sel neoplastik akan membentuk pembengkakan tetapi hal ini bukanlah semata-mata penyebab pembengkakan yang abnormal. Dalam keadaan neoplastik, proses proliferasi dan pertumbuhan sel terjadi tanpa adanya stimulus eksternal lainnya. Pada jaringan dan sel yang neoplastik, terdapat kegagalan mekanisme normal yang mengontrol proliferasi dan maturasi sel. Neoplasma sendiri berasal dari kata neos (Yunani) berarti baru dan plasein yaitu pembentukan jaringan baru yang abnormal. Beberapa stimulus dapat menimbulkan perubahan materi genetik yang akan menimbulkan perubahan pola pertumbuhan sel normal yang menetap. Sel-sel ini akan berproliferasi secara berlebihan dalam pola yang tidak teratur untuk membentuk tonjolan atau massa jaringan yang disebut neoplasma (pertumbuhan baru).
Istilah neoplasma mempunyai kesamaan arti medis dengan kata tumor dan sering digunakan untuk memberikan keterangan karena tidak membingungkan dan tidak terlalu memberikan peringatan yang menakutkan pada penderita. Menurut kesepakatan, massa sel neoplatik disebut dengan tumor. Suatu istilah Latin yang digunakan untuk berbagai pembengkakan jaringan, namun istilah ini tidak cocok lagi bila dikaitkan dengan neoplasma.
Istilah kanker kemudian sering digunakan untuk mengacu pada neoplasma ganas (keganasan). Istilah ini berasal dari Latin yang berarti kepiting, karena tumor-tumor ini dianggap melekat/melingkupi jaringan di sekitarnya dengan pertumbuhan yang menonjol seperti capit kepiting. Sel neoplastik dalam tumor disebut malignant/ganas bila memiliki kemampuan khas yang mematikan yang
memungkinkan sel tersebut menembus dan menyebar atau bermetastase ke tempat lain. Kanker merupakan kata yang sering digunakan dalam lingkungan masyarakat, yang mempunyai konotasi emosional dan secara umum mengacu pada tumor ganas (malignansi)
STRUKTUR TUMOR
Tumor terdiri dari sel neoplastik dan stroma. Kelompok sel neoplastik ini terletak di dalam jaringan ikat yang dikenal dengan nama stroma (dari kata Yunani berarti kasur) yang akan memberikan dukungan mekanis dan suplai nutrisi pada sel neoplastik. Proses pembentukan stroma disebut reaksi desmoplastik dan mungkin disebabkan oleh proliferasi jaringan ikat yang diinduksi oleh faktor pertumbuhan pada lingkungan sekitar tumor.
Stroma tumor selalu mengandung pembuluh darah yang tersebar dan menyatu dengan tumor. Proliferasi vaskuler diduga dipengaruhi oleh faktor angiogenik yang diproduksi sel tumor. Kemampuan tumor menginduksi dan mempertahankan suplai vaskuler merupakan faktor utama dalam pertumbuhan sel. Pertumbuhan tumor bergantung pada kemampuan tumor dalam mempengaruhi pembuluh darah untuk melakukan fungsi perfusi yang apabila tidak, akan menyebabkan berkurangnya pasokan pembuluh darah. Akibatnya, pertumbuhan tumor akan mengalami keterbatasan karena kemampuan difusi makanan ke dalamnya juga terbatas. Sel tumor akan berhenti tumbuh dimana benjolan tersebut tidak mencapai diameter melebihi 1-2 mm. Angiogenesis pada tumor diinduksi oleh faktor-faktor seperti vascular endothelial growth factor (VEGF).
Sel fibroblast akan memberikan penunjang mekanik pada sel tumor. Kontraktilitas sel ini berperan dalam terjadinya retraksi struktur yang berdekatan dengan tumor contohnya pada kasus karsinoma mamma. Stroma juga sering mengandung infiltrasi limfosit dengan jumlah yang bervariasi; dimana hal ini menggambarkan reaksi imun tubuh terhadap tumor.
BENTUK TUMOR
Gambaran makroskopik tumor pada permukaan, bisa berupa tonjolan datar (sessile), papillary, polipoid, fungating, ulserasi dan annular. Pada bentuk erosi-ulserasi memiliki bentuk dan batas yang tidak teratur, permukaan tidak rata, berbentuk noduler atau granuler dan sering ditutupi jaringan nekrotis, tepi ulkus meninggi, rapuh dan mudah berdarah dan sering merupakan bagian dari suatu tumor yang besar.
Sifat tumor sendiri sering dapat ditentukan dari penampakan makroskopisnya seperti pada tumor berbentuk sessile, polipoid dan papillare umumnya jinak karena biasanya tidak meluas melebihi jaringan asal sedangkan bentuk ulserasi,
fungating atau annular lebih sering berhubungan dengan sifat yang agresif (ganas).
Tumor yang sangat padat dan keras sering disebut scirrhous sedangkan yang lebih lunak disebut medullary. Potongan melintang tumor ganas sering memiliki gambaran yang beraneka ragam yang disebabkan oleh adanya daerah nekrosis dan degenerasi.
Kadang-kadang dapat ditemukan tumor dengan bentuk campuran antara plak, nodus dan ulkus dalam satu tumor atau tumor tanpa bentuk tertentu, seperti pada kanker darah (leukemia).
Pada pemeriksaan secara klinis, dapat diidentifikasi 2 gambaran utama dari pertumbuhan neoplastik :
1. Jika tepi tumor berbatas tegas dan tumor hanya bertumbuh secara lokal, neoplasma itu disebut jinak
2. Jika batas tumor itu tidak jelas dan sel neoplastik bertumbuh dan merusak jaringan sekitarnya, neoplasma itu disebut ganas.
HISTOLOGI TUMOR
Neoplasma secara histologis akan berbeda dengan jaringan normal di sekitarnya, dalam beberapa hal, dimana sel neoplastik akan mengalami :
- kehilangan differensiasinya
- kehilangan kohesi (perlekatan) antar sel-selnya - pembesaran inti
- meningkatnya aktivitas mitosis
Dengan terjadinya kegagalan kontrol pertumbuhan pada sel neoplasma, sel-sel akan memperlihatkan sitologi yang atipikal (tidak khas). Gambaran tersebut antara lain :
- Meningkatnya variasi bentuk dan ukuran sel (pleomorfisme seluler) - Meningkatnya variasi bentuk dan ukuran inti (pleomorfisme inti) - Meningkatnya warna inti (hiperkromatisasi inti)
- Ketidakseimbangan membesarnya ukuran inti terhadap sitoplasma sel (meningkatnya rasio inti sitoplasma)
Gambaran tersebut akan lebih sering terlihat pada tumor ganas dengan derajat yang jelek dimana sel-sel kanker akan memperlihatkan sifat-sifat antara lain:
1. Bentuknya bermacam-macam (polimorfism)
2. Warna inti lebih gelap (hiperkromasia) dan bermacam-macam warna (polikromasia)
3. Inti sel yang relatif besar
4. Jumlah mitosis yang bertambah 5. Susunan sel-sel yang tidak teratur 6. Bertumbuh terus dengan tidak terbatas 7. Tidak menjalankan fungsi sel yang normal
8. Mengadakan infiltrasi ke sel-sel normal yang ada disekitarnya 9. Mengadakan metastassis ke bagian-bagian tubuh lainnya 10. Merusak bentuk dan fungsi organ.
KLASIFIKASI TUMOR
Tumor dapat dikalsifikasikan menurut sifatnya dan histogenesisnya (sel asalnya). A. Klasifikasi menurut sifatnya :
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi (perubahan) sehingga bertumbuh di dalam tubuh secara autonom yaitu tumbuhnya sendiri terlepas dari kendali pertumbuhan tubuh yang normal. Berdasarkan sifat dari sel tumor tersebut maka tumor dibagi atas :
1. Tumor jinak
2. Tumor ganas ( kanker)
Adapun perbedaan sifat sel tumor jinak dan sel tumor ganas bergantung dari jauhnya penyimpangan dari bentuk sel yang normal dalam hal derajat differensiasinya, sifat autonomya dan kemampuan mengadakan infiltrasi dan metastasis. Tumor jinak umumnya mempunyai prognosa yang baik dan jarang menyebabkan kematian. Sebaliknya, tumor ganas merupakan penyebab utama kematian.
Tumor jinak (benign tumours)
Tumor jinak biasanya tetap terlokalisir. Tumor jinak merupakan suatu kelainan dengan pertumbuhan yang lambat, dan biasanya tidak menembus jaringan sekitarnya atau menyebar ke bagian lain dalam tubuh.
Pada waktu tumor jinak timbul pada jaringan epitel atau permukaan mukosa, tumor akan bertumbuh menjauhi permukaan karena tumor jinak ini tidak dapat mengadakan invasi sehingga sering kemudian terbentuk polip yang bentuknya bertangkai atau tonjolan datar, pertumbuhan non invasif ke arah luar ini akan memberikan bentuk lesi yang eksofitik. Tumor jinak pada organ yang solid, mempunyai ciri khas berbatas tegas dan sering dibatasi dengan kapsul jaringan ikat. Gambaran histologis tumor jinak sangat mirip dengan sel atau jaringan induk (asal).
Walaupun tumor jinak sesuai dengan definisi, letaknya terlokalisir dan berbatas tegas dengan jaringan asal, tumor jinak dapat menyebabkan masalah/kesulitan klinis yang disebabkan oleh :
- tekanan/desakan pada jaringan sekitarnya (misalnya tumor jinak menings dapat menyebabkan epilepsi)
- obstruksi aliran dari cairan (tumor jinak epitel dapat menyumbat sebuah duktus)
- Jika tumor jinak memiliki fungsi endokrin, tumor dapat menyebabkan penyakit akibat sekresi hormon yang tidak terkontrol.(tumor jinak tiroid menyebabkan tirotoksikosis)
- transformasi menjadi ganas (polip adenoma menjadi adenokarsinoma) - ketakutan (kekhawatiran penderita karena memperkirakan penyakitnya
dapat menyebabkan kematian)
Kebanyakan tumor jinak tidak mengancam jiwa, kecuali bila disebabkan oleh massa tumor yang tidak dapat dijangkau pada reseksi bedah seperti pada tumor jinak batang otak yang dapat menimbulkan kematian karena lokasinya yang penting.
Tumor ganas (malignant tumours/kanker)
Sel kanker dapat bertumbuh langsung dari sel tumor tetapi dapat juga didahului oleh proses displasia, lesi pra kanker atau dari tumor jinak.
Pertumbuhan tumor ganas tidak terbatas pada lokasi asal tumor contohnya tumor primer. Kontrol pertumbuhan sel kemudian menjadi abnormal sehingga sel dapat bertumbuh ke jaringan lokal didekatnya, dalam suatu proses yang disebut dengan invasi. Ketika sel tumor menginvasi, sel akan menimbulkan kerusakan dan destruksi.
Tumor ganas pada permukaan epitel atau mukosa pada tahap awalnya membentuk suatu tonjolan kecil yang selanjutnya akan menginvasi jaringan di bawahnya. Invasi ini akan mengarahkan pertumbuhan tumor ke bawah, yang memberikan bentuk tumor yang endofitik. Ulserasi sering terjadi.
Tumor ganas pada organ yang solid/padat cenderung mempunyai batas yang tidak jelas, kadang-kadang disertai tebaran kumpulan jaringan neoplastik ke dalam jaringan normal di sekitarnya. Karena kemiripan dari permukaan potongan kelainan ini dengan kepiting (Latin : cancer) maka kelainan ini mendapat nama yang terkenal. Pada tumor ganas sering telihat nekrosis sentral yang disebabkan berkurangnya perfusi vaskuler.
Oleh karenanya, tumor ganas bersifat invasif. Tumor ganas akan tumbuh dengan cepat dan berbatas tidak tegas. Jaringan atau sel tumor ganas secara histologis mempunyai lebih sedikit kemiripan dengan sel atau jaringan induk dibandingkan dengan tumor jinak. Tumor ganas tumbuh menginfiltrasi dan merusak jaringan sekitarnya dan memungkinkan sel neoplastik dari tumor primer menembus dinding pembuluh darah dan pembuluh limfe dan dengan demikian menyebar ke tempat lain dan bertumbuh sebagai massa tumor yang terpisah. Proses penting ini disebut metastasis dan massa sel yang terpisah tersebut disebut tumor metastase atau tumor sekunder. Seperti halnya tumor primer, tumor metastase dapat bertumbuh pada jaringan tersebut dan biasanya menimbulkan kerusakan jaringan
Sehingga sifat-sifat tumor ganas yang ditemukan, antara lain : 1. Bentuknya tidak teratur
2. Konsistensi padat dan keras 3. Kapsul tidak jelas atau tidak ada 4. Batas tidak tegas
5. Hipervaskularisasi dan neovaskularisasi 6. Rapuh dan mudah berdarah
7. Ada bagian-bagian yang nekrosis atau menunjukkan ulserasi 8. Ada infiltrasi atau perlengketan ke organ sekitarnya
Morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan tumor ganas dapat disebabkan oleh :
- penekanan dan pengrusakan jaringan sekitarnya - pembentukan tumor sekunder (metastase)
- kehilangan darah dari permukaan yang ulserasi
- obstruksi aliran (contohnya tumor ganas colon menyebabkan obstruksi usus)
- produksi hormon (ACTH dan ADH dari beberapa tumor paru-paru)
- efek paraneoplastik lain yang menyebabkan berat badan berkurang dan kelemahan. Kakhesia dan akibat nutrisi yang jelek timbul akibat dari efek metastase tumor yang menyebar. Kelemahan yang progresif dan kematian sering juga berasal dari infeksi sekunder seperti pneumonia. Kakhesia diduga karena dimediasi oleh aktivasi sitokin dari tumor dan sel inflamasi yang berespons terhadap tumor.
- kekhawatiran dan kesakitan
Tidak semua tumor dikategorikan sebagai tumor ganas bila mempunyai kemampuan untuk bermetastasis. Contohnya karsinoma sel basal kulit (ulkus rodent) jarang bermetastasis, namun begitu dianggap sebagai tumor ganas karena sangat invasif dan destruktif. Sebagian bahkan memasukkan ke dalam kelompok tersendiri sebagai tumor borderline.
B. Klasifikasi menurut histogenesis (sel asal)
Asal sel yang spesifik dari sebuah tumor ditentukan melalui pemeriksaan histopatologi. Hal ini spesifik untuk setiap jenis tumor. Sehingga dimasukkan sebagai komponen dari nama tumor.
Klasifikasi histogenetik terdiri dari beberapa kelompok, antara lain :
1. Jaringan sel epitel : dari adneksa kulit, mukosa, kelenjar dan gonad 2. Jaringan sel mesenkimal/konektif/penunjang :
a. Jaringan lunak : jaringan ikat, jaringan lemak, jaringan otot, campuran. b. Jaringan sinovium dan mesotelium
c. Pembuluh darah, pembuluh limfe d. Tulang dan tulang rawan
e. Jaringan limfoid hemopoetik
f. Jaringan trofoblastik dan embrional g. Campuran
Differensiasi
Differensiasi mempunyai arti, seberapa besar tingkat kemiripan sel tumor secara histologis terhadap sel atau jaringan asal; dimana differensiasi akan menentukan grade/derajat suatu tumor.
Selama pembelahan sel dari sel asal (precursor /stem cell), sel yang normal akan menghasilkan fungsi yang spesifik yang meliputi pembentukan struktur-struktur khusus seperti vakuola mucin, mikrovili atau cilia, proses ini dikenal sebagai differensiasi.
Tumor jinak tidak diklasifikasikan dalam bentuk ini karena tumor jinak hampir selalu sangat mirip dengan jaringan asal dan karena interprestasi dari tingkat diferensiasi tidak memberikan keuntungan klinis dalam arti tidak dapat memberikan arahan dalam menentukan pengobatan yang tepat.
Sebaliknya, tingkat diferensiasi tumor ganas sangat berguna secara klinis, baik karena mempunyai korelasi yang kuat dengan kemungkinan hidup penderita (prognosis) maupun karena sering memberikan arah dalam menentukan pengobatan yang paling tepat. Karena itu, tumor ganas biasanya digolongkan sebagai tumor dengan diferensiasi baik, moderat atau buruk, atau secara numerik sering dengan kriteria yang jelas sebagai grade 1 (G1), grade 2 (G2) atau grade 3 (G3).
Tumor ganas dikatakan berdifferensiasi baik bila sel-sel tumor menyerupai sel jaringan asal tumor yang normal. Tumor ganas berdifferensiasi buruk bila sel tumor hanya sedikit menyerupai sel jaringan asal tumor yang normal . Sedangkan tumor dengan differensiasi sedang, mempunyai arti diantara kedua diferensiasi di atas. Tumor yang berdiferensiasi buruk lebih agresif daripada tumor yang berdiferensiasi baik.
Beberapa jenis tumor mempunyai differensiasi yang sangat buruk sehingga sangat sulit dikenal bentuk sel asalnya. Tumor jenis ini disebut sebagai anaplastik atau secara deskrptik disebut sebagai tumor sel spindel atau tumor sel kecil bulat.
NOMENKLATUR (PENAMAAN) TUMOR 1. Penamaan tumor asal epitel
A. Tumor epitelial jinak
- papilloma - adenoma
Papilloma adalah tumor jinak asal epitel non glandular atau epitel non sekretorius. Beberapa tumor jinak asal epitel permukaan seperti pada kulit disebut dengan papilloma karena tumor ini membentuk pertumbuhan yang menonjol keluar seperti jari-jari tangan. Contohnya pada jaringan epitel transisional (peralihan) dan jaringan epitel squamosa.
Adenoma adalah tumor jinak asal epitel glandular (kelenjar) atau epitel sekretorius.
Nama papilloma atau adenoma belumlah lengkap oleh karena itu harus diikuti dengan nama jenis sel epitel asalnya atau nama kelenjar (organ) asalnya. Contohnya papilloma sel skuamosa kulit, papilloma sel transisional, adenoma folikulare tiroid, adenoma ginjal, adenoma colon.
B. Tumor epitelial ganas
Tumor ganas asal epitel disebut karsinoma. Karsinoma epitel non glandular selalu diikuti dengan nama jenis sel epitel asalnya. Untuk mengklarifikasikan lebih jelas dapat ditambahkan dengan nama organ asalnya. Contohnya karsinoma sel skuamosa serviks dan karsinoma sel transisional buli-buli.
Tumor ganas asal epitel kelenjar disebut dengan adenokarsinoma. Nama dari tumor ganas ini diikuti dengan nama jaringan asalnya. Contohnya, adenokarsinoma prostat, adenokarsinoma mamma, dan adenokarsinoma lambung.
Karsinoma dapat dikelompokkan lagi lebih laju menurut derajat differensiasinya yaitu menurut kemiripan sel tumor dengan sel asalnya yang normal.
Karsinoma in-situ
Meskipun tumor ganas asal epitelial memperlihatkan gambaran sitologik yang ganas seperti pleomorfisme seluler dan meningkatnya aktivitas mitosis tetapi pada neoplasma ini tidak terdapat tanda-tanda invasif (melewati membran basalis) pada pemeriksaan histologis. Fenomena ini disebut karsinoma in-situ, yang menggambarkan neoplasma tahap dini. Pada tingkat molekuler, kelainan genetik yang bertanggung jawab terhadap terjadinya proses metastasis belum terbentuk.
Neoplasma jenis ini sering ditemukan pada jaringan epitel seperti epitel skuamousa serviks (Cervical intraepitelial neoplasia/CIN) dan mamma dimana sel ganas pada mamma secara sitologis bisa terbatas di dalam duktus (intraductal carcinoma) atau di dalam lobulus (intralobular carcinoma).
Bila telah terdapat tanda-tanda invasif seperti telah melewati membran basalis maka tumor ganas ini disebut karsinoma invasif (invasive carcinoma). Contohnya pada invasive ductal carcinoma of breast.
2. Penamaan tumor asal jaringan mesenkim/jaringan penunjang (connective tissue)
Sama halnya dengan tumor asal epitel maka tumor asal jaringan penunjang atau jaringan mesenkim lain diberi nama menurut klasifikasi sel asalnya dan klasifikasi sifatnya.
A. Tumor jinak asal mesenkim
Untuk tumor asal jaringan mesenkim, penamaannya lebih konsisten dibanding untuk jenis epitelial. Sel atau jaringan asalnya diikuti akhiran –oma bila tumornya jinak.
- lipoma : tumor jinak liposit atau jaringan lemak - rhabdomyoma : tumor jinak otot lurik
- leiomyoma : tumor jinak sel otot polos - chondroma : tumor jinak tulang rawan - osteoma : tumor jinak tulang
- angioma : tumor jinak pembuluh darah B. Tumor ganas asal mesenkim
Tumor ganas asal mesenkim disebut dengan sarkoma dan diawali dengan sel atau jaringan asalnya. Contohnya :
- liposarkoma : tumor ganas liposit atau jaringan lemak - rhabdomyosarkoma : tumor ganas otot lurik
- leiomyosarkoma : tumor ganas sel otot polos - chondrosarkoma : tumor ganas tulang rawan - osteosarkoma : tumor ganas tulang
- angiosarkoma : tumor ganas pembuluh darah 3. Penamaan untuk tumor jenis lainnya.
Untuk tumor yang tidak masuk kedua golongan di atas, penamaannya menurut asal jaringannya.
- Limfoma, Tumor dari sistem limfoid yang tersusun dari limfosit yang neoplastik dengan keganasan yang bervariasi dari yang bertumbuh lambat hingga yang sangat agresif.
- Melanoma malignant. Tumor yang sangat ganas ini berasal dari melanosit, yang biasanya diidentifikasi oleh kandungan melaninnya.
- Leukemia. Tumor ganas yang berasal dari komponen sistem hematopoetik dalam sumsum tulang yang bersirkulasi di dalam darah.
- Tumor embrional. Sekelompok tumor ganas yang terutama terdapat pada anak-anak, yang berasal dari jaringan embrional yang primitif, contohnya nefroblastoma ginjal dan neuroblastoma medulla adrenal.
- Glioma. Tumor yang berasal dari jaringan penunjang/ikat otak non neural. Tumor ini bisa jinak atau ganas dan dinamakan menurut sel asalnya seperti astrositoma, oligodendroglioma.
- Tumor germ sel. Tumor yang berasal dari germ sel/sel benih pada kelenjar gonad tetapi jarang muncul di tempat lain selain gonad.
- Teratoma. Sejenis tumor germ sel yang berdifferensiasi membentuk komponen tigal lapisan germ sel yang embriologikal : ektoderm, mesoderm dan endoderm. Teratoma bisa jinak atau ganas, bisa muncul di kelenjar gonad atau tempat lain pada pasien berusia muda, khusunya pada sakrum dan mediastinum.
- Tumor neuroendokrin. Tumor yang mengsekresikan hormon polipeptida atau amine aktif. Contohnya feokromositoma medulla adrenal, tumor carcinoid appendiks dan karsinoma medullary tiroid.
4. Tumor yang dinamai menurut orang yang menemukannya.
- Sarkomna Ewing. Tumor ganas tulang pada penderita berusia muda, yang kemungkinan berasal dari sel neuroendokrin primitif
- Hodgkin disease. Proliferasi ganas jaringan limfoid, yang diklasifikasikan sebagai sub kelompok dari limfoma.
- Sarkoma kaposi. Tumor ganas yang diduga berasal dari endotel yang sering terlihat pada penderita AIDS
- Limfoma Burkitt. Jenis limfoma yang berasal dari sel B dimana Epstein Barr Virus (EBV) sebagai penyebabnya
KARSINOGENESIS
Dalam proses pembentukan sel tumor (karsinogenesis), ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Sel bertumbuh, berkembang dan mati dalam pola yang sangat teratur/terprogram
b. Terdapat keseimbangan antara peranan onkogen dan tumor supressor gen pada sel yang normal
c. Bila terjadi ketidakseimbangan maka akan diproduksi protein yang abnormal yang membentuk sel yang abnormal juga.
Sel yang abnormal ini akan mengalami perubahan tingkah laku dimana proses proliferasi, multiplikasi dan differensiasi menjadi tidak terkontrol.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kanker disebut dengan karsinogen, yang terdiri dari :
1. Karsinogen alami :
a. Organik misalnya aflatoksin di dalam makanan dan minuman b. Anorganik misalnya cadmium, chromium, radium, asbes, plumbum 2. Karsinogen buatan/sintesis :
a. Bahan industri : arang, cat, ter
b. Obat-obatan : alkilating agent, obat KB c. Pestisida
d. Sinar ionisasi : sinar matahari dan sinar ultra violet e. Virus : virus hepatitis, virus papilloma
f. Hormon : hormonesteroid, estrogen, androgen
g. Iritasi kronis : keloid luka bakar, sikatriks, iritasi tembakau
Karsinogen tersebut akan menimbulkan kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan tubuh yaitu pada proses proliferasi dan differensiasi. Kerusakan tersebut dapat berupa mutasi dan transformasi gen yang pada akhirnya akan membentuk sel yang mengalami trnasformasi menjadi sel tumor.
Ada beberapa macam komponen-komponen yang terlibat dalam proses karsinogenesis dan telah diidentifikasi dan menurul fungsinya dibagi atas :
1) Agen inisiasi : berperan dalam proses inisiasi
- Paparan sel oleh agen inisiasi tidak langsung menyebabkan neoplasia tetapi menyebabkan sel menjadi cenderung untuk mengalami neoplasia bila terpapar kembali dengan agen-agen lainnya
- Agen inisiasi menyebabkan menyebabkan kerusakan genetik dari sel yang terpapar. Kerusakan genetik ini akan menyebabkan kelainan dimana kelainan itu sendiri tidak cukup untuk menghasilkan pertumbuhan sel yang abnormal.
- Kebanyakan agen inisiasi merupakan contoh dari karsinogen yang bersifat mutagenik.
2) Agen promosi : berperan dalam proses promosi
- Paparan sel normal oleh agen promosi tidak menyebabkan kelainan. - Paparan oleh agen promosi terhadap sel yang telah terinisiasi dalam
jangka waktu lama menyebabkan pertumbuhan neoplasia
- Paparan oleh agen promosi terhadap sel yang terinisiasi dalam waktu singkat tidak menimbulkan pertumbuhan neoplasia
- Agen promosi menyebabkan meningkatnya turnover sel (menginduksi proliferasi sel). Dengan paparan oleh agen promosi secara terus menerus, sel yang telah memiliki kelainan genetik (yang disebabkan oleh agen inisiasi) akan mengalami kelainan genetik sekunder pada gen yang mengatur pertumbuhan sel (onkogen).
- Dengan meningkatnya proliferasi sel, akan terbentuk sel anak yang kehilangan kontrol pertumbuhan dan membentuk suatu neoplasma.
- Kebanyakan agen promosi merupakan contoh karsinogen mitogenik
BIOLOGI SEL TUMOR
Gen normal yang tidak bermutasi dan memiliki fungsi mengatur pertumbuhan dan differensiasi sel normal disebut proto-onkogen. Pada proses differensiasi sel normal terdapat dua kelompok gen yang memegang peranan penting yakni gen yang memicu proses differensiasi yang disebut dengan proto-onkogen dan gen yang menghambat proses differensiasi disebut dengan anti-onkogen. Gen yang rusak karena telah mengalami mutasi disebut onkogen yang akan menyebabkan sel akan bertumbuh dengan liar tanpa dapat dikendalikan sehingga disebut sel kanker.
Ada empat mekanisme genetik utama yang diduga berperan dalam pertumbuhan neoplasma pada manusia :
- Ekspresi gen yang menghasilkan produk yang berfungsi tidak semestinya dimana pada keadaan normal dapat mengstimulasi pertumbuhan. Gene ini disebut onkogen dan berfungsi dalam keadaan dominan.
- Hilangnya aktivitas gen yang pada keadaan normal menghasilkan produk yang menghambat pertumbuhan sel. Gen ini disebut tumor suppressor gen atau anti onkogen. Gen ini jarang berfungsi dalam keadaan dominan untuk menghasilkan tumor jinak tetapi umumnya bekerja dalam keadaan resesif untuk menghasilkan tumor ganas.
- Over ekspresi gen yang dalam keadaan normal menghasilkan produk yang mencegah kematian sel yang normal.
- Hilangnya aktivitas prduk gen yang dalam keadaan normal akan memperbaiki kerusakan DNA
PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN TUMOR Pertumbuhan kanker dibagi atas dua bagian yaitu :
1. Pertumbuhan lokal yang terdiri dari lokal in situ dan lokal invasif
2 Pertumbuhan / penyebaran ke organ lain / metastase : ke kelenjar limfe dan ke organ lain.
Cara penyebaran sel kanker :
1. Perkontinuitatum : penyebaran ke daerah sekitarnya
2. Secara limfogen : sel-sel kanker menginfiltrasi pembuluh limfe dan melalui pembuluh limfe menuju ke kelenjar limfe regional.
3. Hematogen : Sel kanker menginfiltrasi pembuluh darah kapiler lalu mengikuti aliran darah.
4. Transluminal : melalui dinding saluran nafas, saluran cerna dan saluran kemih
5. Transerosa/transcoeleum : dalam cavum thoracis, cavum abdominal dan cavum pelvis.
6. Iatrogen : akibat tindakan medis seperti massage dan operasi.
Oleh karena itu tumor ganas dapat ditemukan sebagai :
1. Kanker in situ : kanker masih terbatas pada lapisan epitel permukaan atau kelenjar dan belum mengadakan infiltrasi dan invasi keluar dari membrane basalis.
2. Kanker lokal : kanker letaknya terbatas pada organ tempat tumor primer tumbuh
3. Ekstensi lokal : ada invasi atau infiltrasi ke jaringan atau organ sekitarnya. 4. Metastase ke kelenjar limfe regional
5. Loco regional : tumor masih di tempat primer disertai metastase ke kelenjar limfe regional
6. Metastase jauh : meteastase ke organ-organ yang letaknya jauh dari tumor primer
KARSINOMA COLON
PendahuluanKarsinoma colon adalah penyebab kedua tersering dari kematian akibat neoplasma. Jenis tumor gans ini adalah adenokarsinoma yang berasal dari epitel kelenjar dari mukosa usus besar.
Insidens
Karsinoma colon adalah salah satu dari keganasan yang paling sering ditemukan di negara-negara maju. Di negara-negara industri barat, karsinoma colon menempati urutan kedua setelah karsinoma paru pada laki-laki dan karsinoma mamma pada wanita. Insidens karsinoma colon di Amerika serikat sekurang-kurangnya 4 kali lebih banyak dibandingkan di Jepang. Kurang lebih 150.000 kasus baru terdiagnosa setiap tahun dan sekitar 60.000nya meninggal. Di Amerika serikat penyakit ini merupakan 15 % penyebab kematian karena kanker. Di Inggris sendiri terhitung sekitar 10% dari seluruh keganasan, dimana angka kematian menduduki tempat kedua setelah kanker paru-paru, dengan kanker lambung di tempat ketiga. Insidensnya nampaknya akan meningkat.
Resiko karsinoma colon pada usia di bawah 40 tahun rendah tetapi meningkat secara signifikan pada usia 50 tahun ke atas. Puncak insidens karsinoma colon antara umur 60 dan 70 tahun dan jarang di bawah usia 40 tahun. Bila penderitanya berusia muda, perlu dicurigai adanya faktor genetik atau penyakit inflamasi usus yang mendasarinya.
Insidensnya sama pada laki-laki dan perempuan. Jepang dan Finlandia merupakan daerah dengan angka kanker jenis ini yang rendah.
Etiologi
Epidemiologi karsinoma colon memiliki variasi geografik yang besar yang berkaitan dengan faktor lingkungan dibanding faktor genetik pada populasi lokal. Peranan faktor genetik dapat dilihat pada kelainan Familial Adenomatous Polyposis (FAP) yang terkait dengan suatu gen autosom dominant dan mempunyai kecenderungan berkembang menjadi polip multipel dan karsinoma colon dengan onset pada umur yang lebih muda yaitu 30 tahun. Perubahan genetik pada perkembangan FAP adalah inaktivasi tumor suppressor gene APC (Adenomatous Polyposis Coli) pada kromosom 5q21. Banyak bukti yang telah memperlihatkan perubahan adenoma pada kasus FAP menjadi kanker. Perkembangan polip adenoma pada colon terjadi pada decade kedua dan ketiga serta mengalami perubahan kearah keganasan pada usia 40 tahun.
Banyak dari karsinoma colon yang timbul, berasal dari suatu lesi premalignan dan hanya sedikit yang berasal dari mukosa normal. Lesi premalignant tersebut seperti pada sindroma poliposis adenomatous heredofamilial dengan resiko
100%, villous adenomatous dan penyakit inflamasi colon seperti colitis ulseratif kronis atau colitis amuba kronis yang juga beresiko menjadi karsinoma colon. Di samping sebagian dipengaruhi oleh faktor genetik yang diturunkan dan beberapa kasus terjadi pada mukosa usus yang mengalami colitis ulserative, faktor yang paling penting dalam etiologi kanker colorektal tampaknya adalah faktor lingkungan. Bukti epidemiologi membuktikan hal ini disebabkan oleh faktor makanan.
Prevalensi kanker colon di negara barat ditemukan pada orang dengan diet lemak hewan tinggi dan rendah serat. Data epidemiologi dari imigran Jepang menunjukkan kasus kanker kolorektal 2,5 kali lebih besaar dibanding orang Jepang asli. Di Afrika yang konsumsi serat dan selulosa yang tinggi, kejadian kanker colon jarang dijumpai
Konsumsi lemak hewani menyebabkan peningkatan sekresi empedu ke dalam usus. Beberapa asam empedu secara eksperimental meningkatkan tumorogenitas dari karsinogen usus. Berbagai jenis bakteri tertentu, nuclear dehydrogenating clostridia (NDC) dapat bekerja pada asam empedu untuk membentuk karsinogen. Begitu pula, perubahan asam amino oleh bakteri dapat menghasilkan karsinogen (atau ko-karsinogen).
Meningkatnya jumlah bakteri anaerob pada feses orang yang beresiko tinggi menjelaskan bahwa bakteri anaerob terutama spesies bacteroides dapat mengkonversi garam empedu menjadi derivate yang bersifat carcinogen. Repopulasi colon dengan lactobacillus akan memberikan proteksi terhadap bahan karsinogen tersebut.
Diet rendah serat berhubungan dengan rendahnya laju feses dalam colon. Hal ini menyebabkan semakin lamanya kontak antara zat-zat kimia yang terdapat dalam feses dengan mukosa colon. Selain itu serat dapat mengikat carcinogen, mengencerkan atau menurunkan kadar karsinogen dengan terbentuknya massa feses.
Serat yang kurang dalam makanan akan menurunkan asam lemak volatile dan memperpanjang waktu transit feses dalam usus sehingga terdapat waktu yang banyak untuk bakteri bekerja pada feses dan kontak yang lama antara karsinogen yang terbentuk dengan mukosa.
Di lain pihak, tingginya kandungan selulosa menghasilkan peningkatan kadar asam lemak volatile yang yang berperan sebagai bahan pertahanan dengan memberikan nutrisi dan membantu proses maturasi sel epitel.
Oleh karena itu jenis makanan yang dikaitkan dengan kanker colorektal adalah makanan yang tinggi kadar lemak dan protein, serta rendah kandungan seratnya. Lemak yang banyak menyebabkan peningkatan produksi garam
empedu dan tingginya asam empedu feses yang bereaksi dengan NDC; protein yang tinggi memungkinkan perubahan asam amino oleh bakteri; Faktor-faktor ini dianggap bertanggung jawab dalam tingginya insidens kanker colorektal di negara-negara maju.
Prevalensi yang rendah juga berhubungan dengan tingginya kadar selenium dalam tanah dan tumbuhan suatu daerah. Selenium merupakan komponen enzim glutation peroksidase yang bersifat antioksidan endogen. Antioksidan eksogen seperti vitamin E dan zat pereduksi seperti asam ascorbat dapat memberikan perlindungan terhadap karsinoma colon. Diet sayur-sayuran yang mengandung banyak vitamin A seperti kembang kol, kubis berkaitan dengan insidens carcinoma colon yang rendah.
Gejala klinis
Distribusi kejadian karsinoma colon menurut lokasinya antara lain colon ascendens 24 %, colon transversum 16 %, colon descendens 7 % colon sigmoid 38 % dan rectum 15 %.
Gambaran klinik karsinoma kolorektal pada stadium awal tidak jelas. Dengan semakin berkembangnya tumor, tanda yang paling sering adalah adanya perubahan buang air besar, apakah berupa diare atau konstipasi. Gejala lain tergantung pada lokasi tumor.
Pada colon ascendens (kanan) dimana diameter lumen luas dan feses masih banyak mengandung cairan, tumor dapat tumbuh besar sebelum menimbulkan gejala-gejala obstruksi. Perdarahan asimptomatis dapat timbul yang berupa perdarahan samar pada feses yang kronis dan menyebabkan anemia mikrositik yang berat.
Karsinoma pada colon descendens dimana diameter lumen lebih kecil dan feses lebih padat, sering menyumbat lumen usus dan menyebabkan gejala-gejala obstruksi yang dimanifestasikan sebagai perubahan kebiasaan buang air besar, perut kembung dan nyeri abdomen, kaliber feses yang mengecil, hematochesia (biasanya darah segar bercampur dengan feses).
Pada rectum, karsinoma timbul dengan perdarahan rektal (65-90%), nyeri (10-25%), perubahan kebiasaan buang air besar (45-80%) dan perubahan kaliber feses serta tenesmus.
Kadang-kadang karcinoma colon mengalami perforasi lebih dini. Jika tumor mulai menyebar dapat timbul gejala fistula enterokutaneus dan fistula rektovaginalis, massa tumor pada dinding abdomen. Penyebaran intra abdominal akan menyebabkan obstruksi usus halus dan ascites dan metastase pada hati akan menimbulkan gejala hepatomegali
Morfologi tumor
Terdapat beberapa jenis morfologi karsinoma kolon dan rektum yang dapat dikenali, masing-masing berhubungan dengan gambaran klinisnya. Karsinoma kolon pada umumnya muncul langsung dari mukosa usus sebagai nodul yang menyerupai tombol (button like nodule).
Secara makroskopis ada 3 tipe ;
- Tipe polipoid atau vegetatif yang tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan berbentuk bunga kol dan dapat mencapai ukuran besar, ditemukan terutama di daerah caecum dan colon ascendens.
- Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi terutama di colon descendens , sigmoid dan rectum. - Tipe ulseratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral terdapat di rectum.
Pada tahap lanjut sebagian besar karsinoma kolorektal mengalami ulserasi menjadi ulkus malignant.
Mikroskopis tumor
Secara mikroskopis, sebagian besar kanker kolon merupakan adenocarcinoma (>90%). Berdasarkan gambaran sitologinya, kanker kolon dapat dibedakan menjadi differensiasi baik hingga differensiasi jelek. Lesi yang berdifferensiasi jelek sering muncul pada tahap akhir penyakit, dan berhubungan dengan prognosis yang jelek.
Penyebaran
Penyebaran karsinoma kolon melalui 3 jalur utama. Terdapat penyebaran lokal melalui dinding usus, bila terjadi invasi pada serosa usus yang dekat atau kandung kemih; penyebaran melalui saluran limfe ke arah kelenjar limfe dan penyebaran melalui alirah darah ke hati atau tempat lain seperti paru-paru.
Prognosa
Angka 5 tahun kemungkinan hidup kanker ini diperkirakan 50%. Bila terdeteksi awal, kemungkinan hidupnya sekitar 80%, sebaliknya pada kasus yang lanjut menjadi kurang dari 35 %.
KARSINOMA PROSTAT
PendahuluanKarsinoma prostat merupakan keganasan yang terbanyak diantara keganasan sistem urogenital pria, khususnya di dunia barat. Tumor ganas ini merupakan penyebab kematian kedua pada laki-laki akibat keganasan di Eropa dan AS. Karsinoma prostat biasanya berupa jenis adenokarsinoma yang berasal dari sel epitel kelenjar (aciner) prostat yang menjadi hipotropik pada usia dekade ke-5 sampai ke-7. Agaknya proses menjadi keganasan sudah dimulai pada jaringan prostat yang masih muda.
Insidens
Insidensnya meningkat pada usia lebih dari 50 tahun dengan puncaknya pada usia dekade ke-8. Sehingga Jarang ditemukan di bawah usia 50 tahun. Insidens karsinoma prostat akhir-akhir ini mengalami peningkatan karena :
- meningkatnya umur harapan hidup
- penegakan diagnosis yang menjadi lebih baik
- kewaspadaan tiap individu mengenai keganasan prostat makin meningkat Insidens di Indonesia tidak diketahui, sedangkan di negara Barat menurut hasil autopsi ditemukan sekitar 30% pada pria berusia 70-80 tahun dan sekitar 75% pada usia di atas 80 tahun.
Di Amerika Serikat, dari 350.000 pria yang terdiagnosa dengan karsinoma prostat tiap tahunnya, 40.000 diantaranya meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. Kemungkinan seorang laki-laki didiagnosa kanker prostat selama hidupnya adalah 1 berbanding 10.
Etiologi
Penyebab karsinoma prostat masih sedikit diketahui, akan tetapi diduga ada 4 faktor yang berpengaruh yaitu usia, ras, sistem endokrin dan lingkungan.
Kemungkinan perubahan hormonal yang terjadi dengan meningkatnya usia juga terlibat. Dengan bertambahnya usia, terdapat penurunan kadar androgen yang bersirkulasi. Penurunan ini berhubungan dengan berkurangnya zone terluar dari prostat, daerah dimana kebanyakan tumor berasal. Terdapat riwayat keluarga yang jelas dimana ada dua hingga tiga kali lipat resiko tumor pada laki-laki yang mempunyai kerabat dekat dengan karsinoma prostat yang terdiagnosa pada umur kurang dari 50 tahun.
Faktor kausal lingkungan juga tampak pada penduduk Amerika Serikat keturunan Jepang generasi ke-2 dan ke-3 yang tinggal di AS. Dibandingkan penduduk Jepang yang tetap tinggal di Jepang yang mempunyai insidens yang lebih rendah.
Gejala klinis
Gejala awal dari tumor ini tidak spesifik, karena itu insidens kanker prostat mungkin lebih besar lagi tetapi tidak ditemukan karena tidak memberikan gejala atau tanda klinis yang jelas. Kanker prostat memberikan gejala yang sangat bervariasi dan gambaran klinis yang bermacam-macam.
Karsinoma prostat paling sering (sekitar 75%) terjadi pada zone perifer, 15-20% pada zone sentral atau zone transisi. Biasanya karsinoma prostat berupa lesi yang multisentrik.
Pada stadium permulaan karsinoma prostat biasanya tidak memberi gejala atau tanda klinik maka kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengan keluhan obstruksi saluran kemih atau tanda metastase ke tulang atau organ lain seperti gejala lesi medulla spinalis, nyeri tulang, fraktur patologis atau hematuria. Keganasan prostat sering ditemukan secara kebetulan pada penderita yang disangka menderita hipertrofi prostat, dimana pada pemeriksaan patologik ditemukan karsinoma insidential.
Karena berasal dari bagian perifer prostat, kanker prostat sering muncul sebelum pasien mengalami gejala gangguan buang air kecil karena obstruksi uretra dan beberapa tumor tetap tidak bergejala, meskipun terdapat metastase jauh.
Kanker prostat dapat dibagi menjadi 3 kelompok menurut sifatnya :
• Karsinoma prostat invasif (simptomatik). Secara klinis penting karena menginvasi secara lokal dan bermetastasis. Karsinoma klinik adalah bentuk kelainan yang penting, karena menyebabkan metastasis dan obstruksi saluran kemih.
• Karsinoma prostat latent. Jenis ini adalah karsinoma differensiasi baik yang berukuran kecil, sering ditemukan kebetulan pada kelenjar prostat laki-laki yang sudah berusia lanjut. Kanker ini tetap terbatas di dalam prostat dalam jangka waktu lama. Karsinoma laten adalah massa karsinoma mikroskopik yang ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan mikroskopik sediaan prostatektomi karena hiperplasia prostat jinak (BPH) atau pada saat autopsi. Kelainan ini pada awalnya dianggap tidak menimbulkan gejala klinik. Massa ini ditemukan pada 30 % dari jaringan prostat pada usia di atas 50 tahun tetapi meningkat hingga 80 % pada usia 75 tahun. Oleh karena itu jenis karsinoma ini lebih sering dibandingkan jenis karsinoma prostat yang simptomatik. Progresifitas karsinoma ini menjadi simptomatik mungkin hanya 30 % dari pasien yang berlangsung setelah 10 tahun. Namun kebanyakan tetap sebagai lesi yang latent atau dormant.
• Karsinoma yang tersembunyi (occult carcinoma), secara klinik tidak terdapat pada lokasi primer tetapi muncul sebagai penyakit metastase
simptomatik yang luas. Sekitar dua per tiga pasien akan mengalami penyakit lokal yang sudah lanjut atau metastase pada saat ke dokter. Gambaran klinis dari karsinoma prostat meliputi :
• Gejala gangguan berkemih berupa kesulitan atau meningkatnya frekwensi buang air kecil, retensi urin, obstruksi aliran urin yang disebabkan karsinoma prostat dan biasanya menjadi progresif dengan cepat dibandingkan pada hiperplasia jinak.
• Nodul tumor keras pada lobus posterior yang ditemukan pada pemeriksaan rektum dengan jari tangan. Penonjolan ini diakibatkan reaksi stroma fibreus terhadap sel adenokarsinoma. Kelenjar prostat bisa membesar. Jika invasi kapsul telah terjadi, kapsul menjadi ireguler dan lekukan medial menjadi hilang.
• Metasatase tulang yang sering muncul dengan gejala nyeri tulang terlokalisir, nyeri punggung akibat metastase tulang belakang dimana merupakan manisfestasi tumor pertama yang sering. Fraktur patologis adalah gambaran klinis lainnya. Anemia berasal dari infiltrasi neoplastik yang luas pada beberapa tulang dengan penggantian jaringan hemopoetik.
• Limfadenopati perifer karena metastase karsinoma biasanya merupakan gambaran awal.
Morfologi tumor
Kebanyakan tumor yang aktif berasal dari lobus posterior kelenjar. Tumor akan tampak sebagai daerah yang berbatas kurang jelas, difus yang menyatu dengan stroma jaringan prostat fibromuscular, berwarna putih, abu-abu atau kuning, keras atau berpasir. Penonjolan melalui kapsul prostate sering terjadi menghasilkan massa yang keras, menonjol dapat dipalpasi dengan pemeriksaan rectum.
Mikroskopis tumor
Kebanyakan tumor adalah jenis adenokarsinoma (98 %) dengan derajat differensiasi yang bervariasi namun biasanya berdifferensiasi baik, membentuk gambaran acini, tubulus atau kribriformis. Permukaan kelenjar yang berkelok-kelok seperti bunga karang menghilang dan acini yang neoplastik terbentuk dari satu lapis sel, tidak seperti hiperplasia prostat jinak yang memiliki dua lapis epitel. Terdapat derajat pleomorfisme sel dan inti yang bervariasi tetapi sel epitelnya sering berdifferensiasi baik sehingga sulit mengidentifikasi lesi sebagai suatu neoplasma. Terdapat sejumlah stroma fibreus yang bervariasi.
Secara histologis, kebanyakan tumor dengan gambaran kelenjar dengan differensiasi baik (prognosis baik), sebagian kecil tersusun dari kumpulan sel yang berdifferensiasi jelek tanpa adanya gambaran kelenjar (prognosis jelek).
Berbagai sistem grading histologik telah diajukan untuk menilai karsinoma prostat. Kebanyakan yang digunakan adalah sistem Gleason yang membagi tumor dalam 5 tingkatan. Tumor tingkat 1 tersusun dari daerah kelenjar berbentuk baik dan uniformis. Tumor tingkat 5 memperlihatkan pola pertumbuhan yang infiltratif dari kelompok sel dengan kelenjar yang bentuknya jelek.
Prostatic intra-epitelial neoplasia (PIN)
PIN merupakan lesi yang non invasif yang memperlihatkan gambaran sitologik yang atipik dari epitel kelenjar prostat tetapi dengan membran basalis yang utuh. Kelainan ini mudah dikenali pada biopsi dan reseksi dan dianggap sebagai lesi prekursor, tetapi sifat dan penanganannya belum bisa ditegakkan.
Penyebaran
Karsinoma prostat menyebar melalui tiga jalur antara lain : - Penyebaran langsung
Penyebaran langsung dari tumor prostat terjadi baik di dalam kelenjar maupun pada struktur ekstrakapsular yang berdekatan. Invasi stroma prostat terhadap jaringan peri-urethral dan dasar kandung kemih juga sering terjadi. Perluasan melalui kapsul prostat sering melibatkan vesikula seminalis. Dinding rektum jarang terkena karena dilindungi oleh fascia recto-vaginal. Invasi ekstrakapsular ini menyebabkan prostat melekat pada daerah yang berdekatan.
- Penyebaran melalui saluran limfe
Saluran limfe merupakan jalur penyebaran karsinoma prostat yang penting yang menghasilkan metastase pada kelenjar limfe sakral, iliaca, dan para aortik. Metastase ini menimbulkan obstruksi saluran limfe dan udema tungkai. Kelenjar limfe inguinal jarang terkena.
- Penyebaran melalui aliran darah
Invasi vaskuler oleh sel tumor menimbulkan metastase aliran darah yang terutama pada tulang, paru-paru dan hati. Daerah metastase tulang yang sering adalah pelvis, vertebra lumbo-sacral dan proksimal femur, yang jarang adalah tulang iga dan tulang tengkorak. Metastase tulang biasanya bersifat osteosklerotik dengan proliferasi osteoblast dan daerah pembentukan tulang baru yang kejadiannya berhubungan dengan adanya sel neoplasti. Proliferasi osteoblast menimbulkan kadar alkali phospatase serum yang meningkat.
KARSINOMA SERVIKS
PendahuluanKarsinoma serviks invasif adalah karsinoma sel skuamousa yang paling sering terjadi. Karsinoma serviks sering terjadi pada masa reproduksi dan post menopause, tetapi rata-rata perkembangannya terjadi pada usia 50 tahun.Terhitung 3-5% dari seluruh kasus karsinoma pada wanita.
Insidens
Setiap tahun didapatkan sekitar 500.000 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia, 80 % diantaranya di negara berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90 – 100 kasus kanker baru diantara 100.000 penduduk per tahun.
Etiologi
Faktor resiko karsinoma serviks :
• Hubungan seksual dimana insidensnya rendah pada perawan tetapi lebih sering pada wanita yang sudah menikah daripada wanita lajang.
• Usia pada saat hubungan seksual pertama kali. Insidens lebih tinggi pada wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 17 tahun dan yang menikah di usia muda.
• Penyakit menular seksual, insidens lebih tinggi pada wanita dengan riwayat penyakit menular seksual dan prostitusi.
• Status sosial ekonomi, insidens lebih tinggi pada kelompok sosial rendah, kemungkinan berkaitan dengan gaya hidup dan kebiasaan seksual daripada faktor lainnya.
• Merokok, penelitian epidemiologi memperlihatkan hubungan antara perokok berat dan karsinoma serviks. Diduga adanya penekanan pada pertahanan imun oleh sel langerhans yang berperan penting. Selain itu beberapa kandungan dari rokok dapat dideteksi di dalam mukus serviks yang berperan sebagai agen ko-karsinogenik. Hidrokarbon aromatik polisiklik dalam asap rokok jugadapat merusak DNA.
• Faktor laki-laki, untuk menjelaskan pentingnya hubungan seksual, agen karsinogenik terdapat pada smegma, spermatozoa dan komponen lain dari semen.
• Human Papilloma Virus (HPV), adanya HPV pada karsinoma invasif, sering terlihat pada sediaan biopsi dan kolposkopi. Identifikasi DNA dari HPV tipe 16,18 dan 33 pada lebih dari 60% karsinoma seviks sangat menyokong hubungan dan kemungkinan faktor penyebabnya. Protein yang diproduksi HPV menginaktifkan produk tumor supresor gen, sehingga mengfasilitasi pertumbuhan tumor.
• Infeksi HIV, karsinoma serviks dipengaruhi oleh immunosupresan dan insidensnya meningkat sebagai komplikasi AIDS.
Peranan human papilloma virus (HPV) pada kanker serviks
HPV 16 dan HPV tipe 18 yang kurang sering, ditemukan pada neoplasia intraepitelial serviks (NIS) dan hampir 100 % pada karsinoma serviks. Tipe lain
seperti HPV 31 dan 33 juga telah dilaporkan terdapat pada karsinoma ini. Virus dengan tipe ini merupakan HPV tipe onkogenik.
DNA dari HPV dapat ditemukan pada daerah ekstrakromosom atau terintegrasi dengan DNA penderita. Integrasi genom virus terhadap DNA penderita biasa didapatkan pada neoplasia intraepitelial serviks derajat tinggi dan karsinoma sel skuamousa serviks invasif. Protein E6 dari HPV tipe 16 mempunyai kemampuan mengikat protein p53 sel untuk membentuk sebuah komples yang menetralisir respon normal dari sel epitel serviks terhadap kerusakan DNA (apoptosis dimediasi oleh p53) yang kemudian menyebabkan akumulasi kelainan genetik. Sebaliknya protein E6 dari HPV tipe beresiko rendah (6 dan 11) tampaknya tidak membentuk kompleks dengan p53.
Hal ini menjelaskan mengapa tidak seperti tumor padat lainnya, mutasi p53 merupakan peristiwa yang jarang pada karsinogenesis serviks sehingga terdapat kemungkinan mekanisme lain untuk menginaktivasi p53.
Selain itu protein E7 HPV 16 dan 18 juga memiliki kemampuan untuk mengikat produk gen retinoblastoma (Rb1), sehingga mempengaruhi fungsi supressor gen.
Gejala kinis
Keputihan adalah gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian pertumbuhan tumor telah menjadi ulseratif.
Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama (disebut perdarahan kontak) merupakan 75 – 80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut, terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.
Perdarahan spontan pervaginam pada saat defekasi perlu dicurigai adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Perdarahan spontan saat defekasi terjadi akibat tergesernya tumor yang menonjol keluar ( eksofitik ) dari serviks oleh massa feses. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma. Gejala anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri timbul akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Sebelum tahap akhir, penderita meninggal dunia akibat perdarahan yang ekssesif, kegagalan ginjal akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total.
Morfologi tumor
Secara makroskopis, karsinoma serviks ada beberapa tipe antara lain :
- Tipe ulserasi yang merupakan model pertumbuhan infiltrasi yang akhirnya mengalami nekrosis pada bagian tengah, menimbulkan rongga yang dikelilingi dengan kanker invasif.
- Tipe eksofitik kadang-kadang berbentuk papiler atau massa yang sangat besar yang menonjol seperti jamur tetapi tetap berbatas tegas pada bagian superfisial serviks.
- Tipe nodular berasal dari sel endoserviks tipikal yang membentuk massa multipel yang meluas ke serviks dan isthmus. Massa dapat besar dan bila penyebarannya secara sirkumferensial disebut sebagai barrel shaped cerviks (seperti tong)
Mikroskopis
Karsinoma sel skuamosa merupakan penyebab sekitar 90 % dari keganasan serviks. Kebanyakan karsinoma serviks adalah karsinoma sel skuamous, yang berasal dari zona transformasi atau ektoserviks. Penyakit ini dibagi dalam 3 kategori menurut gambaran histologisnya : karsinoma skuamousa sel besar berkeratinisasi, karsinoma skuamousa sel besar non keratinisasi, karsinoma skuamousa sel kecil non keratinisasi.
Karsinoma skuamosa sel besar berkeratin terdiri dari sel-sel besar yang pleomorfik, mitosis relatif sedikit, dan terdapat pembentukan mutiara tanduk. Karsinoma skuamosa sel besar tak berkeratin terdiri dari sel dengan pleomorfik sedang, banyak mitosis dan inti besar yang sering mengandung nukleoli yang besar pula. Karsinoma skuamousa sel kecil terdiri dari lapisan sel kecil yang tidak berdifferensiasi tanpa mutiara tanduk.
Tanda dini dari keganasan adalah adanya invasi stroma awal bila massa kecil (kurang dari 1 mm) terlihat muncul dari epitel basal dan merusak keutuhan membran basalis.
Karsinoma in situ dapat diartikan sebagai lesi yang seluruh lapisan epitel skuamosanya telah diganti dengan sel abnormal yang tidak berdifferensiasi tetapi tidak keluar dari membran basalis untuk menginvasi stroma atau limfatik Pada karsinoma serviks, keadaan ini dikenal sebagai Cervical intra-epitelial Neoplasia/ Neoplasia intraepitelial serviks (CIN/NIS) merupakan suatu kondisi dimana perubahan sel epitel terjadi pada epitel skuamousa yang mana keadaan ini merupakan prekursor terjadinya karsinoma skuamousa invasif. Beratnya lesi dinilai secara subyektif menjadi grade (CIN) 1 (grade rendah), 2 atau 3 (grade tinggi) menurut tingkat epitel dimana maturasi sitoplasmik berlangsung. Berbagai derajat neoplasia intraepitelial serviks berpotensi menjadi invasif, meskipun resiko invasi menjadi lebih besar ketika lesinya menjadi berat.Kecepatan lesi intraepitelial ini menjadi berat dan jumlah kasus yang memburuk jika dibiarkan tidak terobati tetap tidak jelas tetapi kemungkinan sekitar 11 % kasus CIN 1 akan menjadi CIN 3 dalam 3 tahun, Lebih dari 12 % kasus CIN 3 akan menjadi invasif bila tidak diobati; sekitar 30 % kasus akan membaik. Pada kasus juga
didapatkan bahwa pada beberapa wanita muda, lesi akan memburuk menjadi karsinoma invasif lebih cepat ( 3 tahun atau kurang).
Penyebaran
Karsinoma serviks yang invasif dapat menyebar ke tempat lain. Karena kemampuan yang dimiliki oleh karsinoma serviks ini, maka karsinoma serviks dapat dibagi menjadi lima stadium. Adapun stadium karsinoma serviks tersebut ditentukan menurut gambaran klinik dan patologiknya. Stadium tersebut antara lain :
• Stadium 0 merupakan stadium pre invasif
• Stadium 1 kanker hanya terbatas di daerah serviks
• Stadium 2 kanker telah meluas di daerah serviks tetapi belum mencapai dinding pelvis dan melibatkan sepertiga bawah dari vagina
• Stadium 3 kanker telah mencapai dinding pelvis dan mengenai sepertiga bawah dari vagina
• Stadium 4 kanker telah mengenai kandung kemih atau rektum atau sudah meluas sampai ke pelvis.
LEIOMYOMA
PendahuluanLeiomyoma adalah tumor jinak yang paling sering dari traktus genital wanita. Tumor ini merupakan tumor jinak pada corpus uteri yang dibentuk terutama oleh otot polos. Nama lain yang sering digunakan adalah fibromyoma, fibroid, myoma. Tumor ini sering muncul di masa reproduksi lanjut dan sepanjang masa menopause. Oleh karena itu tumor ini tidak akan terdeteksi sebelum pasien mencapai masa pubertas dan baru akan tumbuh terus selama masa reproduksi. Insidens
Leiomyoma sebagian besar mulai timbul pada wanita usia produktif tetapi tidak diketahui alasan yang jelas. Tumor ini mengenai lebih dari setengah wanita di atas usia 30 tahun, dan biasanya simptomatik sebelum menopause. Namun, secara umum usia terbanyak pada usia dekade ke-4 dan ke-5.
Etiologi
Penyebab timbulnya leiomyoma tidak diketahui dengan jelas. Tumor ini berhubungan dengan rendahnya paritas (persalinan), meskipun tidak jelas apakah ini adalah penyebab utama atau sebuah efek dari tumor.
Leiomyoma bergantung pada pengaruh hormon estrogen dalam mempertahankan ukuran.
Pada leiomyoma terdapat reseptor estrogen dalam konsentrasi lebih tinggi daripada miometrium normal yang mengelilinginya, tetapi konsentrasi masih lebih rendah daripada endometrium. Hormon estrogen dapat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tumor melalui peningkatan produk matriks ekstraseluler. Leiomyoma dapat membesar lebih cepat bila pasien mendapat terapi estrogen dan selama kehamilan, tetapi tidak selalu demikian. Sebaliknya leiomyoma dapat mengalami kemunduran/penyusutan pada wanita yang sudah menopause sehingga ukurannya dapat mengecil.
Gambaran klinis
Secara klinis, leiomyoma umumnya tidak memberikan keluhan. Adanya tumor ini dapat menimbulkan perdarahan uterus yang abnormal berupa perdarahan menstrual yang abnormal, metrorhagia, menorhagia dismenorrhea bahkan infertilitas (kemandulan).
Biasanya, tumor ini menyebabkan masalah karena efeknya sebagai massa abdomen yang besar contohnya menekan kandung kemih sehingga terjadi gangguan buang air kecil. Selama kehamilan, leiomyoma dapat menyebabkan komplikasi seperti aborsi spontan, persalinan premature dan hambatan persalinan.
Morfologi tumor
Secara makroskopis, leiomyoma tampak sebagai nodul yang bulat, lunak, berbatas tegas dan berwarna pucat, yang memiliki gambaran pusaran pada permukaan potongan. Tumor ini muncul di beberapa lokasi pada uterus dan sering multipel.
Ukuran Leiomyoma bervariasi, dengan diameter berkisar kurang dari 1 cm hingga lesi raksasa dengan ukuran 20-30 cm. Diameter tumor yang berperan untuk terjadinya gejala klinis yaitu 2-4 cm. Begitu pula beratnya dapat mencapai lebih dari 45 kg.
Leiomyoma pada miometrium diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi :
• Leiomyoma submukosa yaitu Leiomyoma yang terletak di bawah lapisan endometrium dan cenderung memberikan tekanan pada endometrium sehingga dapat timbul atau menonjol ke arah rongga uterus. Akibat desakan tumor pada endometrium sehingga terjadi kerusakan pada endometrium dan gangguan suplai darah yang mana hal ini sering menyebabkan timbulnya perdaraha uterus tidak teratur. Tumor juga dapat tumbuh bertangkai dan menonjol keluar endometrium sampai memenuhi rongga uterus disebut pedunculatec submucosal meiomyoma. Tumor seperti ini tangkainya dapat sangat panjang sehingga tumor dapat menonjol keluar melalui canalis servikalis disebut leiomyoma geburt.
• Leiomyoma intramural adalah Leiomyoma yang terletak di dalam lapisan miometrium yang mempunyai gambaran umum seperti Leiomyoma lainnya.
• Leiomyoma subserosa yaitu Leiomyoma yang dapat terletak hanya pada permukaan seosa uterus atau dapat menonjol keluar dari miometrium. Leiomyoma subserosa juga dapat tumbuh bertangkai sehingga disebut pedunculated subserosa Leiomyoma. Pada tumor yang bertangkai mempunyai suplai darah yang kurang bagus sehingga kadang memperoleh supai darah dari ekstrauterin yaitu dari omentum. Apabila suplai darah pada tumor bertangkai kurang dapat juga mengalami atrofi dan diserap.
• Leiomyoma subserosa yang timbul pada bagian lateral dapat tumbuh dan mentebar diantara 2 lapisan peritoneum hingga meluas sampai ligamentum disebut intraligamenter leiomyoma.Ligamentum yang paling sering terjadi leiomyoma yaitu pada ligamentum latum. Bila tumor ini terjadi makan dapat menimbulkan penekanan pada ureter dan pembuluh darah pada rongga panggul.
Pada irisan tranversal pada tumor secara kasar dapat dilihat warna keabu-abuan bentuk bulat, konsistensi lunak dan mempunyai batas yang tegas. Secara umum Leiomyoma mempunyai warna yang lebih cerah dibanding miometrium. Saat sediaan segar dipotong, permukaan tumor akan menonjol dari otot sekitarnya. Mikroskopis
Leiomyoma tidak mempunyai kapsul tetapi mempunyai batas yang jelas dengan miometrium yang mengelilinginya. Secara histologis, tumor terdiri dari kelompok serat otot polos yang saling bersilangan dan stroma kolagen. Tidak terdapat sel yang atipik dan hanya sedikit mitosis yang ditemukan. Sel otot polos yang seragam (uniform) dan tersusun berpilin dan beralur seperti pusaran air dimana inti sel memanjang dan mempunyai ujung yang tumpul, sitoplasma membesar, eosinofilik dan berserat.
FIBROADENOMA MAMMA
PendahuluanFibroadenoma mamma adalah suatu kelainan yang sering menyebabkan tonjolan massa pada payudara. Fibroadenoma merupakan suatu proliferasi duktus dan stroma mamma yang jinak dan terlokalisir.
Insidens
Fibroadenoma mamma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur muda. Menurut suatu penelitian di New York, fibroadenoma terdapat pada ¼ kasus karsinoma, frekwensinya 6 kali lebih banyak dibandingkan dengan papiloma duktus. Karena tidak semua fibroadenoma dieksisi, kemungkinan frekwensi sebenarnya lebih tinggi lagi.
Fibroadenoma sering muncul pada wanita berusia antara 25-35 tahun sebagai satu lesi yang berbatas tegas. Walaupun begitu dapat timbul kapanpun setelah pubertas.
Etiologi
Fibroadenoma berasal dari lobulus mamma, dimana terdiri dari unsur stroma jaringan ikat longgar dan kelenjar. Karena merupakan tumor campuran, fibroadenoma seperti jaringan mamma sekitarnya akan dipengaruhi hormon yang akan memberikan perubahan. Jadi pada masa kehamilan, mamma menunjukkan perubahan laktasional dan pada wanita yang berumur lebih tua stroma menjadi lebih padat dan fibrosa. Selama kehamilan, pertumbuhan fibroadenoma dapat semakin cepat membesar yang diakibatkan oleh efek hormonal dan bukan suatu pertanda keganasan.
Morfologi
Secara makroskopis, fibroadenoma berdiameter 1-4 cm, dan muncul sebagai lesi putih, berbatas tegas, kuat, elastis, berlobus-lobus. Tumor ini memiliki permukaan potongan yang berkilauan dan tekstur yang keras. Tumor umumnya soliter, walaupun sebagian wanita dapat menunjukkan fibroadenoma yang multipel. Tumor dengan diameter yang lebih besar terjadi pada fibroadenoma juvenil. Jaringan mamma disekitarnya dapat terdesak, tetapi tumor tidak terikat. Tidak adanya fiksasi ini menyebabkan tumor dapat digerakkan pada pemeriksaan klinik, sehingga kadang-kadang disebut breast mouse. Pada wanita muda, tumor teraba lunak dengan permukaan potongan agak gelatinosa akibat hilangnya komponen jaringan ikat; sedangkan pada wanita berumur lebih tua cenderung lebih keras karena jaringan ikat menjadi lebih fibrosa, yang kadang-kadang disertai kalsifikasi.
Mikroskopis
Fibroadenoma mamma memiliki dua komponen histologis yaitu komponen epithelial yang membentuk struktur seperti kelenjar/glandula yang dilapisi epitel
tipe duktus dan komponen stroma yang terdiri dari jaringan ikat yang seluler dan longgar yang mengelilingi daerah epithelial.
Fibroadenoma menunjukkan struktur mirip duktus atau struktur duktus yang pipih berkelok-kelok akibat terdesak oleh pertumbuhan jaringan ikat di sekitarnya. Fibroadenoma tidak berlanjut menjadi ganas walaupun pada beberapa tumor ganas seperti karsinoma lobularis terdapat bagian fibroadenoma.