• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS RHIZOPLEX TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG SEMI (BABY CORN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS RHIZOPLEX TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG SEMI (BABY CORN)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

128

PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS RHIZOPLEX TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG SEMI

(BABY CORN)

THE USE OF DOSAGE RHIZOPLEX ON THE GROWTH AND PRODUCTION BABY CORN

Muh Askari Kuruseng1), Buhaerah2) , Widya Astuti2)

1,2)

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa 3)

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertaian, Peternakan kabupaten Luwu Timur

E-mail : Arikuruseng@gmail.ccom ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan dosis RhizoPlex yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Jagung Semi. Penelitian di laksanakan di Lahan Praktik Mahasiswa STPP Gowa Kelurahan Romanglompoa Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 plot percobaan R0 = tanpa perlauan, R1 = RhizopPlex 40 Kg ha-1, R2 = RhizoPlex 80 Kg ha-1, dan R3 = RhizoPlex 120 Kg ha-1. Hasil penelitian memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, panjang tongkol, dan berat tongkol. Perlakuan terlihat efektif pada dosis 120 kg h-1 diperoleh tinggi tanaman (121,9 cm), jumlah daun (8,6 helai), panjang daun (121,9 cm), panjang tongkol (13,1 cm) dan berat tongkol produksi (25,1 g).

Kata kunci : RhizoPlex, Pertumbuhan , Produksi, Jagung semi

ABSTRACT

The research aimed to determain the best of RhizoPlex on the growth and production baby corn. Research carried out in the garden practicesagricultur extencion collage of Gowa, village of Romanglompoa, Bontomarannu District, Gowa Regency, Sout Sulawesi Province. Research use the randem thevice group with the treatmen that is which consist of 4 treatmens and 3 replikate number of 12 plot of each treatmen R0 = Control, R1 = RhizopPlex 40 Kg ha-1, R2 = RhizoPlex 80 Kg ha-1, and R3 = RhizoPlex 120 kg ha-1. Parameter measured were plant height, leaf quantity, leaf of length, cob length , and cob of wet. Effektif seen treatmen dossier 120 kg h-1obtained in tehe hige grouth plant (121,9 cm), leaf quantity (8,6 Leaf), leaf of length (121,9 cm), cob length (13,1), and cob of wet (25,1 g).

Keywords: RhizoPlex, Pertumbuhan , Produksi, Jagung semi

PENDAHULUAN

Jagung satu dari beberapa komoditi yang menjadi fokus kelanjutan Program UPSUS yang masuk dalam kebijakan

rencana kerja Kementerian Pertanian tahun 2016. Indonesia saat ini belum mampu berswasembada jagung. Lima tahun mendatang, kebutuhan jagung

(2)

129 diperkirakan sekitar 30 juta ton/tahun,

untuk industri pangan 20 juta ton dan kebutuhan jagung lainnya sebesar 10 juta ton. Sementara itu, produksi jagung saat ini hanya 18,5 juta ton/tahun. Untuk mewujudkan swasembada jagung, ada tiga titik ungkit yang perlu jadi perhatian, yaitu: menambah luas areal tanam, optimalisasi lahan dengan meningkatkan indeks pertanaman, dan meningkatkan produktivitas tanaman. Produktivitas ini dapat dicapai bila menerapkan inovasi teknologi yang tepat. Inovasi tersebut adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu jagung. Inovasi teknologi ini dapat meningkatkan hasil jagung sampai 126% pada lahan sawah, 152% pada lahan kering terbuka, dan 82% pada lahan kering di bawah pohon kelapa (Atman, 2015).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan (2014), menunjukkan bahwa produksi jagung mencapai 1.250.202 ton, dengan luas areal pertanaman yang masuk dalam lima besar provinsi yang memiliki panen terluas, Provinsi Sulawesi Selatan adalah peringkat ke tiga dengan luasan 284.046 ha pada tahun 2013.

Menurut Bunyamin dan Awaluddin (2012), Jagung merupakan bahan makanan pokok (sumber karbohidrat) bagi manusia, juga digunakan sebagai pakan ternak serta bahan baku industri. Namun selain biji jagung yang telah tua dijadikan makanan pokok, jagung juga sering dikonsumsi tongkolnya saat masih muda. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cukup baik dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat muda dan belum membentuk biji. Tongkol dan biji jagung semi merupakan bahan sayuran sebagai sumber vitamin dan serat. Jagung semi mulai banyak dibudidayakan oleh petani, karena jagung semi memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan varietas jagung yang lain yaitu

memiliki waktu panen yang pendek. Disamping itu, jagung semi memiliki prospek yang cerah baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun diekspor ke negara lain (Siagian dan Harahap, 2001). Selain dikonsumsi sebagai sayuran, jagung semi juga mempunyai khasiat sebagai obat, yaitu mengobati sakit ginjal karena mengandung asam maisenat, minyak lemak, dammar, glukosa, dan garam mineral. Rambut jagung semi juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan peradangan pada kandung kemih (Rukmana, 2001).

Pengembangan jagung semi memiliki prospek yang cukup baik sebagai salah satu produk tanaman jagung karena permintaan pasar yang tinggi, namun tidak didukung oleh produksinya (Sutjahjo dkk, 2005). Patola dan Hardiatmi (2011) menjelaskan bahwa jagung semi di Indonesia merupakan hasil sampingan tanaman jagung dan pengusahaannya masih terbatas. Varietas yang digunakan untuk membudidayakan jagung semi masih menggunakan varietas jagung berbasis bebas dan hibrida. Ardisarwanto dan Widyastuti (2002) menjelaskan bahwa varietas berbasis bebas relatif lebih murah dan dapat ditanam beberapa kali sehingga dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi dan memelihara plasma nutfah.

Pertambahan penduduk yang semakin tinggi di Indonesia mengakibatkan kebutuhan terhadap bahan makanan juga bertambah. Sejalan dengan berkembangnya pembangunan dan perkembangan penduduk tersebut, telah mengakibatkan lahan-lahan produktif untuk pertanian semakin berkurang, sehingga yang tersisa adalah tanah marginal yang banyak masalah, misalnya alvisol. Alvisol merupakan tanah marginal yang paling luas penyebarannya di Indonesia yaitu sekitar 45,8 juta Ha yang

(3)

130

tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya (Subagyo dan Suwanto, 2000).

Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan melakukan pengurangan pemberian pupuk anorganik dan mulai penambahan pupuk organik pada pemupukan. Satu dari beberapa pupuk organik yang telah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor pendaftaran P858/ORGANIK/DEPTANPPVTPP/I/201 1. Adalah RhizoPlex Sejenis bahan berbasis mikrobia untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditanam di tanah terbuka maupun di dalam pot. RhizoPlex diformulasikan secara khusus menggunakan teknologi Novozyme yang menggabungkan berbagai jenis bakteri yang berguna sebagai bahan mengurangi stres dan dicampur dengan 18 spesies ektomikoriza dan endomikoriza Dari hasil kajian yang dilakukan pada tanaman sawit pada tahun 2013, pada tanah laterit pemberian RhizoPlex dengan dosis 500 gram/pohon, dapat meningkatkan hasil +18% enam bulan setelah pemberian (Anonim, 2013).

Berbagai hal yang telah dikemukakan penulis tertarik untuk melakukan kaji widya dengan judul Efektivitas Pemberian Dosis RhizoPlex Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Semi (baby corn).

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu: cangkul, skop, parang, meteran, Miatar, Tali rapia, paku, Seng plat, pH tester, timbangan digital, gunting seng, gunting Stenliss, Gembor, selang plastik, ATK, kamera dan perangkat komputer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih jagung manis Bonanza F1, RhizoPlex.

Rancangan Pelaksanaan 1. Metode Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 taraf perlakuan yaitu; R0 (0 Kg ha-1), R1 (40 Kg ha-1), R2 (80 Kg ha-1), dan R3 (120 Kg ha-1) RhizoPlex. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 kali ulangan sehingga didapatkan 12 plot percobaan. Maka untuk penelitian ini menggunakan lahan seluas 23,5 meter persegi.

Parameter penelitian adalah tinggi tanaman, jumlah daun, Panjang daun, panjang tongkol, dan berat tongkol. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai bagian tanaman yang tertinggi, jumlah daun yang sudah terbentuk sempurna, dan lebar daun. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 2 minggu. Sedangkan pengukuran panjang tongkol dan berat tongkol pada produksi tanaman jagung semi (baby corn) per petak dilakukan pada saat panen. Kegiatan ini meliputi:

a. Pengolahan tanah

Pengolahan lahan sebanyak 2 kali dilakukan dengan bajak atau cangkul kemudian diratakan lalu membentuk bedengan dengan ukuran 2,5 m² x 3 m², jarak antar bedengan adalah 40 cm, jarak antar ulangan 50 cm, dalam saluran 30 cm, dengan jumlah bedengan 12 bedeng.

b.Pemberian pupuk dasar bokashi kotoran sapi

Pemberian pupuk bokashi kotoran sapi pada tanaman jagung semi (baby corn) sesuai perlakuan pada semua petakan diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 4 ton/ha bila dikonfersikan per petak = 3 kg/petak. Dengan disebar langsung ke setiap petakan dicampur merata dengan kedalaman 10 - 20 cm.

(4)

131

c. Penyiapan benih

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman adalah kualitas genetik, benih yang baik adalah benih yang daya adaptasinya tinggi terhadap kondisi tertentu. Memiliki daya hasil yang baik, tahan terhadap penyakit, serta memiliki kualitas yang dikehendaki.

d. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 80 x 20 cm, tiap bedengan dengan luas 2.5 m² x 3 m² terdapat 39 tanaman dengan jumlah populasi 468 tanaman. Pengambilan jarak ini berdasarkan penelitian (Lusiana, 2015). Masing-masing lubang sedalam 5 cm diisi dua butir benih, dan setelah tumbuh akan disisakan menjadi satu tanaman saja yang paling sehat.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penggemburan tanah, penyiraman tanaman pada saat perkecambahan, pertumbuhan, dan pengamatan tongkol pada pagi dan sore hari. Penyiangan dilakukan setiap satu minggu, pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika terjadi tanda-tanda serangan. Sebelum pemanenan terlebih dahulu dilakukan pembuangan/ pemotongan bunga jantan dengan menggunakan gunting yang tajam.

f. Pemberian RhizoPlex

Pemberian RhizoPlex diberikan pada tanaman jagung semi (baby corn). Ditaburkan melingkar pada tiap tanaman dan diberikan 1 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 dari dosis perlakuan, dan 30 hari setelah tanam 2/3 dari dosis.

g. Pembuangan bunga jantan

Cara pembuangan bunga jantan yaitu dengan menggunakan gunting yang tajam untuk memotong tangkai bila bunga sudah

muncul merekah yaitu pada saat tanaman berumur 48 hst, untuk memudahkan pengguntingan, maka batang sebelah atas digoyang perlahan-lahan agar pelepah daun agak melebar sehingga daun bendera tidak ikut terpotong (Wahab dan Dahlan, 2006).

h. Panen

Panen dilakukan setelah dua hari rambut tongkol keluar (silking) pada pagi atau sore hari. Setelah tongkol keluar, harus dilakukan pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab keterlambatan sehari saja mengurangi kualitas jagung Semi (baby

corn). Hal ini disebabkan semakin hari

tongkol akan semakin mengeras dan besar sehingga tidak memenuhi mutu yang disukai konsumen umur panen jagung semi yaitu 52 hst. Jagung semi merupakan tongkol jagung yang dipanen muda, yaitu ketika belum berbiji (Prahasta, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Hasil pengamatan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis RhizoPlex terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung semi (baby corn) dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, panjang tongkol, berat tongkol, dan produksi dapat dilihat pada uraian berikut :

1. Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian dosis RhizoPlex yang berbeda akan memberikan respons pada pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda pula.

Tabel 3 menunjukkan pada umur 2 mst terlihat beda nyata, selanjutnya umur 4 mst tidak berbeda nyata, dan pada umur 6 mst, dan 8 mst menunjukkan beda nyata disetiap perlakuan kecuali R1 dan R2.

(5)

132

Tabel 1. Perhitungan tinggi tanaman pada perlakuan dosis RhizoPlex terhadap pertumbuhan tanaman jagung semi umur 2 – 8 mst

Perlakuan Tinggi Tanaman Jagung semi (cm) pada Umur (MST)

2 4 6 8 R0 16,6 a 36,1 89,3 a 93,6 a R1 18,1 b 42,5 92,4 b 106,6 b R2 18,3 a 41,8 91,3 b 108,6 b R3 20,3 c 49,6 104,3 c 121,9 c BNT 0,05 1,2 tn 6,36 5,88 KK (%) 1,5 8,9 1,5 1,2

Gambar 2 . Pola pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pemberian dosis RhizoPlex, umur 2 mst sampai dengan 8 mst.

Gambar 2 menunjukkan bahwa walupun pola pertumbuhan tinggi tanaman hampir seragam baik itu pada perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) akan tetapi perlakuan pemberian dosis RhizoPlex 120 kg/ha (R3) setiap minggunya menunjukkan pola pertumbuhan tinggi tanaman yang paling tinggi jika dibandingkan dengan R0, R1, dan R2.

2. Jumlah Daun

Hasil pengamatan jumlah daun umur 2 mst sampai dengan 8 mst menunjukkan bahwa pemberian dosis RhizoPlex yang berbeda akan memberikan respons pada pertumbuhan jumlah daun yang berbeda

pula. menunjukkan adanya peningkatan laju pertumbuhan jumlah daun tanaman yang lebih meningkat pada pemberian dosis RhizoPlex dibandingkan dengan tanpa pemberian dosis RhizoPlex. Perkembangan jumlah daun tanaman umur 2 mst – 8 mst dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 diketahui bahwa pada umur 2 mst sampai dengan 8 mst perlakuan R3 selalu memperlihatkan pertumbuhan jumlah daun yang jauh lebih baik walaupun tidak berbeda nyata pada umur 6 mst – 8 mst. Untuk perlakuan R1 dan R2, pertambahan jumlah daun yang hampir sama pada setiap pengukuran. 0 20 40 60 80 100 120 140 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Tinggi Tanaman(cm) R0 R1 R2 R3

(6)

133 Tabel 2. Perkembangan jumlah daun pada pemberian dosis RhizoPlex terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung semi umur 2 – 8 MST.

Perlakuan

Jumlah Daun Jagung semi pada Umur (MST)

2 4 6 8 R0 2,9 a 3,8 a 6 8 R1 3,6 b 4,3 b 6,4 8,4 R2 4 c 4,6 c 6,3 8,3 R3 4,3 c 5,2 d 8,6 8,6 BNT 0,05 0,38 0,44 tn tn KK (%) 2,24 2,23 3,89 3,38

Gambar 3. Grafik pola pertumbuhan jumlah daun pada pemberian dosis RhizoPlex pada umur 2 mst – 8 mst.

Berdasarkan data hasil perhitungan jumlah daun umur 2 mst – 8 mst sebagaimana tertera pada Gambar 3, diketahui bahwa pemberian dan peningkatan dosis RhizoPlex yang diberikan akan menghasilkan laju penambahan jumlah daun secara kuadratik positif.

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada umur 2 mst – 8 mst pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan tanpa pemberian RhizoPlex (R0) meningkat secara cepat, namun sampai umur 8 mst pertumbuhan jumlah daun R0 adalah yang terendah. Laju pertumbuhan jumlah daun pada

perlakuan R3 adalah yang tertinggi diikuti oleh R1 dan R2.

3. Panjang Daun

Hasil pengamatan panjang daun menunjukkan bahwa perlakuan dosis RhizoPlex umur 2 mst – 8 mst berpengaruh nyata pada umur tanaman 2 mst dan 8 mst.

Pemberian dosis RhizoPlex mampu mempengaruhi pertumbuhan panjang daun. Tabel 5 memperlihatkan bahwa pada awal pertumbuhan tanaman umur 2 mst berbeda nyata antara tanaman yang 0 20 40 60 80 100 120 140 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST

Jumlah Daun (helai)

(7)

134

diberikan dosis yang terbanyak R3 dengan perlakuan lainnya. Sementara pada umur 4 mst – 6 mst tidak berbeda nyata pada semua perlakuan, akan tetapi pada umur 8 mst terlihat beda nyata antara perlakuan R0, R1, dan R3.

Pertumbuhan panjang daun meningkat setiap minggu, namun laju peningkatan tersebut menunjukkan karakter dengan pola yang beragam. Pada Gambar 4

terlihat bahwa keseluruhan perlakuan yang dicobakan meningkat secara kuadratik. R3 adalah perlakuan yang pertambahan panjang daun meningkat lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Sementara perlakuan R1 dan R2 sampai dengan umur tanaman 8 mst memiliki pertambahan panjang daun yang hampir sama, hal yang sama pula terjadi pada perlakuan R0 dan R1.

Tabel 5. Perkembangan panjang daun pada pemberian dosis RhizoPlex terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung semi umur 2 – 8 MST.

Perlakuan Panjang Daun Jagung semi pada Umur (MST)

2 4 6 8 R0 12,8 a 28,9 50,9 98,9 a R1 15,3 c 35,2 58,2 108,1 b R2 14,1 b 34,8 56 108,5 b R3 16,5 d 39,9 64,5 121,9 c BNT 0,05 1,46 tn tn 6,33 KK (%) 2 2,48 2,21 1,25

Gambar 4. Grafik pola pertumbuhan panjang daun jagung semi pada pemberian dosis RhizoPlex umur tanaman 2 mst – 8 mst.

0 20 40 60 80 100 120 140 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Panjang Daun (cm) R0 R1 R2 R3

(8)

135

4. Panjang Tongkol

Hasil perhitungan analisis sidik ragam panjang tongkol dengan pemberian dosis rhizoplex berbeda nyata pada F Hitung kelompok, pada hasil pengukuran panjang tongkol pada umur 8 mst (akhir kajian). Hasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan hasil pengukuran panjang tongkol umur 8 mst pada perlakuan pemberian dosis RhizoPlex menunjukkan bahwa pemberian dosis 120 kg/ha yaitu pada R3 menunjukkan rata-rata tertinggi yaitu 13,1cm jika dibandingkan dengan R0 tanpa menggunakan RhizoPlex yang menunjukkan rata-rata nilai terendah

yaitu 10,5 cm. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

5. Berat Tongkol

Hasil perhitungan analisis sidik ragam berat tongkol dengan pemberian dosis rhizolex tidak berbeda nyata, pada hasil pengukuran berat tongkol pada umur 8 mst (akhir kajian). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Berdasarkan hasil pengukuran berat tongkol umur 8 mst pada perlakuan pemberian dosis RhizoPlex menunjukkan bahwa pemberian dosis RhizoPlex 120 kg/ha yaitu pada R3 menunjukkan rata-rata berat tongkol tertinggi mencapai nilai 25,1 akan tetapi tidak berbeda nyata pada perhitungan sidik ragam. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 6. Rata-rata perhitungan panjang tongkol tanaman jagung semi (baby corn) umur

8 MST.

Perlakuan Panjang tongkol (cm)

R0 10,5 R1 11,2 R2 12,2 R3 13,1 BNT(0,05) tn KK 2,5

Gambar 5. Produksi panjang tongkol jagung semi pada umur 8 mst 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 R0 R1 R2 R3 Panjang Tongkol (cm)

(9)

136

Tabel 7. Rata-rata perhitungan berat tongkol tanaman jagung semi (baby corn) umur 8 MST.

Perlakuan Berat tongkol (gram)

R0 16,3 R1 23,0 R2 22,6 R3 25,1 BNT(0,05) tn KK 6,1

Gambar 6. Produksi berat tongkol jagung semi pada umur 8 mst.

Gambar 7. Produksi ton/ha pada tanaman jagung semi untuk berat tongkol jagung semi (baby corn) 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 R0 R1 R2 R3

Berat tongkol (gram)

1.70 2.39 2.35 2.61 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 R0 R1 R2 R3

Produksi tiap perlakuan

(10)

137

6. Produksi (ton/ha)

Dari hasil rata-rata berat tongkol maka dapat di simpulkan jumlah produksi ton/ha dari tiap perlakuan, perhitungan berat ton/ha dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat hasil produksi tertinggi yaitu 2,61 ton/ha pada perlakuan R3 dengan dosis rhisoplex 120 kg/ha, dan hasil produksi terendah ada pada perlakuan R0 tanpa penggunaan RhizoPlex dengan hasil produksi 1,80 ton/ha, diikuti R2 dengan hasil 2,35 ton/ha dengan pemberian dosis 40 kg/ha dan R1 dengan hasil 2,39 ton/ha dengan dosis 80kg/ha.

B. Pembahasan

1. Tinggi tanaman jagung semi (baby corn)

Respons pertumbuhan tinggi tanaman terhadap pemberian dosis RhizoPlex sebagaimana tertera pada Tabel 3 menunjukkan pemberian dosis RhizoPlex yang berbeda akan diikuti peningkatan tinggi tanaman yang berbeda pula. Hal ini menandakan bahwa tanaman jagung semi (baby corn) masih sangat respon dengan pemberian dosis RhizoPlex 120 kg/ha. Pada tanaman muda kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein. Hal ini sejalan dengan pernyataan Salisbury dan Cleon, (2002) bertambahnya pertumbuhan tinggi tanaman karena adanya meristem yang menghasilkan sel-sel baru, membesar dan berdeferensiasi. Dan dikuatkan oleh pendapat Suryanti, (2012) yang menyatakan bahwa peningkatan perkembangan tinggi tanaman cenderung meningkat seiring dengan banyaknya sel baru yang terbentuk akibat pemanfaatan energi hasil fotosintesis.

RhizoPlex yang merupakan bahan organik, unsur nitrogen yang terkandung

pada RhizoPlex merupakan hasil pengurai protein ke dalam bentuk asam-asam amino yang langsung bisa diserap tanaman dan juga bisa didapatkan oleh tanaman melalui udara secara berangsur-angsur. Penyerapan netrogen ini baik dalam bentuk ion-ion amonium maupun dalam bentuk asam-asam amino akan kembali membentuk protein (anonim, 2000).

Nitrogen berperan utama untuk merangsang pertumbuhan vegetatif yang diantaranya adalah meningkatkan aktivitas tanaman untuk megambil unsur hara N pada tanah sehingga tinggi tanaman meningkat dengan bertambahnya ketersediaan nitrogen dalam tanah yang dapat diabsorbsi tanaman di dalam tanah. Anonim, (2000) menyatakan bahwa kandungan endomikoriza yang terdapat dalam RhizoPlex dapat meningkatkan pengambilan unsur hara P dan N, meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan aktivitas enzim, meningkatkan nutrisi P dan N, serta menstimulasi parameter fisiologi. Peningkatan ketersediaan nitrogen ini akan memacu aktivitas pembelahan sel-sel meristematik pada pucuk tanaman, sehingga laju peningkatan tinggi tanaman secara otomatis menjadi laju lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya.

Novizan (2002), menyatakan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh Nitrogen. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar pada setiap pertumbuhan tanaman, khususnya pada pertumbuhan vegetatif , seperti pertumbuhan tunas atau perkembangan batang dan daun. Cara pengukuran tinggi tanaman jagung semi (baby corn)

2. Jumlah daun tanaman jagung semi (baby corn)

Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan tinggi tanaman akibat peningkatan dosis RhizoPlex yang

(11)

138

diberikan, daun tanaman tersebut akan terbentuk pula. Hasil penelitian pada perlakuan pemberian dosis RhizoPlex terhadap tanaman jagung semi menunjukkan bahwa laju pertumbuhan jumlah daun pada tanaman jagung semi pada perlakuan R3. Perkembangan jumlah daun terlihat berbeda nyata pada umur 2 mst dan 4 mst ini dikarenakan tanaman mudah lebih cepat menyerap unsur hara pada tanaman. Pada umur 2 mst dan umur 4 mst, pada tanaman jagung disebut vase V3 - V5 tanaman berumur antara 10 – 18 hst pada vase ini tanaman akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar modul sudah mulai aktif dan titik tumbuh berada di permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Mc Williams

et al, (1999) suhu tanah yang rendah akan

memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah daun dan menunda pembenrukan bunga jantan.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan bagian-bagian vegetatif tanaman sepeti daun, batang dan akar. Nitrogen diserap oleh akar dalam bentuk NO3-. Anonim, (2000) menyatakan RhizoPlex mengandung bacillus subtilis yang berfungsi untuk mengembangkan sistem perakaran tanaman mudah membentuk sistem perakaran yang kuat dan menghasilkan chelates alami yang dapat meningkatkan serapan hara.

Data perhitungan jumlah daun unur 5 mst, 6 mst, dan 8 mst tidak berbeda nyata ini disebabkan pertambahan pertumbuhan jumlah daun pada vase V6 – V10 yang mana tanaman sudah berumur antara 19 – 35 hst titik tumbuh sudah diatas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, serta pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada vase ini bakal bunga jantan (tessal) dan perkembangan tongkol dimulai (Lee, 2005).

3. Panjang daun tanaman jagung semi (baby corn)

Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tanaman antara lain suhu, radiasi, nutrisi, beberapa macam gas, dan kelembaban serta curah hujan.

Penambahan panjang daun tidak jauh berbeda dengan penambahan jumlah daun, ini dikarenakan penambahan tinggi tanaman juga akan mempengaruhi jumlah dan panjangnya daun pada tanaman jagung semi. Pada umur tanaman 2 mst terlihat beda nyata ini disebabkan karena pertumbuhan vegetatif masih berjalan dengan baik, hal ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah daun.

Data perhitungan panjang daun pada umur 4 mst, 5 mst, dan 6 mst tidak berbeda nyata. Ini diduga akibat tingginya curah hujan sehingga mempengaruhi kegiatan fotosintesis, dimana fotosistesi ini berperan untuk pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan akar. Kelembaban N2 menyebabkan terbatasnya N tersedia di dalam ekosistem sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan akumulasi biomassa tanaman (Harrison, 2003).

Akan tetapi data perhitungan jumlah daun pada umur 8 mst berbeda nyata, hal ini terjadi karena RhizoPlex menyediakan unsur P sebanyak 3% dan didukung oleh ekto dan endo mikoriza yang dapat membantu tanaman untuk menganbil unsur hara secara organik dari dalam tanah. Anonim (2000) menyatakan bahwa kandungan endo dan ekto mikoriza berperan meningkatkan pengambilan unsur hara P dan N, meningkatkan nutris P dan N, memanfaatkan bentuk organik nitrogen.

Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, proses fotosintesis harus dibuat menjadi lebih efisien. Hal ini tidak terlepas dari peranan daun, dimana

(12)

139 semakin luas ukuran daun merupakan

salah satu potensi yang cukup besar bagi berlangsungnya aktifitas fotosintesis sebagai salah satu proses fisiologis yang berhubungan erat dengan perkembangan organ tanaman seperti daun. Menurut Novizan (2002) dalam proses fotosintesis CO2 dan air di dalam sel klorofil akan bereaksi dengan adanya bantuan radiasi matahari untuk memproduksi gula.

Unsur hara makro juga berperan penting untuk perkembangan daun, akan tetapi proses fotosintesis yang terjadi juga memberikan peranan penting terhadap pertabahan panjang daun. Kloro plas yang terletak di daerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun (Malti et.al., 2011).

4. Panjang tongkol jagung semi (baby corn)

Hasil sidik ragam panen pada perlakuan pemberian RhizoPlex dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada peningkatan panjang tongkol. Hal ini disebabkan karena adanya 6 bakteri yang ada pada RhizoPlex mampu berperan menciptakan lingkungan yang sehat, mempercepat proses penguraian unsur hara, mengendalikan perkembangan bakteri yang merugikan, menciptakan keseimbangan pH, mengeliminasi gas-gas beracun, tidak meningkatkan residu antibiotik dan kimia bagi tanah, serta ramah lingkungan (anonim, 2000).

Pemberian dosis RhizoPlex yang berbeda mengakibatkan bervariasinya jumlah unsur hara N yang tersedia sehingga tanaman jagung semi memaksimalkan penyusunan jaringan hidup lebih cepat dan lebih banyak, namun akibat produksi vase generatif aktualnya yaitu tongkol akan lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Novizan (2002) bahwa, kebutuhan pupuk terutama unsur hara pokok yaitu NPK bagi tanaman yang berumur genja atau pendek akan

berpengaruh langsung terhadap pertumbuhannya.

5. Berat tongkol jagung semi (baby corn)

Pertumbuhan jagung semi setelah pemberian RhizoPlex pada beberapa dosis dapat dilihat pada sidik ragam berat tongkol yang telah disajikan pada Tabel 8. Dari hasil pengukuran berat tongkol pada perlakuan tanpa RhizoPlex perlakuan R0 menunjukkan nilai berat terendah dibandingan dengan perlakuan R1, R2, dan R3.

Hal ini diduga perlakuan tanpa RhizoPlex tanaman hanya menyerap nutrisi yang telah ada pada tanah yang unsur haranya hanya sedikit, hingga belum memenuhi unsur hara yang optimal yang dibutuhkan oleh jagung semi (baby corn). Sedangkan perlakuan R1, R2, dan R3 menunjukkan berat yang bervariasi sesuai dengan banyaknya dosis RhizoPlex yang diberiankan. Hal ini berarti dosis 40 kg, 80 kg, dan 120 kg sudah mampu meningkatkan pertumbuhan berat tongkol jagung semi (baby corn) tetapi belum mencapai nilai yang optimal.

Novizan (2002) menyatakan bahwa setiap jenis tanaman memanfaatkan unsur hara sampai batas tertentu sesuai dengan kebutuhannya, apabila berlebih maka tidak akan dimanfaatkan oleh tanaman. Berdasarkan hal tersebut maka pupuk harus diberikan dengan dosis yang tepat (dosis efisien) supaya produksi tanaman mencapai hasil yang maksimal. Kandungan rasio C/N organik RhizoPlex yaitu 16,2 yang masih tinggi merupakan indikasi bahwa unsur hara dalam RhizoPlex tersebut belum terdapat dalam bentuk tersedia dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan produksi jagung semi.

Rubiyo et al. (2003) hasil penelitiannya melaporkan bahwa bahan organik yang dapat larut dengan tanah adalah yang

(13)

140

memiliki rasio C/N tidak lebih dari 15. Keadaan ini mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap produksi tanaman, yaitu tampak pada berat tongkol jagung semi yang tidak berbeda nyata pada penelitian ini. Ketersediaan N dalam tanah mempengaruhi produksi biomassa tanaman jagung.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi produksi berat tongkol jagung semi yang menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada penelitian ini karena tanaman jagung semi yang dipanen muda yaitu 60 hari (Kasikranan et al., 1998). Tanaman jagung semi diduga belum menunjukkan respon positif terhadap RhizoPlex karena tanaman ini berumur pendek. Hal ini mungkin karena unsur-unsur hara yang terdapat dalam pupuk tersebut belum larut secara sempurna dan belum dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal akan tetapi sudah harus dipanen.yang dipanen muda (baby corn) yaitu 60 hari (Kasikranan et

al., 1998). Sejalan dengan Harijati et al.,

(1996) menyatakan bahwa pengaruh penggunaan organik kompos terhadap produksi suatu tanaman dan dampak positif penggunaan kompos terhadap produksi dapat terlihat nyata pada tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan. Perhitungan berat tongkol jagung semi (baby corn)

KESIMPULAN

Penggunaan berbagai dosis RhizoPlex pada Kajian yang dilakukan terlihat efektif pada perlakuan R3 (120 kg h-1) berbeda nyata pada minggu ke 2, 6 dan 8 diperoleh tinggi tanaman (121,9 cm). Jumlah daun terbaik R3 (8,6 helai) berbeda nyata pada minggu ke 2 dan ke 4 . Panjang daun berbeda nyata pada perlakuan R3 minggu ke 2 dan minggu ke 8 terbaik adalah R3 dengan panjang daun (121,9 cm). Panjang tongkol terbaik R3

(13,1 cm). Berat tongkol produksi terbaik pada R3 25,1 g.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Penjaminan Mutu ISO

9001:2000, Novozymes BioAg

USA

.Ardisarwanto, T dan Y. E. Widyastuti. 2002. Meningkatkan Produksi

Jagung. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Anonim, 2013. Perkembangan Tanaman Sawi Pada Pemberian

RhizoPlex. PT Gteen teach,

Jakarta.

Baon, J.B.; R. Sukasih; Nurkholis dan S. Abdoellah. 2000. Role of inorganic and bio-activators and row material composition in the pf decomposition and wuality of coffee shell composts. Paper presented an The International Congress and Symposiumon Southeast Asian Agricultural Science. Bogor. Indonesia.

Bunyamin, Z dan Awaluddin, 2012. Pengaruh populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi jagung semi (baby corn). Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan.

Harijati ; Indrawati dan Dem Ci Sara, 1996. Pengaruh Kompos Berbahan Stimulator Berbeda terhadap Produksi Kankung Darat (impomoea repatans poir). Pusat Studi Indonesia, Lemlit, Jakarta. Harrison, 2003. The Nitrogen Cycle of

Microbes and Men visionlearning Vol. EAS-2 (4) (terhubung berkala)

(14)

141 ary/module_ viuwer.php?mid=98

diakses 22 Mei 2016.

Lee, C. 2008. Corn Growth and depelopment.www.uky.edu/ag/grai n crops. diakses 26 Juni 2016. Lusiana, 2015. Pengaruh Jarak Tanam

Dalam Baris dan Takaran Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhna dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Universitas Win. Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasami,

Rajkumar, Vidyasagar, 2011.

Comparative Anatomy Of Maize and its Application. International Jurnal of Bio-resocerces and

Stress Managemen, 2(3):250-256. Mc Williams, D.A., D.R. Berglund, and

G.J Endres. 1999. Corn Growth and management quick guide.www.ag.ndsu.edu.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan

yang Efektif. Agro Media,

Jakarta.

Rukmana, R. 2001. Budidaya Jagung

Semi (baby corn). Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

Robiyo; S. Guntoro dan Suprapto, 2003.

Usaha Tani Kopi Robusta dengan Pemanfaatan Kotoran Kanbing

Sebagai Pupuk Organik di Bali.

Jurnal penelitian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian vol.6 No.1, Bali

Salisbury, J.W. dan Ross C.W., 1995.

Fisiologi Tumbuhan Jilid III.

Institut Teknik Bandung. Bandung. Subagyo, S dan A.B Suwanto. 2000. Tanah – Tanah Pertanian di Indonesia dalam Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Sumber Daya Lahan di Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Departemen Pertanian, Bogor. Sutjahjo SH, Hadiatmi, Meynilivia. 2005.

Evaluasi dan seleksi 24 genotipe jagung lokal dan introduksi yang ditanam sebagai jagung semi.JIP.

8(1) : 45-43.

Suryanti, S. 2012. Tanggapan Beberapa Varietas Kedelai terhadap Pemotongan Akar. Buletin Sintetis. 16(1) : 5 – 9.

Patola H, Hardiatmi S. 2011. Uji potensi

tiga varietas jagung dan saat emaskulasi terhadap produktivitas jagung semi (baby corn). JIP.

Gambar

Tabel  1.  Perhitungan  tinggi  tanaman  pada  perlakuan  dosis  RhizoPlex    terhadap  pertumbuhan tanaman jagung semi umur 2 – 8 mst
Gambar 3.  Grafik pola  pertumbuhan jumlah daun pada    pemberian dosis  RhizoPlex pada  umur 2 mst – 8 mst
Tabel 5.  Perkembangan  panjang  daun  pada  pemberian  dosis  RhizoPlex  terhadap  pertumbuhan dan produksi tanaman jagung semi umur 2 – 8 MST
Tabel 6.  Rata-rata perhitungan panjang tongkol tanaman jagung semi (baby corn) umur  8 MST
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Trichokompos serasah jagung dan mendapatkan dosis yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi Pemberian Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering.. Laporan Bulanan Data

Tabel 1 menunjukkan bahwa varietas Sri Kencana dengan populasi 100.000 tanaman/ha atau jarak tanam 50 cm x 20 cm memilih tanaman lebih tinggi dengan

Kesimpulan: Interaksi antara perlakuan jenis pupuk dan dosis pupuk pada peubah pertumbuhan meliputi tinggi tanaman (TT) dan jumlah daun (JD) serta untuk peubah

Pengaruh Populasi Tanaman dan Pembuangan Bunga Jantan (Detassel) Terhadap Produksi Jagung Semi (Baby Corn) Pada Jagung Manis (Zea mays saccharata).. Pengaruh

Penyiangan dan pemberian urea pada tanaman baby corn ini pada intinya merupakan upaya untuk memperlancar pertumbuhan fase vegetatif karena dengan memberikan

Penelitian ini menunjukan bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam diperkaya berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3, 4, 5, 6, 7 MST, parameter diameter batang

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS Zea mays saccharata Sturt TERHADAP DOSIS PUPUK HAYATI DAN PUPUK NPK MAJEMUK Oleh ANDI WIJAYA SKRIPSI Sebagai salah satu