• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERIMBANGAN PEMBENTUKAN ORGAN SOURCE-SINK TANAMAN BABY CORN PADA TLNGKAT PENYIANGAN DAN PEMBERIAN UREA YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PERIMBANGAN PEMBENTUKAN ORGAN SOURCE-SINK TANAMAN BABY CORN PADA TLNGKAT PENYIANGAN DAN PEMBERIAN UREA YANG BERBEDA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERIMBANGAN PEMBENTUKAN ORGAN SOURCE-SINK TANAMAN BABY CORN PADA TLNGKAT PENYIANGAN

DAN PEMBERIAN UREA YANG BERBEDA Agus Mulyadi Purnawanto dan Oetami D. H. Fakultas Pertanian, Unmuh Purwokerto, Purwokerto 53182

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana perimbangan pembentukan organ source-sink tanaman baby corn pada tingkat penyiangan dan pemberian urea yang berbeda.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor yang disusun menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diulang sebanyak 3 kali. Adapun faktor yang diteliti adalah Frekuensi penyiangan (P), terdiri dari tiga taraf yaitu : P0 = tanpa penyiangan, P1 = penyiangan 1 kali pada umur 20 hari setelah tanam, P2 = penyiangan kontinu (areal pertanaman selalu bebas gulma) dan pemberian Urea (U), terdiri dari tiga taraf yaitu : U0 = tanpa urea, U1 = diberi urea sebanyak 150 kg/ha (setara jangan 0,87 g/tanaman). U2 = diberi urea sebanyak 300 kg/ha (setara dengan 1,73 g/tanaman).

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa perimbangan pembentukan organ source maupun organ sink pada tanaman baby corn tidak terpengaruh oleh adanya perlakuan penyiangan terapi lebih terpengaruh oleh pemberian urea yang berbeda.

PENDAHULUAN

Selama masa penumbuhannya, tanaman mengalami dua fase utama yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif ditunjukkan oleh adanya pembentukan organ-organ penghasil biomassa (source), sedangkan fase generatif ditandai dengan terbentuknya organ pengguna biomassa (sink). Perimbangan pembentukan kedua fase tersebut, yang juga berdampak pada perimbangan pembentukan organ soure-sink, pada umumnya mengalami perubahan seiring dengan adanya faktor luar yang ada, baik faktor luar tersebut disengaja (usaha budidaya) ataupun tidak disengaja (kondisi alam). Sehingga dapat terjadi salah satu fase tersebut lebih dominan dibandingkan fase yang lainnya.

Salah satu contoh tanaman yang sering secara sengaja diberi faktor luar dengan tujuan tertentu adajah jagung sayur (baby corn). Sehingga tanaman ini dipilih sebagai indikator atau tanaman objek dalam penelitian ini. pertimbangannya adalah secara sosial tanaman ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat sebagai bahan sayuran yang kaya akan gizi, juga secara ekonomi baby corn memiliki prospek pasar yang cukup cerah mengingat permintaan pasar lokal maupun internasional masih relatif tinggi (Murtiwiharsi, 1999).

Penyiangan dan pemberian urea merupakan faktor luar yang sengaja dilakukan dengan tujuan secara umum adalah untuk meningkatkan hasil (organ sink). Berdasarkan hasil penelitian Suprapto (2001), tanaman jagung yang tidak disiangi maka akan terjadi penurunan hasil antara 20-60 %. Sehingga dengan penyiangan kerugian tersebut dapat ditiadakan atau diselamatkan. Begitu pula pemberian urea (pada dosis tertentu) pada beberapa tanaman juga dapat meningkatkan hasil (organ sink). Pemberian urea sebanyak 50% dari dosis anjuran dapat meningkatkan jumlah buah paprika bergrade B (Guniarti & Guntoro, 1998).

Penyiangan dan pemberian urea pada tanaman baby corn ini pada intinya merupakan upaya untuk memperlancar pertumbuhan fase vegetatif karena dengan memberikan kondisi lingkungan tumbuh yang sebaik-baiknya bagi tanaman maka proses pertumbuhan tanaman mulai dan fase kecambah dan diikuti oleh fase-fase yang lain akan berjalan dengan baik. Lancarnya pertumbuhan fase vegetatif bagi suatu tanaman merupakan modal awal unluk diperolehnya pertumbuhan generatif

(2)

yang baik dan lancar pula. Akan tetapi dapat saja terjadi pertumbuhan fase vegetatif yang baik (pembentukan organ source yang baik) tidak diikuti oleh pertumbuhan fase generatif (terbentuknya organ sink) yang baik karena faktor genetik atau faktor luar yang lain.

Faktor genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan kondisi di atas adalah secara genetik suatu tanaman memang diarahkan/ ditujukan untuk didominasi oleh suatu fase tertentu, sedangkan akibat dari faktor luar yaitu manakala terjadi suatu keadaan di luar tubuh tanaman yang secara sengaja atau tidak dan secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. pada beberapa daerah, seperti madura, malang selatan dan beberapa daerah yang lain penanaman jagung kadang bukan semata-mata dimaksudkan untuk diambii tongkolnya (jagung pipilan alau baby cornnya) tetapi justru dimanfaatkan organ vegetatifnya (batang dan daun) untuk pakan ternak, karena dengan hal ini akan memberikan nilai ekonomi yang mungkin sama dengan di tempat lain yang memanfaatkan tongkolnya.

Oleh karena itu dua hal ini, penyiangan dan pemberian urea pada tanaman baby corn, menjadi menarik untuk dikaji mengenai perimbangan pembentukan organ source-sinknya sehingga informasi ini dapat dijadikan acuan bagi pemulia tanaman atau bagi daerah-daerah yang akan memanfaatkan baby corn (untuk pakan ternak atau untuk pangan).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di desa klampok, kecamatan purworejo, kabupaten banjarnegara yang terletak pada ketinggian 32 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol. Penelitian ini dilaksanakan mulal bulan februari sampai dengan juni 2002.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih jagung CPI-l, Urea, Ridomil, Folidol dan Basudin sedangkan alat yang digunakan berupa cangkul hand sprayer, timbangan elektrik, oven, kantong plastik dll.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diulang sebanyak 3 kali. Adapun faktor yang dicoba adalah sebagai berikut : Faktor I : frekuensi penyiangan (P), terdiri dari tiga taraf :

P0 = tanpa penyiangan

P1 = penyiangan 1 kali pada umur 20 hari setelah tanam

P2 = penyiangan kontinu (areal pertanaman selalu bebas gulma) Faktor II : Pemberian Urea (U), terdiri dari tiga taraf :

U0 = tanpa urea

U1 = diberi urea sebanyak 150 kg/ha (setara dengan 0,87 g/tanaman) U2 = diberi urea sebanyak 300 kg/ha (setara dengan 1,73 g/tanaman) Pelaksanaan Penelitian

Tanah yang telah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman kemudian dicangkul dengan kedalaman 30 cm dan dihancurkan serta diratakan. selanjutnya dibuat bedengan atau petakan dengan ukuran 175 cm x 350 cm. Jarak antar petak adalah 50 cm sedangkan jarak antar ulangan adalah 100 cm.

Setelah petak percobaan tersedia selanjutnya benih ditanam dengan kedalaman tanaman sekitar 5 cm dengan jarak tanam 25 cm x 70 cm. Masing-masing lubang tanaman ditanami 2 benih jagung dan setelah tumbuh akan disisakan menjadi satu tanaman saja yang paling sehat.

Pemberian pupuk urea dilakukan sesuai perlakuan dengan cara dimasukkan dalam lubang disamping tanaman pada jarak sekitar 15 cm dcngan kedalaman sekitar 7 cm. Pemberiannya dalam dua tahap yaitu 1/3 bagian diberikan pada saat tanam sedangkan 2/3 bagian diberikan pada umur 20 hari setelah tanam.

Tindakan pemeliharaan yang meliputi pengairan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi yang ada di lapang. Sedangkan penyiangan dilakukan sesuai

(3)

perlakuan pemungutan hasil berupa tongkol jagung dilakukan setelah tongkol berumur dua hari, baik pada tongkol pertama maupun pada tongkol berikutnya.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain :

a. Untuk indikator organ source adalah bobot kering brangkasan yang terbentuk sampai akhir masa pertumbuhan atau akhir panen.

b. Untuk indikator organ sink adalah bobot kering tongkol yang terbentuk mulai panen pertama sampai panen terakhir.

c. Untuk indikator perimbangan organ source-sink adalah indeks panen

Setelah data ditabulasikan kemudian dianalisa dengan uji F dan jika menunjukkan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%.

Hasil Dan Pembahasan

Perlakuan penyiangan pada pertanaman jagung, berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata tcrhadap pembentukan organ source, organ sink maupun besamya nilai indeks panennya. Begitu pula kombinasi antara penyiangan dan pemberian pupuk urea juga tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap semua variabel. Pengaruh yang nyata (terhadap semua variabel yang / diamati) hanya diperoleh pada perlakuan pemberian urea.

Tabel 1. Rata-rata hasil pengamatan beberapa variabel pada perlakuan penyiangan dan pemberian urea terhadap tanaman baby corn

Perlakuan

variabel yang diamati (per tanaman) Bobot Kering

Brangkasan (g)

Bobot Kering Tongkol

(g) lndeks Panen Penyiangan : S0 112.98 106.11 0.48 S1 134.68 122.36 0.47 S2 132.04 112.91 0.46 Dosis Urea : U0 109.72 a 81.34 a 0.42 a U1 133.49 b 128.33 b 0.49 b U2 136.49 b 131.71 b 0.49 b Kombinasi : S0 U0 93.07 72.96 0.44 S0 U1 124.53 128.28 0.50 S0 U2 121.33 117.08 0.49 S1 U0 119.07 90.39 0.43 S1 U1 133.77 132.78 0.50 S1 U2 151.20 143.91 0.49 S2 U0 117.03 80.68 0.41 S2 U1 142.17 123.93 0.47 S2 U2 136.93 134.13 0.50

Tidak terlihatnya pengaruh yang nyata dari perlakuan penyiangan terhadap pembentukan organ source maupun sink diduga karena areal pertanaman memiliki ketersediaan unsur hara yang memadai untuk pertumbuhan tanaman jagung dan mungkin bersama-sama dengan tumbuhan pengganggunya (gulma). Meskipun tindakan penyiangan bukan merupakan suatu tindakan utama

(4)

dalam suatu usaha budidaya tanaman namun dengan penyiangan diharapkan mampu memberikan suatu kondisi tumbuh yang terbebas dari kompetitor (dalam hal ini gulma), Tiadanya gulma ini maka tanaman akar mampu untuk memanfaatkan semua faktor tumbuh seoptimal mungkin. Akan tetapi jika suatu areal pertanaman itu memiliki faktor tumbuh yang berlimpah (baik dari dalam tanah maupun dari atas tanah), didukung oleh pertumbuhan tanaman utamanya yang cepat serta populasi gulma yang tidak terlalu tinggi maka keberadaan kompetitor (gulma) tersebut tidak akan memberikan dampak yang berarti bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Moenandir (1994) bahwa penyiangan adalah suatu usaha untuk menekan populasi gulma sampai batas yang tidak menimbulkan gangguan terhadap tanaman. Gangguan gulma akan sangat terlihat jika pertumbuhan serta morfologi tanaman (perakaran dan tajuk tanaman) lebih rendah dibandingkan dengan gulma. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa dimungkinkan penyiangan itu tidak akan berarti apapun jika teryata populasi yang ada sebenamya masih berada pada batas toleransi.

Kemungkinan lain dari tidak nyatanya pengaruh penyiangan adalah karena tanaman yang digunakan sebagai indikator merupakan tanaman yang umur panennya relatif muda, sehingga dampak dari persaingan gulma (yang umumnya terlihat pada kuantitas dan kualitas produksi/ hasil panen) belum begitu nampak.

Pemberian urea pada pertanaman jagung menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap variabel bobot kering brangkasan dan bobot kering tongkol serta indeks panen. Penambahan urea berarti menambah ketersediaan unsur hara terutama unsur nitrogen bagi tanaman. Akan tetapi semakin besarnya jumlah urea yang diberikan tidak berarti pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik, hal ini karena setiap tanaman mempunyai batasan tertentu terhadap kebutuhan akan suatu unsur hara. Seperti terlihat pada tabel bahwa penambahan urea dari 150 kg/ha menjadi 300 kg/ha justru tidak memberikan adanya peningkatan terhadap bobot kering brangkasan maupun tongkolnya. Itu berarti penambahan tersebut tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman, sehingga bisa dikatakan kurang efsien.

Unsur nitrogen bagi tanaman memegang peranan penting terutama untuk pembentukan organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan lain-iainnya. semakin tinggi ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah maka semakin baik pula proses pembentukan organ vegetatifnya (utamanya daun). Daun tanaman yang semakin banyak akan memberi peluang terhadap terjadinya peningkatan proses fotosintesis yang pada akhirya akan semakin banyak bahan kering yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. kelebihan bahan kering yang dihasilkan yang tidak terpakai oleh organ-organ vegetatif (organ-source) selanjutnya akan ditranslokasikan pada organ generatif (organ sink). Pada tanaman jagung, organ generatif yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan bahan kering terbesar dibandingkan dengan organ lainnya adalah tongkolnya. Oleh karena itu, pada kondisi yang normal, jika pada pembentukan organ vegetatifnya terjadi suatu pengaruh oleh faktor luar (pemberian urea) maka organ generatifnya juga ikut terpengaruh.

Perimbangan pembentukan antara organ vegetatif dan generatif suatu tanaman seringkali diukur dengan nilai indeks panennya yaitu perbandingan antara bobot kering organ yang bernilai ekonomis (hasil produksi) dengan total bobot kering tanaman yang terbentuk (hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari kecambah sampai akhir pertumbuhan).

Nilai indeks panen yang besarnya mendekati satu menunjukkan bahwa hampir semua organ tanaman yang terbentuk merupakan hasil produksi dari tanaman yang bernilai ekonomis, jika semakin mendekati nol berarti hanya sedikit organ yang bernilai ekonomis (lebih didominasi oleh organ yang tidak bernilai ekonomis). Nilai indek panen yang lebih tinggi bukan berarti pertumbunan tanaman itu lebih baik dari tanaman yang lain, tetapi perlu dilihat besamya organ yang sama. Jika besamya produksi organ sink (generatif) sama maka pada nilai indeks panen yang lebih tinggi menunjukkan tanaman tersebut memiliki produksi organ source yang lebih banyak, sehingga hal tersebut akan berguna bagi masyarakat yang ingin memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Sebaliknya jika

(5)

besamya produksi organ source (vegetatif) sama, maka pada nilai indeks panen yang lebih tinggi menunjukkan tanaman tersebut memiliki prodnksi organ sink yang lebih banyak, sehingga hal tersebut akan berguna bagi masyarakat yang ingin memanfaatkannya sebagai pangan manusia.

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan antara lain :

1. Pembentukan organ source maupun organ sink pada tanaman baby corn tidak berpengaruh oleh adanya perlakuan penyiangan tetapi lebih terpengaruh oleh pemberian urea yang berbeda 2. Perimbangan pembentukan organ source-sink pada tanaman baby corn tidak terpengaruh oleh

adanya perlakuan penyiangan dan pemberian urea yang berbeda DAFTAR PUSTAKA

Agata., W. 1992. Characteristics of Dry Matter and Yield Production in Sweet Potato Under Field Conditions. Dalam : Villareal. R.L. & Griggs. T.D. (Ed.) Proc. First Int Symp. Sweet Potato. Taiwan. P. 119- 127

Harsono, A. & Rahmianna. A.A. 1992. Pengendalian Gulma pada Berbagai Tanaman Kacang Tanah di Lahan Kering. Risalah Hasil Penelitian Kacang Tanah di Tuban Tahun 1991. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. P. 57-62

Hartanto, B. 1994. Pertumbuhan dan Hasil Baby Corn pada Variasi Jarak Tanam dan Pupuk yang ditumpangsarikan dengan Kacang Panjang. Kumpulan Abstrak. Lembaga Penelitian Unsoed. Purwokerto. P. 141-145

Jumin, H.B. 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Pers. Jakarta.

Murtiwiharsi, H. 1999. Pengaruh Pemberian Berbagai Macam Pupuk Kandang dan EM-4 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Baby Corn. Hasil Penelitian Unsoed. Purwokerto. P. 44-52 Setyaningrum, T. 2000. Karakteristik Fisiologis Tanaman Kangkung pada Berbagai Komposisi

Referensi

Dokumen terkait

Perkawinan pada gelahang adalah perkawinan yang dilangsungkan sesuai ajaran agama Hindu dan adat Bali, yang tidak termasuk perkawinan biasa (kawin ke luar)

Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan,

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi cepat

Kesimpulan ini di dukung pada setiap komponen yang terdiri untuk dikatakan terbentuknya suatu sistem yang harus dimiliki dan telah dimiliki oleh Yamaha bima Motor Toli-Toli

Oleh karena itu maka Yayasan CBIM memerlukan suatu Sistem Informasi Manajemen Asrama untuk dapat membantu Yayasan dan juga manajer Asrama dalam mengelola Asrama

Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hamper

2/28/2021 Laporan Hasil Presensi Mahasiswa..

Metode Fuzzy Inference System merupakan metode yang dapat membantu dalam pembuatan model penilaian baru untuk menilai pemahaman siswa terhadap mata pelajaran