• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

No. 33/05/35/Th. XII, 5 Mei 2014

PERKEMBANGAN

INDEKS

TENDENSI

KONSUMEN

(ITK)

JAWA

TIMUR

TRIWULAN

1

2014

ITK Triwulan 1 – 2014 Jawa Timur sebesar 111,84

dan Perkiraan ITK Triwulan 2 – 2014 sebesar 112,95

Persepsi tingkat optimisme konsumen Jawa Timur yang terpotret dari angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK) menunjukkan kenaikan dari 108,67 (Triwulan 4 – 2013) menjadi 111,84 (Triwulan 1 – 2014) atau naik 3,17 poin. Meningkatnya tingkat optimisme konsumen ini dikarenakan harga-harga barang dan jasa selama periode Januari – Maret relatif stabil. Selama tiga bulan, inflasi yang terjadi di Jawa Timur 1,58 persen. Capaian ITK Triwulan 1 – 2014 ini lebih tinggi 5,22 poin dari yang diperkirakan sebelumnya sebesar 106,62.

ITK Jawa Timur Triwulan 2 – 2014 diperkirakan sebesar 112,95 lebih baik dibanding Triwulan 1 – 2014. Kenaikan ITK pada perkiraan Triwulan 2 – 2014 diduga dampak positif mulai masuknya bulan puasa (Juni) dan musim liburan sekolah. Umumnya menjelang bulan puasa dan musim liburan sekolah, kegiatan ekonomi semakin meningkat termasuk kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Dibandingkan nasional, tingkat optimisme konsumen Jawa Timur pada Triwulan 1 – 2014 lebih baik, demikian pula pada Triwulan 2 – 2014 juga diperkirakan Jawa Timur di atas nasional. Pada Triwulan 1 – 2014 ITK nasional mencapai 110,03 sedangkan perkiraan ITK Triwulan 2 – 2014 sebesar 112,39.

ITK Jawa Timur pada Triwulan 1 – 2014 menempati posisi paling bawah dibanding provinsi-provinsi lainnya di Jawa. Di Yogyakarta tercatat 118,18 diikuti DKI Jakarta (117,56), Banten (115,41), Jawa Tengah (112,53) dan Jawa Barat (112,42). Persepsi tingkat optimisme orang Jawa Timur pada Triwulan 1 – 2014 tidak setinggi provinsi lainnya akibat dampak bencana Gunung Kelud yang meletus (13/02/2014). Walaupun demikian, capaian di atas 100 menunjukkan bahwa kegiatan ekonominya masih relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sedangkan perkiraan ITK Jawa Timur pada Triwulan 2 – 2014 menempati posisi keempat setelah DI Yogyakarta (120,58), DKI Jakarta (118,45) dan Banten (116,01).

(2)

ersepsi tingkat optimisme konsumen Jawa Timur yang terpotret dari angka Indeks Tendensi Konsumen (ITK) menunjukkan kenaikan dari 108,67 (Triwulan 4 – 2013) menjadi 111,84 (Triwulan 1 – 2014) atau naik 3,17 poin. Meningkatnya tingkat optimisme konsumen ini dikarenakan harga-harga barang dan jasa selama periode Januari – Maret relatif stabil. Capaian ITK Triwulan 1 – 2014 ini lebih tinggi 5,22 poin dari yang diperkirakan sebelumnya sebesar 106,62.

Di awal Januari 2014, tingkat optimisme konsumen sempat dikhawatirkan terganggu oleh dampak kenaikan bahan bakar LPG Rp. 3.500 per kg. Kenaikan itu dapat memberikan dampak kenaikan harga barang dan jasa lainnya. Beruntung, tidak lama kemudian atau tepatnya seminggu kemudian kenaikan harga LPG terkoreksi menjadi Rp. 1.000 per kg, sehingga inflasi bulan Januari dapat tertahan atau hanya mencapai 1,06 persen. Dua bulan berikutnya, inflasi kembali stabil di bawah 1 persen, dan secara kumulatif hingga bulan Maret, inflasi yang terjadi di Jawa Timur sebesar 1,58 persen.

Kekhawatiran kedua adalah dampak meletusnya Gunung Kelud pada tanggal 13 Februari 2014. Beberapa kabupaten/kota di sekitar Kediri mengalami hujan abu yang cukup tebal. Letusan Gunung Kelud menyebabkan abu vulkanik menyebar hingga Madura dan beberapa kota di Jawa Barat. Akibat hujan abu, beberapa kabupaten/kota sempat meliburkan sekolah untuk menghindari pengaruh buruk bagi kesehatan siswa. Peristiwa hujan abu ini tidak berlangsung lama, sehingga roda ekonomi di Jawa Timur kembali berjalan dinamis.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Seluruh komponen ITK pada Triwulan 1 – 2014 tercatat di atas 100, atau mempunyai tingkat optimisme relatif lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Komponen pendapatan rumah tangga tercatat 109,92 atau sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (111,15). Adanya kenaikan upah berdasarkan pemberlakuan kebijakan UMP (upah minimum provinsi) tahun 2014, mendorong indeks ini tetap bertengger di atas 100.

108.07 114.17 108.67 111.84 112.95 105.00 106.00 107.00 108.00 109.00 110.00 111.00 112.00 113.00 114.00 115.00

Triwulan 2 - 2013 Triwulan 3 - 2013 Triwulan 4 - 2013 Triwulan 1 - 2014 Perkiraan Triwulan 2 - 2014

ITK Triwulan 2 - 2013 Sampai Dengan Triwulan 2 - 2014 Provinsi Jawa Timur

(3)

Inflasi yang relatif stabil terpotret pada indeks komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi rumah tangga sebesar 113,64. Dibandingkan triwulan sebelumnya, indeks ini lebih tinggi 7,81 poin. Indeks komponen ini kemungkinan besar melambat, jika kenaikan harga elpiji Rp. 3.500 per kg tetap diberlakukan sehingga berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa lainnya. Dengan terkoreksi kenaikan hanya Rp. 1.000 per kg, inflasi yang terjadi tidak begitu berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Terbukti dari hasil penghitungan PDRB (produk domestik regional bruto), konsumsi rumah tangga tetap tumbuh positif dibanding triwulan sebelumnya.

Pada komponen terakhir, indeks tingkat konsumsi makanan dan non makanan tercatat sebesar 114,21, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 106,39. Konsumsi rumah tangga merupakan pendorong ekonomi utama di Jawa Timur. Dengan indeks di atas 100, mengindikasikan bahwa roda perekonomian di Jawa Timur cukup kuat. Konsumsi rumah tangga ini diperkirakan akan semakin meningkat pada triwulan berikutnya seiring mulai masuknya bulan Ramadhan dan musim liburan sekolah.

Komponen ITK Triwulanan Provinsi Jawa Timur Triwulan 2 - 2013 Sampai Dengan Triwulan 1 - 2014

Komponen ITK Triwulan Ini Trw 2 - 2013 Trw 3 - 2013 Trw 4 - 2013 Trw 1 - 2014 Pendapatan rumahtangga saat ini 109,29 114,02 111,15 109,92 Pengaruh inflasi terhadap tingkat

konsumsi 108,37 112,15 105,83 113,64 Tingkat konsumsi bahan

makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, komunikasi, kesehatan, rekreasi)

104,83 117,14 106,39 114,21

ITK 108,07 114,17 108,67 111,84

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Seluruh komponen makanan dan non makanan pada Triwulan 1 – 2014 lebih baik dibanding triwulan sebelumnya atau mempunyai indeks di atas 100. Indeks komponen perumahan tercatat tertinggi atau sebesar 117,26, diikuti komponen komunikasi (116,77).

Komponen yang mempunyai indeks terendah adalah komponen pakaian dan rekreasi masing-masing 109,54 dan 106,81. Komponen ini diperkirakan akan semakin meningkat pada triwulan mendatang seiring masuknya bulan puasa dan musim liburan sekolah.

(4)

Dampak dari bencana meletusnya Gunung Kelud, memicu kenaikan indeks kesehatan sebesar 113,27 atau tertinggi dalam kurun waktu empat triwulan terakhir.

Dari keseluruhan komponen konsumsi rumah tangga, komponen non makanan (114,60) lebih tinggi dibanding komponen makanan (114,10) atau lebih tinggi 0,50 poin. Secara umum, indeks komponen makanan dan non makanan pada Triwulan 1 – 2014 mencapai 114,21.

Indeks Tendensi Konsumen Komponen Makanan dan Non Makanan Provinsi Jawa Timur Triwulan 2 – 2013 sampai dengan Triwulan 1 – 2014

Komponen Bahan Makanan dan Non Makanan Trw 2 - 2013 Trw 3 - 2013 Trw 4 - 2013 Trw 1 - 2014 Bahan Makanan 104,70 121,40 107,35 114,99 Makanan jadi di Restoran dan Warung

Makan 102,99 114,91 103,08 111,83 Perumahan (Listrik, Gas dan Bahan Bakar) 106,84 117,49 108,62 117,26 Pakaian, Sepatu dan Tas 97,14 119,77 98,49 109,54 Kesehatan, Peralatan Kesehatan, Jasa RS 96,69 102,93 105,41 113,27 Pendidikan 108,74 116,99 105,40 114,76 Rekreasi (termasuk penginapan/hotel) 102,65 108,02 94,54 106,81 Transportasi/Angkutan 109,26 113,50 111,42 115,24 Komunikasi 109,34 114,98 109,35 116,77 Total 104,83 117,14 106,39 114,21

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Pada Triwulan 2 – 2014 ITK Jawa Timur diperkirakan sebesar 112,95 lebih baik dibanding Triwulan 1 – 2014. Kenaikan ITK pada perkiraan Triwulan 2 – 2014 ini diduga karena dampak positif mulai masuknya bulan puasa (Juni) dan musim liburan sekolah. Umumnya menjelang bulan puasa dan musim liburan sekolah, kegiatan ekonomi semakin meningkat termasuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan rekreasi. Menjelang bulan puasa, sektor perdagangan dan industri sudah mulai menunjukkan geliatnya dengan meningkatkan produksi dan stok, guna memenuhi permintaan yang cukup besar pada masa itu.

Indeks pendapatan mendatang diperkirakan sebesar 114,44 atau lebih tinggi dibanding triwulan saat ini. Sebagian penduduk Jawa Timur merasa optimis terhadap pendapatan yang akan diperoleh pada triwulan mendatang. Demikian pula komponen ITK mendatang berupa rencana pembelian barang-barang tahan lama juga dinilai optimis atau mempunyai indeks 110,27.

Beberapa kejadian di triwulan mendatang, tidak menampik dugaan kenaikan tingkat optimisme konsumen. Selain mulai masuknya bulan puasa, adanya beberapa hari libur nasional di bulan Mei dan masa liburan sekolah di

(5)

bulan Juni, kemungkinan besar akan meramaikan konsumsi rumah tangga terutama rekreasi. Peningkatan konsumsi rekreasi ini akan memberikan dampak positif pada peningkatan komponen lainnya seperti konsumsi makanan jadi, pakaian, perhiasan dan aneka barang jasa lainnya.

Selain itu, di Triwulan 2 – 2014 bertepatan musim ujian akhir sekolah dan ujian nasional di seluruh jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA, diperkirakan kebutuhan komponen jasa pendidikan juga akan meningkat. Berdasarkan fenomena empiris sebelumnya, ITK Triwulan 2 – 2014 mendatang berpeluang besar lebih tinggi dibanding triwulan sekarang.

Dibandingkan nasional, tingkat optimisme konsumen Jawa Timur pada Triwulan 1 – 2014 lebih baik, demikian pula pada Triwulan 2 – 2014 juga diperkirakan Jawa Timur di atas nasional. Pada Triwulan 1 – 2014 ITK nasional mencapai 110,03 sedangkan perkiraan ITK Triwulan 2 – 2014 sebesar 112,39. Tingginya capaian ITK Jawa Timur tidak lepas dari peran perekonomian yang merupakan terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Perekonomian Jawa Timur cukup bergairah karena selain merupakan pusat perdagangan Indonesia wilayah timur, didukung oleh situasi sosial dan keamanan yang cukup kondusif untuk berusaha dan investasi.

ITK Jawa Timur pada Triwulan 1 – 2014 menempati posisi paling bawah dibanding provinsi-provinsi lainnya di Jawa. Di Yogyakarta tercatat 118,18 diikuti DKI Jakarta (117,56), Banten (115,41), Jawa Tengah (112,53) dan Jawa Barat (112,42). Persepsi tingkat optimisme orang Jawa Timur pada Triwulan 1 – 2014 tidak setinggi provinsi lainnya akibat dampak bencana Gunung Kelud yang meletus (13/02/2014). Walaupun demikian, capaian di atas 100

114.44

110.27

112.95

Perkiraan pendapatan rumahtangga mendatang

Rencana pembelian barang-barang tahan lama (TV, VCD/DVD player, radio, Tape/Compo, komputer, HP,

mebelair, kompor/tabung gas, kulkas, mesin cuci, oven/microwave, AC, perhiasan berharga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan

pesta/hajatan

Perkiraan ITK Mendatang

Perkiraan ITK Triwulan 2 - 2014

Provinsi Jawa Timur

(6)

Sedangkan perkiraan ITK Jawa Timur pada Triwulan 2 – 2014 menempati posisi keempat setelah DI Yogyakarta (120,58), DKI Jakarta (118,45) dan Banten (116,01). Secara detail ITK provinsi-provinsi di Jawa sebagaimana grafik berikut.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur DKI

Jakarta Jabar Jateng DI Yogya Jatim Banten Nasional

Trw 2 - 2013 110.87 107.75 108.14 110.47 108.07 110.93 108.02 Trw 3 - 2013 118.09 113.53 113.46 116.23 114.17 115.36 112.02 Trw 4 - 2013 113.55 110.04 108.08 112.11 108.67 110.05 109.64 Trw 1 - 2014 117.56 112.42 112.53 118.18 111.84 115.41 110.03 Perkiraan Trw 2 - 2014 118.45 112.82 112.93 120.58 112.95 116.01 112.39 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00

ITK Triwulan 2 - 2013 Sampai Dengan Triwulan 2 - 2014

Provinsi-provinsi di Jawa dan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Sekretariat : Gedung B Lantai II Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jl. Adapun Daftar Paket Pekerjaan sebagaimana dalam lampiran dengan ketentuan sebagai berikut :.. I. 11.00 WIB )

Berdasarkan hasil implementasi dan uji coba sistem, Sistem Informasi Penilaian Properti yang dibuat telah sesuai dengan kebutuhan fungsional pada proses bisnis di

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xu (2010) menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses belajar akan dapat mendukung self regulated learning

Apabila terjadi perceraian di antara pasangan suami isteri maka harta bersama yang didapat selama perkawinan umumnya dibagi di antara kedua pasangan yang bercerai, sesuai

Maka dari itu, perlu adanya kajian khusus mengenai Perencanaan Alternatif Analisis Sambungan Balok-Kolom Dengan Sistem Pracetak Pada Gedung Kuliah Fakultas Teknik

Strategi Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kabupaten Magelang dalam rangka implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Pada tabel 4.5 dari keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, variabel yang signifikan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ang katan

Sebenarnya perbedaan penyebutan ini tidak menjadi masalah yang berarti, karena hal ini adalah perbedaan kebiasaan para ulama dan tidak mendatangkan perbedaan