• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ISI PEMBERITAAN PELARANGAN CADAR DAN CELANA CINGKRANG DI TEMPO.CO. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ISI PEMBERITAAN PELARANGAN CADAR DAN CELANA CINGKRANG DI TEMPO.CO. Skripsi"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISI PEMBERITAAN PELARANGAN CADAR DAN CELANA CINGKRANG DI TEMPO.CO

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Aulia Fikriani Dewi NIM: 11160510000005

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/ 2020 M

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS ISI PEMBERITAAN PELARANGAN CADAR DAN CELANA CINGKRANG DI TEMPO.CO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Aulia Fikriani Dewi

NIM: 11160510000005

Pembimbing

Ali Irfani, M. HI

NIDN. 2008087803

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/ 2020 M

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika ditemukan hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, 13 Oktober 2020

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul ANALISIS ISI PEMBERITAAN PELARANGAN CADAR DAN CELANA CINGKRANG DI TEMPO.CO telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 13 Oktober 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar program Strata Satu (S1) pada jurusan konsentrasi Jurnalistik.

Tangerang Selatan, 13 Oktober 2019

Sidang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota

Kholis Ridho, M.Si

NIP. 197801142009121002

Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A

NIP. 197104122000032001

Anggota Penguji I

Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

NIP. 197503182008011008

Penguji II

Drs. Helmi Hidayat, M.A

NIP. 196504262014111001

Pembimbing

Ali Irfani, M. HI

(5)

iv

ABSTRAK

Aulia Fikriani Dewi 11160510000005

Analisis Isi Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co

Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia. Namun, persoalan penggunaan cadar dan celana cingkrang masih menjadi polemik di masyarakat. Pemakaian pakaian tersebut kerap dilarang di berbagai instansi termasuk Kementerian Agama. Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan akan mewacanakan pelarangan cadar dan celana cingkrang di lingkungan instansi pemerintah. Isu pelarangan tersebut menuai pro dan kontra di masyarakat hingga banyak diberitakan di berbagai media massa terutama media online. Tempo.co merupakan salah satu portal media online yang memberitakan isu pelarangan cadar dan celana cingkrang dengan intens.

Melihat permasalahan di atas, peneliti memunculkan dua pertanyaan penelitian, yaitu kategori apa saja yang disampaikan Tempo.co tentang pelarangan cadar dan celana cingkrang dan kategori apa yang paling dominan dalam pemberitaan pelarangan cadar dan celana cingkrang.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat pemberitaan Tempo.co sejak 31 Oktober hingga 11 Desember 2019, dengan menggunakan teori agenda media yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw. Agenda media adalah upaya media massa dalam menentukan suatu isu menjadi isu yang penting dengan lebih menonjolkan isu tersebut melalui pemberitaan. Melihat hal tersebut maka kuantifikasi kategori yang terdapat dalam pemberitaan pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co dapat diketahui.

Metode yang digunakan adalah analisis isi dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif. Langkah dalam metode analisis isi kuantitatif adalah berita-berita yang dimuat Tempo.co dikategorisasikan ke dalam kategori isu dan kategori bentuk pemberitaan. Pada kategori isu terdapat enam indikator,

(6)

v

yaitu wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang, kebijakan aturan berpakaian di instansi pemerintah, kritikan terhadap wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang, dukungan terhadap wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang, permintaan maaf Fachrul Razi, dan radikalisme berkaitan dengan pola pikir, tidak terkait dengan pakaian. Sedangkan kategori bentuk terdapat tiga indikator, yaitu favorable, unfavorable dan netral.

Dari penelitian ini mendapatkan hasil penting yang menunjukkan kategori isu dan kategori bentuk pemberitaan pada isu pelarangan cadar dan celana cingkrang yang diberitakan Tempo.co. Kategori isu pemberitaan yang paling dominan diberitakan adalah kategori isu kritikan terhadap wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang sebanyak 58 paragraf (24.37%). Sedangkan pada kategori bentuk pemberitaan yang paling dominan adalah kategori bentuk unfavorable sebanyak 92 paragraf (38.66%).

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Tempo.co, Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang, dan Kementerian Agama.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga tidak lupa peneliti curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya, pembawa misi penyempurna akhlak yang mulia bagi seluruh umat manusia.

Skripsi dengan judul “Analisis Isi Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co” merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dari Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menyadari terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti menerima koreksi dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.

Pada masa pandemi ini, peneliti tentu menghadapi tantangan dalam menyusun skripsi. Namun, banyak pihak yang berpartisipasi dalam proses penelitian dan mendukung peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc. M.A.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph.D; Wakil Dekan I Bidang Akademik,

(8)

vii

Dr. Siti Napsiah, MSW; Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag; serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Cecep Castrawijaya, M.A.

3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Program Studi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

4. Ali Irfani, M.HI sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu dan pemahaman kepada peneliti serta membimbing peneliti terhadap penelitian ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi ilmu kepada peneliti. 6. Orang tua tercinta, Ibu Ernawati, Bapak Suparman dan

Nenek Supiyah, yang selalu berdoa untuk kelancaran peneliti serta telah sabar mendukung peneliti secara moril dan materiil selama menyusun skripsi ini.

7. Teruntuk adik dan kakak tersayang, Rahmat Setiawan dan Yahya Zakaria yang selalu memberi motivasi dan semangat.

8. Rayhan Bayruni, Rheza Alfian, Wina Saputri dan Robby Maulana yang memberi petunjuk dan membimbing peneliti dari seminar proposal hingga menyusun penelitian ini. 9. Ummulia Fathin Novisari, Ghiska Primayana Mufhtih dan

Mufliha sebagai teman indekos peneliti yang sabar membersamai peneliti selama tinggal di Ciputat.

10. Nadya Winefadila, Vinensia Nioko, Muhammad Farhan Fauzaan, Putri Hadiyati, Rusni Deden Purdiasih, Ilham

(9)

viii

Rahmatullah, Fatmawati, Andi Kris Mana, Reno Manurung, dan Smanja Squad yang selalu menyempatkan waktu untuk berbagi di setiap kesempatan yang ada. Terima kasih karena telah hadir dan menemani peneliti hingga saat ini.

11. Irbithul Fikriyah Alauhi, Fella Latania, Neng Fitria Fauziah dan Siti Mardyanah yang senantiasa mendukung dan membersamai peneliti selama kuliah dan berorganisasi. 12. Segenap keluarga besar DNK TV, LPM Journo Liberta dan

UKM KMPLHK Ranita yang memberikan tempat dan waktu bagi peneliti untuk belajar.

13. Yesi Salviana, Nauroh Nazhipah, Putri, Dinda, Ka Nova dan Ka Zizi yang mengizinkan dan menerima peneliti tinggal sementara di indekos kalian selama pandemi. 14. Zahra Syafiyah, Sintia Tri Pangestu dan teman-teman KKN

157 lainnya yang memberi pengalaman dan pelajaran hidup kepada peneliti.

15. Imamatul Silfia, Crusita Maharani, Siti Ayu Rachma dan yang membantu peneliti dalam proses penyusunan skripsi. 16. Teman-teman Jurnalistik 2016 yang telah bersama-sama

melalui proses perkuliahan ini.

17. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal dan kebaikan kalian diijabah oleh Allah SWT.

18. Terakhir, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri karena sudah berusaha dan berjuang menyelesaikan apa yang telah dimulai.

(10)

ix

Peneliti menyadari karya ilmiah ini berpotensi memiliki kekurangan, baik dari segi penulisan, tata bahasa, analisis dan lainnya. Namun, peneliti berharap karya ilmiah ini dapat berkontribusi dalam bidang Ilmu Jurnalistik.

Tangerang Selatan, 16 September 2020

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Agenda Media ... 12

B. Berita ... 18

C. Media Online ... 21

D. Cadar dan Celana Cingkrang Menurut Islam... 24

E. Kerangka Pemikiran... 29

(12)

xi

A. Paradigma Penelitian ... 31

B. Pendekatan Penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 32

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

E. Populasi dan Sampel ... 33

F. Jenis Penelitian... 37

G. Operasionalisasi Konsep ... 37

H. Teknik Pengumpulan Data ... 43

I. Teknik Analisis Isi ... 43

J. Unit Analisis ... 47

K. Uji Reliabilitas ... 49

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA ... 55

A. Gambaran Umum Tempo.co ... 55

B. Analisis Isi Berdasarkan Unit Sintaksis ... 61

C. Analisis Isi Berdasarkan Isu Pemberitaan... 67

D. Analisis Isi Berdasarkan Bentuk Pemberitaan ... 71

E. Analisis Isi Kategori Isu Berdasarkan Bentuk Pemberitaan... 73 F. Interpretasi Peneliti ... 80 BAB V PENUTUP ... 86 A. Simpulan ... 86 B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN ... 95

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Table 1. Sampel Berita Penelitian ... 35 Table 2. Kategori Isu Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co ... 50 Table 3. Kategori Bentuk Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co... 50 Table 4. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori Isu

Pemberitaan ... 52 Table 5. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori Bentuk Pemberitaan ... 53 Table 6. Tim Redaksi Tempo.co ... 59 Table 7. Kosakata dalam Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co... 62 Table 8. Narasumber dalam Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co... 64 Table 9. Persentase Kategori Isu Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co ... 67 Table 10. Persentase Kategori Bentuk Pemberitaan Pelarangan Cadar dan Celana Cingkrang di Tempo.co ... 72 Table 11. Jumlah Paragraf Kategori Isu Berdasarkan Bentuk Pemberitaan ... 74

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Berita Tempo.co ... 63

Gambar 2. Berita Tempo.co dengan Kolom Komentar ... 82

Gambar 3. Berita Tempo.co ... 84

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menteri Agama Republik Indonesia, Fachrul Razi mengatakan berencana melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang untuk masuk ke instansi milik pemerintah pada 30 Oktober 2019. Hal tersebut beralasan karena ancaman keamanan. Ancaman keamanan yang dimaksud adalah terjadinya kasus penusukan Menkopolhukam Wiranto di Banten. Salah seorang penusuk Wiranto mengenakan jilbab panjang serba hitam dan bercadar.1

Rencana larangan cadar dan celana cingkrang masih dalam kajian, namun aturan itu sangat mungkin direkomendasikan Kemenag atas dasar alasan keamanan. Aturan pelarangan tersebut hanya berlaku di lingkungan Kementerian Agama. Wakil Menteri Agama, Zainut mengatakan langkah penertiban dan penegakkan disiplin seperti itu adalah tindakan yang wajar dan bagian dari tugas pembinaan agar Aparatur Sipil Negara mematuhi aturan yang ditetapkan.2

1

https://nasional.tempo.co/read/1266942/kontroversi-fachrul-razi-dari-cadar-hingga-celana-cingkrang/full&view=ok diakses pada 1 November 2019.

2

https://nasional.tempo.co/read/1267699/kemenag-akan-minta-masukan-soal-larangan-cadar-celana-cingkrang/full&view=ok diakses pada 3 November 2019.

(16)

Beberapa masyarakat Indonesia juga mendukung larangan cadar dan celana cingkrang. Ma'ruf Amin menilai wacana pelarangan penggunaan cadar dan celana cingkrang di lingkungan instansi pemerintah hanyalah bentuk keinginan untuk menegakkan kedisiplinan. Ia menilai wacana yang muncul dari Menteri Agama Fachrul Razi itu, berupaya agar dalam hal berpakaian, pegawai lebih diatur.3

Selain itu, terdapat juga masyarakat yang kurang mendukung wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang tersebut. Khatib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Asrorun Niam tidak sepakat dengan wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang. Asrosun mengatakan bahwa faktor keamanan tidak cukup menjadi pembenaran untuk melakukan pelarangan penggunaan cadar seperti yang diwacanakan oleh Menteri Agama Fachrul Razi.4 Dari peristiwa wacana pelarangan tersebut terdapat persepsi masyarakat yang beragam.

Berdasarkan data Globalreligiusfuture, penduduk Indonesia yang beragama Islam pada 2010 mencapai 209,12 juta jiwa. Bahkan pada 2020, penduduk Muslim

3

https://nasional.tempo.co/read/1267238/wacana-larangan-cadar-untuk-asn-maruf-amin-untuk-kedisiplinan/full&view=ok diakses pada 1 November 2019.

4

https://nasional.tempo.co/read/1267193/pbnu-tak-sepakat-wacana-pelarangan-cadar-dari-menag-fachrul-razi/full&view=ok diakses pada 1 November 2019.

(17)

Indonesia diperkirakan akan mencapai 229,62 juta jiwa.5 Namun, kehidupan perempuan bercadar, yang merupakan versi lanjutan dari jilbab, di Indonesia ini masih diperdebatkan. Penggunaan cadar membawa konsekuensi penolakan lebih besar daripada jilbab.6

Cadar belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat Indonesia secara umum. Begitu pun media di Indonesia yang kerap menampilkan cadar sebagai bagian dari indikator istri teroris. Media seringkali menjadi referensi khalayak untuk mencari isu-isu sensitif sehingga pandangan tersebut yang justru mendominasi cara pandang masyarakat Indonesia terhadap cadar.7

Dalam pemberitaan online yang memanfaatkan teknologi informasi masa kini dapat memudahkan akses bagi khalayak untuk mendapatkan informasi. Sehingga perubahan kegiatan jurnalisme sudah berubah dari bentuk cetak menjadi bentuk multimedia. Marshall McLuhan menyatakan bahwa medium yang dipakai untuk menyampaikan informasi dan pesan, membentuk format pesan itu sendiri. Media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda pula. Media massa apapun bentuknya

5

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/25/indonesia-negara-dengan-penduduk-muslim-terbesar-dunia diakses pada 25 September 2019.

6 Lintang Ratri, Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim, Vol.

39, No, 2, (2011), hal 29.

7 Lisa Aisiyah Rasyid, Problematika Hukum Cadar dalam Islam:

Sebuah Tinjauan Normatif-Historis, Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, Vol. 16, No. 1, (2018), hal 82.

(18)

akan selalu membawa pesan tersendiri bagi masyarakatnya.8

Jurnalisme Online telah menjadi pesaing yang ketat bagi jurnalistik media cetak khususnya koran dan majalah. Salah satu karakteristik Jurnalisme online adalah storage and retrieval, berita yang diterbitkan lebih abadi dan dapat diakses kembali kapan pun dan di mana saja. Oleh sebab itu, khalayak menjadikan media online sebagai acuan untuk mencari informasi melalui pemberitaan. Hal tersebut terlihat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 119,4 juta pengguna.9

Bagi sebagian umat Muslim, bercadar dan memakai celana cingkrang adalah konsekuensi logis dari proses pembelajaran yang lebih intens. Namun terpaan media online yang dihadapi khalayak memberikan ruang atau stigma negatif tentang isu tersebut.10 Sehingga menurut penulis, Jurnalisme online yang berkaitan dengan isu cadar maupun celana cingkrang dirasa penting untuk dikaji.

Penulis memilih media online Tempo.co karena pada peristiwa pelarangan cadar dan celana cingkrang, Tempo.co menaruh perhatian lebih. Tempo.co selalu

8 Ido Prijana Hadi, Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era

Jurnalistik Modern, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, (Januari 2009), hal 74.

9

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/09/berapa-pengguna-internet-di-indonesia diakses pada 9 September 2019.

10 Lintang Ratri, Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim,

(19)

memperbaharui berita-berita yang berkaitan dengan peristiwa pelarangan cadar dan celana cingkrang. Tempo.co merilis berita pelarangan cadar dan celana cingkrang sebanyak 32 judul berita dalam kurun waktu 31 Oktober hingga 11 Desember 2019.

Kuantifikasi pemberitaan pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co tergolong intens dibandingkan media online lain seperti Okezone.com dan Kompas.com. Selain itu, khalayak ikut meramaikan diskusi terkait isu tersebut melalui kolom komentar yang disediakan. Tempo.co juga dikenal sebagai media yang mempunyai kemampuan menyebarkan ide gagasan dan menjaga kredibilitasnya. Terlihat dari penghargaan yang diraih Tempo.co menjadi finalis Global Fact-Check Award 2019. Kompetisi ini adalah ajang pemberian penghargaan atas hasil pemeriksaan fakta terbaik dari media-media pemeriksa fakta di seluruh dunia.11

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis isi kuantitatif untuk mengetahui kategori pemberitaan mengenai pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co yang mampu membentuk opini publik. Tempo.co tentu memiliki tujuan atau agenda media untuk memunculkan dominasi kategori isu pemberitaan.

11

(20)

B. Identifikasi Masalah

Berkembangnya teknologi komunikasi digital, terutama internet dapat mempengaruhi konvergensi media massa. Media yang berawal dari cetak, kini beralih atau menggandakan ke platform media online. Kita dapat mengakses informasi berita dengan mudah dan cepat pada media online. Tempo.co adalah salah satu media online yang menjadi konsumsi publik. Berita yang ditulis Tempo.co tentang wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang menarik perhatian lebih karena Tempo.co merilis 32 judul berita. Dari pemberitaan tersebut Tempo.co pasti memiliki agenda media untuk menentukan topik yang menjadi pemikiran dan pembicaraan publik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi agar mempermudah penyusunan. Maka penulis hanya fokus pada:

1. Judul dan isi berita yang diangkat pada penelitian ini, yaitu tentang pelarangan cadar dan celana cingkrang pada pemberitaan yang muncul di Tempo.co.

2. Berita yang diteliti adalah berita pada periode 31 Oktober hingga 11 Desember 2019 sebanyak 32 pemberitaan dengan 238 Paragraf.

(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa saja kategori yang disampaikan Tempo.co tentang isu pelarangan cadar dan celana cingkrang?

2. Apa saja kategori yang paling dominan dalam pemberitaan isu pelarangan cadar dan celana cingkrang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, untuk memperhatikan isi serta kategori yang digunakan dalam pemberitaan pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kategori apa saja yang disampaikan Tempo.co tentang isu pelarangan cadar dan celana cingkrang.

2. Untuk mengetahui kategori berita yang paling dominan dalam pemberitaan isu pelarangan cadar dan celana cingkrang.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset di bidang Jurnalistik dengan menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai teori-teori komunikasi kepada pembaca, khususnya

(22)

mengenai analisis isi, agenda media, dan pemberitaan melalui media online. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pemberitaan dapat dijadikan agenda oleh media yang menerbitkannya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi masyarakat terkait agenda yang dilakukan oleh media massa. Selain itu, dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dalam perkembangan ilmu komunikasi. Dewasa ini, media online menjadi sebuah media pemberitaan yang kukuh. Maka harus ada hal yang perlu diteliti oleh civitas akademika dalam pemakaian media online sebagai alat pemberitaan.

G. Tinjauan Kajian Terdahulu

Langkah awal yang penulis lakukan sebelum menyusun skripsi adalah mengkaji terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian-penelitian yang dikaji tersebut berkaitan dengan pembahasan penelitian yang akan penulis teliti. Penulis menemukan beberapa judul penelitian yang memiliki kesamaan yaitu:

1. Skripsi dari Rheza Alfian mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Agenda Media Terkait Bencana Kesehatan di Asmat pada Harian Kompas. Adanya kesamaan dalam skripsi tersebut

(23)

dengan penelitian yang akan dikaji oleh penulis adalah dari teori yang digunakan yaitu teori agenda media dan teknik analisis isi. Namun terdapat perbedaan dalam konten yang diteliti serta platform berita yang digunakan.

2. Skripsi Objektivitas Pemberitaan Media Online Republika dan Suara Pembaruan terhadap Isu Pembakaran Masjid di Tolikara, Papua: Sebuah Analisis isi Kuantitatif oleh Jordie Yonatan Susilo, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Tangerang. Perbedaan yang ada ialah skripsi ini menggunakan dua media. Di sini peneliti membandingkan media yang satu dengan media yang lain.

3. Skripsi dari Bobby Dwi Sanjaya, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Analisis isi Pesan Dakwah dalam Novel Bunda Disayang Allah. Dalam skripsi ini ditemukan kesamaan pada bagian unit analisis datanya, yaitu menggunakan paragraf. Selain itu tidak ditemukan lagi kesamaan dengan skripsi yang penulis tulis.

Dari tinjauan Pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian skripsi ini bukan hasil dari penjiplakan atau penelitian ulang skripsi terdahulu. Skripsi ini benar-benar dibuat sesuai dengan kriteria yang berlaku, yaitu

(24)

dengan melakukan penelitian yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Sehingga skripsi ini jauh dari plagiarisme.

H. Sistematika Penulisan

Peneliti membagi lima bagian dalam penulisan ini. Gambaran sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdapat sub bab dengan penyusuan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bagian ini peneliti akan membahas kerangka teoritis: perkembangan teori agenda media, berita, media online, cadar dan celana cingkrang menurut Islam, dan kerangka pemikiran.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijabarkan metodologi penelitian secara merinci. Mulai dari paradigma, pendekatan dan metode penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, jenis penelitian, operasionalisasi konsep,

(25)

teknik pengumpulan data, teknik analisis isi, unit analisis dan uji reliabilitas.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum objek penelitian dan hasil temuan data yang didapatkan. Berbagai temuan serta analisa data akan dibahas pada bab ini.

BAB V: KESIMPULAN

Pada bab ini peneliti akan membahas dua hal: kesimpulan dan saran

(26)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Agenda Media

Teori penentuan agenda mengatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran. Media massa memiliki kemampuan mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik dan perhatiannya kepada isu yang dianggap penting oleh media massa. Pemikiran tersebut menyatakan bahwa media tidak mengatakan apa-apa yang orang pikirkan tetapi apa-apa yang harus dipikirkan.

Contoh dari praktik penentuan agenda setting berasal dari periode pengungkapan korupsi dari jurnalisme AS. Lincoln Steffens (1931) menggambarkan dalam salah satu bab autobiografinya yang berjudul “Saya Membuat Gelombang Kejahatan”. Steffen berprofesi sebagai wartawan di surat kabar New York, Evening Post. Dia mengatakan selalu ada banyak kejahatan dari ruang bawah tanah kantor polisi yang dapat diceritakan, namun tidak dilaporkan dalam surat kabar.1

Steffens memutuskan untuk melaporkan salah satu berita kejahatan yang melibatkan keluarga terkenal. Ketika

1 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta:

(27)

koran tersebut terbit, seorang reporter bernama Riss ditanya oleh surat kabarnya mengapa dia tidak mempunyai berita tersebut. Kemudian dia berupaya mencari berita kejahatan lain agar tidak ketinggalan dari surat kabar lainnya.

Bahkan berita kejahatan ditulis ulang dengan berbagai penambahan. Kemudian menghasilkan peningkatan tajam pada pemberitaan kasus kejahatan, yang kemudian diberi nama “gelombang kejahatan”. Di samping itu, seorang mantan komisaris polisi yang bernama Teddy Rooselvet berhasil menyelidiki apa yang diistilahkan “gelombang kejahatan”. Teddy juga menerima penghargaan karena menemukan bahwa isu tersebut benar disebabkan oleh Steffens dan Riss.

Dari contoh kasus Steffens, khalayak melihat kejahatan sebagai isu penting hanya karena berita kejahatan lebih sering dimuat dalam berita surat kabar. Proses ini merupakan bagian dari kerja penentu agenda setting. Kemungkinan tindakan penentu agenda setting karena perhatian media massa pada sebuah isu yang menyebabkan isi tersebut diangkat karena nilai pentingnya kepada publik.

Penelitian pertama hipotesis penentuan agenda setting ditemukan oleh McCombs dan Shaw. Mereka meneliti penentuan agenda dalam kampanye presiden tahun 1968 dan membuat hipotesis bahwa media massa

(28)

menentukan agenda untuk setiap kampanye politik yang memengaruhi sikap terhadap isu-isu politik.2

Hasil dari penelitian yang ditulis Maxwell E. McCombs dan Donald Shaw mengatakan bahwa media terlihat memberikan dampak yang cukup banyak terhadap subjek penelitian perihal apa yang mereka anggap isu utama. Data menunjukkan ada hubungan yang kuat antara penekanan pada berbagai isu kampanye dengan penilaian pemilih atas apa yang dianggap penting.3 Nilai penting sebuah isu berdasarkan pada banyaknya jumlah artikel yang dimuat dan banyaknya liputan terhadap isu tersebut.

Hasil penelitian awal McCombs dan D. Shaw memang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pemberitaan media dengan isu-isu publik. Namun hal tersebut menimbulkan pertanyaan. Jika ada hubungan sebab akibat bagaimana kita dapat melihat penentu agenda dapat dipakai pada isu selain kampanye. Apakah agenda setting hanya terbatas pada isu kampanye saja atau bisa dipakai pada isu-isu lainnya?

Selain pertanyaan di atas, dewasa ini media berkembang dan beragam jenis. Kemajuan teknologi internet melahirkan jenis media baru seperti media online

2 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2012), hal 31.

3 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta:

(29)

sehingga memberikan banyak alternatif bagi khalayak untuk memilih saluran. Bahkan media lebih banyak berpihak kepada publik dalam menentukan isu. Pertanyaannya sejauh mana kekuatan media mampu memengaruhi publik?

Walaupun ada keterbatasan, penelitian McCombs dan D. Shaw telah menginspirasi penelitian lain. Shanto Iyengar dan Donald Kinder mencoba mengatasi beberapa masalah dalam penelitian terdahulu (1987). Hasil dari penelitian melihat agenda setting sebagai suatu teori dapat muncul ke permukaan ketika sebuah isu-isu krusial penting menjadi diskusi nasional dan mendapatkan perhatian besar dari berita nasional sehingga isu tersebut dipandang penting juga oleh publik.

Menurut Manheim konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijakan. Masing-masing agenda tersebut mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:4

1. Agenda media memiliki dimensi:

a) Visibility yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,

(30)

b) Audience salience yaitu tingkat menonjol bagi khalayak, relevasi isi berita dengan kebutuhan khalayak.

c) Valence yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Agenda khalayak memiliki dimensi:

a) Familiary yaitu keakraban atau derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.

b) Personal salience yaitu penonjolan pribadi atau relevansi kepentingan dengan ciri pribadi. c) Favorability yaitu kesenangan atau

pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.

3. Agenda kebijakan memiliki dimensi:

a) Support yaitu dukungan atau kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu. b) Likelihood of action yaitu kemungkinan kegiatan atau kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

c) Freedom of action yaitu kebebasan bertindak atau nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

Konseptualisasi dalam agenda media merujuk pada teori agenda setting yang dikemukakan oleh McComb dan

(31)

Shaw. Konsep ini dapat langsung diturunkan ke dalam tiga indikator pengukuran, yaitu:5

1. Isu yang diberitakan media. Isu mana yang paling banyak diberitakan oleh media, maka isu tersebutlah yang ingin disorot oleh media.

2. Panjang berita dalam surat kabar. Dengan mengukur panjang berita dalam halaman surat kabar.

3. Penempatan isu tersebut dalam halaman-halaman surta kabar. Surat kabar yang memberitakan isu pelarangan cadar dan celana cingkrang dalam jumlah cukup banyak, dengan halaman yang panjang mencerminkan agenda media yang ingin disampaikan kepada khalayak.

Secara umum riset agenda setting secara kuantitatif, model penelitiannya digambarkan secara linear. Variabel media massa diukur melalui analisis isi kuantitatif. Analisis ini menentukan peringkat berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatan, frekuensi), dan konflik (cara penyajiannya).6 Dengan demikian, diharapkan analisis penelitian ini mampu mengkaji fenomena agenda media

5 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu

Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), hal 197.

6 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:

(32)

dalam pemberitaan pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co.

B. Berita

Dewasa ini era digital membuat informasi semakin inovatif melalui berbagai platform. Naluri ingin tahu manusia menjadi alasan mengapa informasi dijadikan kebutuhan pokok bagi khalayak. Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta memenuhi realitas manusia. Supaya lebih akurat media massa menyempurnakan informasi menjadi berita yang memuat kaidah jurnalistik.

Istilah Inggris untuk maksud “berita”, berasal dari “new” (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dengan kata lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news). Sementara Dr. Willadr G. Bleyer mendefinisikan berita sebagai segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik adalah berita yang paling menarik perhatian bagi orang banyak.7

Berita yang menarik harus mempunyai nilai berita. Nilai berita berarti kadar yang ditentukan dari kualitas sebuah berita. Nilai berita juga merupakan hal-hal yang dapat dijadikan penentu apakah berita tersebut layak untuk

7 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi,

(33)

disajikan kepada khalayak. Maka ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki agar bisa dikategorikan sebagai berita:8

1. Aktual, suatu hal yang baru atau sedang hangat sebuah kabar bagi khalayak. aktualitas berita juga ditentukan bila berita itu belum pernah diketahui masyarakat sekalipun peristiwanya sudah lama berlalu. Jadi, ukuran aktualitas itu ada dua, yakni terkiat dengan kebaruan dan belum pernah diketahui khalayak.

2. Menarik, ukuran daya tarik berita sangat bergantung pada kebesarannya dan keunikannya yang dapat membuat penting diketahui khalayak. 3. Berguna, khalayak mendapatkan manfaat setelah

mengonsumsi berita tersebut.

4. Kedekatan, terdapat hubungan yang erat atau dekat antara sebuah berita dengan khalayak. Hal tersebut dapat diukur dari jarak lokasi peristiwa dengan tempat tinggal, hubungan profesi, dan psikologis. 5. Keterkenalan, semakin populer seseorang, tempat,

dan benda, maka semakin menarik untuk dijadikan bahan berita.

8 Arifin S. Harahap, Manajemen Pemberitaan dan Jurnalistik TV,

(34)

6. Pertentangan, segala sesuatu yang bersifat pertentangan menarik untuk diberitakan karena konflik adalah bagian dari kehidupan manusia. 7. Kemanusiaan, segala kisah yang dapat

membangkitkan emosi manusia, baik sedih, lucu, maupun dramatis.

Adapun beberapa cara untuk melaporkan atau memberitakan sesuatu sesuai dengan tujuan dari apa yang ingin disampaikan. Berita memiliki jenis yang beragam. Jenis berita secara umum dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu:9

1. Berita langsung (Straight News) merupakan liputan berita yang dibuat untuk menyampaikan peristiwa yang secepatnya harus diketahui khalayak. Biasanya berita langsung menyajikan informasi terpenting saja. Jenis berita ini sangat terikat waktu karena informasi akan cepat basi jika terlambat disampaikan kepada khalayak.

2. Berita mendalam (Depth News Report) ditulis secara mendalam dan lengkap. Berita jenis ini melaporkan peristiwa yang membutuhkan informasi secara intensif. Berita mendalam bertujuan untuk memperoleh keterangan dan

9 Inung Cahya, Menulis Berita di Media Massa, (Yogyakarta: Citra

(35)

mengungkapkan fakta-fakta yang masih belum terungkap.

3. Berita menyeluruh (Comprehensive News Report) merupakan berita tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita jenis ini keberadaannya dianggap sebagai penyempurna berita langsung.

4. Berita pelaporan interpretative (Interpretative News Report) memfokuskan pada sebuah isu, masalah, atau peristiwa yang bersifat kontroversial. Namun, laporan tetap berfokus pada fakta bukan opini. Berita interpretative sangat bergantung pada pertimbangan nilai dan fakta yang ada. Berita jenis ini informasinya diperoleh langsung dari narasumber.

5. Berita pelaporan cerita khas (Feature Story Report) merupakan bentuk berita ringan yang mendalam, menghibur, enak untuk disimak, dan biasanya menggunakan teknik pengisahan sebuah cerita. Ciri khas sebuah feature adalah mengandung unsur sastra. Unsur-unsur feature lainnya yaitu kreatifitas, informatif, menghibur, dan tidak dibatasi waktu.

C. Media Online

Menurut definisi, media online disebut juga sebagai media siber yang dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara online di situs web internet. Pedoman Pemberitaan

(36)

Media Siber (PPMS) yang dikeluarkan Dewan Pers mengartikan media siber sebagai “segala bentuk media yang menggunakan medium internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers”.10

Dalam perspektif studi media atau komunikasi massa, media online menjadi objek kajian teori media baru (new media), yaitu istilah yang mengacu pada permintaan akses ke konten (isi/informasi) kapan saja, di mana saja, pada setiap perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipasi kreatif, dan pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi real time. Sifat new media itu sendiri yaitu cair, konektivitas individual, dan menjadi sarana untuk membagi peran kontrol sekaligus kebebasan.11

Kemampuan membangun forum sebagai ruang interaksi dan ekspresi diri merupakan salah satu kelebihan media online sebagai salah satu tipe new media. Hal tersebut dapat menguntungkan pengguna karena

10

https://dewanpers.or.id/berita/detail/607/rancangan-pedoman-pemberitaan-media-siber diakses pada 15 November 2011.

11 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online Panduan Mengelola

(37)

mendapatkan berbagai informasi. Selain itu terdapat keunggulan lain dari media online, yaitu:12

1. Kontrol audiens, masyarakat lebih leluasa memilih informasi yang cocok.

2. Nonlinear, menyediakan ruang berita atau cerita yang lebih kontekstual, lebih panjang.

3. Tersimpan dan bisa dicari lagi informasinya, mampu menyimpan jumlah data, cerita amat banyak, dan bisa diakses ulang.

4. Ruang tidak terbatas, menghadirkan ruang tanpa batas hamparan maupun batasan waktu.

5. Cepat, informasi hadir amat cepat dan praktis. 6. Kapabilitas multimedia, memungkinkan wartawan

menggabungkan teks, suara, video, dan berbagai konten berita yang lain.

Berkembangnya media online di Indonesia dapat mempengaruhi kualitas jurnalisme. Kemunculan media siber ini menjadi kiblat baru yang mengabdi pada kecepatan. Namun, kecepatan sering kali mengabaikan kelengkapan dan mengorbarkan verifikasi. Kebenaran jurnalistik semakin tidak terjangkau dengan rutinitas yang serba cepat demi menarik klik pengunjung ke laman berita.

12 M. Fikri, Konflik Agama dan Konstruksi New Media, (Malang: UB

(38)

D. Cadar dan Celana Cingkrang Menurut Islam

Cadar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kain penutup kepala atau muka bagi perempuan. Cadar merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab. Pengguna cadar berarti menambahkan penutup sebagian wajah yaitu hidung dan mulut, sehingga hanya terlihat mata saja. Sementara cadar dalam Bahasa Persia berarti tenda, yang telah dikenakan oleh perempuan-perempuan bangsawan di tempat umum sejak dinasti Hakhamanesh.13

Penggunaan cadar sering dijumpai di Arab Saudi atau Timur Tengah. Keadaan tersebut disebabkan oleh iklim cuaca yang panas dan faktor geografis di gurun pasir yang penuh debu. Menurut Dosen Antropologi Budaya King Fahd University of Petroleum and Minerals Dhahran Saudi Arabia, Prof. Sumanto Al-Qurtuby mengatakan bahwa cadar bukanlah sebuah kewajiban dalam Islam. Cadar lahir dari budaya situasi dan kondisi sosial serta lingkungan timur tengah.14

Menurut ulama dan filosof besar Iran kontomporer, Murtadha Muthahhari, pakaian penutup seluruh tubuh perempuan termasuk cadar telah dikenal di kalangan bangsa-bangsa kuno, jauh sebelum datangnya Islam, dan

13 Alif Fathur Rahman dan Muhammad Syafiq, Motivasi, Stigma dan

Coping Stigma pada Perempuan Bercadar, Jurnal Psikologi Teori dan

Terapan, Vol. 7, No. 2, (2017), hal 104.

14 Lisa Aisiyah Rasyid dan Rosdalina Bukido, Problematika Hukum

Cadar dalam Islam: Sebuah Tinjauan Normatif-Historis, Jurnal Ilmiah

(39)

lebih melekat pada orang-orang Persia, khususnya suku Sassan di Iran.15 Mereka menilai wanita sebagai makluk tidak suci yang mengharuskan menutup mulut dan hidung agar nafas wanita tersebut tidak mengotori api suci yang merupakan sesembahan agama Persia lama.

Dalam riwayat dikemukakan bahwa istri-istri Rasulullah pernah keluar malam untuk suatu keperluan (buang air). Pada saat itu orang-orang munafik mengganggu dan menyakiti mereka. Kemudian Rasulullah menegur orang-orang munafik tersebut. Mereka menjawab: “Kami hanya mengganggu hamba sahaya”. Maka turun surat al-Ahzaab[33]: 59 sebagai perintah untuk berpakaian tertutup, agar berbeda dari hamba sahaya.16

Cadar (niqab) merupakan bagian dari salah satu jenis pakaian yang digunakan oleh sebagian perempuan di masa Jahiliyah. Kemudian penggunaan cadar tetap berlangsung hingga masa Islam. Nabi Muhammad saw tidak mempermasalahkan model pakaian tersebut, tetapi tidak sampai mewajibkan, menghimbau atau menyunahkan cadar kepada perempuan. Seandainya cadar dapat menjaga

15 Toha Andiko, Larangan Bercadar di Perguruan Tinggi Perspektif

Sadd Al-Dzari’ah, Jurnal Madania, Vol. 22, No, 1, (Juni 2018), hal 117.

16 Toha Andiko, Larangan Bercadar di Perguruan Tinggi Perspektif

(40)

marwah perempuan, tentu Nabi Muhammad saw akan mewajibkannya kepada istri-istrinya.17

Awal mula penggunaan cadar di Indonesia ditandai dengan banyaknya ulama yang menuntut ilmu di Timur Tengah. Kota suci Mekkah memperkenalkan pemakaian jilbab kepada para wanita Muslimah sepulang mereka ke tanah air. Sejak awal abad ke-19 pemakaian jilbab diperjuangkan oleh Gerakan Paderi di kalangan masyarakat Minangkabau. Dari aturan pemakaian jilbab tersebut meningkatkan kesadaran sebagian wanita Muslimah menggunakan jilbab yang melekat dengan cadar.18

Penggunaan cadar tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan budaya masyarakat setempat. Daerah yang memiliki budaya yang cocok dengan pakaian tersebut seperti masyarakat Arab, maka tidak menjadi masalah. Sedangkan penggunaan cadar di daerah lain, misalnya Indonesia, yang tidak memiliki tradisi penggunaan cadar maka bisa jadi berbeda.

Konteks sosial dan budaya bergantung pada kesepakatan bersama dari masyarakat setempat atau bisa dilihat dari perilaku masyarakat yang sudah dianggap sebagai tradisi. Oleh karena itu, kehidupan Muslimah

17 Toha Andiko, Larangan Bercadar di Perguruan Tinggi Perspektif

Sadd Al-Dzari’ah, Jurnal Madania, Vol. 22, No, 1, (Juni 2018), hal 116.

18 Abdul Karim Syeikh, Pemakaian Cadar dalam Perspektif

Mufassirin dan Fuqaha’, Jurnal Al-Mu’ashirah, Vol. 16, No, 1, (Januari 2019), hal 49-50.

(41)

pengguna cadar berbeda-beda di berbagai daerah. Sedangkan menurut pandangan islam, hukum bercadar dalam perspektif mazhab terdapat empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali.

Dalam mazhab Hanafi, pada prinsipnya wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Menurut mazhab Maliki sama halnya dengan mazhab Hanafi, hanya yang membedakan di luar salat dan di dalam salat. Di luar salat wajah wanita bukan aurat namun cadar hukumnya sunah, sementara di dalam salat hukumnya makruh karena termasuk tindakan yang berlebih.19

Penggunaan cadar menurut mazhab Syafi’i mewajibkan bagi Muslimah untuk bercadar di luar salat dengan alasan khawatir menimbulkan fitnah, walaupun pada dasarnya wajah dan telapak tangan bukanlah termasuk aurat. Sementara di dalam salat, makruh hukumnya bagi Muslimah untuk bercadar. Sedangkan menurut mazhab Hambali bahwa untuk di luar salat, seluruh tubuh wanita adalah aurat sehingga wajib untuk menutupinya, termasuk memakai cadar. Pengecualian hanya di dalam salat yaitu khusus wajah yang tidak

19 Toha Andiko, Larangan Bercadar di Perguruan Tinggi Perspektif

(42)

termasuk aurat, sehingga hukumnya mubah untuk tidak ditutupi.20

Selain cadar, keberadaan celana cingkrang juga kerap kali dibicarakan oleh khalayak. Celana cingkrang yang sudah banyak diketahui masyarakat pada umumnya merupakan pakaian tubuh bagian bawah khususnya bagian pusar sampai kaki. Celana cingkrang berbeda dengan model sarung maupun rok. Istilah cingkrang ditujukan pada pakaian yang biasanya hanya sampai pertengahan betis atau sedikit lebih tinggi dari mata kaki, tetapi tidak sampai setinggi lutut.21

Di samping munculnya fenomena celana cingkrang, terdapat muatan pesan tentang larangan isbal pada hadis. Isbal merujuk pada definisi menurunkan, memanjangkan atau membentangkan pakaian sampai melewati mata kaki atau bahkan hingga menyentuh tanah.22 Memanjangkan pakaian dianggap sombong karena termasuk perbuatan yang berlebihan.

Persoalan isbal tidak terbatas pada persoalan celana, melainkan pada pakaian model jenis apa pun, seperti sarung, jubah dan sebagainya. Hal ini dapat

20 Toha Andiko, Larangan Bercadar di Perguruan Tinggi Perspektif

Sadd Al-Dzari’ah, Jurnal Madania, Vol. 22, No, 1, (Juni 2018), hal 121-122.

21 Miski, Fenomena Meme Hadis Celana Cingkrang dalam Media

Sosial, Jurnal Multikultural, Vol. 16, No, 2, (Desember 2017), hal 295.

22 Miski, Fenomena Meme Hadis Celana Cingkrang dalam Media

(43)

dipahami dengan realitas bahwa dalam konteks Indonesia, celana lebih sering digunakan dalam beragam acara. Sehingga penggunaan kata celana mestinya lebih relevan apabila dimaksudkan dalam konteks Indonesia.

Larangan isbal ini berbeda dengan sudut pandang mayoritas ulama. Mereka melihat dari kontekstual, yang menegaskan bahwa larangan isbal dalam pengertian haram apabila disertai adanya perasaan sombong. Namun jika tidak seiring dengan perasaan sombong, hukumnya boleh atau makruh. Perbedaan tentang wacana keagamaan selalu identik dengan perdebatan antar kelompok (mazhab) tanpa terkecuali persoalan isbal.23

E. Kerangka Pemikiran

Dalam analisis ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahap awal dari analisis isi adalah merumuskan tujuan dan konseptualisasi. Penulis kemudian menyusun lembar coding. Semua data dihitung dan ditabulasi, dalam bentuk tabel dan grafik. Sebelum lembar coding dipakai dalam penelitian, kategori-kategori perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian kategori bertujuan untuk mengetahui bahwa lembar coding sudah terpercaya atau belum. Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:

23 Miski, Fenomena Meme Hadis Celana Cingkrang dalam Media

(44)

a) Merumuskan tujuan analisis, apa yang ingin diketahui lewat analisis ini, hal-hal apa saja yang menjadi masalah penelitian dan ingin dijawab lewat analisis isi.

b) Konseptual dan opersionalisasi, merumuskan konsep penelitian dan melakukan opersionalisasi sehingga konsep bisa diukur.

c) Lembar coding, yaitu menurunkan opersionalisasi ke dalam lembar coding.

d) Populasi dan sampel, peneliti merumuskan populasi dan sampel analisis isi, apakah populasi dapat diambil semua atau hanya mengambil beberapa konten saja.

e) Pelatihan coder dan pengujian validitas kepercayaan, penulis memberikan pelatihan kepada coder yang akan membaca dan menilai isi. Penulis menguji realibilitas. Jika realibilitas belum memenuhi syarat, dilakukan pengubahan lembar coding sampai angka realibilitas.

f) Proses coding, penulis mengkode semua isi berita ke dalam lembar coding yang telah disusun.

g) Penghitungan realibilitas final, penulis menghitung angka realibilitas dari hasil coding dengan menggunakan rumus atau formula yang tersedia. h) Input data dan analisis, penulis melakukan input

(45)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Menurut Kuhn konsep paradigma adalah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu. Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme yang dikemukakan oleh seorang filsuf Prancis, Auguste Comte. Paradigma positivisme Comte hanya menerima pengetahuan faktual dan fakta positif. Istilah positif yang Auguste Comte maksud adalah fakta yang nyata, sesuatu yang dapat diuji atau diverifikasi oleh setiap orang yang ingin membuktikan kebenarannya.1

Dalam hukum tiga tahap perkembangan menurut Comte, ilmu pengetahuan positif dianggap mampu mencapai kebenaran dan membawa kemajuan. Pola pikir ilmiah paham positivisme mengatakan bahwa setiap peristiwa memiliki peristiwa pendahulunya, benda-benda yang ada tidak mungkin muncul begitu saja melainkan ada penyebab kemunculannya.2

Namun, paham positivisme hanya melihat manusia sebagai realitas dan hal ini telah menyingkirkan perspektif lain (dimensi subjek). Selain itu, positivisme juga tidak

1 Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal 142.

2 Janet M. Ruane, Dasar-dasar Metode Penelitian: Panduan Riset

(46)

mampu menjangkau segi historisitas manusia dan tidak mampu menjelaskan keberagaman budaya dan keunikan manusia.3 Penulis menggunakan paradigma positivisme dalam penelitian ini karena ingin melihat apa yang diagendakan media terhadap isu pelarangan cadar dan celana cingkrang.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pendekatan kuantitatif melihat objek penelitian memiliki keberaturan, di mana semua objek harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, serta bebas nilai atau objektif.4 Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dirasa tepat dan berkaitan untuk mengetahui kuantitas ketertarikan media pada isu pelarangan cadar dan celana cingkrang.

C. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisis isi. Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih datanya dengan memperhatikan konteksnya.5 Penelitian dengan metode analisis isi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara

3 Koento Wibisono, Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme

Auguste Comte, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982), hal 64.

4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,

Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta:

Kencana, 2005), hal 40.

5 Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi

(47)

sistematis isi dari komunikasi yang tampak, objektif, valid, replikasi dan reliabel.6

Dalam sebuah analisis isi, jenis pembuktian untuk mengkaji kesahihan hasilnya harus dispesifikasikan sehingga cukup jelas agar dapat dipahami. Pada penelitian ini berita-berita pelarangan cadar dan celana cingkrang yang sudah dipilih secara manual dari sampel media online akan dianalisis dan dikoding sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan responden sebagai pelaku yang memahami objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah media online Tempo.co. Sedangkan objek penelitian merupakan sasaran atau target dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah berita-berita terkait pelarangan cadar dan celana cingkrang.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7 Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk

6 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu

Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), hal

11-15.

7 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(48)

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi juga dikatakan keseluruhan dari objek penelitian, sehingga objek tersebut dapat menjadi sumber data penelitian.8

Sampel adalah proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, dan melakukan pengamatan pada populasi yang diteliti. Sehubung dengan sampel yang digunakan porsinya cukup mewakili populasi, maka kita dapat menggeneralisasikan dan yakin bahwa generalisasi yang diambil dapat menggambarkan populasi, sehingga penemuan dan kesimpulan yang diperoleh adalah valid.9

Dalam penelitian ini penulis mengambil seluruh populasi sebagai sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah berita terkait pelarangan cadar dan celana cingkrang yang diberitakan oleh portal berita Tempo.co sebanyak 32 judul dari tanggal 31 Oktober sampai 11 Desember dengan menggunakan judul sebagai sampel.

Perincian dari daftar berita pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co adalah sebagai berikut:

8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,

Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), hal 109.

9 Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:

(49)

Table 1. Sampel Berita Penelitian

NO TANGGAL JUDUL BERITA

1 31 Oktober 2019 Fachrul Razi Anggap PNS Pakai Celana Cingkrang Tak Sesuai Aturan

2 31 Oktober 2019 Fachrul Razi Persilakan ASN Bercelana Cingkrang untuk Keluar

3 31 Oktober 2019 Soal Cadar, Fachrul Razi: Bahaya, Orang Masuk Tak Tahu Mukanya 4 31 Oktober 2019 DPR Minta Pemerintah Urusi

Radikalisme, Bukan Cadar atau Celana 5 31 Oktober 2019 Sebut Tak Pernah Larang Cadar, Fachrul

Razi: Hanya Rekomendasi

6 1 November 2019 Kontroversi Fachrul Razi: Dari Cadar Hingga Celana Cingkrang

7 1 November 2019 Menag Fachrul Razi: Cadar dan Celana Cingkrang Bukan Ukuran Takwa 8 1 November 2019 DPR Minta Fachrul Razi Tak Asal

Bicara soal Celana Cingkrang

9 1 November 2019 PBNU Tak Sepakat Wacana Pelarangan Cadar dari Menag Fachrul Razi

10 1 November 2019 Wacana Larangan Cadar untuk ASN, Ma'ruf Amin: Untuk Kedisiplinan 11 1 November 2019 Jokowi Ikut Bicara Soal Celana

Cingkrang dan Cadar Bagi PNS 12 2 November 2019 MUI Minta Kemenag Tak Urus Cadar

dan Celana Cingkrang

13 2 November 2019 PKS Soal Celana Cingkrang: Mungkin Menteri Agama Tidak Tahu Gaya 14 2 November 2019 Cadar dan Celana Cingkrang Dilarang di

(50)

15 3 November 2019 Larangan Cadar dan Celana Cingkrang, Wamenag: Penegakan Disiplin

16 3 November 2019 Kemenag akan Minta Masukan Soal Larangan Cadar - Celana Cingkrang 17 4 November 2019 Yusuf Mansur: Tidak Elok Generalisir

Cadar dan Celana Cingkrang

18 4 November 2019 Soal Cadar ASN, Menpan RB: Silakan, Tapi Jangan di Kantor

19 5 November 2019 Komisi Agama ke Fachrul Razi: Bahas Celana Cingkrang akan Panjang 20 5 November 2019 Fachrul Razi Minta Maaf Soal Polemik

Cadar dan Celana Cingkrang

21 7 November 2019 DPR Panggil Menteri Agama Fachrul Razi Hari Ini

22 7 November 2019 DPR Akan Klarifikasi Fachrul Razi Soal Celana Cingkrang dan Cadar

23 7 November 2019 Ma'ruf Amin Bicara Celana Cingkrang, Radikalisme dan Intoleransi

24 7 November 2019 DPR Minta Fachrul Razi Setop Keluarkan Pernyataan Kontroversial 25 7 November 2019 Disuruh Belajar Agama Lagi, Fachrul

Razi Merespons Begini

26 7 November 2019 Menteri Fachrul Razi: Saya Juga Pakai Celana Cingkrang

27 7 November 2019 Menteri Fachrul Razi Ogah Cadar Jadi Ukuran Ketakwaan

28 7 November 2019 Gerindra Usulkan Fachrul Razi Buat Aturan ASN Dilarang Bercadar 29 8 November 2019 Ma'ruf Amin Tegaskan Radikalisme

(51)

30 8 November 2019 Ma'ruf Amin: Pakaian Tak Perlu Diatur untuk Cegah Radikalisme

31 17 November 2019

Imparsial Ungkap Sebab Intoleransi Masih Terjadi di Indonesia

32 11 Desember 2019

Kepala BNPT: Jangan Menstigma Cara Berpakaian dengan Radikalisme

F. Jenis Penelitian

Sifat penelitian ini berdasarkan tujuannya adalah deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana isu pelarangan cadar dan celana cingkrang ditampilkan dalam surat kabar online nasional. Penelitian deskriptif ini akan menentukan dan melaporkan keadaan yang sekarang sedang terjadi. Jenis penelitian deskriptif juga membantu memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas mungkin.10

G. Operasionalisasi Konsep

Proses operasionalisasi adalah proses menurunkan suatu konsep yang abstrak ke tingkat yang lebih konkret. Konsep yang abstrak karenanya dioperasionalisasikan menjadi indikator-indikator yang dapat diamati secara empiris.

Pada penelitian ini mennggunakan satu variabel, yaitu agenda media. Variabel media massa diukur melalui

10 Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan

(52)

analisis isi kuantitatif. Analisis isi untuk menentukan ranking berita berdasarkan frekuensi pemberitaan mengenai isu-isu tersebut. Isu pelarangan cadar dan celana cingkrang adalah laporan yang berkembang di Tempo.co.

Jadi operasionalisasi konsep analisis isi adalah suatu laporan berita mengenai pelarangan cadar dan celana cingkrang di Tempo.co. Berita di Tempo.co ini dioperasionalisasikan sebagai urutan ranking tema berita yang terdiri 32 judul berita dari 31 Oktober hingga 11 Desember 2019.

Setelah pengumpulan berita-berita, peneliti membuat kategori. Diperlukan instrument utama dalam penelitian ini yaitu kategorisasi. Fungsi kategorisasi sama seperti kuesinoner dalam penelitian survei. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi konten berita yang kita kategorikan.

Peneliti membuat kategori secara sistematik beserta penjelasan, sebagai berikut:

1. Wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang. Kategori ini difokuskan pada pemberitaan yang berisi pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi bahwa cadar dan celana cingkrang tidak sesuai aturan berpakaian ASN. Fachrul Razi minta ASN ikuti aturan berpakaian serta merekomendasi larangan cadar dan celana cingkrang. Kategori ini

(53)

terfokus pada sangkalan pendapat lain dan penjelasan mengapa ada wacana pelarangan tersebut.

2. Kebijakan aturan berpakaian di instansi pemerintahan.

Kategori ini ditujukan pada kebijakan yang diambil pemerintah terkait pelarangan cadar dan celana cingkrang. Bagaimana dan di mana aturan larangan tersebut diberlakukan, serta proses pengkajian larangan cadar dan celana cingkrang. Kemudian pembahasan pelarangan cadar dan celana cingkrang berlanjut di rapat kerja.

3. Kritikan terhadap wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang.

Kategori ini ditekankan pada seluruh pemberitaan yang menyatakan tanggapan publik tidak atau kurang setuju dengan adanya pelarangan tersebut. Tanggapan publik menyatakan bahwa pelarangan cadar dan celana cingkrang bukan hal yang tepat karena berpakaian merupakan privasi individu dan tidak perlu diatur. Selain itu, publik minta Fachrul Razi meluruskan pernyataannya dan hati-hati saat mengeluarkan pernyataan.

4. Dukungan terhadap wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang.

Kategori ini ditekankan pada pernyataan publik yang sepakat dengan pernyataan Fachrul

(54)

Razi terkait pelarangan cadar dan celana cingkrang. Mereka setuju dengan pelarangan tersebut karena alasan keamanan seusai kasus penusukan mantan Menko Polhukam Wiranto di Banten.

5. Permintaan maaf Fachrul Razi.

Kategori ini difokuskan pada permintaan maaf Fachrul Razi atas pernyataan sebelumnya. Kemudian Fachrul Razi mengklarifikasi tidak pernah melarang cadar dan celana cingkrang. 6. Radikalisme berkaitan dengan pola pikir, tidak

terkait dengan pakaian.

Kategori ini ditekankan pada pemberitaan yang menyatakan cadar dan celana cingkrang tidak bisa digeneralisasikan sebagai radikalisme. Pakaian tidak ada sangkut paut dengan radikalisme, justru radikalisme berkaitan dengan pola pikir.

Setelah data diberi kategori, data tersebut diberikan kepada coder atau juri. Juri membantu penelitian untuk membaca dan menilai isi dan mengategorikan isi ke dalam kategori-kategori yang telah dibuat. Tiga orang juri dipilih sesuai dengan kriteria dalam syarat-syarat metode penelitian analisis isi yaitu:

a. Juri 1

Juri 1 adalah peneliti dalam penelitian ini yaitu Aulia Fikriani Dewi, Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti pernah

(55)

menjadi reporter DNK TV dan LPM Journo Liberta. Selain itu, peneliti juga memiliki pengalaman magang di O Channel sebagai Production Assistant selama dua bulan.

b. Juri 2

Rayhan Bayruni merupakan alumni Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015. Selama kuliah ia pernah menjadi reporter DNK TV dan presenter BINUS TV. Ia juga pernah magang sebagai penyiar di Radio Box, Gandaria City Mall. Saat ini, ia bekerja sebagai content analyzing di perusahaan aplikasi Tik Tok.

c. Juri 3

Imamatul Silfia merupakan alumni Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016. Saat ini, ia menjadi reporter magang kanal sains di Kompas.com. Ia juga pernah magang sebagai reporter di Gatra.com pada 2019. Masing-masing juri akan diberi lembar coding dan diminta memberikan penilaian sesuai dengan petunjuk. Juri membaca berita Tempo.co kemudian memasukkannya ke dalam coding sheet, yaitu berupa tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori berita yang akan diukur. Kemudian hasil dari pengisian juri akan diperbandingkan dan dihitung berapa jumlah persetujuan antar juri.

(56)

Peneliti menggunakan rumus Holsti yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi kuantitatif untuk mencari koefisien reliabilitas kategori antar juri yaitu sebagai berikut:

CR = 2𝑀

𝑁1+𝑁2

Keterangan:

CR = Coeficient Reliability

M = Jumlah kesepakatan antar juri

N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri Rumus Komposit Reliabilitas

𝑁 (𝑋 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑟𝑖) 1 + (𝑁 − 1)(𝑋 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑗𝑢𝑟𝑖) Keterangan:

N = Jumlah juri

X = Rata-rata koefisien reliabilitas antar juri Dalam formula Holsti, angka reliabilitas yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukkan angka reliabilitas di atas 0,7 berarti alat ukur ini benar-benar reliabel. Tetapi jika di

(57)

bawah angka 0,7 berarti alat ukur bukan alat ukur yang reliabel.11

H. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer didapatkan melalui observasi. Observasi adalah kegiatan mengamati langsung yang datanya dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini berupa kumpulan berita mengenai pelarangan cadar dan celana cingkrang yang didapat dari portal berita Tempo.co pada periode 31 Oktober hingga 11 Desember 2019 sebanyak 32 judul pemberitaan dengan 238 Paragraf.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan situs-situs internet yang berkaitan dengan isu pemberitaan yang menjadi objek penelitian.

I. Teknik Analisis Isi

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis isi Krippendorff yang menyatakan bahwa analisi

11 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu

(58)

isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dan sahih datanya dengan memerhatikan konteksnya.12 Jenis pembuktian untuk mengkaji kesahihan hasilnya harus dispesifikasikan sehingga cukup jelas agar dapat dipahami. Tujuan dari penelitian teknik analisis isi adalah mendeskripsikan karakteristik pesan yang ada dalam ranah publik perantaraan teks.13

Perkembangan teknik analisis isi sangat pesat terutama pada penelitian untuk media televisi. Perkembangan tersebut dipicu oleh penelitian tentang posisi perempuan dalam propaganda acara televisi. Data-data penelitian berupa frekuensi pesan yang muncul akan dilihat berdasarkan tema-tema atau topik, sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian.14

Peneliti menggunakan tata cara pengukuran analisis isi kuantitatif. Analisis isi kuantitatif adalah analisis yang digunakan hanya memfokuskan pada bahan yang tersurat saja. Peneliti hanya meng-coding (memberi tanda) apa yang dilihat berupa suara, tulisan di surat kabar atau gambar di telivisi. Analisis kuantitatif mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasikan isi pernyataan,

12 Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi

Terjemahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), hal 15.

13 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan

Aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), hal 146.

14 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan

Gambar

Table 1. Sampel Berita Penelitian ............................................... 35  Table 2
Table 1. Sampel Berita Penelitian
Table 2. Kategori Isu Pemberitaan Pelarangan Cadar  dan Celana Cingkrang di Tempo.co
Table 4. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori  Isu Pemberitaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, berdasarkan pada pengertian diatas, sosiologi sastra hakikatnya adalah interdisiplin antara sosiologi dengan sastra, yang menurut Ratna (2004: 23)

Data yang dapat dihimpun selama penelitian, baik berupa data maupun informasi hasil wawancara dengan 9 informan dan 2 key informan berkaitan dengan masalah

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa respondenyang menggunakan alat kontrasepsi hormonal lebih darisatu tahun yang mengalami peningkatan berat badanadalah sebesar 85,7%

Oleh karena itu, untuk dapat mengeksplorasi materi yang penulis tuangkan dalam buku modul tersebut, maka dibutuhkan berbagai masukan dari berbagai pihak sehingga buku modul

Yunus Bengkulu dalam implementasi kebijakan peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 pasal 21 tentang rumah sakit daerah menjadi unit pelaksana teknis dinas kesehatan

Pendampingan manajemen pemasaran yang akan dilakukan yaitu mendampingi menawarkan dan menitipkan makanan kecil (aneka snack) Bu Diah Dharma Astuti dan makanan kecil (aneka snack)

Oleh karena itu, meskipun terdapat pengenalan sel T terhadap molekul peptida spesifik jaringan atau kompleks MHC, namun bila tidak terdapat ikatan dengan molekul ko-stimulator,