• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN AGRIBISNIS JERUK BESAR (Citrus grandis) DI KABUPATEN PANGKAJENE dan KEPULAUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN AGRIBISNIS JERUK BESAR (Citrus grandis) DI KABUPATEN PANGKAJENE dan KEPULAUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN AGRIBISNIS JERUK BESAR (Citrus grandis)

DI KABUPATEN PANGKAJENE dan KEPULAUAN Oleh:

Muhammad Idris

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa Makassar

ABSTRAK

Pembangunan jangka panjang di Indonesia telah meletakkan titik berat prioritas pada pembangunan ekonomi dengan sasaran utama untuk mencapai keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor lainnya sepeti industri, perdagangan dan jasa. Pembangunan ekonomi dengan pemberian perioritas pada sektor pertanian.

Tujuan penelitian ini untuk melihat peningkatan pendapatan (nilai tambah ) terhadap petani jeruk besar bila dilakukan diversifikasi saluran distribusi pemasaran, dan mengetahui andil petani di Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada berbagai alternatif saluran distribusi pemasaran.

Hasil penelitian bahwa pendapatan yang diperoleh petani yang menggunakan saluran distribusi langsung lebih tinggi dari pada menggunakan saluran distribusi tidak langsung. Usahatani jeruk di daerah penelitian sangat layak atau menguntungkan untuk dikembangkan berdasarkan analisa, dalam perhitungan marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran pada saluran distribusi I yang medapatkan nilai tertinggi, namun tidak efisien karena jumlah yang terjual kalau petani bertindak sebagai pedagang, dan petani sebaiknya menggunakan saluran distribusi langsung karena petani tidak banyak menanggung resiko.

Kata Kunci : Perbaikan Pola Distribusi Hasil Pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan jangka panjang di Indonesia telah meletakkan titik berat prioritas pada pembangunan ekonomi dengan sasaran utama untuk mencapai keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor lainnya sepeti industri, perdagangan dan jasa. Pembangunan ekonomi dengan pemberian perioritas pada sektor pertanian tidaklah merupakan kasus yang khusus di Indonesia saja, tetapi merupakan garis kebijaksanaan yang mulai populer sejak awal tahun 1960-an (Mubiyarto, 1991).

Hal di atas tercermin pula dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagaimana tertera dalam rencana pembangunan lima tahun ke V. disebutkan bahwa pembangunan sektor pertanian terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian, guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri, memperluas

kesempatan kerja, mendorong kesempatan berusaha serta mendukung pembangunan daerah.

Untuk mendukung usaha pencapaian tujuan tersebut di atas Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah mengundangkan pewilayahan komoditas pertanian, di Sulawesi Selatan dan dilanjutkan dengan program pemerintah yaitu petik olah jual kemudian Grateks-2 (Gerakan Peningkatan Eksport Dua Kali Lipat) dan lanjutannya Gerbang Mas.

Tujuan utamanya adalah mewujudkan pengembangan sektor pertanian secara terarah dan terpadu, pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, membina adanya saling ketergantungan dan menunjang serta keseimbangan antara wilayah dan pengembangan komoditas andalan skala ekonomi.

Salah satu tujuan utama pewilayahan komoditas yaitu mewujudkan pengembangan sektor pertanian secara terpadu yang pada hakekatnya adalah upaya pengembangan

(2)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian.

Produksi pertanian yang dimaksud di sini adalah tanaman holtikultura termasuk komoditi semangka yang merupakan salah satu cabang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan petani.komoditi pertanian holtikultura termasuk komoditi jeruk besar merupakan salah satu tanaman yang sangat dibutuhkan oleh manusia Karena dapat memberikan nilai gizi makanan sebagai sumber vitamin, mineral, dan protein nabati.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka penulis meneliti produksi jeruk besar dan pemasarannya serta dalam kaitannya dengan tingkat nilai tambah terhadap petani produsen khususnya di Kabupaten Pangkajene Kepulauan ( Pangkep ) Popinsi Sulawesi Selatan.

Suatu hal yang merupakan tantangan terhadap Kabupaten Pangkajene Kepulauan adalah pertumbuhan penduduk rata-rata setiap tahunnya meningkat dan tidak seimbang dengan kesempatan kerja yang tersedia. Demikian pula sektor pertanian sehingga pendapatan rata-rata perkapita relative rendah yang seluruhnya belum dapat dipecahkan. Suatu tantangan bahwa bagaimana mempertahankan atau meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan pada umumnya dan khususnya tanaman holtikultura (komodoti jeruk besar) untk dapat mengimbangi tekanan jumlah penduduk yang cukup tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja dan meningkatkan produksi dibidang pertanian, maka tanah lahan kering masih berpeluang untuk dikelola dalam upaya memperluas tanaman jeruk besar.

Pengamatan menunjukkan bahwa produk jeruk besar yang dihasilkan petani tidak tahan lama kalau disimpan, dan sebagaimana akibatknya terjadi penurunan mutu produk, sehingga pada akhirnya berdampak terhadap efisiensi dalam pemasaran dan rendahnya pendapatan petani. Namun demikian hasil informasi dari penduduk diperoleh keterangan bahwa petani lebih senang menanam jeruk besar.

Tanaman jeruk besar secara komersial belum banyak dilakukan orang, namun hanya sebagai tanaman sampingan di halaman yang berguna sebagai peneduh. Namun kalau dilihat di Kabupaten Pangkajene Kepulauan tepatnya di Desa Padanglampe dengan jarak

dari Kota Makassar ± 70 Km kita akan menukan suasana yang lain.

Di Kecamatan Ma’rang Desa Padanglampe sudah dilakukan budidaya secara besar-besaran dengan intensif yang banyak dirasakan petani kebun sudah merasakan hasilnya dan dapat ditemukan dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan.

Beberapa pertimbangan mengapa jeruk besar menjadi pilihan untuk dikembangan secara intensif adalah peluang pasarnya cukup baik, iklim, dan ketinggian tempat yang cocok, budi dayanya mudah dan lebih tahan terhadap serangan hama serta penyakit misalnya CPVD yang paling ditakuti oleh petani jenis jeruk lainnya.

Besarnya peluang pasar tanaman ini ditandai dengan lebih besarnya permintaan disbanding penawaran, sehingga pada saat panen rayapun tidak terjadi penurunan harga. Kestabilan pasaran jeruk besarpun sangat baik. Ketika pasaran jeruk siam turun drastic, jeruk besar tidak goyah sama sekali. Petani juga tidak perah mengalami kesulitan dalam memasarkan jeruknya, tetapi pembeli datang sendiri kekebun jauh sebelum masa panen tiba.

Produksi jeruk besar di Kabupaten Pangkajene Kepulauan selama ini dipasarkan kebeberapa daerah di Sulawesi Selatan yang pada umumnya dipasarkan di Kota Makassar bahkan akhir-akhir ini sudah dikirim di luar Kota Makassar atau diantar pulaukan. Keberhasilan proses pemasaran ini pada akhirnya tertuju pada tercapainya efisiensi pemasaran.

Saat yang paling dinanti petani setelah 3-4 tahun merawat dan mengeluarkan biaya adalah masa panen. Rasanya keuntungan itu sudah dapat dibayangkan, namun keuntungan itu bisa saja hilang diebabkan adalah terjadinya penurunan harga yang disebabkan supply melimpah saat panen ,mutu buah rendah dan penguasaan tataniaga kurang baik dan pengetahuan tentang proses pemanenan dan penangan pascapanen.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas maka masalah pokok dalam tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapa besar peningkatan pendapatan (nilai tambah) petani jeruk besar, jika cara penjualan hasil panen jeruk besar tersebut

(3)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

dilakukan diversifikasi saluran distribusi

langsung dan saluran tidak langsung. 2. Berapa besar margin dan efisiensi

pemasaran pada setiap lembaga pemasaran terhadap produksi jeruk besar.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk meneliti peningkatan pendapatan (nilai tambah ) terhadap petani jeruk besar bila dilakukan diversifikasi saluran distribusi pemasaran.

2. Untuk mengetahui andil petani di Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada berbagai alternatif saluran distribusi pemasaran.

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemasaran/Tataniaga

Dalam pemasaran produk pertanian salah satu sasaran yang hendak dicapai adaah mencapai efisiensi dalam kegiatan pemasaran tersebut. Makeham dan Malgom (1984) mengemukakan bahwa pemasaran merupakan saluran aktivitas dari titik konsumen. Kemdian Kotler (1987) mengemukakan bahwa pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk meuaskan kebutuhan (satitifying needs) dan keinginan (wants) melalui proses pertukaran. Selanjtnya Winardi (1980) juga mengemukakan bahwa pemasaran terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa dan yang menimbulkan distribusinya fisik bagi mereka.

Lebih lanjut Downey dan Trocke (1981) mengemukakan bahwa proses yang mengakibatkan aliran produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen disebut pemasaran. Secara khusus pemasaran dapat didefinisikan sebagai telah aliran produk secara fisik dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen.

Mubyarto (1991), berpendapat sehubungan pemasaran dan pembiayaan komoditas pertanian sebagai berikut :

1. Istilah tataniaga di Negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu suatu macam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan baranag dari produsen ke konsumen.

2. Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu :

a. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya. b. Mampu mengadakan pembagian yang

adil daripada keseluruhan harga yang ikut dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut.

3. Dari uraian di atas, tentulah sudah dapat dibayangkan bahwa tataniaga memerlukan biaya dan biaya ini makin besar berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya tataniaga.

4. Komoditas yang cepat rusak atau memakai tempat yang besar untuk mengangkut dan menyimpan juga akan memakai biaya-biaya tataniaga yang relatif tinggi dibandingkan dengan komoditas yang tahan lama, juga factor resiko memegang peranan penting. Kalau resiko tinggi atau penurunan mutu komoditas besar, maka biaya tataniaga juga cenderung bertambah. Konsep pemasaran pada akhirnya mengantar kita sampai pada rumusan yang lengkap tentang pemasaran. Pemasaran berarti kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar atau berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan kebutuhan dan keinginan manusia.

B. Konsep Efisiensi Pemasaran Hasil Pertanian

Menurut Khols dan Uhl (1990), memperbaiki efisiensi pemasaran menjadi tujuan yang diharapkan dicapai oleh petani, pelaku pemasaran, konsumen dan masyarakat pada umumnya. Efisiensi pada dasarnya adalah ratio dari luaran pemasaran terhadap masukan pemasaran. Luaran pemasaran ialah kepuasan yang dicapai oleh konsumen serta hasil penjualan yang dihasilkan. Masukan pemasaran merupakan kolektivitas dari dana yang dipakai untuk menghasilkan, memproses dan mengangkut produk hingga iba ditangan konsumen.

Jika pada luaran pemasaran yang konstan dapat dicapai dengan biaya yang

(4)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

lebih murah berarti efisiensi pemasaran

meningkat. Sehubungan dengan rumusan tersebut di atas, efisiensi pemasaran dapat dicapai dengan berbagai cara sebagai berikut : 1. Luaran pemasaran tetap konstan sedang

masukan pemasaran mengecil.

2. Luaran pemasaran meningkat sedang masukan pemasaran tetap konstan.

Yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi pemasaran

1. Keuntungan pemasaran

2. Harga yang diterima konsumen 3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran 4. Persaingan pasar.

Dari model tersebut di atas dapat diartikan bahwa setiap ada penambahan biaya emasaran member arti bahwa hal tersebut menyebabkan adanya pemasaran yang tidak efisien. Demikian pula sebaliknya, kalau makin kecil nilai produk yang dijual berarti pula terjadinya adanya pemasaran yang tidak efisien. Ukuran efisiensi adalah perbandingan antara keluaran terhadap masukan.

Efisiensi pemasaran adalah ukuran dari perbandingan antara kegunaan pemasaran kepada biaya pemasaran. Sedang penampilan pemasaran dapata diukur dari perubahan didalam efisiensi operasional dan efisiensi harga (Khols dan Uhl, 1980).

Selanjutnya Soekartawi (1989) mengemukakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah :

Biaya Pemasaran

Efisiensi Pemasaran = --- x 100 % Nilai produk yang dipasarkan

Pemasaran yang tidak efisien akan terjadi jika :

a. Biaya pemasaran semakin besar bila dibandingkan dengan output pemasaran. b. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya

tidak terlalu besar

Sedangkan efisiensi pemasaran dapat terjadi jika :

a. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi b. Prosentase perbedaan harga yang

dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran d. Adanya kompetisi pasar yang sehat.

Selanjutnya Mubiyarto (1991) mengemukakan bahwa sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi syarat:

a. Pengeluaran biaya yang rendah dari produsen ke konsumen

b. Pembagian yang adil mengenai harga dari konsumen akhir kepada semua pihak yang terjadi.

Selanjutnya Farida (1986), mengemukakan bahwa margin pemasaran adalah selisih antara harga yang diterima oleh produsen dengan yang dibayarkan oleh konsumen, jika penyaluran barang melalui banyak lembaga maka margin pemasaran merupakan jumlah margin diantara lembaga-lembaga yang bersangkutan.

Apabila margin pemasaran petani relatif tinggi maka cenderung akan memperoleh pendapatan yang relatif tinggi pula, sehingga tingkat kesejahteraan petani diharapkan dapat meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

M = He – Hp

Oleh karena margin pemasaran merupakan jumlah margin atas tiap-tiap lembaga pemasaran yang ada dalam suatu saluran distribusi, maka margin pemasaran pada dasarnya sama dengan margin total yang dirumuskan :

Mt = M1 + M2 + …..Mn

C. Pendapatan Petani

Menurut Makeham dan Malcolm (1986) mengemukakan bahwa pendapat usahatani berasal dari empat sumber yaitu ; 1. Pendapat usahatani berasal dari kegiatan

usahatani dan peternakan setiap tahun yang meliputi penjualan produk tanaman, produk usahatani yang dikonsumsi keluarga tani, pendapatan non uang tunai, sisa hasil usaha koperasi dan sebagainya. 2. Penerimaan keluarga dari luar usahatani

misalnya : penjualan kerajinan dan lain-lain.

3. Penjualan barang modal dan mesin-mesin seperti penjualan mesin atau modal lainnya.

(5)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

Bahwa dalam mengukur pendapatan

yang sebenarnya dari usahatani, baik tnai maupun nilai perubahan persediaan dimasukkan sebagai pos pendapatan. Nilai hasil usahatani yang dikonsumsi oleh petani dan keluarganya juga dihitung sebagai pendapatan dalam bentuk naturabukan dalam bentuk uang tunai.

Selanjutnya setiap usaha baik petani semangka maupun petani lainnya diharpkan agar tercipta suatu pendapatan yang lebih baik. Untuk itu akan ditempuh berbagai cara dalam usaha meningkatkan pendapatan pendapatan yang lebih baik. Dalam pertanian ini tentunya tidak terlepas dengan adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani.

Untuk melihat adanya nilai tambah terhadap tanaman jeruk besar khususnya dan umumnya hasil pertanian dapat di ukur dengan menggunakan rumus:

Bs – B B/ C Ratio = ---

n ∑ Ci i = 1

D. Panen dan Pascapanen

Menurut Ade Iwan S (1995), bahwa untuk memperbaiki kualitas produksi dan harga yang akan diterima petani perlu penanganan pada saat pemanenan dan pasacapanen yaitu:

1. Pemanenan

Hasil terbaik diperoleh jika pemetikan dilakukan saat buah tepat matang. Pemanenan yang terlalu muda atau terlalu matang tidak menjamin mutu buah jeruk, apalagi jeruk besar ini bersifat nonklimaterik, yaitu buah tidak mengalami proses pematangan setelah dipanen. Buah juga tidak menunjukkan gejala kenaikan respirasi yang cepat selama pematangan.

Tingkat kemasakan buah juga mempengaruhi daya simpannya, makin tua buah, maka makin cepat membusuk demikian pula sebaliknya dan makin lama disimpan berarti makin berkurang kadar vitamin C nya.

Jeruk besar dipanen pada umur 6-8 bulan setelah bunga mekar. Selain umur, pemanenan juga dapat ditentukan dari ciri fisik buah yaitu :

a. Ada tiga tahap pematangan buah. Tahap pertama disebut fase kuning pertama, kemudian fase kuning kedua dan terakhir fase kuning ketiga.

b. Bulu halus pada kulit buah sudah hilang, sehingga tidak kasar lagi saat dipegang. c. Jika ditimang-timang buah jeruk terasa

berat/berisi.

d. Lekukan buah sudah mendatar.

e. Bila dikupas bagian tengahnya berlubang.

f. Biji buah telah berkurang. 2. Sortasi

Sortasi jeruk besar bisa dilakukan oleh petani sendiri atau pedagang pengumpul. Buah yang baru datang dari kebun sebaiknya dibersihkan dari sisa obat-obatan dan tanah yang menempel. Selanjutnya dilakukan pemisahan buah yang jelek, rusak, sakit, dan buah yang berkualitas baik.

3. Grading

Untuk jenis jeruk besar grading dilakukan baik untuk kebutuhan lokal maupun ekspor. Ada sedikit perbedaan pengkelasan jeruk besar untuk kebutuhan lokal dengan ekspor. Grading yang dilakukan petani jeruk besar harus mengunakan parameter buah dan penampakan fisik buah untuk mendapatkan kelas A,B, dan C.

4. Pengemesan

Kemasan yang biasa digunakan untuk jeruk besar adalah karung, keranjang bambu dan peti kayu. Untuk pasar lokal yang tidak mengutamakan mutu buah biasanya buah dikemas dalam karung maupun keranjang.

Untuk mengurangi resiko pengemasan, maka lebih baik menggunakan peti yang tahan banting, karena bagian ujung dan tengah peti dipaku dan diperkuat dengan lingkaran kawat, selain itu kebersihan buah dan peti harus dijaga untuk mempertahankan mutu buah.

5. Pengangkutan

Berbagai alat angkut digunakan untuk mengangkut buah jeruk yang akan dipasarkan, mulai dari pikulan sampai dengan menggunakan kendaraan untuk mempercepat sampai ke konsumen, karena konsumen menginginkan dalam keadaan segar untuk dikonsumsi dan sebaiknya dikurangi mata rantai pemasarannya.

(6)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

6. Pengolahan

Jeruk besar dapat diolah utamanya kulitnya yang mempunyai manfaat besar. Zat pectin yang terdapat diserat buah dan kulit buah akan sangat bermanfaat bagi kesehatan jika dioleh. Untuk itu cara pengolahan kulit jeruk besar dapat dijadikan sebagai :

a. Manisan kelua jeruk besar b. Jelly jeruk besar

III. METODE PENELITIAN A. Daerah dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Propinsi Sulawesi Selatan, dimana lokasi penelitian merupakan salah satu sentra pengembangan tananam holtikultura dalam konsep pembangunan Sulawesi Selatan yang ditunjang dengan kondisi alam yang sangat potensial untuk dikembangkan tanaman jeruk besar (citrus

grandis)

Kabupaten Pangkajene Kepulauan tepatnya di Kecamatan Ma’rang Desa Padanglampe yang jaraknya dari Kota Makassar ± 70 km yang sengaja dipilih dan merupakan sentra produksi tanaman jeruk besar yang mempunyai tingkat produksi tertinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan.

Lembaga pemasaran baik tingkat desa (pedagang pengumpul) Kecamatan dan kabupaten (pedagang besar) pada umumnya berada pada wilayah penelitian, daerah sasaran yang dipilih adalah Kota Makassar.

B. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi dan wawancara langsung dengan petani (industri rumah tangga) dan lembaga-lembaga perantara pemasaran yang meliputi : (a). Luasan produksi, (b). Jumlah produksi, (c). Hasil penjualan dan biaya yang dikeluarkan, (d). Biaya pengolahan dan pemasaran.

Untuk data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian berupa data produksi melinjo dan pelaku industri rumah tangga .Kantor stastistik berupa data luasan luas wilayah, luas panen, dan produksi tanaman jeruk besar pada daerah penelitian.

C. Metode Analisis

1. Untuk mengukur nilai tambah yang diperoleh petani jeruk digunakan analisis keuntungan relatif (Benefit Cost Ratio Analysis) dengan rumus sebagai berikut:

B Benefit Cost Ratio = ---

n ∑ Ci i = 1

2. Untuk mengukur tingkat efisiensi pemasaran dalam jeruk besar, maka digunakan sebagai berikut:

Biaya Pemasaran

Ep = --- x 100 % Nilai produk yang dipasarkan

3. Untuk mengukur tingkat margin pemasaran akan menggunakan analisis M = He – Hp

Oleh karena margin pemasaran merupakan jumlah margin atas tiap-tiap lembaga pemasaran yang ada dalam suatu saluran distribusi, maka margin pemasaran pada dasarnya sama dengan margin total yang dirumuskan :

Mt = M1 + M2 + ………..Mn

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Keuntungan dan Biaya

Guna mengetahui sampai seberapa besar tingkat keberhasilan yang dicapai oleh petani jeruk melakukan marketing mix, dan manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani dalam pascapanen dilokasi penelitian.

Selanjutnya untuk melihat aktivitas masing-masing bauran pemasaran dapat diuraikan sebagai berikut:

Ada 2 (dua) perlakuan atas penjualan jeruk yaitu : (1) dijual sebelum waktu panen yaitu buah yang belum waktunya dipanen petani/pemilik sudah menujualnya dan nanti dipanen oleh pembeli setalah masa panen tiba (tua), dan (2) dijual setelah panen artinya petani/pemilik menjualnya setelah masa matang dan dipetik sendiri baru dijual.

Dalam hal ini terjadi perbedaan harga karena petani yang menjual lebih dulu hanya mendapatkan Rp.1.500 perbiji, sedangkan petani yang menjual setelah panen dengan

(7)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

harga Rp. 2.200 perbiji. Sehingga terjadi

selisih harga sebesar Rp.700 perbiji. Hal terjadi dikarenakan petani yang menjual sebelum panen biasanya karena keterdesakan keuangan.

B. Margin dan Efisiensi Pemasaran

Jeruk merupakan suatu komoditi yang tetap diusahakan dan dikembangkan oleh para petani yang dapat diharapkan memberikan pendapatan dalam rangka kesejahteraan diri petani dan keluarga. Hal ini seiring pula dengan program pemerintah Sulawesi Selatan tentang pewilyahan komoditas dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola oleh petani diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi petani itu sendiri.

Dalam struktur atau aktivitas pemasaran jeruk terdapat beberapa lembaga/pelaku pemasaran yang terkait, mulai dari tingkat petani sampai kepada tingkat konsumen. Dimana masing-masing pelaku tersebut pemasaran mengeluarkan biaya sesuai perlakukan terhadap komoditi jeruk tersebut, adanya pengeluaran biaya yang berbeda-beda maka harga penjualan juga akan berbeda-beda pula.

Harga jeruk yang dihasilkan oleh petani yang menjual sebelum panen rata-rata Rp.1.500 perbiji yang dijual diatas pohon yang belum waktu panen, selanjutnya petani yang melakukan penjualan setelah panen yang dipetik sendiri harga rata-rata Rp.2.200 perbiji ini karena adanya tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani yaitu, masa pemeliharaan, dan biaya pascapenen dalam hal ini petani berhitung dari segi waktu dan biaya tambahan.

Distribusi dari produksi jeruk yang dicapai dalam satu musim panen untuk dikonsumsi/rusak/susut, dipasarkan secara lokal, pemasaran antar kabupaten, antar provinsi maupun yang dipasarkan melalui lembaga pemasaran lainnya.

Distribusi pemasaran menunjukkan bahwa pemasaran ke luar dari lokasi (ke Makassar, antar Kabupaten, dan antar provinsi) menunjukkan bahwa penjualan yang terbesar dilakukan petani adalah antar provinsi hal ini terlihat dilokasi penelitian pembelian langsung dilakukan di lokasi oleh lembaga pemasaran.

Selanjutnya dibawah ini digambarkan mengenai saluran pemasaran jeruk sebagai berikut:

Gambar ; Saluran Pemasaran Jeruk

Marjin pemasaran yang terjadi berdasarkan panen saluran pemasaran dapat diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 1.

Saluran Pemasaran Ke Makassar

Uraian Saluran Pemasaran

I II III

Harga petani (Rp/Bj) Harga pengumpul Harga ped. Besar Harga ped pengecer Total biaya Total keuntungan Total marjin Efisiensi pemasaran 2.200 - - 5.000 1.100 1.700 2.800 22 % 2.200 - 3.500 5.000 950 1.850 2.800 19 % 2.200 2.600 3.500 5.000 1.050 1.750 2.800 21 %

Sumber : Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa masinh-masing saluran pemasaran tersebut terdapat perbedaan efisiensi pemasaran disebabkan adanya lembaga pemasaran yang terlibat tiap saluran pemasaran berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan adanya biaya dan keuntungan pada setiap lembaga pemasaran yang berbeda-beda pula. Walaupun tterdapat persamaan yaitu harga dari petani, harga jual pada pedagang pengecer dan total marjin pemasaran untuk tiap saluran pemasaran yang terjadi

VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan atas analisis dan uraian yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

PETANI Pengecer Konsumen Pedagang Antar Provinsi/ kabupaten Pedagang Besar Pedagang Pengumpul

(8)

Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017

1. Bahwa pendapatan yang diperoleh petani

yang menggunakan saluran distribusi langsung lebih tinggi dari pada menggunakan saluran distribusi tidak langsung. Usahatani jeruk di daerah penelitian sangat layak atau menguntungkan untuk dikembangkan berdasarkan analisa

2. Bahwa dalam perhitungan marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran pada saluran distribusi I yang medapatkan nilai tertinggi, namun tidak efisien karena jumlah yang terjual kalau petani bertindak sebagai pedagang

3. Bahwa petani sebaiknya menggunakan saluran distribusi langsung karena petani tidak banyak menanggung resiko

B. Saran

Para petani jeruk di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan khususnya pada lokasi penelitian yaitu desa Padanglampe dalam melakukan aktivitasnya disarankan dapat melakukan peran sebagai pedagang antar kota yaitu langsung menjual hasil penan kepada pedagang besar atau kepedagang antar kabupaten/provinvi, karena jumlah yang terjula akan lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Dalam Angka,Biro Pusat Statistik Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

Downey.W.and J.K.Trocke,1981. Agribusiness Management, Ma Graw Hill Book Company, New York. Parida,N.1986. Pemasaran Produk Pertanian.

Fakultas Pertanian Unhas, Ujung Pandang.

Kohlas R.L dan J.N.Uhl,1990. Marketing of Agricultural Product,Fifth Edition, Mcmillan Publising Co. Inc, New Delhi.

Kotler P.and G. Amstrong, 1989.Principle of Marketing Fourth Edition. Prentece Hall Inc, New Del

Made Astawan, 1991, Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna,Edisi

Pertama , Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.

Makeham J.P.dan.L.R.Malcolm,1984. The Farming Game,Gill Publication Armidele New South Wales.

Mubyarto ,1991, Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi ketiga,PL3S, Jakarta. Setiawan I.A. 1995. Usaha Pembudidayaan

Jeruk Besar.Cetakan kedua, Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Soekartawi, 1989. Prinsip –prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya, Rajawali Pers, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

”...bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang

Hal tersebut kemungkinan dikarenakan efek diuresis dari ekstrak meniran tidak terlihat akibat kondisi mencit yang mengalami hiperurisemia itu sendiri telah dapat

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui penerapan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dengan media

Kesehatan psikologis yang baik dapat dipercaya.

[r]

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear sederhana dengan perolehan nilai koefisien regresi untuk X = 0,390 artinya apabila perhatian orang