• Tidak ada hasil yang ditemukan

JPP JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT ISSN Volume 10 Nomor 2, Desember 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JPP JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT ISSN Volume 10 Nomor 2, Desember 2010"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

9. Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong Berbasis Sumberdaya Lokal pada Program Sarjana Membangun Desa (SMD) (Livestock Production System of Beef Cattle Based on Local Resources at The Program of Sarjana Membangun Desa (SMD)) ... Oleh: Akhmad Sodiq, Munadi, dan Satrio Widhi Purbojo

10. Risiko Produksi dan Keefisienan Relatif Usahatani Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar (Production Risk and Relative Efficiency of Garlic Farming in Karanganyar Regency) ... Oleh: Sriyadi

11. Keefektifan Puntung Rokok sebagai Pengendali Gloeosporium fructigenum pada Buah Apel (Effectivity of Cigarette Butts as Control Agent of Gloeosporium fructigenum on Apple) ... Oleh: Woro Sri Suharti, Muljo Wachjadi, dan Ruth Feti Rahayuniati

12. Pengujian Beberapa Klon Bawang Merah Dataran Tinggi (Clones Testing of Some Highlands Shallots) ... Oleh: Sartono Putrasamedja

13. Serapan Nitrogen dan Beberapa Sifat Fisiologi Tanaman Padi Sawah dari Berbagai Umur Pemindahan Bibit (Nitrogen Uptake and Several Physiological Characters of Lowland Rice from Various Age Seedlings) ... Oleh: Khavid Faozi dan Bambang Rudianto Wijonarko

14. Pengaruh Jumlah dan Kriteria Buah Muda yang Dipertahankan terhadap Hasil Buah Mangga (Effect of Number and Criteria of Maintained Young Fruits on Yield of Mango) ... Oleh: Sakhidin

15. Dampak Pembenahan Ultisol Banyumas dengan Asam Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo (Impact of Banyumas Ultisol Amelioration with Organic Acid on Growth and Production of Upland Rice) ... Oleh: Haryanto dan R. Widarawati

16. Usahatani Kentang dengan Teknik Konservasi Teras Bangku di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah (Potato Farming Using Bench Terrace Technique at Dieng Highland Wonosobo Regency Central Java) ... Oleh: Kusmantoro Edy S.

61 - 68 69 - 76 77 - 85 86 - 92 93 - 101 102 - 107 108 - 114 115 - 127

DAFTAR ISI

JPP

JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN

JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT

ISSN. 1411-9250

(2)

(LIVESTOCK PRODUCTION SYSTEM OF BEEF CATLE BASED ON LOCAL RESOURCES

AT THE PROGRAM OF SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD))

Oleh:

Akhmad Sodiq, Munadi, dan Satrio Widhi Purbojo Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Jln. Dr. Soeparno, PO. Box 110, Purwokerto, Jawa-Tengah

Phone/Fax: 0281-638792-626080; Kontak Person: sodiq_akhmad@hotmail.com

(Diterima: 20 Mei 2010, disetujui: 23 September 2010)

ABSTRACT

The objectives of this study were to describe the profile of livestock production system on beef cattle under local resources base. Livestock On-Farm Trials was applied in this study by involved 21 farmer groups of beef cattle under program of Sarjana Membangun Desa. The program distributed at 8 regencies with the various agro ecosystems (low-middle-land, up-land, forest-margin, and rice-base). Descriptive analysis was applied in this study. This study demonstrated that beef cattle production closely integrated to the overall crop farming based on the condition of agro ecosystems. A number of local resources and by-products of agriculture and agro industry made the most of feeding practice. Crop-Livestock-System needed to be developed in the framework of sustainable development.

Key words: beef cattle, livestock production system, local resources, Sarjana Membangun Desa

a

PENDAHULUAN agribisnis sapi potong (Ditjennak, 2009 ). Permintaan daging sapi terus meningkat Kegiatan SMD diarahkan untuk mendukung dan telah melebihi kemampuan produksi daging program Percepatan Pencapaian Swasembada

b sapi dalam negeri (Ditjennak, 2008). Angka Daging Sapi 2010 (P2SDS) (Ditjennak, 2009 ). pertumbuhan populasi sapi potong cenderung Diharapkan melalui program SMD terjadi melambat dan tahun 2009 hanya sebesar 2,4%. penguatan kelembagaan kelompok yang mandiri Penurunan populasi sapi potong nasional sangat dan mampu mengakses perbankan (Sodiq, berkorelasi dengan populasi di wilayah sentra 2009).

populasi sapi potong di tujuh provinsi (Sodiq dan Strategi dan implementasi program Wakhidati, 2006) dan pemenuhan kebutuhan pengembangan sapi potong secara metodologi daging sapi tidak mampu hanya menggantung- harus memperhatikan ciri-ciri sistem produksi kan pada daerah tersebut (Yusdja et al., 2004). (Devendra, 2007; Sodiq et al., 2005: Sodiq dan Oleh karena itu, perlu perhatian dalam menetap- Setianto, 2007; ILRI, 1995) dan mempertim-kan kebijamempertim-kan dan model pengembangan sapi bangkan faktor geografi, agroekosistem, potong di masa mendatang. intensitas penggunaan lahan, jenis ternak dan Sejak tahun 2007, Direktorat Jenderal tanaman, serta tujuan produksi (Wilson, 1995; Peternakan bekerjasama dengan fakultas Sere dan Steinfeld, 1996). Peningkatkan peran peternakan telah merekrut Sarjana Membangun dan keberlanjutan pertanian dan peternakan di Desa (SMD) bersama dengan kelompok negara berkembang direkomendasikan oleh binaannya untuk mengembangkan usaha Mack (1990), Devendra (1993; 2002; 2004),

(3)

62

Haan et al. (2001), Kariyasa (2005) dan Liyama adalah sapi Brahman Cross yang diimpor dari et al. (2007) melalui pengoptimuman pengelo- Australia, sedangkan untuk sapi penggemukan laan sumber alam ramah lingkungan. digunakan sapi lokal seperti Peranakan Ongole, Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal Peranakan Sumba Ongole, dan silangan (limbah hasil pertanian dan agroindustri) serta Simental maupun Charolois. Jumlah sapi yang penerapan Crop Livestock System (CLS) dan dipelihara pada masing-masing kelompok untuk Low External Input Sustainable Agriculture tujuan perbibitan adalah 12 ekor, sedangkan (LEISA) merupakan pilihan berpotensi dan jumlah sapi untuk tujuan penggemukan relatif memiliki daya saing tinggi untuk mendukung beragam tergantung pada jenis dan umur sapi pengembangan agribisnis sapi potong di bakalan (berkisar dari 25-35 ekor).

pedesaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Pengembangan sapi potong pada mendapatkan profil sistem produksi peternakan program SMD di 21 kelompok mengikuti sistem kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya produksi pertanian setempat. Bentuk usaha lokal pada peternakan sapi potong program berupa perpaduan vertikal maupun horisontal

SMD. dan usaha sapi potong sangat berkaitan dengan

usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan

METODE PENELITIAN maupun kehutanan. Penerapan pola perpaduan Livestock On-Farm Trial (LOFT) peternak pada program SMD ditujukan agar diterapkan pada peenelitian ini dengan sasaran usaha menjadi lebih efisien karena dapat peternakan sapi potong di wilayah program menggunakan masukan dalam (internal input) SMD. Jumlah kelompok sapi potong program yang berarti mengurangi penggunaan masukan SMD tahun 2008 adalah 21 dan semuanya luar (external input) yang harus dibeli.

dijadikan responden dengan menerapkan metode Perpaduan tanaman dengan ternak sensus. Lokasi peternakan sapi potong tersebar merupakan sistem pertanian berkelanjutan di delapan kabupaten yang memiliki kondisi dengan masukan luar rendah atau dikenal dengan agroekosistem yang beragam (low-middle-land, LEISA. Dilaporkan oleh Soekardono (2004), up-land, forest-margin, rice-base). Metode perpaduan tanaman padi dengan sapi potong pengumpulan data melalui wawancara, peng- dapat meningkatkan pendapatan petani hingga amatan lapang, serta forum group discussion. 100%, sekitar 40% dari pendapatan tersebut Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. berasal dari pupuk organik yang dihasilkan ternak. Usaha tanaman padi dapat

memanfaat-HASIL DAN PEMBAHASAN kan pupuk kandang sebagai pengganti sebagian

Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong pupuk buatan, sedangkan usaha sapi potong

pada Program SMD dapat memanfaatkan jerami padi sebagai pakan.

Pola pengembangan sapi potong pada Ciri utama perpaduan tanaman-ternak adalah program SMD meliputi dua pola yaitu: (i) adanya sinergisme atau keterkaitan yang saling pengembangan sapi potong untuk menghasilkan menguntungkan antara tanaman dan ternak. anak sapi (reproduksi/perbibitan) dan (ii) Petani memanfaatkaan kotoran ternak sebagai pengembangan sapi potong untuk tujuan pupuk organik untuk tanamannya, kemudian penggemukan (fattening). Bangsa sapi potong memanfaaatkan limbah pertanian sebagai pakan yang dipelihara untuk tujuan menghasilkan pedet ternak.

(4)

Sasaran pengembangan sapi potong pada pakan dengan memanfaatkan limbah tanaman program SMD adalah peternak rakyat yang seperti jerami padi, jerami jagung, limbah cenderung merupakan peternak subsisten. kekacangan, dan limbah pertanian lainnya. Karakteristik umum peternak tersebut adalah Terutama pada musim kemarau, limbah ini dapat berlahan sempit, jumlah ternak relatif kecil, menyediakan pakan berkisar 33,3% dari total masukan teknologi rendah, terkait dengan usaha rumput yang dibutuhkan (Kariyasa, 2005). tanaman pangan. Sebagian besar (90%) Kelebihan dari adanya pemanfaatan limbah kelompok menerapkan perpaduan dengan adalah di samping mampu meningkatan tanaman padi pada wilayah dataran sedang “ketahanan pakan” khususnya pada musim sampai rendah. Perpaduan pada wilayah dataran kemarau, juga mampu menghemat tenaga kerja tinggi dilakukan dengan perkebunan utamanya dalam kegiatan mencari rumput, sehingga mem-pada pinggiran hutan (forest margin) bekerja- beri peluang bagi petani untuk meningkatkan sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan jumlah skala pemeliharaan ternak.

(LMDH) melalui pola tumpangsari. Tabel 1 Menurut Devendra (1993), ada delapan memperlihatkan kondisi agroekosistem untuk keuntungan penerapan perpaduan usaha tanaman masing-masing kelompok. dan ternak (crop livestock system), yaitu (1) Pada model perpaduan tanaman-ternak, keragaman penggunaan sumberdaya produksi, petani mengatasi permasalahan ketersediaan (2) mengurangi terjadinya risiko, (3) keefisienan

Nama Kelompok Peternak Sapi Potong Sido Makmur

Lembu Mas Panto Domas Margi Mukti

Bina Karya Sejahtera Lembu Ageng Urip Desa Ngudi Kamulyan Wanasari Lembu Tani Timbul Karya Lembu Reja Mangun Reja Mahesa Mulya Guna Muda Krida Sejahtera Sari Widodo Sido Dadi Makmur Lembusari Madani Mulya Abadi Lokasi Kelompok (desa, kecamatan, kabupaten) Kalisalak, Kedungbanteng, Banyumas Paningkaban, Gumelar, Banyumas Beran, Kepil, Wonosobo

Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas Banjaranyar, Sokaraja, Banyumas Karangduren, Sokaraja, Banyumas Karangtalun Lor, Purwojati, Banyumas Lesmana, Ajibarang, Banyumas Jatisaba, Purbalingga, Purbalingga Muntang, Kemangkon, Purbalingga Kajongan, Bojongsari, Purbalingga Bojongsari, Bojongsari, Purbalingga Karangaren, Kutasari, Purbalingga Joho, Bawang, Banjarnegara Lengkong, Rakit, Banjarnegara Blambangan, Bawang, Banjarnegara Candi Mulyo, Kedu, Temanggung Kedungoleng, Paguyangan, Brebes

Gandrungmangu, Gandungmangu, Cilacap Petangkuran, Ambal, Kebumen

Kertayasa, Kramat, Tegal

Agroekosistem Utama Forest-Margin Forest-Margin Forest-Margin Rice-base Rice-base Rice-base Rice-base Rice-base Rice-base Rice-base Rice-Maize-base Rice-Maize-base Rice-Maize-base Rice-base Rice-Maize-base Rice-base Forest-Margin Forest-Margin Rice-base Rice-base Rice-base Tabel 1. Kelompok peternak sapi potong program SMD beserta kondisi agroekosistem

(5)

64

penggunaan tenaga kerja, (4) keefisienan peng- organik. Penggunaan kotoran sapi mampu gunaan komponen produksi, (5) mengurangi menghemat penggunaan pupuk anorganik dan ketergantungan energi kimia dan energi biologi mampu memperbaiki struktur tanah serta serta masukan sumberdaya lainnya dari luar, (6) ketersediaan unsur hara tanah. Dampak ini sistem ekologi lebih lestari dan tidak menim- terlihat dengan meningkatnya produktivitas bulkan polusi sehingga melindungi lingkungan lahan. Hasil pengkajian Adnyana dan Kariyasa hidup, (7) meningkatkan luaran, dan (8) (2003) menunjukkan bahwa model CLS yang mengembangkan rumah tangga petani yang lebih dikembangkan petani di Jawa Tengah dan Jawa stabil. Usaha perpaduan sapi dikaitkan dengan Timur mampu mengurangi penggunaan pupuk persawahan, perkebunan, padang penggemba- anorganik 25-35% dan meningkatkan produk-laan, dan kawasan HTI paling ideal untuk tivitas padi 20-29%.

pengembangan usaha cow-calf operation. Temuan serupa terjadi pada kajian Bulu Melalui pola ini dimungkinkan mengurangi et al. (2004) di Provinsi NTB yang membuktikan biaya produksi (pakan) dengan memperoleh bahwa model CLS yang diterapkan petani tambahan pendapatan dari kompos (Priyanti dan mampu meningkatkan pendapatan sekitar 8,4%. Djajanegara, 2004). Temuan di atas diperkuat oleh model CLS yang Seluruh kelompok pada program SMD diterapkan petani di Bali, terbukti juga mampu telah memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk menghemat pengeluaran biaya pupuk sekitar

Kelompok Bahan Hijauan (Rumput dan ramban

Limbah pertanian dan perkebunan

Limbah agroindustri

Nama Bahan Rumput unggul (king grass)

Rumput lapang (sawah, perkebunan/tegalan)

Jerami padi Jerami ubijalar Jerami kacang tanah Jerami kedelai Tebon jagung Janggel jagung Kulit kacang Pucuk tebu Daun tebu Onggok Ampas tahu Dedak padi Dedak jagung tetes tebu Bungkil/amps kelapa Tongkol jagung Jenis Bahan Glirisidia Caliandra Daun nangka Daun albasia Daun Kulit kedelai Klobot jagung Daun ubikayu Kulit singkong Kulit kopi Daun pisang Batang pisang Kulit kedelai Kulit kopi Kulit pisang Pollard

Kece, limbah ikan, udang Tabel 2. Hijauan dan limbah pertanian, perkebunan serta agroindustri yang digunakan pada

(6)

25,2% dan meningkatkan pendapatan petani protein dan energi (Suharto, 2004). Upaya sebesar 41,4% (Sudaratmaja et al., 2004). mengubah limbah (waste) menjadi sumber daya Demikian juga kajian Suwono et al. (2004) (resources) yang dapat dimanfaatkan oleh ternak menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik sapi dilakukan melalui teknologi terapan di mampu mengurangi penggunaan pupuk antaranya melalui fermentasi. Teknologi terapan anorganik. Peneliti lain Diwyanto et al. (2002), pengolahan pakan yang dilakukan peternak pada Pezo dan Devendra (2002) melaporkan pola program SMD adalah fermentasi jerami padi. CLS dapat meningkatkan pendapatan peternak. Hasil intensifikasi tanaman pangan tidak

Pemanfaatan Sumberdaya Lokal pada menghasilkan pangan yang lebih banyak, tetapi

Peternakan Sapi Potong Program SMD juga menghasilkan limbah berserat yang

Pengembangan sapi potong program melimpah, sehingga perpaduan antara tanaman SMD secara umum mengikuti sistem pertanian pangan dengan ternak merupakan suatu pilihan setempat sesuai dengan ciri-ciri agroekosistem. untuk mencukupi kebutuhan pakan yang murah. Berbagai hijauan, limbah pertanian dan Berbagai upaya dapat dilakukan untuk perkebunan, serta limbah agroindustri yang meningkatkan kualitas limbah pertanian, baik digunakan pada program SMD disajikan pada dengan cara fisik, kimia maupun hayati. Tabel 2. Suharto (2004) melaporkan bahwa hasil Penerapan cara tersebut di samping mahal, samping tanaman pangan dan perkebunan hasilnya juga kurang memuaskan. Penerapan sebenarnya bukan limbah, tetapi sumberdaya cara fisik, misalnya memerlukan investasi yang yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. relatif mahal, sedangkan secara kimia akan Sumberdaya lokal berpotensi yang dapat di- meninggalkan residu yang mempunyai pengaruh gunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia buruk. Penerapan cara hayati memerlukan adalah pemanfaatan hasil samping budidaya peralatan yang mahal (harus anaerob) dan tanaman pangan dan perkebunan. Bahan tersebut hasilnya kurang disukai ternak (cenderung masih mudah didapat dalam jumlah banyak pada berbau amonia yang menyengat). Cara baru

suatu lokasi. yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat

Sumberdaya lokal berpotensi hasil disukai ternak adalah melalui fermentasi dengan samping budidaya tanaman pangan dan Starbio (Suharto, 2004). Kandungan jerami perkebunan memiliki kelemahan, yaitu belum segar dan jerami fermentasi disajikan pada Tabel lazim digunakan sebagai bahan pakan ternak 3. Inovasi teknologi yang tepat akan mengubah (ruminansia) dan biasanya kurang terpeletkan, ‘limbah’ tanaman menjadi bahan pakan sumber serta kualitasnya rendah utamanya kandungan serat bagi ternak sapi. Melalui pendekatan

Nutrisi Air Abu Protein Lemak Serat Kasar Jerami Segar 59,16 24,50 4,3 2,5 33,8 10,17 19,87 9,03 1,52 31,8 Jerami Fermentasi Tabel 3. Kandungan nutrisi jerami segar dan jerami hasil fermentasi

(7)

66

LEISA (low external input sustainable rendah atau LEISA. LEISA merupakan pilihan agriculture) dapat dilakukan pengoptimuman yang layak bagi banyak petani di Indonesia, produksi tanaman dan ternak (Pamungkas dan utamanya pada kondisi sekarang, yaitu harga Hartati, 2004; Priyanti dan Djajanegara, 2004). masukan luar, seperti pupuk dan pestisida, Salah satu pilihan untuk mengatasi ma- cenderung terus meningkat tanpa diimbangi salah yang dihadapi rumah tangga petani dalam kenaikan harga produk. Model perpaduan rangka membangun pertanian berkelanjutan tanaman dan ternak sangat disarankan untuk adalah menggalakkan sistem pertanian terpadu, menjamin keberlangsungan intensifikasi dan yaitu perpaduan tanaman dengan ternak, baik di penting untuk pertumbuhan (Priyanti dan lahan kering maupun di lahan sawah. Pada lahan Djajanegara, 2004; Devendra, 2002; 2004; sawah, perpaduan usaha tanaman padi dan 2007).

ternak sapi potong sangat relevan diterapkan. Menurut Rejntjes et al. (1999), LEISA Sistem perpaduan ini akan meningkatkan ke- mengacu pada bentuk pertanian sebagai berikut: efisienan usahatani karena dapat memanfaatkan (1) berusaha mengoptimumkan pemanfaatan masukan dalam (internal input), yang berarti sumberdaya lokal yang ada dengan mengga-akan mengurangi penggunaan masukan luar bungkan berbagai komponen sistem usahatani, (external input) yang harus dibeli. yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan Usaha ternak sapi dapat menghasilkan manusia, sehingga saling melengkapi dan pupuk kandang yang dapat menjadi masukan memberikan pengaruh sinergi yang paling besar pada usaha tanaman padi. Sebaliknya, usaha dan (2) berusaha mencari cara pemanfaatan tanaman padi akan menghasilkan jerami padi dan masukan luar hanya bila diperlukan untuk dedak yang dapat menjadi pakan utama ternak melengkapi unsur yang kurang dalam ekosistem sapi. Penggunaan pupuk kandang, sesuai dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisik, pendapat Soekardono (2004), merupakan salah dan manusia. Di dalam memanfaatkan masukan satu komponen alat untuk mencapai pertanian luar, perhatian utama diberikan pada pe-berkelanjutan, karena dapat memperbaiki maksimuman daur ulang dan peminimuman struktur tanah. Hal yang lebih penting dari kerusakan lingkungan. Penerapan LEISA akan sistem perpaduan ini adalah bahwa usaha ternak memberi keuntungan sebagai berikut: pengopti-sapi potong dapat menambah pendapatan rumah muman pemanfaatan sumberdaya lokal, pemak-tangga petani, bahkan dapat menjadi sumber simuman daur ulang (zero waste), peminimuman pendapatan baru, tanpa harus bersaing dalam kerusakan lingkungan (ramah lingkungan), penggunaan lahan. Di samping itu, ternak sapi penganekaragaman usaha, pencapaian tingkat dapat berfungsi sebagai tabungan, yang dapat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka dengan mudah diuangkan pada waktu panjang, dan penciptaan kemandirian.

diperlukan, termasuk apabila terjadi kegagalan

panen usaha tanamannya. Oleh karenanya, KESIMPULAN

usaha ternak dapat berperan dalam ketahanan Pengembangan peternakan sapi potong ekonomi rumah tangga petani. pada program SMD menerapkan model Perpaduan tanaman dan ternak dalam perpaduan Crop Livestock System (CLS) dan sistem usahatani dapat digolongkan ke dalam Low External Input Sustainable Agriculture pertanian berkelanjutan dengan masukan luar (LEISA) melalui sinergi pemanfaatan kotoran

(8)

untuk tanaman dan limbahnya digunakan T a n a m a n - T e r n a k . B a d a n L i t b a n g Pertanian. Jakarta.

kembali kepada ternak. Perpaduan usaha

tanaman dan ternak adalah pilihan yang sangat Devendra, C. 2007. Perspectives on Animal Production Systems in Asia. Livestock relevan untuk diterapkan sebagai sistem

Science 106:1-18. usahatani berwawasan pertanian berkelanjutan.

Devendra, C. 1993. Sustainable Animal Pada wilayah agroekosistem dataran

rendah-Production From Small Farm System in sedang (low and midleland) kotoran ternak

South-East Asia. FAO Animal Production digunakan untuk pupuk tanaman pangan (padi, and Health Paper 106 (On-line). jagung, palawija) dan limbahnya digunakan http://www.fao.org. Diakses Tgl. 16 Juli

2009. untuk pakan sapi. Melalui penerapan perpaduan

tanaman dengan ternak, usahatani menjadi lebih . 2002. Crop–animal Systems in Asia: Future Perspectives. Agriculture efisien karena dapat menggunakan masukan

System 71:179-186. dalam (internal inputg berarti mengurangi

. 2004. Organic Farming-closing penggunaan masukan luar (external input) yang

Remarks. Livestock Production Science harus dibeli.

90:67-68.

Ditjennak. 2008. Statistik Peternakan 2008.

UCAPAN TERIMA KASIH

Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Terima kasih kepada (i) Project

a

. 2009 . Pedoman Pelaksanaan Indonesian Managing Higher Education

Sarjana Membangun Desa (SMD) Tahun Relevance and Efficiency (IMHERE) melalui 2009. Ditjen. Peternakan, Deptan, Jakarta.

program research grant, (ii) Sarjana b

. 2009 . Program Sarjana Membangun Desa beserta pengurus dan anggota Membangun Desa (SMD). Makalah kelompok binaan SMD, serta (iii) Dinas Seminar dan Sosialisasi SMD. Fakultas

Peternakan Unsoed, 22 Januari 2009. Peternakan Kabupaten dan dinas yang

membidangi fungsi peternakan di delapan Diwyanto, K., B.R. Prawirodiputro, dan D. Lubis. 2002. Perpaduan Tanaman Ternak kabupaten.

dalam Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan

DAFTAR PUSTAKA Berkerakyatan. Wartazoa 12(1):1-8.

Adnyana, M.O. dan K. Kariyasa, 2003. Haan, C., T.S. Veen, B. Brandenburg, J. Pengkajian dan sintesis kebijakan Gauthier, F.L. Gall, R. Mearns, and M. pengembangan peningkatan produktivitas Simeon. 2001. Livestock Development: padi dan ternak (P3T) ke depan. Laporan Implicatons for Rural Poverty, the T e k n i s P u s a t P e n e l i t i a n d a n Environment and Global Food Security. Pengembangan Tanaman Pangan. Litbang The International Bank for Reconstruction

Pertanian, Bogor. and Development. Washington. 72 pp.

Bulu Y.G., K. Puspadi, A. Muzani dan T.S. Kariyasa, K. 2005. Sistem Perpaduan Penjaitan. 2004. Pendekatan Sosial Budaya Tanaman-ternak dalam Perspektif dalam Pengembangan Sistem Usatani Reorientasi Kebijakan Subsidi Pupuk dan Tanamn-Ternak di Lombok, Nusa Peningkatan Pendapatan Petani. Analisis Tenggara Barat. Prosiding Lokakarya Kebijakan Pertanian 3(1):68-80.

(9)

68

Liyama, M., J. Maitima, and P. Kariuki, 2007. Peternakan. Makalah Utama Sidang Pleno Crop-livestock Diversification Patterns in P e r t e m u a n T e k n i s F u n g s i - F u n g s i Relation to Income and Manure Use: A Pembangunan Peternakan di Indonesia. Case Study from a Rift Valley Community, Mataram, NTB, 23-25 April 2009.

Kenya. African Journal of Agricultural

Sodiq, A., dan N.A. Setianto. 2007. A beef-Research, 2(3):058-066.

c a t t l e D e v e l o p m e n t A s s e s s m e n t : Mack, S. 1990. Strategies for Sustainable Identification of Production System Animal Agriculture in Developing Characteristics of Beef-cattle in Rural Countries. FAO Animal Production Area. Journal of Rural Development Health, Paper 107. Proceedings of the FAO 7(1):1-8.

Expert Consultation. Held in Rome Italy,

Sodiq, A., N.A. Setianto, dan W. Hadi. 2005. 10–14 December 1990.

Kajian Pengembangan Sapi Potong di Pamungkas, D. dan Hartati. 2004. Peranan Indonesia. Final Report. Kerjasama antara Ternak dalam Kesinambungan Sistem Direktorat Jenderal Peternakan dengan Usaha Pertanian. Lokakarya Nasional Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto. Perpaduan Ternak, Ciawi, Bogor, 2004.

Sodiq, A. and Y.N. Wakhidati. 2006. The Pezo, D. dan C. Devendra. 2002. “The Development of National Beef-cattle Relevance of Crop-animal Systems in Population in Relation to Beef-cattle South Esat Asia.” In: Research Approaches Population at the Centre and Non Centre and Methods for Improving Crop-Animal Area, and the Policy of National Systems in South East Asia. ILRI. pp.1-27. Development Program. Animal Production

Journal 8(3):182-189. Priyanti, A. and A. Djajanegara. 2004.

Development of Cattle Beef Production Sudaratmadja I.G.A.K., N. Suyasa, dan I.G.K towards Integrated Farming Systems. Dana Arsana, 2004. Subak dalam Lokakarya Nasional Sapi Potong, Ciawi, Perspektif Sistem Perpaduan Padi-ternak di

Bogor. Bali. Prosiding Lokakarya Sistem dan

Kelembagaan Usahatani Tanaman-Reijntjes, C., B. Haverkort, dan A.

Waters-Ternak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan:

Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan Suharto, M. 2004. Dukungan Teknologi Pakan dengan Masukan Luar Rendah. Edisi dalam Usaha Sapi Potong Berbasis Indonesia, Terjemahan Sukoco, 1999. Sumberdaya Lokal. Lokakarya Nasional

Kanisius, Yogyakarta. Sapi Potong. Ciawi, Bogor.

Sere, C. and H. Steinfeld. 1996. World Suwono, M., M.A. Yusron dan F. Kasiyadi. Livestock Production Systems: Current 2004. Penggunan Pupuk Organik dalam Status, Issues and Trends. FAO Animal Sistem Perpaduan Tanaman-ternak di Jawa Production and Health Paper 127. (On- Timur. Prosiding Lokakarya Sistem dan line). http://www.fao.org. Diakses Tgl. 14 Kelembagaan Usahatani

Tanaman-Maret 2010. Ternak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Soekardono. 2004. Perpaduan Tanaman Ternak Wilson, R.T. 1995. Livestock Production (Crop Livestock System) dalam Rangka System. Macmillan Education, Ltd., Paris. menuju Pertanian Berkelanjutan. Prosiding 141 pp.

S e m i n a r N a s i o n a l P e n i n g k a t a n

Yusdja, Y., R. Sajuti, S.H. Suhartini, I. Pendapatan Petani Melalui Penerapan

Sadikin, B. Winarso, dan C. Muslim. Teknologi Tepat Guna. Mataram, 20–21

2004. Pemantapan Program dan Strategi Nopember 2002.

Kebijakan Peningkatan Produksi Daging Sodiq, A. 2009. Aksesibiltas terhadap Per- Sapi. Laporan Akhir. Puslitbang Sosial

Gambar

Tabel 2. Suharto (2004) melaporkan bahwa hasil  Penerapan  cara  tersebut  di  samping  mahal,  samping  tanaman  pangan  dan  perkebunan  hasilnya  juga  kurang  memuaskan

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Dari uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa esensi al-qadr berdasarkan hasil identifikasi ayat-ayat dalam Alquran yang berbicara tentang al-qadr adalah tidak lain dari

dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar ). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta

1) Majelis Sinode Wilayah-Majelis Sinode Wilayah yang masing-masing mengutus 20 (dua puluh) orang anggotanya, sedapat-dapatnya berunsur penatua dan pendeta, yang tidak

Dipilih model studi kasus karena peneliti melakukan proses konseling kepada perempuan korban kekerasan, melalui proses konseling yang dilakukan kepada perempuan korban

Kajian seni bangunan mikro pun tidak hanya membahas mengenai ruang saja (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008, 177-178) tetapi juga bagian dari ruangan

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteri fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari I minggu, gangguan pada