PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MATERI BERTELEPON MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT
PADA SISWA KELAS III A MI ROUDLOTUL BANAT SEPANJANG SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
Novita Dewi Anggraini
NIM : D07211020
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Novita Dewi Anggraini. 2015.Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing : Dr. Jauharoti Alfin, M.Si
Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Indonesia, Metode Cooperative Script Latar belakang dikarenakan oleh rendahnya keterampilan berbicara siswa karena pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton, serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode. Akibatnya, nilai rata-rata kelas hanya 65 karena siswa malas dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan, serta rendahnya nilai keterampilan berbicara siswa yang masih dibawah KKM yaitu .
Rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penerapan metode cooperative script pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat ? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat ?
Metode yang dipakai PTK (Peneletian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan di MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo pada kelas III A dengan 21 jumlah siswa, yaitu dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini menurut Kemmis dan Mag Taggart, yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, lembar kerja, angket, dokumentasi. Data unjuk kerja siswa dianalisis berdasarkan rumus persentase KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO ... iv A. Keterampilan Berbicara ... 13
1. Pengertian Berbicara ... 12
2. Tujuan Berbicara ... 14
3. IndikatorKeterampilan Berbicara... ... 19
B. Pembelajaran Kooperatif ... 22
1. Pengertian Kooperatif ... 22
2. Pengertian Cooperative Script ... 25
C. Materi Percakapan Melalui Telepon ... 27
1. Pengertian Bertelepon ... 27
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian ... 32
D. Rencana Tindakan ... 32
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 35
F. Analisis Data ... 45
G. Indikator Kinerja ... 47
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50
B. Hasil Penelitian ... 52
1. Siklus I ... 52
2. Siklus II ... 75
3. Hasil Evaluasi Setelah Menggunakan Metode Cooperative Script ... 92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 103
RIWAYAT HIDUP ... 104
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah interaksi antara
manusia, sumber daya, dan lingkungannya. PBM merupakan proses yang
tersusun secara teratur, yang dapat mengubah kemampuan peserta didik dari
suatu tingkatan ke tingkatan yang lain yang lebih baik. Hasil PBM dapat
dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi
dapat berfungsi secara optimal sehingga perlu diupayakan terciptanya situasi
kelas yang memungkinkan.1
Situasi kelas yang termotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan
perilaku pengajar. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan tertarik
dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Untuk menciptakan
situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya
mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan ransangan
atau tantangan sehingga peserta didik tertarik untuk belajar secara aktif.
Keaktifan peserta didik memang sangat diperlukan, karena belajar menuntut
aktivitas dari diri sendiri, mental maupun fisik. Pada batas tertentu makin aktif
1
2
perilaku belajar seseorang, makin besar hasil belajar yang diperolehnya. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas atau partisipasi aktif peserta didik sangat
menentukan keefektifan belajarnya.2
Peningkatkan partisipasi fisik dan mental pengajar hendaknya tidak
mendominasi aktivitas PBM, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya
pada peserta didik untuk berinteraksi, baik terhadap guru maupun peserta
didik satu dengan yang lain. Peserta didik diberi kesempatan berlatih saat
pendidik menyampaikan pengajaran berupa keterampilan.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan dasar
yaitu: mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Keempat keterampilan
tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Keterampilan tersebut
harus dikuasai siswa karena sangat penting tidak hanya dalam bidang
pendidikan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya
keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara menduduki tempat utama
dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam
peradaban dunia modern.3
Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian
maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh
orang lain. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan
2
Kundharu, Pembelajaran..., 2. 3
3
berbahasa yang sangat penting karena keterampilan berbicara sangat
berhubungan dengan keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan mendengarkan,
keterampilan berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan
berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Seseorang yang
memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik biasanya akan menjadi
pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar
pendengarnya dapat menangkap isi dari pembicaraan.4
Pada kenyataannya, keterampilan berbicara yang terjadi saat ini di MI
Roudlotul Banat sangat rendah. Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah
tersebut pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70, akan tetapi nilai
rata-rata kelas yang diperoleh hanyalah 65. Hal tersebut menunjukkan kalau
nilai siswa jauh dari standart nilai yang seharusnya diperoleh, maka
kemungkinan indikator ketuntasan belajar siswa belum berhasil.5
Keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa dari 21 jumlah siswa, 9
anak (42%) yang lulus KKM dan 12 (58%) anak tidak lulus KKM, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor.6 Faktor-faktor yang dimungkinkan
mempengaruhi keterampilan berbicara antara lain dari guru. Pembelajaran
4
Kundharu, Pembelajaran..., 53. 5
Daftar nilai praktek bahasa Indonesia kelas III A. 6
4
Bahasa Indonesia oleh guru masih cenderung berorientasi pada transfer
pengetahuan semata dengan metode yang monoton yaitu hanya dengan
menggunakan metode ceramah saja. Hal inilah yang mengakibatkan
kegagalan prestasi belajar siswa. Selain itu, pembelajaran yang digunakan
masih menganut perspektif pembelajaran tradisional atau konfensional, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek
pasif yang harus banyak diisi informasi.
Padahal kenyataannya, siswa yang mempunyai karakter beragam
memerlukan sentuhan-sentuhan khusus dari guru sebagai pendidik dan pelatih
agar mampu mengambil makna dari setiap informasi yang diterima. Untuk itu
guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat dan merasa senang
selama proses pembelajaran.7
Faktor lain yang dapat menyebabkan siswa kurang termotivasi adalah
pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton,
serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode, strategi, teknik, dan
pendekatan. Akibatnya, siswa menjadi malas dan mengalami kejenuhan dalam
kegiatan berbicara. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa
untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan.
Melihat dari semua permasalahan dan penyebab permasalahan yang
dipaparkan, maka dibutuhkan tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya.
7
5
Salah satu solusi adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang
mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran, serta
mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa menggunakan bahasa
Indonesia. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna
menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran Bahasa Indonesia
tersebut, serta untuk lebih mengaktifkan dan meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa Indonesia, yaitu dengan menggunakan model-model
pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah melalui metode cooperative.
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative
adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama
teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan
menyampaikan pendapat secara berkelompok. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.8
8
6
Berdasarkan penelitian sebelumnya, olehAzzizah Nurlaili (2014) dalam
skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script,
memuat masalah yang sama yaitu peningkatan keterampilan berbicara bahasa
Indonesia. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh
peneliti pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada
kelas V SDN 03 Gemolong Sragen, rata-rata kelas mengalami peningkatan
nilai belajar.9
Pada tahap prasiklus, nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 63,68
dengan ke-tuntasan klasikal 20,59% atau sekitar 7 siswa yang mempunyai
nilai mencapai tuntas, Setelah diadakan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata
siswa meningkat menjadi 68,25 dengan ketuntasan klasikal mencapai 70,58%
atau 24 siswa sudah mencapai nilai tuntas. Namun, karena indicator kinerja
pada penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan tindakan pada siklus II.
Pada siklus II terjadi peningkatan nilai keterampilan berbicara yang cukup
signifikan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara pada siklus II meningkat
menjadi sebesar 76,73 dengan ketuntasan klasikal mencapai 91,17% atau 31
siswa sudah mencapai nilai tuntas. Dengan tercapainya indicator kinerja yakni
9
7
90% siswa mencapai nilai ≥ 67, maka penelitian ini dilakukan hanya sampai
siklus II.
Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan Ellit Pipop Setiawan
(2011) dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD
Negeri Ngijo 01 Melalui Model Cooprative Script Berbantuan Wayang Kulit.
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti
pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada kelas V
SDN Ngijo 01, rata-rata kelas mengalami peningkatan nilai belajar.10
Hasil penelitian menunjukkan melalui model Cooperative Script
berbantuan wayang kulit meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa SD
kelas V. Terbukti dengan peningkatan pada keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran sebesar 20,83 % dari 66,83 % pada siklus I menjadi
87,50 % pada siklus II. Untuk aktivitas siswa meningkat sebesar 12% dari
62% pada siklus I menjadi 74% pada siklus ke II.
Kesimpulan dari kedua penelitian yang telah dipaparkan adalah model
Cooperative Script dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan guru, serta dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Dengan adanya permasalahan tersebut, idealnya perlu sesuatu inovasi baru
dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang diharapkan dapat
10
8
menunjang motivasi belajar siswa lebih tinggi dari sebelumnya. Dalam hal ini
peneliti akan menggunakan cara yang berbeda, yaitu dengan melakukan
percakapan melalui telepon.
Mengingat keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling
perlu dimiliki siswa maka semua upaya yang dapat dilakukan untuk membina,
mengembangkan, dan meningkatkan keterampilan berbicara. Salah satunya
dengan cara menggunakan metode Cooperative Script. Berhasil tidaknya
penggunaan model pembelajaran ini tergantung meningkatnya minat siswa
untuk berbicara. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
"Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo".
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan, dapat
dikaji ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan materi bertelepon dengan menggunakan metode
Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat ?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi
9
C. Tindakan Yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka salah
satu bentuk alternative yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan metode Cooperative Script.
Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana
siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam
menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini ditujukan
untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada
materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama untuk menemukan ide-ide
pokok dari gagasan besar yang disampaikan oleh guru.
Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script pada siswa adalah
dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, berdaya pikir kritis,
memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan pemikirannya, memudahkan
siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan temannya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan metode Cooperative Script pada siswa kelas
10
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia
materi bertelepon setelah penerapan metode Cooperative Script pada
siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat.
E. Lingkup Penelitian
a. Subyek penelitian diambil di kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang
Sidoarjo, dengan jumlah 21 siswa, 12 laki-laki dan 9 perempuan.
b. Materi yang dipakai pada penelitian ini hanya terbatas pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dengan materi bertelepon.
c. Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia, diterapkan untuk
dapat mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara, serta mengetahui
motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pelaksanaannya dengan
menggunakan metode cooperative sricpt.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari
hasil temuan peneliti bagi sekolah, yang selanjutnya dapat dijadikan
11
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1. Guru dapat pengetahuan baru tentang pelaksanaan
metodecooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia
sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelas III A
MI Roudlotul Banat.
2. Guru dapat mengoreksi kelemahan dan kelebihan proses
pengajarannya selama ini sehingga dapat dijadikan bahan
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
b. Bagi Peserta Didik
1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa berbicara bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script,
khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat
menggunakan keterampilan berbicara saat berkomunikasi.
2. Proses belajar mengajar menjadi tidak membosankan bagi peserta
didik dan diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah
1. Memberikan ide baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengajaran di sekolah terkait pembelajaran bahasa Indonesia .
2. Meningkatkan kredibilitas dan kualitas guru dalam mengajar
12
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti, sebagai
bahan untuk memperluas penelitian dalam mempersiapkan diri sebagai
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah
berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,
tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara adalah bentuk
komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka
pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran.
Kegiatan berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial karena setiap manusia tentunya selalu
melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain.11
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian
maksud(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh
orang lain.12 Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan(1990), bahwa
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 196.
12
14
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Sementara itu, Haryadi dan Zamzadi(1996/1997)
menyatakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses
berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu
sumber ke tempat lain. 13
Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) kegiatan berbicara senantiasa
diikuti kegiatan menyimak, keterampilan berbicara menunjang
keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat
dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan
menyimak dengan baik biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula.
Pembicara yang baik akan berusaha agar penyimaknya dengan dapat
menangkap isi dari pembicaraan.14
Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau
kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen(alat) yang
mengungkapkan kepada penyimak.
13
Kundharu,Pembelajaran..., 53. 14
15
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup
sembilan hal. Kesembilan bagian tersebut sebagai berikut:15
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang respirokal
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
3. Berbicara adalah ekspresi kreatif
4. Berbicara adalah tingkah laku
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman
7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala
8. Kemampuan linguistikdan lingkunganberkaitan erat
9. Berbicara adalah pancaran pribadi
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara
merupakan suatu proses komunikasi untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, gagasan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan.
2. Tujuan Berbicara
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi,
sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat
lain. Dengan berkomunikasi seorang pembicara dapat mengungkapkan
pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Pengungkapan ide yang benar
15
16
dan tepat akan berpengaruh pada komunikasi dengan orang lain. Oleh
karena itu berbicara memiliki peran yang penting dalam komunikasi.16
Kaitannya dengan tujuan berbicara menurut Ochs dan Winkler
(1979) menjelaskan secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai
berikut :17
a. Mendorong atau menstimulasi
Pembicara untuk memberi semangat,
membangkitkan-kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.
b. Meyakinkan
Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan sikap mental/
intelektual kepada para pendengarnya.
c. Menggerakkan
Pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para
pendengar dengan terbangkitkannya emosi.
d. Menginformasikan
Pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu
kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui
tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.
16
Haryadi dan Zamzadi, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:DEPDIKBUD, 1997 ), 54.
17
17
e. Menghibur
Pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para
pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.
Selanjutnya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yang akan
menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara yaitu faktor
pembicara dan pendengar. Penjelasannya sebagai berikut:18
a. Pembicara
Yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah :
1. Pokok pembicaraan hendaklah bermanfaat dan menarik, sesuai
dengan daya tangkap pendengar dan sedikitnya sudah
diketahui oleh pendengar.
2. Bahasa
Kaitannya dengan bahasa terbagi dua yaitu faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan.
a) Faktor kebahasaan
Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan
berbicara antara lain: (a) ketepatan pengucapan atau
pelafalan bunyi;(b) penempatan tekanan, nada ,jeda,
intonasi dan ritme;(c) pemilihan kata dan ungkapan yang
18
18
baik, konkret dan bervariasi;(d) ketetapan susunan
penuturan.
b) Faktor NonKebahasaan
Faktor nonkebahasaan mencakup(a) sikap
wajar,tenang dan tidak kaku;(b) pandangan yang
diarahkan pada lawan bicara;(c) kesediaan menghargai
pendapat orang lain;(d) kesediaan mengkoreksi diri
sendiri;(e) keberanian mengungkapkan dan
mempetahankan pendapat;(f) gerak-gerik dan mimik
yang tepat;(g) kenyaringan suara;(h) kelancaran;(i)
penalaran dan relevansi;(j) penguasaan topik.
c) Tujuan
Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan
kepada orang lain pasti memiliki tujuan ingin
mendapatkan respons atau reaksi.
d) Sarana
Sarana dalam kegiatan berbicara mencakup
waktu, tempat, suasana dan media atau alat peraga.
Pokok pembicaraan yang dipilih hendaknya
disesuaikan dengan waktu yang ditentukan. Tempat
berbicara sangat menentukan keberhasilan
19
lokasi,jumlah pendengar,posisi pembicara dan
pendengar, cahaya serta udara. Berbicara pada suasana
tertentu pun akan mempengaruhi keberhasilan berbicara
seperti pada pagi, siang atau sore hari. Media atau alat
peraga pun akan membantu kejelasan dan kemenarikan
uraian.
e) Interaksi
Berlangsungnya kegiatan berbicara menunjukkan
adanya hubungan interaksi antara pembicara dengan
pendengar. Interaksi dapat berlangsung satu arah, dua
arah atau multi arah.
b. Pendengar
Pendengar yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga
memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan
memusatkan perhatian dan pikiran kepada pembicara.
2. Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat
mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan.
3. Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang
20
4. Memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat
meningkatkan keberhasilan mendengarkan.
5. Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat
mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.
3. Indikator Keterampilan Berbicara
Berbicara pada dasarnya merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif yang melibatkan aspek – aspek kebahasaan maupun non
kebahasaan. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) yang termasuk aspek
kebahasaan adalah lafal, intonasi serta penggunaan kosa kata atau kalimat.
Sedangkan yang termasuk non kebahasaan adalah ekspresi atau mimik.
Aspek–aspek tersebut dalam kegiatan berbicara merupakan indikator
yang dijadikan penilaian dalam evaluasi berbicara. Yaitu lafal, intonasi,
kosakata atau kalimat, kelancaran serta mimik atau ekspresi. 19
a) Lafal
Pengucapan yang baku dalam bahasa Indonesia yang bebas dari
ciri–ciri lafal daerah. Pelafalan bunyi dalan kegiatan bercerita perlu
ditekankan mengingat latar belakang kebahasaan sebagian besar siswa.
karena pada umumya siswa dibesarkan di lingkungan dengan bahasa
daerah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek dalam lafal adalah berikut :
19
21
1) Kejelasan vokal atau konsonan
2) Ketepatan pengucapan
3) Tidak bercampur lafal daerah.
b) Intonasi
Penempatan intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri
dalam kegiatan bercerita, bahkan merupakan salah satu faktor penentu
dalam keefektifan bercerita. Suatu cerita akan menjadi kurang menarik
apabila penyampaiannya kurang menarik pula. Aspek dalam intonasi
adalah berikut :
1) Tinggi rendah suara
2) Tekanan suku kata
3) Nada atau panjang pendek tempo
c) Kosakata atau kalimat
Guru perlu mengoreksi pemakaian kata yang kurang tepat atau
kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi tertentu. Untuk
mengawali sebuah cerita dibuka dengan kalimat pembuka kemudian
harus ada isi dari cerita tersebut dan dibuat suatu kesimpulan serta
diakhiri dengan penutup. Aspek dalam kosakata ini adalah berikut :
1) Jumlah kosakata
2) Terdapat kalimat pembuka, isi, kesimpulan dan penutup
22
d) Hafalan
Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicarannya. Aspek dalam hafalan adalah
berikut :
1) Kelancaran
2) Teratur atau urut
3) Kesesuaian hal yang diceritakan
e) Mimik atau ekspresi
Mimik muka dapat menunjang dalam keefektifan bercerita
karena dapat berfungsi membentu memperjelas atau menghidupkan
bercerita. Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang
keefektifan bercerita. Yang termasuk dalam aspek mimik adalah :
1) Gesture atau gerak tubuh
2) Ekspresi wajah
3) Penjiwaan
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan faham kontruktivis.20Pembelajaran kooperatif
20
23
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok setiap siswa harus saling bekerja sama dengan anggota
kelompoknya dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang saling asah, asih dan asuh untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
Menurut Anita Lie(2008) pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek
keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa.21
Pada pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan ini disebut
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (a)
saling ketergantungan mencapai tujuan;(b) saling ketergantungan
melaksanakan tugas;(c) saling ketergantungan bahan dan sumber;(d)
21
24
saling ketergantungan peran,dan(e) saling ketergantungan hasil atau
hadiah.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan tentang ciri-ciri
pembelajaran kooperatif, yakni :
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Terdapat tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran
kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Slavin(1995), yaitu :22
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini
diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, membantu, dan peduli.
22
25
b. Pertanggung Jawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban
tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang
saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban
secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa
bantuan teman sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi
yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan
metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Dari keseluruhan uraian tentang pembelajaran kooperatif,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut
memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan
dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.
Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan
26
tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif
dalam belajar kelompok.
2. Pengertian dan Ruang Lingkup Metode Cooperative Script
Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana
siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam
menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini
ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan
berkonsentrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama
untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang disampaikan
oleh guru.23
Langkah-langkah pembelajaran cooperative script diantaranya:24
a. Guru membagi siswa berpasangan.
b. Guru membagikan naskah wacana atau materi kepada siswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar menyimak atau mengkoreksi atau menunjukkan ide-ide
23
Miftahul Hudal, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013), 213.
24
27
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau
menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap atau dengan
menghubungkan materi sebelumnya.
e. Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya.
f. Guru membuat kesimpulan.
Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script:25
a. Menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru.
b. Berdaya pikir kritis,memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan
pemikirannya.
c. Memudahkan siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan
temannya.
Kekurangan penggunaan metode Cooperative Script :26
a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b. Hanya dilakukan oleh dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas)
sehingga koreksi hanya terbatas pada dua orang tersebut.
C. Materi Percakapan Melalui Telepon
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bertelepon adalah
bercakap-cakap melalui pesawat telepon. Telepon merupakan alat
25
Miftahul, Model..., 214. 26
28
berkomunikasi. Pada zaman sekarang, orang tidak merasa asing dengan alat
ini. Mungkin hampir setiap rumah memasang telepon. Telepon selular(atau
biasa disebut HP) pun hampir dimiliki oleh setiap orang.27
Berbicara di telepon sebaiknya diatur. Berbicara ditelepon untuk hal-hal
yang penting saja. Jika tidak diatur, penggunaan pulsa telepon tidak bisa
dikendalikan. Berbicara di telepon sebaiknya menggunakan kalimat yang
ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Hal yang paling
penting, sebaiknya menggunakan bahasa yang santun.28 Berikut adalah tata
cara bertelepon :
a. Mengucap salam
b. Berbicara seperlunya
c. Mengakhiri telepon dengan salam
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikaitkan dengan kompetensi
pembelajaran di kelas IIIA sebagai berikut :
Mengungkapkanpikiran, perasaan,
1. Membuat teks percakapan bertelepon sesuai tema. :
Indikator
2. Melakukan percakapan melalui telepon di depan kelas. 3. Melakukan percakapan dengan lafal, intonasi, kosakata,
27
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1661.
28
29
hafalan, dan mimic wajah yang sesuai.
Berdasarkan uraian tersebut, keterampilan berbicara merupakan
keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu ditingkatkan.
Masalah sebelum diadakan tindakan yang dihadapi dalam pembelajaran
bahasa Indonesia adalah dalam keterampilan berbicara masih kurang.
Pembelajaran berbicara juga masih monoton belum menggunakan metode
yang bervariasi sehingga menjenuhkan bagi siswa. Kemudian diadakan
penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode
cooperative script.
Teknik berbicara berpasangan dapat melatih siswa saling bekerja sama
dengan kelompoknya, siswa juga menjadi lebih aktif dengan kegiatan
kelompok. Penggunaan cooperative script dalam pembelajaran ini
dikembangkan interaksi antara siswa, pengajar dan bahan pengajaran, siswa
dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk berbicara dengan dimulai dari
berbicara dengan pasangannya sehingga siswa tidak merasa sendiri dalam
berbicara di depan kelas. Dengan dasar tersebut diharapkan dengan penerapan
metode cooperative script akan dapat membantu siswa sehingga dapat
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode
penelitian kuantitatif, metode kualitatif mendeskripsikan peningkatan
kemampuan berbicara siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode
pembelajaran cooperative script pada materi pembelajaran berbicara bahasa
Indonesia, sedangkan metode kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis yang diajukan.
Peningkatan kemampuan berbicara tersebut diukur dengan menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Karena dalam penelitian kualitatif memerlukan
proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, maka penelitian ini juga
menggunakan metode kuantitatif sebagai pengumpulan data statistik anak setelah
dilakukan treatmen.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
(siklus tindakan kelas). Pada satu siklus dilakukan 1 kali kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama mendasari penentuan kegiatan
pembelajaran pada siklus kedua dan seterusnya. Demikian juga siklus pertama
mendasari penentuan dan pengembangan siklus kedua bila siklus kedua
31
Pelaksanaan PTK ini, menurut Mc. Taggart dengan langkah pertama
melakukan perencanaan kemudian melaksanakan tindakan, observasi dan
refleksi. Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan pada
Gambar 3.1 sebagai berikut :29
Keterangan:
Desain penelitian menurut Kemmis dan Taggart
Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya
sesudah langkah ketiga, lalu kembali kesatu dan seterusnya. Meskipun sifatnya
berbeda, langkah kedua dilakukan secara bersamaan jika pelaksanaan dan
pengamatan berbeda.
29
32
B. Setting Penelitian
1. Tempat : MI Roudlotul Banat Taman Sepanjang Sidoarjo
2. Subyek : Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat
3. Waktu : Semester genap tahun ajaran 2014/ 2015
C. Variabel yang Diselidiki
1. Variabel Input : Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat
2. Variabel Output : Peningkatan Keterampilan Berbicara
Peserta Didik Pada Materi Bertelepon
3. Variabel Proses : PembelajaranCooperative Script
D. Rencana Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatf tipe cooperative script. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
a. Guru membagi siswa berpasangan.
b. Guru memberikan tema kepada siswa untuk mengarang sebuah percakapan
melalui telepon.
c. Guru menetapkan pasangan yang pertama berperan sebagai pembicara dan
pasangan yang kedua berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara melakukan percakapan melalui telepon sesuai dengan tema yang
33
memberikan tanggapan mengenai kesesuaian isi percakapan dengan tema dan
kesesuaian tata cara bertelepon.
e. Bertukar peran. Pasangan yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya.
f. Guru membuat kesimpulan.
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan pada siklus I berdasarkan identifikasi penyebab masalah pada
pembelajaran pra siklus guru,kegiatan tersebut yaitu :
a. Menentukan pokok bahasan
b. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) kegiatan
pembelajaran.
c. Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Membuat dan menyiapkan tema dan pertanyaan pada media kertas yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
e. Menyusun Lembar Kerja Siswa(LKS) yang sesuai dengan pendekatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
f. Membuat alat pedoman observasi untuk mengetahui kinerja peserta didik
dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari pemahaman peserta
didik terhadap materi yang telah dijelaskan,dan menetapkan indikator
34
g. Penyusunan evaluasi belajar siswa.
Perencanaan diatas adalah untuk pemecahan sebuah masalah yang terjadi di
kelas.
2. Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan yaitu jabaran yang akan dilaksanakan, skenario
kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan ditetapkan. Berikut
jabaran skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan :
a. Siswa medengarkan penjelasan dari guru tentang bagaimana menyampaikan
dan menerima dan manyampaikan pesan melalui telepon.
b. Guru menanyakan kejelasan materi yang disampaikan.
c. Guru membagi siswa secara berpasangan.
d. Guru memberikan tema percakapan melalui telepon.
e. Guru membagikan soal LKS untuk dikerjakan secara berpasangan dengan
teman sebangkunya yaitu membuat percakapan melalui telepon.
f. Siswa berdiskusi untuk membuat percakapan dengan teman sebangkunya.
g. Kemudian siswa disuruh mempraktikkan percakapan melalui telepon di depan
kelas bersama pasangannya.
h. Siswa dengan bantuan guru diminta menyimpulkan materi pelajaran yang
telah dipelajari.
35
3. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dari obyek yang diamati melalui
pengamatan secara langsung peserta didik di kelas III A MI Roudlotul Banat.
Pengambilan data observasi yaitu dengan menggunakan instrument observasi
aktivitas guru dan siswa yang telah dipersiapkan, serta angket respon siswa. Hasil
pengamatan tersebut dapat digunakan sebagai perbaikan pada siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi adalah mengulas kembali kegiatan yang telah dilaksanakan dan
menganalisis hasil yang dapat diambil dari pelaksanaan pembelajaran untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tindakan.
Hasil observasi dan evaluasi akan dianalisis dengan statistik deskriptif
untuk memperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator yang telah
ditetapkan. Hasil analisis pemerolehan data dan catatan-catatan deskriptif dari
pengamat selama KBM akan direfleksi bersama antara guru dan peneliti. Selama
kegiatan refleksi didiskusikan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan
tindakan.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Siswa
Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat dengan jumlah 21
36
obyek penerapan metode cooperative script. Pada proses penerapan
metode tersebut dapat diambil data sebagai sumber data penelitian.
b. Guru
Guru berfungsi sebagai sumber informasi bagi peneliti dan
juga berkolaborasi dengan peneliti dalam menerapkan metode
cooperatif script. Dari kegiatan tersebut guru dapat melihat tingkat
keberhasilan implementasi metode cooperative scriptterhadap kegiatan
proses pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas III A MI
Roudlotul Banat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berfungsi sebagai sumber pengumpulan data yang
ada di sekolah sebagai penunjang informasi. Data tersebut meliputi:
a) Daftar nilai praktek siswa.
b) Susunan struktur organisasi sekolah, nama dewan guru, dan data
lain yang menunjang selama penelitian.
c) Foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung selama siklus I dan
siklus II di kelas III A MI Roudlotul Banat.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap
37
a. Wawancara
Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data
tentang keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Indonesia
sebelum diberikan tindakan.30Wawancara dengan ibu Nova
selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III A, serta
siswa-siswi yang perlu digali informasinya terkait pembelajaran
bahasa Indonesia. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 03
Maret 2015 di MI Roudlotul Banat.Instrument yang digunakan
yaitu panduan wawancara. Instrument panduan wawancara
terlampir dilampiran.
b. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.31Observasi berfungsi untuk mengetahui proses
penerapan metode cooperative script dan juga untuk mengetahui
peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia setelah
penerapan metode cooperative script pada siswa kelas III A MI
Roudlotul Banat.
30
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya, (Jakarta:Bumi Aksara,2013), 49.
31
38
Berikut adalah instrumen observasi kegiatan guru dan siswa
terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode cooperative script :
Tabel 3.1
Lembar observasi aktivitas guru
No Indikator / Aspek Yang Diamati
Pengamat
Skor SkorPenilaian
1 2 3
1. Guru memberikan apersepsi/motivasi kepada siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Guru memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran yang dipelajari.
4. Guru menjelaskan materi tentang berbicara melalui telepon.
5. Guru membagi siswa berkelompok secara berpasangan
6. Guru memberikan tema percakapan pada siswa 7. Guru mengintruksikan siswa praktek berbicara
melalui telepon dengan pasangannya.
8. Guru mengecek pemahaman siswa dengan bertanya jawab.
9. Guru memberikan tes evaluasi tertulis perorangan sebagai tugas tindak lanjut..
10. Guru bersama siswa membuat kesimpulan Skor perolehan
Persentase = x 100 = x 100 =
Skor Maksimal 30
39
Keterangan :
Skor 1 = kurang ( dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak sesuai
waktu )
Skor 2 = cukup ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak sesuai waktu )
Skor 3 = baik ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu )
Tabel 3.2
Lembar observasi aktivitas siswa
No Indikator / Aspek Yang Diamati
Pengamat
Skor SkorPenilaian
1 2 3
1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru.
2. Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan.
3. Siswa memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang dipelajari.
4. Siswa antusias ketika guru menjelaskan materi berbicara melalui telepon.
5. Siswa melakukan pekerjaan menulis teks percakapan bertelepon sesuai dengan tema yang diberikan guru.
6. Siswa mengerjakan dengan tertib lembar kerja kelompok.
7. Siswa praktek berbicara melalui telepon dengan pasangannya.
8. Siswa member tanggapan saat guru mengecek pemahaman.
9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat
dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan oleh guru.
10. Siswa merespon kesimpulan materi pembelajaran yang disampaikan guru. Skorperolehan
Persentase = x 100 = x 100 = SkorMaksimal 30
40
Keterangan :
Skor 1 = kurang ( dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak sesuai waktu )
Skor 2 = cukup ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak sesuai waktu )
Skor 3 = baik ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu )
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental seseorang.32 Dalam penelitian ini, metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di
sekolah sebagai penunjang informasi.Data tersebut meliputi :
d) Daftar nilai praktek siswa.
e) Susunan struktur organisasi sekolah, nama dewan guru, dan
data lain yang menunjang selama penelitian.
f) Foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Metode non tes ( unjuk kerja )
Dalam penelitian ini metode non tes digunakan untuk menggumpulkan
data tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa. Tingkat keterampilan
berbicara siswa diukur dengan teknik non tes dengan bentuk penilaian unjuk
kerja. Adapun kisi-kisi penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut
32
41
Tabel 3.3
Kisi-kisi Keterampilan Berbicara33
No Indikator Aspek-aspek
1. Lafal a. Kejelasan vokal atau konsonan
b. Ketepatan pengucapan
c. Tidak bercampur lafal daerah.
2. Intonasi a.Tinggi rendah suara
b.Tekanan suku kata
c.Nada atau panjang pendek tempo
3. Kosakataataukalimat a.Terdapat kalimat pembuka, b. Isi, kesimpulan dan penutup c.Saling koherensi Lafal Intonasi Hafalan Kosakata Mimik
1. 2. 3.
33
42
Keterangan acuan skor :
1 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) hanya satu yang tepat
2 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) hanya dua yang tepat
3 = jika 3 poin dalam aspek penilain ( a,b,c ) ketiganya tepat
4 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) ketiganya tepat dan suara
terdengar seluruh kelas
e. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar siswa berminat
dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode
cooperative script. Angket ini diberikan kepada semua siswa kelas III A MI
Roudlotul Banat setelah pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah
memenuhi target yang diinginkan atau setelah akhir siklus. Berikut adalah
angket respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode cooperative script :
Tabel 3.5 Angket Respon Siswa
Nama :
Kelas : III Hari /Tanggal :
Pelajaran : Bahasa Indonesia Materi : Bertelepon
Petunjuk :
43
2. Berilahtandacentang (√) padasalahsatujawaban yang
sesuaidenganpendapatmu.
No Pernyataan Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
4 3 2 1
1. Saya selalu belajar sebelum mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
2. Saya selalu tertarik pada pembelajaran bahasa Indonesia 3. Saya selalu belajar untuk
memperoleh nilai yang tinggi 4. Saya selalu ingin mendapatkan
nilai yang lebih tinggi dari teman
5. Saya selalu belajar untuk dapat terampil berbicara agar dapat berkomunikasi dengan baik 6. Saya senang praktek berbicara
menggunakan telepon 7. Berbicara melalui telepon
membuat saya senang mengikuti pembelajaran berbicara
8. Saya selalu semangat untukterusberlatih berbicara 9. Saya selalu merasa bahwa
kegiatan berbicara melalui telepon adalah kegiatan yang menyenangkan
10. Saya merasa senang jika belajar secara berkelompok 11. Saya selalu bangga jika saya
44
12. Saya selalu disiplin dan tidak ramai pada saat pembelajaran berbicara
13. Saya selalu merasa nyaman ketika pembelajaran berbicara berlangsung
Jumlah Rata-rata Prosentase
Dari pilihan jawaban angket tersebut, setiap jawaban memiliki nilai skor yang
berbeda. Skor dari setiap jawaban angket dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:34
1. Analisis data kuantitatif deskriptif
Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang
menerapkan metode pembelajaran cooperative script dianalisis dengan
34
45
menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, data secara kuantitatif deskriptif
yakni berupa penilaian kemampuan siswa.
Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendiskripsikan atau menggambarkan obyek yang diteliti melalui data sampel
sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.35
2. Analisis data aktivitas guru dan siswa
a. Guru
Guru berperan sebagai tim kolaborasi dengan peneliti dalam
menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang
menerapkan metode cooprative script dianalisis dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif.
b. Siswa
Siswa berperan sebagai obyek penerapan metode cooperative script.
Hasil pengamatan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung
dianalisis dengan menggunakan presentase setiap indikator yang dihitung
dengan rumus :
Nilai akhir
35
46
Keterangan :
80-100 = baik sekali
66-79 = baik
56-65 = cukup
40-45 = kurang
30-39 = gagal
a. Analisis data hasil penilaian unjuk kerja siswa
Kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam berbicara bahasa
Indonesia dari seluruh siswa di kelas dengan jumlah skor nilai rata-rata. Untuk
menghitung ketuntasan dan rata-rata kelas digunakan rumus :36
Keterangan :
P = Prosentase ketuntasan
F = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah seluruh siswa
Dengan kriteria :
95% - 100% = sangat baik
75% - 94% = baik
36
Sugiyono, Metode..., 141.
47
55% - 74% = tidak baik
35% - 54% = sangat tidak baik
Keterangan:
X = Rata-rata
∑ x = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa
Dengan kriteria :
80 – 100 = sangat baik
60 – 79 = baik
40 – 59 = tidak baik
0 – 39 = sangat tidak baik
4. Indikator kerja
Melihat latar belakang permasalahan dan persoalan yang terjadi di kelas
IIIA, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script. Maka diperlukan
indikator sebagai berikut :
1. Skor angket respon siswa lebih dari sama dengan 70.
2. Prosentase jumlah siswa yang memenuhi KKM 70 adalah lebih dari atau sama
dengan 75%.
48
3. Skor aktifitas guru dan siswa lebih dari sama dengan 80.
5. Tim Peneliti
Seperti yang telah dipaparkan, bahwa penelitian tindakan kelas ini
menggunakan bentuk kolaborasi dengan guru sebagai mitra kerja peneliti
(kolaborator). Peneliti bernama Novita Dewi Anggraini adalah seorang
mahasiswa semester VIII Program Studi S1 Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitian ini penulis
berkolaborasi dengan ibu Nova Triastuti, S.Si selaku guru bahasa Indonesia kelas
IIIA MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Selain menjadi kolaborator, guru
juga berperan sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Peneliti dan kolaborator terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Berikut peran peneliti dan guru
saat pelaksanaan pembelajaran :
a. Peneliti
1) Menyusun instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2) Menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran bahasa
Indonesia.
3) Melaksanakan diskusi dengan guru.
4) Menyusun laporan hasil penelitian.
49
b. Guru
1) Mitra kerja peneliti ikut serta dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
2) Selain itu juga sebagai observer kegiatan guru dan siswa saat pelaksanaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dipaparkandata hasil temuan penelitian di lapangan dan
pembahasannya dengan judul“Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas III A MI
Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo” yang telah dilaksanakan di lapangan sebagai
berikut :
A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah
Lokasi MI Roudlotul Banat terletak di desa Bebekan RT. 22 RW. 06,
kecamatan Taman, kabupaten Sidoarjo. Lebih dikenal dengan jalan Pereng
Sepanjang, daerah ini merupakan perbatasan kabupaten Sidoarjo dengan kota
Surabaya. Status tanah sekolah ini merupakan tanah wakaf, yang kemudian
didirikan yayasan oleh Nyai Hj. Masyrifah / KH. Abd Rahman.
Letak sekolah ini jika dilihat dari segi geografis bisa dibilang sangat
strategis, karena depan sekolah adalah jalan raya yang merupakan jalur
alternatif menuju kota Surabaya jadi banyak kendaraan bermotor berlalu lalang
setiap harinya. Sebelah kanan dan belakang sekolah merupakan rumah
51
2. Kondisi Sekolah
a. Kondisi Fisik Sekolah
Sekolah ini berdiri pada tahun 1947 dengan luas tanah 386 m2 dan
luas bangunan 290 m2, dalam satu lingkup sekolah terdapat beberapa
jenjang pendidikan yaitu Play Group, RA, MI, MTs dan MA . Pada jenjang
MI, dibuka masing-masing dua kelas untuk tiap tingkatan. Status MI
Roudlotul Banat sudah mendapat akreditasi A.
MI Roudlotul Banat mempunyai beberapa bangunan sebagai sarana
dan prasarana fisik dalam proses pembelajaran. Kondisi bangunan tersebut
dalam keadaan cukup. Bangunan tersebut di antaranya yaitu ruang kelas
sebanyak 12 kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang komputer, kamar
mandi untuk guru, dan kamar mandi untuk siswa. Lingkup sekolah tidak
terlalu luas, sehingga halaman dan lapangan olah raga sangat sempit. Juga
kurangnya penghijuan di lingkungan sekolah.
b. Kondisi Non Fisik Sekolah
Jumlah seluruh siswa-siswi MI Roudlotul Banat yakni sebanyak 259
siswa. Berdasarkan jumlah siswa tersebut dapat diperinci sebagai berikut,
untuk kelas I berjumlah 37 siswa, kelas II berjumlah 53 siswa, kelas III
berjumlah 42 siswa, kelas IV berjumlah 39 siswa, kelas V berjumlah 44
52
3. Visi dan Misi Sekolah
Adapun visi dan misi MI Roudlotul Banat adalah sebagai berikut :
a. Visi
Berprestasi dilandasi akhlak mulia.
b. Misi
Menumbuhkan semangat keunggulan prestasi yang dilandasi akhlak mulia.
4. Tenaga Pendidik
MI Roudlotul Banat memiliki 20 tenaga pendidik yang terdiri dari 5
orang guru laki-laki dan 15 orang guru perempuan. Semua tenaga pendidik
merupakan lulusan S1. Setiap guru mengajar mata pelajaran sesuai yang
diampuh, kecuali kelas 2 dan kelas 4 karena menggunakan tematik sehingga
hanya ada guru kelas dan guru olahraga.
B.Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil
penelitian diuraikan dalam tiap-tiap siklus. Data juga diperoleh dari luar proses
pembelajaran misal, wawancara, observasi, hasil pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Tahapan tiap siklus dilakukan dalam
proses belajar mengajar. Berikut uraiannya:
1. Siklus I
Kegiatan siklus I dilakukan pada tanggal 08 Mei 2015. Peneliti
melakukan penelitian dengan menerapkan metode cooperative script sebagai
53
kelas ini dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit atau dua jam pelajaran. Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi seperti berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti menyusun RPP
kemudian dokumen RPP divalidasikan kepada dosen sebagai validator.
Kemudian RPP dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari
tindakan yang akan dilakukan.
2) Menyusundanmenyiapkanpedomanobservasipelaksanaan pembelajaran
dan lembar observasi yang terlampir. Observasi dilakukan terhadap siswa
dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
yang disiapkan meliputi observasi aktivitas siswa dan observasi kegiatan
mengajar guru.
3) Menyusun angket respon siswa. Pengujian angket diberikan kepada siswa
pada saat akhir pembelajaran, untuk mengukur seberapa besar respon
siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
4) Menyusunpedomanwawancara. Wawancara dilakukan pada saat sebelum
siklus dan sesudah siklus. Daftar pertanyaan dibuat oleh peneliti sebelum
melakukan wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara yang terlampir, siswa masih kurang
54
siswa kurang percaya diri ketika harus berbicara di depan kelas. Saat
praktek percakapan guru hanya menggunakan teks yang terdapat dibuku
paket.37 Sehingga siswa merasa kesulitan saat harus membuat teks
percakapan sendiri. Padahal terdapat aspek-aspek dalam keterampilan
berbicara yang harus terpenuhi seperti, intonasi, lafal, hafalan, kosakata,
dan mimik. Ini membuktikan bahwa siswa masih perlu dorongan untuk
bisa dan mau berbicara.
Pada dasarnya penguasaan keterampilan berbicara sangat
diperlukan dalam kehidupan modern saat ini, namun kenyataannya
keterampilan berbicara di sekolah kurang mendapat respon positif dari
siswa.
5) Membuat lembar kerja sebagai media siswa untuk menulis teks
percakapan melalui telepon. Lembar kerja berupa kertas ukuran A4
digunakan sebagai media menulis siswa.
37
55
Gambar 4.1 Lembar kerja siswa
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 08 Mei
2015 pukul 08.10-09.20 WIB. Pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan
bersama guru pada jam pelajaran ke 3 dan 4. Kondisi kelas agak gaduh,
karena guru belum menyiapkan siswa.38
Gambar 4.2
Kegiatan Awal Pembelajaran
38
56
Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar dan menanyakan apakah
ada siswa yang tidak masuk pada saat dilaksanakan tindakan (bagaimana
kabarnya hari ini, apa ada yang tidak masuk, masih semangat belajar hari ini).
Guru tidak mengajak siswa berdoa karena sudah berdoa pada saat jam pelajaran
pertama. Berikut uraiannya :
Guru : assalamualaikum.... selamat pagi anak-anak
Siswa : waalaikumsalam.... selamat pagi bu
Guru : bagaimana kabarnya hari ini ?
Siswa : alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar...
Guru : alhamdulillah... apa ada yang tidak masuk hari ini ?
Siswa : tidak ada bu...
Guru : bagaimana, masih semangat belajarnya ?
Siswa : masih bu...
Siswa : capek
Siswa : ngantuk
57
Gambar 4.3
Kegiatan apersepsi melakukan tepuk semangat39
Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar dengan
mengajak mereka melakukan "tepuk semangat" (prok...prok...prok...se...
prok..prok...prok...ma...prok..prok..prok..ngat..prok...prok..prok...seeee...m
angat...prok...prok..prok), dengan antusias siswa bertepuk tangan sambil
bernyanyi.Guru bertanya pada siswa tentang materi pelajaran yang
kemarin, guru menyampaikan pembelajaran hari ini dan tujuan
pembelajaran. Guru menyampaikan pada siswa bahwa hari ini akan belajar
tetang bertelepon. Berikut uraiannya :
Guru : ayo kita sama-sama tepuk semangat.. bisa semua anak-anak?
Siswa : bisa bu...
Guru : tepuk semangat...(pro..prok..prok..)
39