• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MATERI BERTELEPON MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS III A MI ROUDLOTUL BANAT SEPANJANG SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MATERI BERTELEPON MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS III A MI ROUDLOTUL BANAT SEPANJANG SIDOARJO."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MATERI BERTELEPON MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT

PADA SISWA KELAS III A MI ROUDLOTUL BANAT SEPANJANG SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

Novita Dewi Anggraini

NIM : D07211020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Novita Dewi Anggraini. 2015.Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing : Dr. Jauharoti Alfin, M.Si

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Indonesia, Metode Cooperative Script Latar belakang dikarenakan oleh rendahnya keterampilan berbicara siswa karena pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton, serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode. Akibatnya, nilai rata-rata kelas hanya 65 karena siswa malas dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan, serta rendahnya nilai keterampilan berbicara siswa yang masih dibawah KKM yaitu .

Rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penerapan metode cooperative script pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat ? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat ?

Metode yang dipakai PTK (Peneletian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan di MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo pada kelas III A dengan 21 jumlah siswa, yaitu dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini menurut Kemmis dan Mag Taggart, yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, lembar kerja, angket, dokumentasi. Data unjuk kerja siswa dianalisis berdasarkan rumus persentase KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv A. Keterampilan Berbicara ... 13

1. Pengertian Berbicara ... 12

2. Tujuan Berbicara ... 14

3. IndikatorKeterampilan Berbicara... ... 19

B. Pembelajaran Kooperatif ... 22

1. Pengertian Kooperatif ... 22

2. Pengertian Cooperative Script ... 25

C. Materi Percakapan Melalui Telepon ... 27

1. Pengertian Bertelepon ... 27

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 32

(7)

D. Rencana Tindakan ... 32

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 35

F. Analisis Data ... 45

G. Indikator Kinerja ... 47

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

B. Hasil Penelitian ... 52

1. Siklus I ... 52

2. Siklus II ... 75

3. Hasil Evaluasi Setelah Menggunakan Metode Cooperative Script ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 103

RIWAYAT HIDUP ... 104

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah interaksi antara

manusia, sumber daya, dan lingkungannya. PBM merupakan proses yang

tersusun secara teratur, yang dapat mengubah kemampuan peserta didik dari

suatu tingkatan ke tingkatan yang lain yang lebih baik. Hasil PBM dapat

dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi

dapat berfungsi secara optimal sehingga perlu diupayakan terciptanya situasi

kelas yang memungkinkan.1

Situasi kelas yang termotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan

perilaku pengajar. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan tertarik

dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Untuk menciptakan

situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya

mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan ransangan

atau tantangan sehingga peserta didik tertarik untuk belajar secara aktif.

Keaktifan peserta didik memang sangat diperlukan, karena belajar menuntut

aktivitas dari diri sendiri, mental maupun fisik. Pada batas tertentu makin aktif

1

(9)

2

perilaku belajar seseorang, makin besar hasil belajar yang diperolehnya. Ini

menunjukkan bahwa aktivitas atau partisipasi aktif peserta didik sangat

menentukan keefektifan belajarnya.2

Peningkatkan partisipasi fisik dan mental pengajar hendaknya tidak

mendominasi aktivitas PBM, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya

pada peserta didik untuk berinteraksi, baik terhadap guru maupun peserta

didik satu dengan yang lain. Peserta didik diberi kesempatan berlatih saat

pendidik menyampaikan pengajaran berupa keterampilan.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan dasar

yaitu: mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Keempat keterampilan

tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Keterampilan tersebut

harus dikuasai siswa karena sangat penting tidak hanya dalam bidang

pendidikan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya

keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara menduduki tempat utama

dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam

peradaban dunia modern.3

Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian

maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh

orang lain. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan

2

Kundharu, Pembelajaran..., 2. 3

(10)

3

berbahasa yang sangat penting karena keterampilan berbicara sangat

berhubungan dengan keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan

sehari-hari. Kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan mendengarkan,

keterampilan berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan

berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Seseorang yang

memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik biasanya akan menjadi

pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar

pendengarnya dapat menangkap isi dari pembicaraan.4

Pada kenyataannya, keterampilan berbicara yang terjadi saat ini di MI

Roudlotul Banat sangat rendah. Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah

tersebut pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70, akan tetapi nilai

rata-rata kelas yang diperoleh hanyalah 65. Hal tersebut menunjukkan kalau

nilai siswa jauh dari standart nilai yang seharusnya diperoleh, maka

kemungkinan indikator ketuntasan belajar siswa belum berhasil.5

Keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa dari 21 jumlah siswa, 9

anak (42%) yang lulus KKM dan 12 (58%) anak tidak lulus KKM, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor.6 Faktor-faktor yang dimungkinkan

mempengaruhi keterampilan berbicara antara lain dari guru. Pembelajaran

4

Kundharu, Pembelajaran..., 53. 5

Daftar nilai praktek bahasa Indonesia kelas III A. 6

(11)

4

Bahasa Indonesia oleh guru masih cenderung berorientasi pada transfer

pengetahuan semata dengan metode yang monoton yaitu hanya dengan

menggunakan metode ceramah saja. Hal inilah yang mengakibatkan

kegagalan prestasi belajar siswa. Selain itu, pembelajaran yang digunakan

masih menganut perspektif pembelajaran tradisional atau konfensional, yaitu

pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek

pasif yang harus banyak diisi informasi.

Padahal kenyataannya, siswa yang mempunyai karakter beragam

memerlukan sentuhan-sentuhan khusus dari guru sebagai pendidik dan pelatih

agar mampu mengambil makna dari setiap informasi yang diterima. Untuk itu

guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat dan merasa senang

selama proses pembelajaran.7

Faktor lain yang dapat menyebabkan siswa kurang termotivasi adalah

pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton,

serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode, strategi, teknik, dan

pendekatan. Akibatnya, siswa menjadi malas dan mengalami kejenuhan dalam

kegiatan berbicara. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa

untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan.

Melihat dari semua permasalahan dan penyebab permasalahan yang

dipaparkan, maka dibutuhkan tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya.

7

(12)

5

Salah satu solusi adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang

mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran, serta

mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa menggunakan bahasa

Indonesia. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan

guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk

menciptakan proses belajar mengajar.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna

menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran Bahasa Indonesia

tersebut, serta untuk lebih mengaktifkan dan meningkatkan kemampuan

berbicara bahasa Indonesia, yaitu dengan menggunakan model-model

pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah melalui metode cooperative.

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative

adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama

teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan

menyampaikan pendapat secara berkelompok. Teknik ini menggabungkan

kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.8

8

(13)

6

Berdasarkan penelitian sebelumnya, olehAzzizah Nurlaili (2014) dalam

skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script,

memuat masalah yang sama yaitu peningkatan keterampilan berbicara bahasa

Indonesia. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh

peneliti pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada

kelas V SDN 03 Gemolong Sragen, rata-rata kelas mengalami peningkatan

nilai belajar.9

Pada tahap prasiklus, nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 63,68

dengan ke-tuntasan klasikal 20,59% atau sekitar 7 siswa yang mempunyai

nilai mencapai tuntas, Setelah diadakan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata

siswa meningkat menjadi 68,25 dengan ketuntasan klasikal mencapai 70,58%

atau 24 siswa sudah mencapai nilai tuntas. Namun, karena indicator kinerja

pada penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan tindakan pada siklus II.

Pada siklus II terjadi peningkatan nilai keterampilan berbicara yang cukup

signifikan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara pada siklus II meningkat

menjadi sebesar 76,73 dengan ketuntasan klasikal mencapai 91,17% atau 31

siswa sudah mencapai nilai tuntas. Dengan tercapainya indicator kinerja yakni

9

(14)

7

90% siswa mencapai nilai ≥ 67, maka penelitian ini dilakukan hanya sampai

siklus II.

Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan Ellit Pipop Setiawan

(2011) dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD

Negeri Ngijo 01 Melalui Model Cooprative Script Berbantuan Wayang Kulit.

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti

pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada kelas V

SDN Ngijo 01, rata-rata kelas mengalami peningkatan nilai belajar.10

Hasil penelitian menunjukkan melalui model Cooperative Script

berbantuan wayang kulit meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa SD

kelas V. Terbukti dengan peningkatan pada keterampilan guru dalam

mengelola pembelajaran sebesar 20,83 % dari 66,83 % pada siklus I menjadi

87,50 % pada siklus II. Untuk aktivitas siswa meningkat sebesar 12% dari

62% pada siklus I menjadi 74% pada siklus ke II.

Kesimpulan dari kedua penelitian yang telah dipaparkan adalah model

Cooperative Script dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan guru, serta dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Dengan adanya permasalahan tersebut, idealnya perlu sesuatu inovasi baru

dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang diharapkan dapat

10

(15)

8

menunjang motivasi belajar siswa lebih tinggi dari sebelumnya. Dalam hal ini

peneliti akan menggunakan cara yang berbeda, yaitu dengan melakukan

percakapan melalui telepon.

Mengingat keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling

perlu dimiliki siswa maka semua upaya yang dapat dilakukan untuk membina,

mengembangkan, dan meningkatkan keterampilan berbicara. Salah satunya

dengan cara menggunakan metode Cooperative Script. Berhasil tidaknya

penggunaan model pembelajaran ini tergantung meningkatnya minat siswa

untuk berbicara. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

"Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo".

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan, dapat

dikaji ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan materi bertelepon dengan menggunakan metode

Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat ?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi

(16)

9

C. Tindakan Yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka salah

satu bentuk alternative yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses

pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan metode Cooperative Script.

Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana

siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam

menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini ditujukan

untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada

materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama untuk menemukan ide-ide

pokok dari gagasan besar yang disampaikan oleh guru.

Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script pada siswa adalah

dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, berdaya pikir kritis,

memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan pemikirannya, memudahkan

siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan temannya.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan metode Cooperative Script pada siswa kelas

(17)

10

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia

materi bertelepon setelah penerapan metode Cooperative Script pada

siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat.

E. Lingkup Penelitian

a. Subyek penelitian diambil di kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang

Sidoarjo, dengan jumlah 21 siswa, 12 laki-laki dan 9 perempuan.

b. Materi yang dipakai pada penelitian ini hanya terbatas pada mata pelajaran

bahasa Indonesia dengan materi bertelepon.

c. Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia, diterapkan untuk

dapat mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara, serta mengetahui

motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pelaksanaannya dengan

menggunakan metode cooperative sricpt.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari

hasil temuan peneliti bagi sekolah, yang selanjutnya dapat dijadikan

(18)

11

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1. Guru dapat pengetahuan baru tentang pelaksanaan

metodecooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia

sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelas III A

MI Roudlotul Banat.

2. Guru dapat mengoreksi kelemahan dan kelebihan proses

pengajarannya selama ini sehingga dapat dijadikan bahan

perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

b. Bagi Peserta Didik

1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa berbicara bahasa

Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script,

khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat

menggunakan keterampilan berbicara saat berkomunikasi.

2. Proses belajar mengajar menjadi tidak membosankan bagi peserta

didik dan diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.

c. Bagi Sekolah

1. Memberikan ide baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pengajaran di sekolah terkait pembelajaran bahasa Indonesia .

2. Meningkatkan kredibilitas dan kualitas guru dalam mengajar

(19)

12

d. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti, sebagai

bahan untuk memperluas penelitian dalam mempersiapkan diri sebagai

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Berbicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah

berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara adalah bentuk

komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka

pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran.

Kegiatan berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan

manusia sebagai makhluk sosial karena setiap manusia tentunya selalu

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain.11

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian

maksud(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh

orang lain.12 Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan(1990), bahwa

11

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 196.

12

(21)

14

berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan. Sementara itu, Haryadi dan Zamzadi(1996/1997)

menyatakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses

berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu

sumber ke tempat lain. 13

Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) kegiatan berbicara senantiasa

diikuti kegiatan menyimak, keterampilan berbicara menunjang

keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat

dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan

menyimak dengan baik biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula.

Pembicara yang baik akan berusaha agar penyimaknya dengan dapat

menangkap isi dari pembicaraan.14

Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau

kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan

yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen(alat) yang

mengungkapkan kepada penyimak.

13

Kundharu,Pembelajaran..., 53. 14

(22)

15

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup

sembilan hal. Kesembilan bagian tersebut sebagai berikut:15

1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang respirokal

2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

3. Berbicara adalah ekspresi kreatif

4. Berbicara adalah tingkah laku

5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari

6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala

8. Kemampuan linguistikdan lingkunganberkaitan erat

9. Berbicara adalah pancaran pribadi

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara

merupakan suatu proses komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

perasaan, gagasan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan.

2. Tujuan Berbicara

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi,

sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat

lain. Dengan berkomunikasi seorang pembicara dapat mengungkapkan

pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Pengungkapan ide yang benar

15

(23)

16

dan tepat akan berpengaruh pada komunikasi dengan orang lain. Oleh

karena itu berbicara memiliki peran yang penting dalam komunikasi.16

Kaitannya dengan tujuan berbicara menurut Ochs dan Winkler

(1979) menjelaskan secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai

berikut :17

a. Mendorong atau menstimulasi

Pembicara untuk memberi semangat,

membangkitkan-kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.

b. Meyakinkan

Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan sikap mental/

intelektual kepada para pendengarnya.

c. Menggerakkan

Pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para

pendengar dengan terbangkitkannya emosi.

d. Menginformasikan

Pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu

kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui

tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.

16

Haryadi dan Zamzadi, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:DEPDIKBUD, 1997 ), 54.

17

(24)

17

e. Menghibur

Pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para

pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yang akan

menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara yaitu faktor

pembicara dan pendengar. Penjelasannya sebagai berikut:18

a. Pembicara

Yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah :

1. Pokok pembicaraan hendaklah bermanfaat dan menarik, sesuai

dengan daya tangkap pendengar dan sedikitnya sudah

diketahui oleh pendengar.

2. Bahasa

Kaitannya dengan bahasa terbagi dua yaitu faktor

kebahasaan dan nonkebahasaan.

a) Faktor kebahasaan

Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan

berbicara antara lain: (a) ketepatan pengucapan atau

pelafalan bunyi;(b) penempatan tekanan, nada ,jeda,

intonasi dan ritme;(c) pemilihan kata dan ungkapan yang

18

(25)

18

baik, konkret dan bervariasi;(d) ketetapan susunan

penuturan.

b) Faktor NonKebahasaan

Faktor nonkebahasaan mencakup(a) sikap

wajar,tenang dan tidak kaku;(b) pandangan yang

diarahkan pada lawan bicara;(c) kesediaan menghargai

pendapat orang lain;(d) kesediaan mengkoreksi diri

sendiri;(e) keberanian mengungkapkan dan

mempetahankan pendapat;(f) gerak-gerik dan mimik

yang tepat;(g) kenyaringan suara;(h) kelancaran;(i)

penalaran dan relevansi;(j) penguasaan topik.

c) Tujuan

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan

kepada orang lain pasti memiliki tujuan ingin

mendapatkan respons atau reaksi.

d) Sarana

Sarana dalam kegiatan berbicara mencakup

waktu, tempat, suasana dan media atau alat peraga.

Pokok pembicaraan yang dipilih hendaknya

disesuaikan dengan waktu yang ditentukan. Tempat

berbicara sangat menentukan keberhasilan

(26)

19

lokasi,jumlah pendengar,posisi pembicara dan

pendengar, cahaya serta udara. Berbicara pada suasana

tertentu pun akan mempengaruhi keberhasilan berbicara

seperti pada pagi, siang atau sore hari. Media atau alat

peraga pun akan membantu kejelasan dan kemenarikan

uraian.

e) Interaksi

Berlangsungnya kegiatan berbicara menunjukkan

adanya hubungan interaksi antara pembicara dengan

pendengar. Interaksi dapat berlangsung satu arah, dua

arah atau multi arah.

b. Pendengar

Pendengar yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga

memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan

memusatkan perhatian dan pikiran kepada pembicara.

2. Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat

mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan.

3. Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang

(27)

20

4. Memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat

meningkatkan keberhasilan mendengarkan.

5. Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat

mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.

3. Indikator Keterampilan Berbicara

Berbicara pada dasarnya merupakan keterampilan berbahasa yang

bersifat produktif yang melibatkan aspek – aspek kebahasaan maupun non

kebahasaan. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) yang termasuk aspek

kebahasaan adalah lafal, intonasi serta penggunaan kosa kata atau kalimat.

Sedangkan yang termasuk non kebahasaan adalah ekspresi atau mimik.

Aspek–aspek tersebut dalam kegiatan berbicara merupakan indikator

yang dijadikan penilaian dalam evaluasi berbicara. Yaitu lafal, intonasi,

kosakata atau kalimat, kelancaran serta mimik atau ekspresi. 19

a) Lafal

Pengucapan yang baku dalam bahasa Indonesia yang bebas dari

ciri–ciri lafal daerah. Pelafalan bunyi dalan kegiatan bercerita perlu

ditekankan mengingat latar belakang kebahasaan sebagian besar siswa.

karena pada umumya siswa dibesarkan di lingkungan dengan bahasa

daerah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek dalam lafal adalah berikut :

19

(28)

21

1) Kejelasan vokal atau konsonan

2) Ketepatan pengucapan

3) Tidak bercampur lafal daerah.

b) Intonasi

Penempatan intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri

dalam kegiatan bercerita, bahkan merupakan salah satu faktor penentu

dalam keefektifan bercerita. Suatu cerita akan menjadi kurang menarik

apabila penyampaiannya kurang menarik pula. Aspek dalam intonasi

adalah berikut :

1) Tinggi rendah suara

2) Tekanan suku kata

3) Nada atau panjang pendek tempo

c) Kosakata atau kalimat

Guru perlu mengoreksi pemakaian kata yang kurang tepat atau

kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi tertentu. Untuk

mengawali sebuah cerita dibuka dengan kalimat pembuka kemudian

harus ada isi dari cerita tersebut dan dibuat suatu kesimpulan serta

diakhiri dengan penutup. Aspek dalam kosakata ini adalah berikut :

1) Jumlah kosakata

2) Terdapat kalimat pembuka, isi, kesimpulan dan penutup

(29)

22

d) Hafalan

Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan

pendengar menangkap isi pembicarannya. Aspek dalam hafalan adalah

berikut :

1) Kelancaran

2) Teratur atau urut

3) Kesesuaian hal yang diceritakan

e) Mimik atau ekspresi

Mimik muka dapat menunjang dalam keefektifan bercerita

karena dapat berfungsi membentu memperjelas atau menghidupkan

bercerita. Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang

keefektifan bercerita. Yang termasuk dalam aspek mimik adalah :

1) Gesture atau gerak tubuh

2) Ekspresi wajah

3) Penjiwaan

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham kontruktivis.20Pembelajaran kooperatif

20

(30)

23

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompok setiap siswa harus saling bekerja sama dengan anggota

kelompoknya dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi yang saling asah, asih dan asuh untuk

menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

Menurut Anita Lie(2008) pembelajaran kooperatif adalah

pendekatan yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek

keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa.21

Pada pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan ini disebut

ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (a)

saling ketergantungan mencapai tujuan;(b) saling ketergantungan

melaksanakan tugas;(c) saling ketergantungan bahan dan sumber;(d)

21

(31)

24

saling ketergantungan peran,dan(e) saling ketergantungan hasil atau

hadiah.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan tentang ciri-ciri

pembelajaran kooperatif, yakni :

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Terdapat tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran

kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Slavin(1995), yaitu :22

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini

diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang

ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan

individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan

antar personal yang saling mendukung, membantu, dan peduli.

22

(32)

25

b. Pertanggung Jawaban Individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran

individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban

tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang

saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban

secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa

bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi

yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan

metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,

sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Dari keseluruhan uraian tentang pembelajaran kooperatif,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut

memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan

dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan

(33)

26

tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif

dalam belajar kelompok.

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Metode Cooperative Script

Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana

siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam

menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini

ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan

berkonsentrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama

untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang disampaikan

oleh guru.23

Langkah-langkah pembelajaran cooperative script diantaranya:24

a. Guru membagi siswa berpasangan.

b. Guru membagikan naskah wacana atau materi kepada siswa untuk

dibaca dan membuat ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara

pendengar menyimak atau mengkoreksi atau menunjukkan ide-ide

23

Miftahul Hudal, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013), 213.

24

(34)

27

pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau

menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap atau dengan

menghubungkan materi sebelumnya.

e. Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar

menjadi pendengar dan sebaliknya.

f. Guru membuat kesimpulan.

Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script:25

a. Menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru.

b. Berdaya pikir kritis,memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan

pemikirannya.

c. Memudahkan siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan

temannya.

Kekurangan penggunaan metode Cooperative Script :26

a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

b. Hanya dilakukan oleh dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas)

sehingga koreksi hanya terbatas pada dua orang tersebut.

C. Materi Percakapan Melalui Telepon

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bertelepon adalah

bercakap-cakap melalui pesawat telepon. Telepon merupakan alat

25

Miftahul, Model..., 214. 26

(35)

28

berkomunikasi. Pada zaman sekarang, orang tidak merasa asing dengan alat

ini. Mungkin hampir setiap rumah memasang telepon. Telepon selular(atau

biasa disebut HP) pun hampir dimiliki oleh setiap orang.27

Berbicara di telepon sebaiknya diatur. Berbicara ditelepon untuk hal-hal

yang penting saja. Jika tidak diatur, penggunaan pulsa telepon tidak bisa

dikendalikan. Berbicara di telepon sebaiknya menggunakan kalimat yang

ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Hal yang paling

penting, sebaiknya menggunakan bahasa yang santun.28 Berikut adalah tata

cara bertelepon :

a. Mengucap salam

b. Berbicara seperlunya

c. Mengakhiri telepon dengan salam

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikaitkan dengan kompetensi

pembelajaran di kelas IIIA sebagai berikut :

Mengungkapkanpikiran, perasaan,

1. Membuat teks percakapan bertelepon sesuai tema. :

Indikator

2. Melakukan percakapan melalui telepon di depan kelas. 3. Melakukan percakapan dengan lafal, intonasi, kosakata,

27

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1661.

28

(36)

29

hafalan, dan mimic wajah yang sesuai.

Berdasarkan uraian tersebut, keterampilan berbicara merupakan

keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu ditingkatkan.

Masalah sebelum diadakan tindakan yang dihadapi dalam pembelajaran

bahasa Indonesia adalah dalam keterampilan berbicara masih kurang.

Pembelajaran berbicara juga masih monoton belum menggunakan metode

yang bervariasi sehingga menjenuhkan bagi siswa. Kemudian diadakan

penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode

cooperative script.

Teknik berbicara berpasangan dapat melatih siswa saling bekerja sama

dengan kelompoknya, siswa juga menjadi lebih aktif dengan kegiatan

kelompok. Penggunaan cooperative script dalam pembelajaran ini

dikembangkan interaksi antara siswa, pengajar dan bahan pengajaran, siswa

dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk berbicara dengan dimulai dari

berbicara dengan pasangannya sehingga siswa tidak merasa sendiri dalam

berbicara di depan kelas. Dengan dasar tersebut diharapkan dengan penerapan

metode cooperative script akan dapat membantu siswa sehingga dapat

(37)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode

penelitian kuantitatif, metode kualitatif mendeskripsikan peningkatan

kemampuan berbicara siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode

pembelajaran cooperative script pada materi pembelajaran berbicara bahasa

Indonesia, sedangkan metode kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan

menguji hipotesis yang diajukan.

Peningkatan kemampuan berbicara tersebut diukur dengan menggunakan

penelitian deskriptif kualitatif. Karena dalam penelitian kualitatif memerlukan

proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, maka penelitian ini juga

menggunakan metode kuantitatif sebagai pengumpulan data statistik anak setelah

dilakukan treatmen.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

(siklus tindakan kelas). Pada satu siklus dilakukan 1 kali kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama mendasari penentuan kegiatan

pembelajaran pada siklus kedua dan seterusnya. Demikian juga siklus pertama

mendasari penentuan dan pengembangan siklus kedua bila siklus kedua

(38)

31

Pelaksanaan PTK ini, menurut Mc. Taggart dengan langkah pertama

melakukan perencanaan kemudian melaksanakan tindakan, observasi dan

refleksi. Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan pada

Gambar 3.1 sebagai berikut :29

Keterangan:

Desain penelitian menurut Kemmis dan Taggart

Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya

sesudah langkah ketiga, lalu kembali kesatu dan seterusnya. Meskipun sifatnya

berbeda, langkah kedua dilakukan secara bersamaan jika pelaksanaan dan

pengamatan berbeda.

29

(39)

32

B. Setting Penelitian

1. Tempat : MI Roudlotul Banat Taman Sepanjang Sidoarjo

2. Subyek : Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat

3. Waktu : Semester genap tahun ajaran 2014/ 2015

C. Variabel yang Diselidiki

1. Variabel Input : Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat

2. Variabel Output : Peningkatan Keterampilan Berbicara

Peserta Didik Pada Materi Bertelepon

3. Variabel Proses : PembelajaranCooperative Script

D. Rencana Tindakan

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran kooperatf tipe cooperative script. Adapun langkah-langkahnya

sebagai berikut :

a. Guru membagi siswa berpasangan.

b. Guru memberikan tema kepada siswa untuk mengarang sebuah percakapan

melalui telepon.

c. Guru menetapkan pasangan yang pertama berperan sebagai pembicara dan

pasangan yang kedua berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara melakukan percakapan melalui telepon sesuai dengan tema yang

(40)

33

memberikan tanggapan mengenai kesesuaian isi percakapan dengan tema dan

kesesuaian tata cara bertelepon.

e. Bertukar peran. Pasangan yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya.

f. Guru membuat kesimpulan.

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan pada siklus I berdasarkan identifikasi penyebab masalah pada

pembelajaran pra siklus guru,kegiatan tersebut yaitu :

a. Menentukan pokok bahasan

b. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) kegiatan

pembelajaran.

c. Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Membuat dan menyiapkan tema dan pertanyaan pada media kertas yang

akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

e. Menyusun Lembar Kerja Siswa(LKS) yang sesuai dengan pendekatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

f. Membuat alat pedoman observasi untuk mengetahui kinerja peserta didik

dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari pemahaman peserta

didik terhadap materi yang telah dijelaskan,dan menetapkan indikator

(41)

34

g. Penyusunan evaluasi belajar siswa.

Perencanaan diatas adalah untuk pemecahan sebuah masalah yang terjadi di

kelas.

2. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan yaitu jabaran yang akan dilaksanakan, skenario

kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan ditetapkan. Berikut

jabaran skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan :

a. Siswa medengarkan penjelasan dari guru tentang bagaimana menyampaikan

dan menerima dan manyampaikan pesan melalui telepon.

b. Guru menanyakan kejelasan materi yang disampaikan.

c. Guru membagi siswa secara berpasangan.

d. Guru memberikan tema percakapan melalui telepon.

e. Guru membagikan soal LKS untuk dikerjakan secara berpasangan dengan

teman sebangkunya yaitu membuat percakapan melalui telepon.

f. Siswa berdiskusi untuk membuat percakapan dengan teman sebangkunya.

g. Kemudian siswa disuruh mempraktikkan percakapan melalui telepon di depan

kelas bersama pasangannya.

h. Siswa dengan bantuan guru diminta menyimpulkan materi pelajaran yang

telah dipelajari.

(42)

35

3. Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dari obyek yang diamati melalui

pengamatan secara langsung peserta didik di kelas III A MI Roudlotul Banat.

Pengambilan data observasi yaitu dengan menggunakan instrument observasi

aktivitas guru dan siswa yang telah dipersiapkan, serta angket respon siswa. Hasil

pengamatan tersebut dapat digunakan sebagai perbaikan pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengulas kembali kegiatan yang telah dilaksanakan dan

menganalisis hasil yang dapat diambil dari pelaksanaan pembelajaran untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tindakan.

Hasil observasi dan evaluasi akan dianalisis dengan statistik deskriptif

untuk memperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator yang telah

ditetapkan. Hasil analisis pemerolehan data dan catatan-catatan deskriptif dari

pengamat selama KBM akan direfleksi bersama antara guru dan peneliti. Selama

kegiatan refleksi didiskusikan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan

tindakan.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Siswa

Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat dengan jumlah 21

(43)

36

obyek penerapan metode cooperative script. Pada proses penerapan

metode tersebut dapat diambil data sebagai sumber data penelitian.

b. Guru

Guru berfungsi sebagai sumber informasi bagi peneliti dan

juga berkolaborasi dengan peneliti dalam menerapkan metode

cooperatif script. Dari kegiatan tersebut guru dapat melihat tingkat

keberhasilan implementasi metode cooperative scriptterhadap kegiatan

proses pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas III A MI

Roudlotul Banat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi sebagai sumber pengumpulan data yang

ada di sekolah sebagai penunjang informasi. Data tersebut meliputi:

a) Daftar nilai praktek siswa.

b) Susunan struktur organisasi sekolah, nama dewan guru, dan data

lain yang menunjang selama penelitian.

c) Foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung selama siklus I dan

siklus II di kelas III A MI Roudlotul Banat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap

(44)

37

a. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data

tentang keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Indonesia

sebelum diberikan tindakan.30Wawancara dengan ibu Nova

selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III A, serta

siswa-siswi yang perlu digali informasinya terkait pembelajaran

bahasa Indonesia. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 03

Maret 2015 di MI Roudlotul Banat.Instrument yang digunakan

yaitu panduan wawancara. Instrument panduan wawancara

terlampir dilampiran.

b. Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data

tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran.31Observasi berfungsi untuk mengetahui proses

penerapan metode cooperative script dan juga untuk mengetahui

peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia setelah

penerapan metode cooperative script pada siswa kelas III A MI

Roudlotul Banat.

30

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya, (Jakarta:Bumi Aksara,2013), 49.

31

(45)

38

Berikut adalah instrumen observasi kegiatan guru dan siswa

terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode cooperative script :

Tabel 3.1

Lembar observasi aktivitas guru

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor SkorPenilaian

1 2 3

1. Guru memberikan apersepsi/motivasi kepada siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Guru memusatkan perhatian siswa pada materi

pembelajaran yang dipelajari.

4. Guru menjelaskan materi tentang berbicara melalui telepon.

5. Guru membagi siswa berkelompok secara berpasangan

6. Guru memberikan tema percakapan pada siswa 7. Guru mengintruksikan siswa praktek berbicara

melalui telepon dengan pasangannya.

8. Guru mengecek pemahaman siswa dengan bertanya jawab.

9. Guru memberikan tes evaluasi tertulis perorangan sebagai tugas tindak lanjut..

10. Guru bersama siswa membuat kesimpulan Skor perolehan

Persentase = x 100 = x 100 =

Skor Maksimal 30

(46)

39

Keterangan :

Skor 1 = kurang ( dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak sesuai

waktu )

Skor 2 = cukup ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak sesuai waktu )

Skor 3 = baik ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu )

Tabel 3.2

Lembar observasi aktivitas siswa

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor SkorPenilaian

1 2 3

1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan.

3. Siswa memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang dipelajari.

4. Siswa antusias ketika guru menjelaskan materi berbicara melalui telepon.

5. Siswa melakukan pekerjaan menulis teks percakapan bertelepon sesuai dengan tema yang diberikan guru.

6. Siswa mengerjakan dengan tertib lembar kerja kelompok.

7. Siswa praktek berbicara melalui telepon dengan pasangannya.

8. Siswa member tanggapan saat guru mengecek pemahaman.

9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat

dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan oleh guru.

10. Siswa merespon kesimpulan materi pembelajaran yang disampaikan guru. Skorperolehan

Persentase = x 100 = x 100 = SkorMaksimal 30

(47)

40

Keterangan :

Skor 1 = kurang ( dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak sesuai waktu )

Skor 2 = cukup ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak sesuai waktu )

Skor 3 = baik ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu )

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental seseorang.32 Dalam penelitian ini, metode

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di

sekolah sebagai penunjang informasi.Data tersebut meliputi :

d) Daftar nilai praktek siswa.

e) Susunan struktur organisasi sekolah, nama dewan guru, dan

data lain yang menunjang selama penelitian.

f) Foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Metode non tes ( unjuk kerja )

Dalam penelitian ini metode non tes digunakan untuk menggumpulkan

data tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa. Tingkat keterampilan

berbicara siswa diukur dengan teknik non tes dengan bentuk penilaian unjuk

kerja. Adapun kisi-kisi penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut

32

(48)

41

Tabel 3.3

Kisi-kisi Keterampilan Berbicara33

No Indikator Aspek-aspek

1. Lafal a. Kejelasan vokal atau konsonan

b. Ketepatan pengucapan

c. Tidak bercampur lafal daerah.

2. Intonasi a.Tinggi rendah suara

b.Tekanan suku kata

c.Nada atau panjang pendek tempo

3. Kosakataataukalimat a.Terdapat kalimat pembuka, b. Isi, kesimpulan dan penutup c.Saling koherensi Lafal Intonasi Hafalan Kosakata Mimik

1. 2. 3.

33

(49)

42

Keterangan acuan skor :

1 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) hanya satu yang tepat

2 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) hanya dua yang tepat

3 = jika 3 poin dalam aspek penilain ( a,b,c ) ketiganya tepat

4 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) ketiganya tepat dan suara

terdengar seluruh kelas

e. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar siswa berminat

dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode

cooperative script. Angket ini diberikan kepada semua siswa kelas III A MI

Roudlotul Banat setelah pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah

memenuhi target yang diinginkan atau setelah akhir siklus. Berikut adalah

angket respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode cooperative script :

Tabel 3.5 Angket Respon Siswa

Nama :

Kelas : III Hari /Tanggal :

Pelajaran : Bahasa Indonesia Materi : Bertelepon

Petunjuk :

(50)

43

2. Berilahtandacentang (√) padasalahsatujawaban yang

sesuaidenganpendapatmu.

No Pernyataan Jawaban

Selalu Sering Kadang-kadang

Tidak pernah

4 3 2 1

1. Saya selalu belajar sebelum mengikuti pelajaran bahasa Indonesia

2. Saya selalu tertarik pada pembelajaran bahasa Indonesia 3. Saya selalu belajar untuk

memperoleh nilai yang tinggi 4. Saya selalu ingin mendapatkan

nilai yang lebih tinggi dari teman

5. Saya selalu belajar untuk dapat terampil berbicara agar dapat berkomunikasi dengan baik 6. Saya senang praktek berbicara

menggunakan telepon 7. Berbicara melalui telepon

membuat saya senang mengikuti pembelajaran berbicara

8. Saya selalu semangat untukterusberlatih berbicara 9. Saya selalu merasa bahwa

kegiatan berbicara melalui telepon adalah kegiatan yang menyenangkan

10. Saya merasa senang jika belajar secara berkelompok 11. Saya selalu bangga jika saya

(51)

44

12. Saya selalu disiplin dan tidak ramai pada saat pembelajaran berbicara

13. Saya selalu merasa nyaman ketika pembelajaran berbicara berlangsung

Jumlah Rata-rata Prosentase

Dari pilihan jawaban angket tersebut, setiap jawaban memiliki nilai skor yang

berbeda. Skor dari setiap jawaban angket dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:34

1. Analisis data kuantitatif deskriptif

Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang

menerapkan metode pembelajaran cooperative script dianalisis dengan

34

(52)

45

menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, data secara kuantitatif deskriptif

yakni berupa penilaian kemampuan siswa.

Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendiskripsikan atau menggambarkan obyek yang diteliti melalui data sampel

sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.35

2. Analisis data aktivitas guru dan siswa

a. Guru

Guru berperan sebagai tim kolaborasi dengan peneliti dalam

menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang

menerapkan metode cooprative script dianalisis dengan pendekatan

deskriptif kuantitatif.

b. Siswa

Siswa berperan sebagai obyek penerapan metode cooperative script.

Hasil pengamatan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung

dianalisis dengan menggunakan presentase setiap indikator yang dihitung

dengan rumus :

Nilai akhir

35

(53)

46

Keterangan :

80-100 = baik sekali

66-79 = baik

56-65 = cukup

40-45 = kurang

30-39 = gagal

a. Analisis data hasil penilaian unjuk kerja siswa

Kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam berbicara bahasa

Indonesia dari seluruh siswa di kelas dengan jumlah skor nilai rata-rata. Untuk

menghitung ketuntasan dan rata-rata kelas digunakan rumus :36

Keterangan :

P = Prosentase ketuntasan

F = Jumlah siswa yang tuntas

N = Jumlah seluruh siswa

Dengan kriteria :

95% - 100% = sangat baik

75% - 94% = baik

36

Sugiyono, Metode..., 141.

(54)

47

55% - 74% = tidak baik

35% - 54% = sangat tidak baik

Keterangan:

X = Rata-rata

∑ x = Jumlah nilai

N = Jumlah siswa

Dengan kriteria :

80 – 100 = sangat baik

60 – 79 = baik

40 – 59 = tidak baik

0 – 39 = sangat tidak baik

4. Indikator kerja

Melihat latar belakang permasalahan dan persoalan yang terjadi di kelas

IIIA, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa

Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script. Maka diperlukan

indikator sebagai berikut :

1. Skor angket respon siswa lebih dari sama dengan 70.

2. Prosentase jumlah siswa yang memenuhi KKM 70 adalah lebih dari atau sama

dengan 75%.

(55)

48

3. Skor aktifitas guru dan siswa lebih dari sama dengan 80.

5. Tim Peneliti

Seperti yang telah dipaparkan, bahwa penelitian tindakan kelas ini

menggunakan bentuk kolaborasi dengan guru sebagai mitra kerja peneliti

(kolaborator). Peneliti bernama Novita Dewi Anggraini adalah seorang

mahasiswa semester VIII Program Studi S1 Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitian ini penulis

berkolaborasi dengan ibu Nova Triastuti, S.Si selaku guru bahasa Indonesia kelas

IIIA MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Selain menjadi kolaborator, guru

juga berperan sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Peneliti dan kolaborator terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Berikut peran peneliti dan guru

saat pelaksanaan pembelajaran :

a. Peneliti

1) Menyusun instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2) Menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran bahasa

Indonesia.

3) Melaksanakan diskusi dengan guru.

4) Menyusun laporan hasil penelitian.

(56)

49

b. Guru

1) Mitra kerja peneliti ikut serta dalam mengumpulkan data yang diperlukan.

2) Selain itu juga sebagai observer kegiatan guru dan siswa saat pelaksanaan

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dipaparkandata hasil temuan penelitian di lapangan dan

pembahasannya dengan judul“Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia

Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas III A MI

Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo” yang telah dilaksanakan di lapangan sebagai

berikut :

A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah

Lokasi MI Roudlotul Banat terletak di desa Bebekan RT. 22 RW. 06,

kecamatan Taman, kabupaten Sidoarjo. Lebih dikenal dengan jalan Pereng

Sepanjang, daerah ini merupakan perbatasan kabupaten Sidoarjo dengan kota

Surabaya. Status tanah sekolah ini merupakan tanah wakaf, yang kemudian

didirikan yayasan oleh Nyai Hj. Masyrifah / KH. Abd Rahman.

Letak sekolah ini jika dilihat dari segi geografis bisa dibilang sangat

strategis, karena depan sekolah adalah jalan raya yang merupakan jalur

alternatif menuju kota Surabaya jadi banyak kendaraan bermotor berlalu lalang

setiap harinya. Sebelah kanan dan belakang sekolah merupakan rumah

(58)

51

2. Kondisi Sekolah

a. Kondisi Fisik Sekolah

Sekolah ini berdiri pada tahun 1947 dengan luas tanah 386 m2 dan

luas bangunan 290 m2, dalam satu lingkup sekolah terdapat beberapa

jenjang pendidikan yaitu Play Group, RA, MI, MTs dan MA . Pada jenjang

MI, dibuka masing-masing dua kelas untuk tiap tingkatan. Status MI

Roudlotul Banat sudah mendapat akreditasi A.

MI Roudlotul Banat mempunyai beberapa bangunan sebagai sarana

dan prasarana fisik dalam proses pembelajaran. Kondisi bangunan tersebut

dalam keadaan cukup. Bangunan tersebut di antaranya yaitu ruang kelas

sebanyak 12 kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang komputer, kamar

mandi untuk guru, dan kamar mandi untuk siswa. Lingkup sekolah tidak

terlalu luas, sehingga halaman dan lapangan olah raga sangat sempit. Juga

kurangnya penghijuan di lingkungan sekolah.

b. Kondisi Non Fisik Sekolah

Jumlah seluruh siswa-siswi MI Roudlotul Banat yakni sebanyak 259

siswa. Berdasarkan jumlah siswa tersebut dapat diperinci sebagai berikut,

untuk kelas I berjumlah 37 siswa, kelas II berjumlah 53 siswa, kelas III

berjumlah 42 siswa, kelas IV berjumlah 39 siswa, kelas V berjumlah 44

(59)

52

3. Visi dan Misi Sekolah

Adapun visi dan misi MI Roudlotul Banat adalah sebagai berikut :

a. Visi

Berprestasi dilandasi akhlak mulia.

b. Misi

Menumbuhkan semangat keunggulan prestasi yang dilandasi akhlak mulia.

4. Tenaga Pendidik

MI Roudlotul Banat memiliki 20 tenaga pendidik yang terdiri dari 5

orang guru laki-laki dan 15 orang guru perempuan. Semua tenaga pendidik

merupakan lulusan S1. Setiap guru mengajar mata pelajaran sesuai yang

diampuh, kecuali kelas 2 dan kelas 4 karena menggunakan tematik sehingga

hanya ada guru kelas dan guru olahraga.

B.Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil

penelitian diuraikan dalam tiap-tiap siklus. Data juga diperoleh dari luar proses

pembelajaran misal, wawancara, observasi, hasil pelaksanaan pembelajaran

keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Tahapan tiap siklus dilakukan dalam

proses belajar mengajar. Berikut uraiannya:

1. Siklus I

Kegiatan siklus I dilakukan pada tanggal 08 Mei 2015. Peneliti

melakukan penelitian dengan menerapkan metode cooperative script sebagai

(60)

53

kelas ini dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35

menit atau dua jam pelajaran. Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu:

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi seperti berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti menyusun RPP

kemudian dokumen RPP divalidasikan kepada dosen sebagai validator.

Kemudian RPP dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari

tindakan yang akan dilakukan.

2) Menyusundanmenyiapkanpedomanobservasipelaksanaan pembelajaran

dan lembar observasi yang terlampir. Observasi dilakukan terhadap siswa

dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi

yang disiapkan meliputi observasi aktivitas siswa dan observasi kegiatan

mengajar guru.

3) Menyusun angket respon siswa. Pengujian angket diberikan kepada siswa

pada saat akhir pembelajaran, untuk mengukur seberapa besar respon

siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

4) Menyusunpedomanwawancara. Wawancara dilakukan pada saat sebelum

siklus dan sesudah siklus. Daftar pertanyaan dibuat oleh peneliti sebelum

melakukan wawancara.

Berdasarkan hasil wawancara yang terlampir, siswa masih kurang

(61)

54

siswa kurang percaya diri ketika harus berbicara di depan kelas. Saat

praktek percakapan guru hanya menggunakan teks yang terdapat dibuku

paket.37 Sehingga siswa merasa kesulitan saat harus membuat teks

percakapan sendiri. Padahal terdapat aspek-aspek dalam keterampilan

berbicara yang harus terpenuhi seperti, intonasi, lafal, hafalan, kosakata,

dan mimik. Ini membuktikan bahwa siswa masih perlu dorongan untuk

bisa dan mau berbicara.

Pada dasarnya penguasaan keterampilan berbicara sangat

diperlukan dalam kehidupan modern saat ini, namun kenyataannya

keterampilan berbicara di sekolah kurang mendapat respon positif dari

siswa.

5) Membuat lembar kerja sebagai media siswa untuk menulis teks

percakapan melalui telepon. Lembar kerja berupa kertas ukuran A4

digunakan sebagai media menulis siswa.

37

(62)

55

Gambar 4.1 Lembar kerja siswa

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 08 Mei

2015 pukul 08.10-09.20 WIB. Pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan

bersama guru pada jam pelajaran ke 3 dan 4. Kondisi kelas agak gaduh,

karena guru belum menyiapkan siswa.38

Gambar 4.2

Kegiatan Awal Pembelajaran

38

(63)

56

Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar dan menanyakan apakah

ada siswa yang tidak masuk pada saat dilaksanakan tindakan (bagaimana

kabarnya hari ini, apa ada yang tidak masuk, masih semangat belajar hari ini).

Guru tidak mengajak siswa berdoa karena sudah berdoa pada saat jam pelajaran

pertama. Berikut uraiannya :

Guru : assalamualaikum.... selamat pagi anak-anak

Siswa : waalaikumsalam.... selamat pagi bu

Guru : bagaimana kabarnya hari ini ?

Siswa : alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar...

Guru : alhamdulillah... apa ada yang tidak masuk hari ini ?

Siswa : tidak ada bu...

Guru : bagaimana, masih semangat belajarnya ?

Siswa : masih bu...

Siswa : capek

Siswa : ngantuk

(64)

57

Gambar 4.3

Kegiatan apersepsi melakukan tepuk semangat39

Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar dengan

mengajak mereka melakukan "tepuk semangat" (prok...prok...prok...se...

prok..prok...prok...ma...prok..prok..prok..ngat..prok...prok..prok...seeee...m

angat...prok...prok..prok), dengan antusias siswa bertepuk tangan sambil

bernyanyi.Guru bertanya pada siswa tentang materi pelajaran yang

kemarin, guru menyampaikan pembelajaran hari ini dan tujuan

pembelajaran. Guru menyampaikan pada siswa bahwa hari ini akan belajar

tetang bertelepon. Berikut uraiannya :

Guru : ayo kita sama-sama tepuk semangat.. bisa semua anak-anak?

Siswa : bisa bu...

Guru : tepuk semangat...(pro..prok..prok..)

39

Gambar

Tabel 3.1 Lembar observasi aktivitas guru
Tabel 3.2  Lembar observasi aktivitas siswa
Tabel 3.5  Angket  Respon Siswa
Tabel 3.6  Skor kriteria angket siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalaui Metode Artikulasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Kesehatan Pada Siswa

Hasil penilaian keterampilan berbicara aspek susunan kalimat dapat dilihat pada tabel berikut ini. 2 siswa atau 10% dari jumlah siswa memperoleh rentang skor antara 11-15 yang

Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam Rangka Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu non tes (penilaian performance) menggunakan rubik penilaian keterampilan berbicara, observasi dengan menggunakan

Berdasarkan siklus I hasil kemampuan berbicara siswa diperoleh nilai rata- rata siswa 60,71. Dari 7 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya 3 orang atau 42,86%. Sedangkan 4

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa, terlihat dari nilai

Hasil Keterampilan Berbicara Pada Materi Menceritakan Kembali Isi Legenda Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sebawi Kabupaten Sambas Sesudah Diterapkan Model

Perbaikan yang telah dilakukan siklus II perbaikan aktivitas guru dan aktivitas siswa sangat mempengaruhi terhadap keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN 016 Bangkinang Kota, dapat