• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENCEGAHAN KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEMBIASAKAN BELAJAR SECARA MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENCEGAHAN KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEMBIASAKAN BELAJAR SECARA MANDIRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

STRATEGI PENCEGAHAN KESULITAN BELAJAR

MATEMATIKA DENGAN MEMBIASAKAN BELAJAR

SECARA MANDIRI

Novi Neli Hayani

Pendidikan Matematika UM. Purwokerto

novinelih13@gmail.com

Strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan sadar yang dibuat oleh managemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi tersebut. Pada artikel ini akan dijabarkan strategi pencegahan kesulitan belajar matematika siswa dengan membiasakan belajar secara mandiri. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesulitan – kesulitan belajar siswa dan cara mengatasinya dengan belajar secara mandiri agar mengurangi rendahnya hasil belajar matematika siswa. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian studi kepustakaan (library research). Dengan metode tersebut peneliti mengkaji beberapa artikel yang sudah ada untuk dikembangkan menjadi argumen baru. Hasil penelitian ini adalah dengan terbiasanya siswa untuk belajar mandiri maka siswa tidak akan terbebani jika diharuskan untuk belajar mandiri di rumah. Karena tidak selamanya siswa akan belajar bersama guru di sekolah, dan ada masanya siswa akan belajar mandiri di rumah. Dengan begitu, siswa dapat menyelesaikan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari – hari secara mandiri.

Kata kunci: Strategi, Kesulitan Belajar, Matematika, Belajar Mandiri

A. PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran dasar dan sarana berfikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa unttuk mengembangkan kemapuan logisnya dalam memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari. Sabandar (2001), mengemukakan bahwa belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar dan berikir. Sedangkan Menurut Wahyudin (1999), diantara penyebab rendahnya pencapaian siswa dalam pelajaran matematika adalah proses pembelajaran yang belum optimal. Tanjungsari (2012) mengatakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya matematika, yaitu guru dituntut untuk selalu meningkatkan diri baik dalam pengetahuan matematika maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat mempelajari matematika dengan baik dan benar sehingga mereka mampu mengikuti perkembangan iptek dan mampu menerapkannya kedalam kehidupan sehari – hari. Dilihat dari kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan matematika di Indonesia masih sangat rendah. Abdurrahman (2003), mengemukakan bahwa di antara bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit untuk dipelajari.

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari penguasaan terhadap materi matematika. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal menjadi salah satu petunjuk untuk mengetahui sejauh mana siswa itu menguasai materi. Matematika memerlukan pemikiran sistematis, selain menerima materi siswa dituntut untuk memproses dan

(2)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

menganalisis isi soal. Dengan demikian, pengertian kesulitan belajar disini harus diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah. Untuk itu, agar otak terbiasa menerima, memproses dan menganalisis materi sehingga dapat menyimpan informasi dengan baik sangat diperlukan kemandirian belajar siswa. Belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan menghasilkan ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Pembelajaran merupakan wahana dalam penyampaian informasi atau pesan pembelajaran terhadap siswa. Namun proses belajar mengajar yang dilakukan siswa selama di sekolah bersama guru tidaklah cukup untuk mencapai hasil yang baik karena dalam penerimaan informasi matematika memerlukan kreatifitas maupun ketrampilan dalam membaca atau menafsirkan kedalam solusi dari permasalahan yang diberikan. Siswa perlu dilatih terus menerus dalam jangka panjang agar otak mampu berfungsi dengan baik dengan cara belajar mandiri yang dilakukan secara mandiri setelah proses belajar mengajar di sekolah berlangsung. Siswa diharuskan melatih diri dalam memecahkan soal matematika. Dengan demikian siswa akan terbiasa menemui soal – soal matematika dan melatih otak agar segera berjalan ketika menghadapi soal matematika. Sehingga siswa dapat mengerjakan soal – soal matematika dengan tenang dan tidak lagi berfikir bahwa matematika itu sulit.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah kajian pustaka. Metode penelitian kajian pustaka atau studi kepustakaan yaitu berisi teori – teori yang relevan dengan masalah – masalah penelitian. Pada bagian iniu dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel – artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Sujarweni (2014) mengatakan kajian pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian. Sedangkan Sukardi (2013) mengatakan kajian pustaka atau studi pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian khususnya penelitian kademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis.

Peneliti mengkaji beberapa artikel yang sudah ada untuk dikembangkan menjadi argumen baru. Sesuai judul yang tertera, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan – kesulitan belajar siswa dan cara mengatasinya dengan belajar secara mandiri. Hal – hal yang dicari dan dikaji dalam suatu artikel berkaitan dengan kesulitan belajar siswa, penyebab kesulitan belajar, dan cara mengatasinya dengan belajar secara mandiri. Selain itu, diperlukan pula cara – cara belajar mandiri yang benar agar terpenuhinya pembelajaran yang baik.

C. PEMBAHASAN

3.1.Kesulitan Siswa dalam Belajar

Sudah menjadi kewajiban seluruh siswa untuk belajar. Kemampuan siswa dalam belajar tiap individu sangatlah berbeda, ada siswa yang mudah menangkap apa yang dijelaskan oleh guru sehingga ia dengan mudah mempelajari materi dan proses belajar berjalan dengan lancar. Namun ada pula siswa yang kesulitan menangkap penjelasan guru sehingga kesulitan pula mempelajari materi. Hal tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar. Koestur Partowisastro (1986 : 4 7) mendefinisikan masalah dalam belajar dalam tiga definisi yaitu :

(3)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

a) Suatu masalah belajar itu ada kalau seorang jelas tidak memenuhi harapan - harapan yang disyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan - harapan yang tercantum sebagai tujuan-tujuan formal dari kurikulum maupun harapan -harapan yang ada di dalam pandangan atau anggapan dari para guru disekolah.

b) Suatu masalah itu ada kalau seorang siswa itu jelas berada di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman- teman seusianya atau sekelasnya, baik mata pelajaran formal dari kurikulum maupun kebiasaan - kebiasaan belajar dan perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru.

c) Tidak hanya anak-anak yang hasil belajarnya jelas berada di bawah teman seusianya dan sekelasnya dianggap mempunyai kemampuan yang tinggi (misalnya intelegensi yang tinggi sering dianggap juga sudah mempunyai kesulitan belajar kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata-rata kelasnya dan tidak mencapai taraf kemampuannya sendiri yang didugakan kepadanya.

3.2.Kesulitan Belajar Matematika

Paridjo (2006) mengemukakan Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, dibenci, dan ditakuti oleh sebagian besar siswa baik siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah. Tak jarang bagi mereka untuk melarikan diri dari pembelajaran matematika. Walaupun ada beberapa siswa menyukai mata pelajaran, namun pasti lah lebih banyak siswa yang tidak menyukai matematika dalam suatu kelas. Paridjo (2006) juga mengemukakan Kesulitan belajar siswa adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan dalam proses belajar tidak disadari oleh siswa.

Dalam suatu proses belajar mengajar wajar bila siswa mengalami kesulitan belajar, itu menandakan bahwa siswa tersebut memperhatikan guru dan materi yang diajarkan. Bila terjadi suatu kesulitan belajar, itu akan menjadi tolak ukur bagi guru untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya. Guru harus mampu menangani kesulitan tersebut agar tidak menjadi hal yang menakutkan bagi siswa dan agar mampu meningkatkan mutu hasil belajar matematika. Untuk menangani kesulitan – kesulitan tersebut, salah satunya dengan mendeteksi kesulitan – kesulitan belajar siswa berdasarkan beberapa faktor sebagai berikut.

a) Faktor Sarana dan Cara Belajar Siswa

Kesulitan belajar Matematika juga dapat disebabkan oleh keterbatasan sarana belajar seperti literatur, alat-alat bantu visualisasi, dan ruang tempat belajar. Literatur merupakan sarana belajaryang sangat penting karena merupakan sumber informasi yang utama tentang konsep atau prinsip yang harus dipahami siswa. Literaturjuga dapat memberikan informasi yang sifatnya ajeg dan dapat digunakan setiap saat. Disamping itu literatur juga memuat soal - soal, masalah-masalah, serta tantangan yang dapat menambah pengalaman serta penguasaan siswa atas suatu konsep atau prinsip. Penyajian konsep yang sederhana dan sistematis dapat menimbulkan sikap positif dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk belajar secara mandiri.

b) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah yang nyaman, indah dan sejuk akan membuat siswa menjadi bergairah untuk belajar. Sebaliknyajika sekolah berada di dekat pusat-pusat keramaian seperti gedung bioskop, pusat perbelanjaan, terminal, bengkel yang mengeluarkan suara bising, atau pabrik maka suasana belajar menjadi tidak nyaman, akibatnya aktivitas blajar siswa akan terganggu, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

(4)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

c) Faktor Dasar Khusus

Yang dimaksud dengan factor dasar khusus adalah factor yang secara spesifik menj adi penyeab siswa menglaami kesulitan melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi : KesulitanMenggunakan konsep. Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi belum menguasai dengan baikkarenamungkin lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin juga penguasaan siswa atas suatu konsep masih kurang jelas atau kurang cermat sehingga ia kesulitan dalam menggunakannya. Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunkan konsep disebabkan antara lain :

1) Siswa tidak mampu mengingatnama singkat suatu situasi, misalnya nama garis yang memotong lingkaran di dua titik, lambing ruas garis, sinar dan garis.

2) Ketidakmampuan siswamenyatakan arti istilah dalam suatu

konsep,misalnya siswa tidak mampu menyatakan istilah, hokum komulatif, asosiatif, distributive, dan identitas.

3) Ketidakmampuan siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang diharuskan (syarat perlu) untuk berlakunya suatu sifat tertentu, misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi, bahwa fungsi adalah suatu relasi khusus bila dua anggota komponen pertama sama (anggota daerah asal) maka komponen kedua sama ( anggota daerah hasil) merupakan syarat cukup untuk suatu fungsi atau siswa tidak mampu membedakan antara yang contoh dan bukan contoh. Disini siswa gagal mengklasifikasikan mana contoh dan mana yang bukan contoh.

4) Ketidakmampuan mengingat syarat perlu suatu objek yang dinyatakan oleh istilah yang ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya siswa tidak dapat membedakan yang contoh dan yang bukan contoh. Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai dua anggota sama pada komponen pertama (anggota daerah asal) sedangkan anggota komponen kedua berbeda ( anggota daerah hasil) bukan rnerupakan suatu fungsi.

5) Ketidakmampuan siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu situasi tertentu, misalnya siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa diagonal suatu belah ketupat berpotongan tegak lurus dan belah ketupat terdiri dari dua segitiga samakaki. Mungkin siswa juga mengalaini kesulitan menerima generalisasi bahwa "luas daerah suatu belah ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang diagonalnya".

d) Kurangnya keterampilan Operesi Aritmedks

Kesulitan siswa yang disebabkan oleh kurangnya keterampilan

operasional aritmetika merupakan kesulitan yang disebabkan oleh

kekurangmampuan dalam mengoperasikan secara tepat kuantitas-kuantitas yang terdapat dalam soal. Operasi yang dimaksud meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat, pecahan maupun decimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sa'dijah (1989) bahwa salah satu cabang Matematika yang sangat berperan dalam melatih ketelitian, kecermatan dan ketepatan kerja adalah aritmetika.

e) Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita

Soal cerita adalah soal yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu cerita yang dapat dimengerti dan ditangkap secara matematis.

(5)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Dapat juga dikatakan bahwa soal cerita merupakan pengungkapan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara matematis. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan 'siswa memahami cerita itu, menetapkan besaran-besaran yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model Matematika dan menyelsaikan model Matematika tersebut secara Matematika. Kadangkala siswa juga kesulitan dalam menentukan apakah bilangan yangmerupakan selesaian model masalah semula. Kesulitan ini dialami tidak hanya oleh siswa sekolah menengah, tetapijuga siswa dijenjang pendidikan yang lebih tinggi. Soegiono ( 1984 :214) menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Matematika adalah sebagai berikut :

1) Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar

Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar ini banyak dialami siswa yang belum sampai proses berpikir abstrak yaitu masih dalam taraf berpikir konkret. Sedangkan konsep - konsep dalam Matematika diajarkan secara abstrak yang tersusun secara deduktif aksiomatis, ini tentunyamenyebabkan siswa kurang menguasai dalam memahami konsep-konsep tersebut. Indicator dari kesulitan ini meliputi kesalahan dalam menentukan teorema atau rumus-rumus untuk menjawab masalah, penggunaan teorema atau rumus yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut.

2) Ketidakmampuan menggunakan data

Bahwa dalam suatu soal tentunya diberikan data-data dari suatu permasalahan. Namun banyak siswa yang tidak mampu menggunakan dia mana yang seharusnya dipakai. Kesulitan ini sangat dipengarui oeh pengetahuan siswa tentang konsep ataupun istilah-istilah dalam soal. Jadi dari kesulitan ini antara lain siswa tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai, kesalahan memasukkan data kedalam varibel tertentu, menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah .

3) Ketidakmampuan mengartikan bahasa Matematika

Bahasa Matematika merupakan bahsa symbol yang padat, akurat, abstrak dan penuh arti. Kebanyakan siswa hanya mampumenuliskan dan atau mengucapkan tetapi tidak dapat menggunakannya. Indicator kesulitah ini adalah kesalahan menginter-prestasikan simbol-simbol, grafik, table dalam Matematika.

4) Ketidakcermatan dalam melakukan operasi hitung

Bahwa mengerjakan soal-soal Matematika diperlukan konsentrasi yang tinggi, karena banyak manipulasi rumus - rumus dan banyaknya operasi hitung dalam melakukan operasi terhadap rumus - rumus, siswa dituntut untuk cermat terhadap kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi, baik disengaja dilakukan ataupun tanpa disadari telah dilakukan oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat menglaami kesulitan karena ketidakcermatan terhadap operasi hitung yang telah dilakukan. Indicator dari penyebab kesulitan ini adalah siswa melakukan kesalahan dalam operasi hitung dan tidak melakukan operasi hitung yang seharusnya dilakukan dalam operasi tersebut.

5) Ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu soal pembuktian, suatu pembuktian haruslah disusun logis dan sistematis berdasarkan teorema -

(6)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

teorema, konsepkonsep atau definisi-definisi yang telah dipahami, sehinggakesimpulan yang dibuat berlaku untuk umum danjugamemperjelas dari pembuktian tersebut. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimpulkan untukpembuktian pada soal banyak disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap konsep. Adapun indicator dari kesulitan ini antara lain kesalahan dalam menarik kesimpulan ataupun siswa tidakmampu dalam menarik kesimpulan.

Dari beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan soal - soal Matematikatersebut menunjukkan pentingnya pemahaman konsep-konsep yang terdapat dalam Matematika itu oleh karena memahami konsep sebelumnya dalam Matematika merupakan prasyarat untuk memahami konsep selanjutnya, sehingga implikasi terhadap belajar Matematika haruslah bertahap dan berurutan secara sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajaryang telah lalu, dan dengan diketahuinya penyebab kesulitan dalam menyelesaikan soal, maka guru dapat memberikan pemecahan yang tepat terhadap kesulitan yang dialami siswa

3.3.Kemandirian Belajar

Kemandirian berasal dari kata “mandiri” ditambah dengan awalan “ke” dan akhiran “an”. Konsep yang sering digunakan atau relevan dengan kemandirian adalah autonomy. Menurut Chaplin (2002) yang dikutip oleh Desmita (2009 : 185) bahwa, “otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri.”

Dalam pembelajaran matematika diperlukan kemandirian belajar, hal ini disebabkan hakekat matematika, yaitu : kebenarannya berdasarkan logika, objeknya abstrak, melatih kemampuan berhitung dan berpikir logis, dan aplikatif. Sebab siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi maka hasil belajar matematika tinggi pula. Siswa yang memiliki kemandirian belajar dapat dilihat dari beberapa ciri baik yang terlihat seperti tingkah laku atau keterampilan maupun yang tidak terlihat seperti pola berpikir dan kemampuan kognitif. Menurut Desmita (2009 : 185) bahwa: “Kemandirian biasanya ditandai dengan beberapa ciri, antara lain : kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.”

Sedangkan kemandirian belajar merupakan unsur yang penting pula dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan sumber belajar tidak hanya berpusat pada guru. Ada sumber belajar di luar guru, seperti : lingkungan, internet, buku, pengalaman, dan lain-lain. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung merasa tidak cukup terhadap materi pelajaran yang diperoleh dari guru. Sehingga mereka mencari informasi dari luar guru. Akibatnya pengetahuan siswa tersebut akan bertambah. Oleh karena itu, kemandirian belajar siswa juga sangat penting dalam kegiatan belajar matematika. Namun di lapangan, masih banyak siswa yang tergantung dari guru dalam hal sumber belajar. Mereka mengandalkan materi yang diberikan oleh guru, padahal mereka memiliki buku atau LKS yang dapat dipelajari. Serta sebagian besar siswa lebih banyak mengandalkan hasil pekerjaan temannya khususnya pada saat ujian baik ulangan harian maupun dalam ujian bersama.

Dalam melakukan aktifitas belajar, setiap siswa dituntut kemandirian belajarnya. Karena dengan adanya sikap kemandirian siswa dapat mencapai hasil belajar atau prestasi belajar yang optimal. Siswa yang memiliki kemandirian mampu

(7)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

untuk belajar mandiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar. Adapun keuntungan belajar mandiri bagi siswa salah satunya memberikan kemungkinan untuk maju sesuai pelajaran masing-masing (Miarso,2005). Kemandirian belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika maka dari itu perlu dikembangkannya sikap mandiri dalam diri siswa (Siregar,2006). Kemandirian merupakan sebuah bentuk kepercayaan pada diri sendiri untuk mengorganisir, mengembangkan, dan menyelesaikan berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh seseorang. Kemandirian merupakan sebuah bentuk kepercayaan pada diri sendiri untuk mengorganisir, mengembangkan, dan menyelesaikan berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh seseorang. Perilaku mandiri adalah bentuk perilaku yang dapat berdiri sendiri dan tanpa tergantung pada orang lain (Drost,1995).

Kebiasaan belajar perlu ditanamkan pada diri anak dari sejak kecil agar anak terbiasa hidup mandiri. Kebiasaan merupakan unsur penting dalam setiap kegiatan belajar. Siswa yang mandiri dalam menghadapi permasalahan tidak akan mudah putus asa dan pantang menyerah, karena dengan kemampuan yang dia miliki dan kepercayaan yang ada pada dirinya maka dia akan memiliki inisiatif untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya tanpa tergantung pada orang lain.

Ciri-ciri kebiasaan belajar memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut: a) Memiliki inisiatif yang tinggi, yaitu mampu berfikir dan bertindak secara

orisinal, kreatif dan penuh inisiatif seperti contoh memanfaatkan waktu luang yang baik.

b) Mengendalikan diri dari dalam, yaitu adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya, mampu berintegrasi dengan lingkungan serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

c) Memiliki itegritas dan identitas yang jelas, yaitu progesif, ulet, bertanggungjawab, dan menyadari bahwa dirinya adalah individu yang unik yang berbeda dari yang lain.

d) Mampu mengaktualisasikan dirinya, yaitu mampu menampilkan hal-hal baru yang aktual dan tidak mengikuti gaya orang lain.

e) Kebebasan berkreasi dan berinovasi yaitu timbulnya tindakan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.

f) Percaya diri yaitu percaya akan kemampuan diri sendiri.(Salim,1991). Seseorang yang ingin berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik. Setiap orang mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri. Memang kebiasaan belajar ini bersifat individual, tidak bisa diterapkan sama rata untuk setiap orang. Akan tetapi setiap individu harus berusaha memperbaiki kebiasaan belajar, sehingga pada akhirnya individu tersebut memiliki kebiasaan belajar yang baik, terencana, dan efisien (Hamalik, 1983)

Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa mau aktif di dalam proses pembelajaran yang ada.

(8)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

D. SIMPULAN

Terbiasanya siswa untuk belajar mandiri, maka siswa tidak akan terbebani jika diharuskan untuk belajar mandiri di rumah. Karena tidak selamanya siswa akan belajar bersama guru di sekolah, dan ada masanya siswa akan belajar mandiri di rumah. Dengan begitu, siswa dapat menyelesaikan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari – hari secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Paridjo, 2006. Suatu Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika. Jurnal Cakrawala:Vol.2 No.4 Nopember 2006. Tegal:UPS Tegal.

Rusmiyati, Febti, 2017. Pengaruh Kemandirian dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rongkop. Jurnal Pendidikan Matematika:Vol.5 No.1 Maret 2017.Yogyakarta:UST Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

unit akrilonitril dalam kopolimer, sedangkan proton olefin dan unit butadien muneul pada daerah selcitar 5,55 ppm (resonansi ini tidak ditampilkan disini), Dari

Näiden menetelmien avulla pyritään ottamaan selvää siitä, minkälaiset sosioekonomisen aseman eri ulottuvuuksien, iän ja sukupuolen yhteydet ovat vapaa-ajan

Data runtun waktu adalah sekumpu- lan data hasil observasi secara terurut dari waktu ke waktu, sehingga untuk meramalkan tingkat inflasi, nilai tukar mata uang dan jumlah uang

Kegiatan IUU-Fishing di Perbatasan Kedua Negara Khususnya Laut Sulawesi 2014- 2016”, Journal of International Relations, volume 3, Nomor 4, 2017, hal 138-146.. 27 Tulisan ini

Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data laut dan atmosfer yaitu data asimilasi GFDL dengan parameter suhu dan kedalaman lapisan tercampur,

Berdasarkan uji parsial tersebut, hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Kompetensi berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Aparat Pengawas

Dalam proses pembuatan peta RDTR Pola Ruang BWP Lumajang tersebut mengunakan data pendukung meliputi, peta dasar yang digunakan sebgai acuan dalam pembuatan peta

Justeru, pembangun mendapat inisiatif daripada keadaan semasa ini dengan membangunkan satu laman web berkenaan Bahan Bantu Mengajar yang berorientasikan