• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan Nuklir dan Kelistrikan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan Nuklir dan Kelistrikan Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan Nuklir dan Kelistrikan Indonesia

Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Fukhusima Jepang tanggal 11 Maret 2011 adalah kecelakaan nuklir terparah kedua setelah kejadian serupa di Chernobyl Rusia. Sebab utama kecelakaan PLTN tersebut karena adanya gempa bumi Iwate (Tohoku) yang terjadi berkekuatan magnitudo 9.2, dilanjutkan sistem pendinginan reaktor yang tidak bekerja baik disebabkan oleh mesin diesel yang tidak berfungsi. Dari banyak rentetan kejadian kecelakan reaktor Fukushima Daichi tersebut menyebabkan terdistribusinya sebagian radionuklida dalam reaktor menuju udara.

Kecelakaan fasilitas PLTN paling parah yang pernah terjadi di dunia sampai saat ini adalah kecelakaan yang terjadi pada tanggal 26 April 1986 yang terjadi fasilitas PLTN Chernobyl berada di Ukraine sekitar 20 km bagian selatan yang berbatasan dengan Belarus. Akibat dari kecelakaan tersebut telah membuat para pekerja luka-luka dan ribuan penduduk sekitar diungsikan. Kecelakaan menyebabkan kematian 30 orang pekerja PLTN dan pegawai pemadam kebakaran dalam beberapa hari atau minggu setelah kejadian, dan sekitar 116 000 orang penduduk telah diungsikan. Berkaitan dengan kecelakaan PLTN tersebut dapat di rujuk pada Sources, Effects and Risks of Ionizing Radiation (UNSC 1988).

Kecelakaan PLTN Chernobyl telah mencemari kawasan luas di tiga negara, Belarus, Rusia dan Ukraina. Daerah-daerah di tiga negara bagian ini telah mengalami kontaminasi dari penyebaran sisa radionuklida, dan telah mendorong 240.000 orang pekerja dan pencinta lingkungan untuk mebantu penyelesaian pasca kejadian kecelakaan. Pada tahun 1986 sampai dengan 1987 diberlakukan penetapan zona wilayah radius 30 km yang dijadikan wilayah mitigasi terhadap cemaran radionuklida, untuk menghindari paparan radiasi dari radionuklida yang masih tersisa (Dibb 1996).

Kecelakaan PLTN yang terjadi merupakan pelajaran bagi perencana maupun penanggungjawab fasilitas PLTN yang lain untuk mengambil langkah-langkah penting agar terhindar dari kecelakaan serupa yang mungkin terjadi serta

(2)

mencari langkah penyelesasaian dalam menangani pengaruh radiasi terhadap lingkungan. Kecelakaan yang telah terjadi di Chernobyl dan Fukhusima telah menjadi referensi sebagai bahan kajian dan tinjauan penting berkenaan jumlah radiasi yang akan diterima oleh lingkungan, baik lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (benda tak hidup). Paparan radiasi residu setelah kecelakaan akan tersebar di area penduduk yang erat kaitannya dengan radiasi yang berakibat pada kesehatan masyarakat sekitar (IAEA 2006).

Indonesia berencana membangun PLTN di Ujung Lemah Abang (ULA) di Muria, oleh karena itu kecelakaan yang terjadi pada PLTN Chernobyl dan Fukhushima dapat menjadi bahan referensi yang berharga supaya pelaksanaan oprasional PLTN Muria nantinya tidak akan pernah mengalami kecelakaan yang serupa.

PLTN Muria bagi Indonesia adalah penyedia pasokan tenaga listrik alternatif dan sudah ditetapkan dalam perencanaannya sebagai bagian dari strategi tenaga listrik nasional jangka panjang yang dimaksudkan untuk kepentingan energi rakyat yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran. Akan tetapi, Indonesia yang merencanakan pemanfaatan PLTN sebagai bagian dari strategi energi nasional sampai saat ini belum dapat merealisasikannya dengan baik karena mengalami berbagai hambatan dan penolakan. Meskipun Indonesia mengalami keterlambatan dan jauh tertinggal dari negara-negara maju lain dalam pengembangan PLTN, tetapi masih terus berencana untuk membangun PLTN ULA di Muria Jawa Tengah dengan harapan apabila pembangunan PLTN dapat direalisasikan maka akan berperan dalam pengadaan sumber energi, mewujudkan pembangunan nasional dan dapat meningkatkan daya saing bangsa yang selanjutnya dapat mensejahterakan masyarakat tanpa mengesampingkan aspek lingkungan hidup.

Penyediaan tenaga listrik yang akan dilakukan pemerintah adalah hal penting dengan pemahaman bahwa listrik adalah kebutuhan dasar utama sebagai mesin penggerak pembangunan dalam era globalisasi informasi saat ini. Listrik yang dihasilkan dari proses pembangunan pembangkit listrik berperan dalam memajukan berbagai aspek pembangunan, baik aspek pendidikan maupun pembangunan kesejahteraan secara umum serta memiliki kontribusi penting

(3)

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan di segala bidang kehidupan bangsa Indonesia.

Kebutuhan listrik terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia sesuai data Biro Pusat Statistik (BPS 2010) dan sudah disadari bahwa Indonesia sedang dan sudah mengalami krisis listrik karena pasokan listrik yang ada saat ini tidak mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Oleh karena itu. akar masalah yang harus segera diatasi adalah peningkatan pasokan sumber listrik diantaranya melalui alternatif pilihan pembangunan PLTN yang akan dibangun di Ujung Lemah Abang (ULA) Muria Jawa Tengah dengan harapan dapat melayani kebutuhan energi masyarakat dengan pasokan energi stabil dengan harga relatif rendah yang dapat diwujudkan pada tahun 2016.

Distribusi Radionuklida Akibat Kecelakaan PLTN

Pemanfaatan tenaga nuklir perlu memperhatikan keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan masyarakat, dan memperhatikan perlindungan terhadap makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, pembangunan PLTN selain untuk mendapatkan keuntungan besar dalam pengadaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, perlu terus dilakukan kajian pemanfaatan energi nuklir secara tepat dan oprasionalnya dilakukan dengan penuh kewaspadaan dengan kesiap-siagaan tinggi.

Oprasional PLTN memiliki potensi terjadinya kecelakaan reaktor yang berdampak negatif bagi lingkungan, karena dari kecelakaan dan kebocoran reaktor dapat meghasilkan paparan radiasi yang berpengaruh pada lingkungan udara, tanah dan air. Kebocoran reaktor PLTN dapat menyebabkan bahan radioaktif hasil fisi terlepas ke lingkungan udara menyebar terbawa angin.

Penyebaran radionuklida hasil dari kebocoran reaktor dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca. Pergerakan radionuklida ditentukan oleh dorongan angin dengan kecepatan dan kategori atmosfir spesifik untuk tiap lokasi tertentu. Perhitungan densitas sebaran radionuklida yang memasuki wilayah udara akan memerlukan data stabilitas udara yang merupakan mudah tidaknya campuran cemaran melakukan gerakan arah vertikal-horisontal, selain itu kelas kestabilan

(4)

dinyatakan sebagai variabel penentu besaran dispersi σy dan σz (Susilo 1995) yang merupakan lebar beluk arah horisontal dan vertikal dari distribusi radionuklida di atmosfir wilayah sekitar kebocoran reaktor.

Radionuklida yang menyebar dari kebocoran reaktor menuju lingkungan udara karena dorongan angin selanjutnya akan terdeposisi memasuki ke wilayah darat mencemari lingkungan tanah dan vegetasi. Perhitungan densitas radionuklida yang masuk ke wilayah udara ditentukan dengan persamaan penyebaran asap gaussian, selanjutnya dengan memperhitungkan faktor deposisi basah dan kering radionuklida akan memasuki permukaan darat (tanah dan vegetasi). Pada permukaan tanah radionuklida akan mengalami kinetika sorpsi sebagai fungsi waktu kontak karena tanah memiliki nilai koefissien distribusi (Kd) terhadap serapan radionuklida. Masing-masing cemaran radionuklida memiliki sifat serapan tertentu terhadap jenis tanah sampai terjadinya kesetimbangan sorpsi (Setiawan 1998b). Radionuklida yang menyebar di udara juga akan sampai di lingkungan air selanjutnya akan mengalami proses fisika kimia dengan air, akan terjadinya pergeseran dan pergerakan radionuklida yang terbawa oleh air. Pergerakan radionuklida tersebut akan tergantung pada sifat fisika kimia air di suatu lokasi dan akan mengalami distribusi pengaruh kecepatan dan arus air.

Model Distribusi Spasial Untuk Radionuklida

Pembangunan PLTN memerlukan perkiraani terburuk yang mungkin terjadi untuk acuan standar dasar keselamatan untuk perlindungan dan keselamatan lingkungan. Perkiraan terperinci berkenaan dengan risiko-risiko yang mungkin timbul sebagai dampak dari pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dimaksudkan memberikan gambaran akurat berkaitan dengan paparan radiasi radionuklida yang dihasilkan dari kecelakaan PLTN yang parah. Perkiraan model distribusi spasial radionuklida penting dibuat untuk menentukan luasan wilayah yang akan tercemar dan besaran cemaran yang mungkin timbul apabila terjadi kecelakaan PLTN terjadi. Perkiraan distribusi radionuklida secara spasial terhadap kecelakaan PLTN akan memberi rekomendasi bagi stakeholder dan masyarakat serta lingkungan lainnya dan memberi informasi praktis dalam membuat berbagai keputusan terarah baik untuk

(5)

pengambil kebijakan ataupun bagi masyarakat umum dan lingkungan lain yang akan terkena dampak kecelakaan PLTN. Perkiraan distribusi radionuklida akibat kecelakaan PLTN yang mencemari lingkungann dapat dihasilkan dari pemodelan secara spasial dari distribusi radionuklida.

Model distribusi spasial radionuklida yang dihasilkan lebih lanjut diharapkan akan dapat memperkirakan luasan wilayah yang akan tercemar dan menentukan besaran cemaran yang mungkin timbul akibat kecelakaan PLTN terjadi. Model dimaksudkan untuk menggambarkan perpindahan cemaran radionuklida ke lingkungan melalui perkiraan distribusi radionuklida yang diakibatkan oleh kecelakaan PLTN di wilayah yang berdekatan dengan PLTN. Selain itu, model spasial dapat digunakan untuk evaluasi dan perkiraan luasan distribusi radionuklida yang memasuki wilayah udara, tanah dan wilayah air.

Model distribusi spasial radionuklida akan bermanfaat dan menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan pembangunan serta oprasional PLTN untuk mencegah dampak besar bagi lingkungan yang diakibatkan kesalahan oprasi atau sebab-sebab lain yang mungkin timbul tidak terduga. Model spasial ini akan menambah pemahaman berkenaan dengan perencanaan oprasional PLTN yang dikembangkan dalam tinjauan pembangunan PLTN di Indonesia. Model distribusi spacial radionuklida dimaksudkan untuk menggambarkan perpindahan cemaran radionuklida ke lingkungan melalui perkiraan distribusi radionuklida akibat kecelakaan PLTN ULA Muria Jepara Jateng diperlukan untuk mengetahui luasan sebaran radionuklida yang akan berdampak negatif bagi lingkungan pada radius 35 km dari titik pusat lokasi yang meliputi wilayah kabupaten Jepara, sebagian wilayah kabupaten Pati, Demak, dan Kudus. Model distribusi spasial radionuklida yang terdapat di lingkungan udara dan lingkungsn darat dari kecelakaan besar PLTN dapat menjadi sumber informasi sebagai pijakan dalam strategi sistematika penyelamatan lingkungan hidup di sekitar pusat kecelakaan. Oleh karena itu, model distribusi spasial radionuklida dari simulasi kecelakaan PLTN adalah hal penting dalam pijakan pengambilam keputusan baik keputusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten di sekitar lokasi PLTN serta

(6)

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan PLTN ULA Muria Jateng dalam tahapan kerjanya memerlukan sistem keselamatan dan keamanan yang tinggi. Pada tahapan oprasional PLTN memiliki potensi kecelakaan nuklir yang akan mencemari lingkungan. Kecelakaan yang dimaksud baik akibat bencana alam ataupun karena kesalahan oprasional. Oleh karena itu perlu tindakan prepentif untuk mengetahui zona kedaruratan sebagai langkah preventif mencegah dampak negatif akibat kecelakaan nuklir yang digambarkan seperti Gambar 1. Kecelakaan PLTN yng mungkin terjadi memerlukan perkiraan distribusi radionuklida dan besaran cemaran radionuklida pada lingkungan studi akibat kecelakaan PLTN sehingga diperoleh model spasial dari model matematika gaussian yang sudah diuji dapat digunakan dalam distribuasi radionuklida.

Permasalahan utama yang dapat dikemukakan untuk dapat menentukan model spasial radionuklida di wilayah studi akibat kecelakaan PLTN antara lain:

(a) Bagaimana pengaruh karakteristik wilayah studi (iklim mikro dan vegetasi) terhadap distribusi jenis radionuklida dari kecelakaan PLTN di darat?

(b) Seberapa besar luas cemaran radionuklida yang diterima wilayah sekitar pusat kecelakaan?

(c) Wilayah mana saja yang diklasifikasikan zona Precautionary Action

Zone (PAZ) yang pelu penanggulangan segera setelah dinyatakan

terjadi kecelakaan reaktor?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Luasan wilayah studi yang akan terkena dampak radionuklida dari kecelakaan PLTN Muria diteliti dengan membuat model spasial disribusi radionuklida dengan tujuan sebagai berikut:

(1) Untuk mengetahui faktor kondisi, jarak dan waktu yang berpengaruh terhadap distibusi setiap jenis radionuklida pada kecelakaan PLTN; (2) Untuk mengetahui pola distribusi radionuklida di lingkungan pada

kecelakaan PLTN dan dapat menentukan laju degradasi di lingkungan darat dengan GIS dari waktu ke waktu;

(7)

(3) Untuk dapat menentukan zonasi kedaruratan apabila kecelakan nuklir terjadi di wilayah studi.

(4) Untuk dapat memperkiraan luasan distribusi radionuklida dari kecelakaan PLTN di masa depan.

Hasil penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat antara lain: a) sebagai arahan pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDA dan tata ruang

di Wilayah studi bagi stakeholder; b) sebagai perkiraan awal dalam mengamankan lingkungan hidup di wilayah studi PLTN Muria apabila terjadi kecelakaan PLTN.

Gambar 1 Masalah penelitian

PEMBANGUNAN PLTN MURIA JATENG

DAMPAK NEGATIF BAGI LINGKUNGAN TAHAPAN PRA-OPERASI

TAHAPAN OPERASI

TAHAPAN PASCA-OPRASI

KECELAKAAN NUKLIR

PERISTIWA ALAM

KEGAGALAN OPRASI: Kesalahan Manusia dan Mesin TINDAKAN PREVENTIF PENGAMANAN LINGKUNGAN (Zonasi Kedaruratan) TINDAKAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN TINDAKAN REHABILITASI LINGKUNGAN

MODEL DISTRIBUSI SPASIAL RADIONUKLIDA PADA KECELAKAAN PLTN DAMPAK POSITIF

(8)

1.4 Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan sekenario bahwa telah terjadi kecelakaan parah dari reaktor air ringan bertekanan (Pressurized Water Reactor, PWR) dengan daya 1000 Mwe yang mengakibatkan terdistribusinya radionuklida dari dalam reaktor ke lingkungan. Distribusi radionuklida tersebut akan berkaitan dengan iklim, cuaca dan curah hujan, kecepatan dan arah angin, vegetasi yang ada dan karakteristik tanah di wilayah studi sesuai dengan rujukan Safety Guide

Standart No. NS-G-3.2, (IAEA 2002).

Radionuklida Inventory dalam reaktor diasumsikan telah keluar reaktor yang terdiri dari berbagai radionuklida memasuki lingkungan. Studi unsur-unsur

inventory yang ada dalam reaktor PWR 1000MWe menggunakan rujukan antara

lain TECDOC-955, Generic procedures for determining protective actions

during reactor accidents (IAEA 1997 dan NRPBR 1995), Handbook of Radioactive Nuclides (Wang 1970) dan Kajian Dampak Radiologi dan

Pemanfaatan Ruang Sekitar PLTN (Pane 2006).

Perhitungan dasar dilakukan terhadap jumlah radionuklida inventory yang keluar reaktor menuju lingkungan udara dan mengalami deposisi disesuaikan dengan kondisi wilayah studi. Berkaitan dengan perhitungan dasar menggunakan rujukan antara lain Safety Report Series No. 19 Generic Model for Use in

Assessing the Inpact of Discharge of Radioactive Substances to the Environment

(IAEA 2001) dan rujukan Radiological Assessment: Predicting the Transport,

Bioaccumulation, and Uptake by Man of Radionuclides Released to the Environment (NCRP 1984).

Berkaitan dengan iklim wilayah studi berupa data angin dan curah hujan menggunakan rujukan. NEWJEC Feasibility Study of The First Nuclear Power

Plants at Muria Peninsula, Central Jawa ( BATAN 1992, Susilo 1995, BMG

2010). Data mengenai kondisi tanah dan karakteristik tanah serta kondisi vegetasi serta lingkungan lainnya yang berada di wilayah rencana pembangunan PLTN selain dari analisis tanah sekitar wilayah studi juga memperoleh rujukan dari banyak sumber (Purnomo 2001, Setiawan 1998, Sucipta 1995, Martin 1996, BPS 2010)

(9)

Wilayah studi dalam satuan desa diperlukan di dalam penelitian sehingga dilakukan pemetaan menggunakan peta rupa bumi yang diterbitkan Bakosurtanal dan melakukan digitasi menggunakan Software ArcView 3.2 / ArcGis 9.3 yang meliputi 260 kode wilayah desa dari 4 kabupaten yang berada pada radius 35 km dari pusat kecelakaan PLTN.

Model distribusi spasial radionuklida di wilayah studi dibuat pada jarak dan waktu tertentu dari sumber melalui tahapan inventarisasi dan pemilihan model yang tepat dengan melakuklan uji coba, dilanjutkan dengan membuat model serta memvalidasi model menggunakan analisis spasial dan analisis geostatistik menggunakan Software ESRI Arc GIS 9.3. Rujukan yang digunakan antara lain Using ArcGIS™ Spatial Analyst , GIS by ESRI (Jill 2002) dan GIS

Functions–Interpolation, Department of Surveying University Budapest (Sarkozy

1998).

1.5 Kerangka Pemikiran

Oprasional PLTN Muria berpeluang mengalami kecelakaan akibat berbagai faktor, baik eksternal maupun internal, yang dapat diduga atau tidak dapat diduga. Kecelakaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya distribusi radionuklida ke lingkungan tergantung pada karekteristik iklim wilayah tempat kejadian. Distribusi radionuklida ke lingkungan dari kecelakaan PLTN Muria dengan melakukan asumsi antara lain: a) Kecelakaan parah telah menyebabkan terdistribusinya radionuklida ke udara yang disebarkan oleh dorongan angin sesuai dengan karakteristik wilayah studi; b) Dengan adanya hujan dan angin tersebut cemaran radionuklida akan memasuki wilayah tanah dan vegetasi (keduanya dalam penelitian ini disebut wilayah darat) dan akan mengalami proses fisika kimia sesuai wilayah studi; c) Distribusi radionuklida dapat digambarkan secara spasial yang memberi out put luasan wilayah yang tercemar serta zonasi kedaruratan.

Model distribusi spasial radionuklida pada kecelakaan parah PLTN Muria yang diteliti adalah pemetaaan densitas distribusi radionuklida dengan berkonsentrasi pada model distribusi spasial radionuklida yang terdapat di wilayah darat dibandingkan dengan model spasial di wilayah udara, dengan alasan

(10)

karena wilayah darat merupakan ekosistem hunian berbagai makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan yang perlu mendapat medapat perlindungan terhadap dampak cemaran radionuklida jika terjadi kecelakaan PLTN.

Kerangka pemikiran penelitian secara luas dapat terlihat di dalam Gambar 2 dimana PLTN mengalami kebocoran reaktor selanjutnya radionuklida hasil fisi reaktor keluar terdistribusi ke udara selanjutnya mengalami deposisi basah dan kering akan mencemari permukaaan tanah maupun vegetasi dan lingkungan lainnya. Penelitian ini terbatas pada distribusi radionuklida yang ada di wilayah udara dan di permukaan vegetasi dan permukaan tanah non-vegetasi.

1.6 Kedudukan Penelitian dan Kebaruan Penelitian (Novelty)

Penelitian yang berkaitan dengan wilayah studi Ujung Lemah Abang (ULA) Muria di lingkungan lokasi rencana pembangunan PLTN telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya. Para peneliti tersebut telah melakukan penelitian mengenai kaitan radionuklida dengan lingkungan abiotik dan dampak radionuklida terhadap lingkungan tetapi terbatas pada lingkungan udara, tanah dan air secara parsial.

Tabel 1 menjelaskan penelitian yang sudah dilakukan dan kedudukan penelitian ini di antara hasil penelitian para peneliti sebelumnya. Penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya memiliki cakupan yang lebih teritegrasi mengenai radionuklida terhadap lingkungan udara, tanah dan vegetasi, sehingga memperoleh kebaruan antara lain menemukan model distribusi secara spasial untuk radionuklida yang tersebar di lingkungan (tanah dan vegetasi) pada kecelakaan PLTN di wilayah studi; dapat menemukan luasan distribusi radionuklida yang terdapat di desa wilayah studi; dapat menemukan tingkat pengaruh luasan tanah dan vegetasi terhadap zona kedaruratan pada kecelakaan PLTN, dapat menemukan laju degradasi radionuklida di permukaan darat serta dapat memperkirakan luasan distribusi radionuklida pada kejadian kecelakaan di masa depan.

(11)

Udara /Atmosfer

PERMUKAAN TANAH

PERMUKAAN AIR PERMUKAAN

TUMBUHAN Deposisi Basah/Kering Dispersi Hewan MANUSIA Inhalasi TANAH DALAM Tanah labil Tanah Stabil Absopsi Desorpsi Inhalasi resuspensi Cuaca Tumbuhan bagian dalam Absorpsi Sistim Akar Sistim Daun Sistim Umbi Sistim Buah /Biji dll Daya serap akar Awan Radiasi Rantai makanan Susu, Daging, dll Ikan /Biota Air Tranport

Air Bawah Tanah

S

ungai

Laut/ danau

Sedimen

Radionuklida di Lingkungan Abiotik Radionuklida di Lingkungan BIOTIK Makanan

T

ot

al

PERISTIWA ALAM

KEGAGALAN OPRASI: Kesalahan Manusia KONDISI KEJADIAN / IKLIM AN AL ISI S SPASI AL MODEL DISTRIBUSI Kecelakaan Parah

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Distribusi radionuklida ke lingkungan pada kecelakaan PLTN

(12)

Tabel 1. Kedudukan penelitian di antara daftar penelitian sebelumnya

No JUDUL

Berkaitan dengan lingkungan abiotik

Berkaitan dengan dampak terhadap Biotik

Model

UDARA TANAH AIR MANUSIA HEWAN TUMBUHAN Spasial 1 Kajian Dampak Radiologi dan Pemanfaatan Ruang Sekitar PLTN Dalam

Penyiapan Tanggap Darurat (Pane 2006)

2 Karakteristik (K, α, Kd, Ktot) Tanah Calon Penyimpanan Limbah Radioaktif Di Semenanjung Muria (Herry P 2001)

3 Sebaran Logam Berat Dalam Cuplikan Air Laut, Algae dan Ikan Di daerah Semenanjung Muria (Pramana 2000)

4 Evaluasi Adanya Radionuklida, Logam Beracun dan Fluktuasi Tingkat Radioaktivitas Perairan Muria (Sumining dan Agus Taftazani 2000)

5 Metoda Beda Hingga Pada Kajian Pemodelan Dispersi Radioaktivitas Ke Lingkungan Tanah (Supriyono dan Sudarti 2000)

6 Jalur Pontensial Perpindahan Radionuklida Di Calon Lokasi PLTN Semenanjung Muria (Agus dan Syahrir 1998)

7 Sorpsi-Desorpsi Radium Pada Tanah Lemah Abang (Setiawan 1998) 8 Dispersi SR-90 Pada Tanah Di Daerah Genggereman Muria Sebagai Kawasan

Calon Tapak PLTN (Herry et al 1998)

9 Evaluasi Pendahuluan Geologi Lingkungan Untuk Calon Lokasi Penyimpanan Limbah radioaktif PLTN Daerah Muria Bagian Utra (Sucipta 1995)

10 Karakteristik Jenis Lapisan Tanah Dengan Pengukuran Kecepatan Gelombang Geser dan Gelombang Tekan Dgn Metoda Cros-Hole Test Pada Calon Tapak PLTN Lemah Abang, Jepara (Hadi dan Hanita 1996)

11 Evaluasi Dampak Radiologi Pengoprasian Reaktor Kartini dan Radioaktivitas Alami Kawasan Calon Tapak PLTN (Yazid et al. 1996)

12 Profil Serapan Cesium Pada Tanah Calon Lokasi PLTN (Martin et al. 1996) 13 Analisis C-14 Dalam Cuplikan Tanah Dari Daerah Semenanjung Muria Untuk

Studi Radioekologi (Faisal et al. 1999)

14 Faktor Pengenceran (C/Co) Zat Radioaktif Di Perairan Ujung Lemah Abang Berdasarkan Model Open-Coast (Ermansyah Lubis BATAN, 1998)

15 Analisis beberapa Unsur Kimia Dalam Air Tanah Ujung Lemahabang (Syarbaini et al. 1998)

16 Analisis kandungan Organik Matter, Nitrat, Sulfat, Fosfat dan Amonia dalam Sedimen dan Air Di Semenanjung Muria (Hendro, dan Zulfiyandi 2000)

17 Potensi Air Tanah Di Calon Tapak Fasilitas Nuklir Daerah Ujung LemahAbang Kabupaten Jepara Jateng (Hadi dan Kurnia 1999)

18 Model Distribusi Spasial Radionuklida pada Kecelakaan PLTN (Simulasi di PLTN Muria). Rachmat S, IPB (2012)

Gambar

Gambar 1  Masalah penelitian
Gambar 2    Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1. Kedudukan penelitian di antara daftar penelitian sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Pronomina indefinit BJ terdiri dari tiga kelompok, yaitu kata ganti tak tentu untuk orang dan bukan orang, kata ganti tak tentu untuk orang, dan kata ganti tak tentu untuk

untuk dipasarkan. Pelatihan pemasaran dilakukan dengan melatih anggota kelompok dalam berwirausaha pupuk organik cair. Materi yang disampaikan seputar teknik-teknik

Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH, FISH sebagai Ketua Program Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberikan kesempatan kepada

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang hendak diurai melalui program ini adalah: cara meningkatkan penguasaan bidang studi Astronomi para guru

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

Perolehan hasil penilaian validasi angket respon guru dan siswa rancang bangun sistem ujian online berbasis website dengan framework laravel yang dikembangkan pada

meningkatkan motivasi peserta didik karena orang tua selalu membiayai semua kebutuhan anaknya serta orang.. tua menyampaikan harapan-harapan mereka dengan jelas