• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yaitu pari yang berarti banyak atau berkali-kali, berputar-putar atau lengkap, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yaitu pari yang berarti banyak atau berkali-kali, berputar-putar atau lengkap, dan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pariwisata sebagai industri

Kata pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu pari yang berarti banyak atau berkali-kali, berputar-putar atau lengkap, dan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata berarti suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lainnya yang dalam bahasa inggrisnya disebut Tour (Sihite,2000:46). Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan atau mencari nafkah.

Secara luas pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya alam dan ilmu pengetahuan. Spillane (1991:24) menyatakan bahwa perjalanan wisata harus memenuhi tiga persyaratan yaitu: (1) bersifat sementara, (2) bersifat sukarela, (3) tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran. Hunziker dan Kraff, dalam Spillane (1991:27) memberi batasan tegas dalam pengertian pariwisata yaitu seluruh hubungan dan fenomena yang berkaitan dengan menetapnya seseorang di suatu tempat asalkan tidak untuk memperoleh penghasilan tetap atau sementara.

(2)

Pariwisata merupakan anatomi dari gejala-gejala yang terjadi dari tiga unsur berikut: (1) manusia (man) yaitu orang yang melakukan perjalanan usaha, (2) ruang (space) yaitu ruang lingkup daerah atau tempat melakukan perjalanan wisata, (3) waktu (time) yaitu waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata (Wahab dalam Yoeti, 1996). Menurut Dr. Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management, Tourism International Press London, 1997, hal 9, Pariwisata adalah salah satu industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan laporan keuangan, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor - sektor produktifitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks ia juga meliputi industri - industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan pangan dan cendera mata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri ( Pendit, 2003:32 ).

Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap sektor lainnya seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri, perdagangan, hotel dan restoran. Industri pariwisata merupakan mata rantai kegiatan yang sangat panjang mulai dari kegiatan biro perjalanan, kerajinan rakyat, kesenian daerah, pengangkutan, perhotelan, restoran, kegiatan pemanduan, pemeliharaan dan pengembangan, objek wisata (Soeharto dalam Spillane, 1991). Empat kebutuhan dasar yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata di tempat tujuan wisata yaitu: (1) angkutan, (2) akomodasi dan pangan, (3) daya tarik dan, (4) kemudahan.

(3)

Pariwisata sebagai sektor andalan yang dikembangkan di wilayah Bali memiliki kekuatan-kekuatan dibandingkan sektor primer antara lain (Bond dan Ladman, 1972 dalam Erawan, 1994):

a) Permintaan pariwisata oleh negara maju bersifat elastis terhadap pendapatan (income elastic).

b) Negara-negara penerimaan wisatawan memiliki sedikit monopoli dalam penentuan harga yang ditetapkan kepada wisatawan selama pariwisata tidak tunduk pada harga pasar dunia.

c) Pariwisata bersifat melengkapi ekspor barang lain sehingga akan terjadi diversifikasi bidang ekspor dan akhirnya menstabilkan panghasilan devisa.

Para ahli umumnya memberi salah satu batasan pengertian tentang industri, yaitu segala jenis usaha yang bertujuan untuk menciptakan atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa melalui suatu proses produksi (Sihite,2000:56). Pariwisata sebagai suatu kegiatan usaha yang terbentuk dalam suatu proses yang dapat menciptakan suatu nilai tambahan terhadap barang atau jasa yang telah diproses sebagai produk, baik yang nyata (Tangible Product) maupun yang tidak nyata (In- Tangible Product) berupa jasa pelayanan. Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan Traveller pada umumnya selama dalam perjalanan (Sihite,2000:55). Dalam pengertian ekonomi mikro yang dimaksud dengan industri pariwisata adalah setiap unit produksi adalah keseluruhan unit-unit industri (travel agen, tourist transportation, hotel, catering

(4)

trade, tour operator, tourist object, tour attraction, souvenir shop) baik tempat kedudukannya di dalam negeri atau di luar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan.

Menurut R.S Darmajati (Yoeti,1996:153) industri pariwisata merupakan rangkuman daripada berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa atau layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya. Industri-industri yang termasuk industri pariwisata antara lain: akomodasi, restoran, travel agent, perusahaan angkutan, dan lain-lain. Cakupan unsur didalam industri pariwisata tersebut adalah:

1) Touris Objects atau obyek pariwisata yang terdapat pada daerah tujuan wisata, termasuk atraksi yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2) Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, perhotelan, restoran dan bar, hiburan dan rekreasi.

3) Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan (tourist generating countries) dengan daerah tujuan wisata (tourist destination area) serta transportasi di tempat tujuan ke obyek wisata.

Menurut Yoeti (1996:64), bagi suatu negara yang mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri di negaranya, maka lalu lintas orang-orang (wisatawan) ternyata memberikan keuntungan dan memberikan hasil yang tidak sedikit dan bahkan memberikan pendapatan (income) utama melebihi ekspor bahan-bahan mentah, hasil tambang yang dihasilkan negara tersebut. Sebagai

(5)

akibat lebih jauh, dengan adanya lalu lintas pariwisata, ternyata memberi dampak terhadap perekonomian negara yang dikunjungi. Dampak yang dimaksud antara lain:

1) Memberikan kesempatan kerja atau dapat memperkecil pengangguran. 2) Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah.

3) Meningkatkan Pendapatan Nasional (National Income).

4) Memperkuat posisi neraca pembayaran (Net Balanced payment). 5) Memberikan efek multiplier dalam perekonomian setempat.

Jadi, mengembangkan industri pariwisata pada suatu daerah, tujuan utamanya adalah untuk menggali dan meningkatkan nilai-nilai ekonomi sebagai akibat adanya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata ke negara tersebut. Apabila kepariwisataan meningkat maka kecendrungannya adalah menciptakan penambahan permintaan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran yang disebabkan oleh naiknya pendapatan para pelaku usaha perdagangan, hotel dan restoran akibat pengeluaran wisatawan selama berkunjung ke Bali khususnya ke Kabupaten Badung.

2.1.2 Konsep Tenaga Kerja

Menurut Mulyadi (2002:97), tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Menurut Simanjuntak, pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pelaku-pelaku ini terdiri dari

(6)

pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja, pencari kerja dan perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan. Fungsi ini dapat dilakukan oleh instansi pemerintah, konsultan atau badan swasta (Surata, 2001:98).

Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

1) Angkatan Kerja (Labour force)

Yang dimaksud dengan angkatan kerja yaitu bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan memproduksi barang-barang dan jasa. Kelompok angkatan kerja meliputi: (a) mereka yang sudah bekerja adalah mereka yang melakukan kegiatan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. (b) sementara tidak bekerja adalah orang-orang yang sudah bekerja atau yang mempunyai pekerjaan tetap, tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena sakit, cuti, menunggu hasil panen dan lain sebagainya. (c) mencari pekerjaan adalah orang-orang yang sedang berusaha mendapatkan atau mencari pekerjaan, baik mereka yang sudah pernah mempunyai pekerjaan tetap atau yang belum pernah sama sekali bekerja.

2) Bukan Angkatan Kerja

Adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja maupun mencari pekerjaan. Mereka ini dalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlihat atau tidak berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa. Angkatan kerja ini adalah: (a) Orang-orang

(7)

yang sedang bersekolah adalah orang yang melakukan pekerjaan sekolah. (b) Orang-orang yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang melakukan atau mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah atau anak-anak yang membantu mengurus rumah tangga. (c) Orang-orang yang pensiun, cacat dan lain sebagainya yaitu orang-orang yang sudah lanjut usia atau orang-orang yang karena keadaan fisiknya tidak mungkin untuk bekerja.

3) Konsep Bekerja

Adalah mereka yang dalam seminggu yang lalu melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan atau untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sedangkan pengertian bekerja adalah apabila bekerja paling sedikit satu jam selama seminggu yang lalu secara terus-menerus.

4) Pengangguran dan Setengah Pengangguran

Pengangguran adalah mereka yang berusia 10 tahun keatas yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan dan mereka yang berusia kurang dari 1/3 jam kerja nominal yang mau atau masih mencari pekerjaan. Sedangkan setengah pengangguran adalah mereka yang mempunyai pekerjaan akan tetapi masih mempunyai waktu terluang dan masih mempunyai pekerjaan tambahan. Setengah pengangguran terdiri dari mereka yang bekerja kurang dari waktu yang biasanya berlaku bagi jenis pekerjaan tersebut.

2.1.3 Konsep Wisatawan

Menurut Suyitno (2001:16) wisatawan sebagai pelaku wisata memiliki peran ganda sebagai konsumen dan sebagai komponen produksi. Dikatakan

(8)

sebagai konsumen karena wisatawanlah yang membeli dan menikmati wisata atau dengan kata lain ia menjadi objek dari sebuah wisata. Wisatawan juga berperan sebagai komponen dari suatu proses produksi wisata, karena wisatawan terlibat langsung dalam proses pembentukan wisata itu.

Menurut Norval (Pendit, 1995:10), wisatawan adalah orang yang memasuki wilayah negara asing dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan usaha yang teratur, dan mengeluarkan uangnya di negara yang dikunjungi serta tidak memperoleh uang dari negara tersebut. Seperti diketahui, banyak orang asing yang datang dapat dikategorikan sebagai wisatawan. Menurut Salah Wahab (Surata 2001:31), pengelompokan orang asing yang datang pada suatu negara dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu: imigran, pengunjung, penduduk dan staf korp diplomatik dan tenaga militer. Memperhatikan keempat kelompok diatas, maka hanya kelompok kedua yaitu pengunjung (visitors) saja yang diperlukan untuk data statistic pariwisata sedangkan yang lainnya tidak.

Batasan atau definisi mengenai pengunjung (visitors) ini menurut The United Nations Conference On International Travel and Tourism, yang bersidang di Roma pada tahun 1963, dikatakan sebagai berikut: “visitors is any person visiting a country other than in which he has, usually place of residence, for any reason other than followingan an occupation remunerated from within the country visited”. Menurut bahasan tersebut, yang dimaksud dengan pengunjung adalah seseorang yang sedang mengunjungi. Biasanya yang disebut ini tujuan utamanya datang pada suatu negara adalah untuk berlibur, rekreasi, mengunjungi

(9)

sanak saudara, menghadiri suatu pertemuan (konferensi, seminar atau symposium), urusan dagang (businness) atau kombinasi dari bermacam-macam motivasi tersebut.

Menurut Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1969 (Erawan, 1994:26) definisi wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu. Batasan tersebut bisa berlaku bagi wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing, akan tetapi tidak mengandung batasan waktu dan ruang, jarak atau teritorial yang jelas. Bila diperhatikan batasan-batasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri wisatawan adalah: perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam, perjalalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat negara yang dikunjungi.

Menurut Suyitno (2000:16) tingkat pengaruh wisatawan dalam proses produksi wisata dapat diidentifikasi melalui dua hal, yaitu profil wisatawan dan motivasi.

1) Profil wisatawan yaitu hal-hal yang merupakan ciri khusus wisatawan yang membedakannya antara yang satu dengan yang lain. Karakteristik ini muncul karena dua latar belakang yaitu: (a) latar belakang lingkungan, dapat berupa kondisi alam, latar belakang sejarah, kebudayaan, politik, ekonomi serta faktor sosial. (b) latar belakang pribadi, antara lain tingkat umur wisatawan, jenis kelamin, pendidikan serta profesi atau mata pencaharian.

(10)

2) Motivasi yaitu hal-hal apa saja yang mendorong seseorang melakukan wisata. Motivasi ini dapat beragam, Mc Intosh (Suyitno, 2000:17) membagi motivasi ini kedalam empat kelompok yaitu: (a) motivasi fisik (physical motivation), yakni motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, seperti olah raga, santai, kesehatan dan istirahat. (b) motivasi budaya (cultural motivati), yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk mengetahui daerah atau negara, penduduknya, tata cara hidupnya, bangunannya, musik dan tariannya. (c) motivasi internasional (interpersonal motivation), yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan sanak keluarga, teman, tetangga atau berkenalan, berjumpa dengan orang-orang tertentu atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal, penyanyi dan bintang film. (d) motivasi status dan prestise (status and prestige motivation), yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk meningkatkan gengsi, derajat hidup dimata orang lain dengan melakukan suatu perjalanan yang tidak semua orang dapat melakukannya.

Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan akan diikuti dengan meningkatnya pendapatan masyarakat yang memiliki usaha di bidang pariwisata dan tentu saja meningkatnya jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran, atau dengan kata lain dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara jumlah kunjungan wisatawan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan maka semakin banyak wisatawan

(11)

yang siap membelanjakan uangnya di daerah tujuan wisata tersebut yang dalam hal ini adalah di Kabupaten Badung.

2.1.4 Konsep Akomodasi Dalam Pariwisata

Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal menetap sekurang-kurangnya selama 24 jam di daerah yang ia kunjungi, untuk itu mereka membutuhkan tempat untuk makan dan tentu saja untuk bermalam/menginap. Oleh karena itu, hotel dan restoran mempunyai peranan yang sangat penting dalam industri pariwisata. Meningkatnya jumlah hotel dan restoran memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Jadi, terdapat hubungan positif antara jumlah akomodasi, dalam hal ini hotel dan restoran, terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hotel dan restoran pastinya akan membutuhkan tenaga kerja untuk melayani wisatawan yang datang untuk menginap di hotel maupun untuk menyantap makanan di restoran.

2.1.4.1 Hotel

Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang paling lengkap dan paling banyak jumlahnya, terbukti jumlah kamar yang terbanyak dari semua akomodasi disediakan oleh hotel. Menurut SK. Menparpostel Nomor KM 34/HK. 103/MPPT-87 hotel didefinisikan sebagai suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara konvensional serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah. Sementara definisi yang diberikan

(12)

oleh AHMA (American Hotel and Motel Association) hotel adalah sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara umum dengan fasilitas pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas perabotan dan menikmati hiasan-hiasan yang ada didalamnya.

Menurut BPS Bali (2007:1) hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan , dimana setiap orang datang menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lain dengan pembayaran sesuai yang ditetapkan hotel tersebut atau mempunyai restoran yang berada dibawah manajemen hotel tersebut.

Dalam praktek hotel-hotel tersebut dikelompokkan ke dalam suatu klasifikasi didasarkan terutama atas tujuan untuk memberikan gambaran kualitas produk suatu hotel secara keseluruhan. Di Indonesia klasifikasi tersebut secara resmi dikeluarkan oleh peraturan pemerintah dibuat oleh dirjen Pariwisata dengan SK: Kep 22/V/VI/1978. Untuk mengklasifikasikan sebuah hotel dapat ditinjau dari berbagai faktor yang satu sama lainnya ada kaitannya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor tingkat atau bintang dari hotel, faktor tujuan pemakaian, faktor lokasi hotel, faktor daya jual dan perencanaan penggunaan, faktor jumlah kamar, faktor ukuran hotel, faktor lamanya tamu menginap dan faktor jenis tamu menginap. Hotel berbintang diklasifikasikan menjadi: hotel bintang satu (*), hotel bintang dua (**), hotel bintang tiga (***), hotel bintang lima (*****). Khusus untuk hotel bintang lima mempunyai tingkatan lagi yaitu Palm, Bronze dan

(13)

Diamond. Sedangkan hotel non bintang, meliputi bungalow, motel, losmen, cottage, resort, inn, penginapan, pondok wisata (home stay).

2.1.4.2 Restoran

Untuk keperluan pariwisata, di banyak negara restoran-restoran itu diklasifikasikan seperti hotel yakni, menurut kualitas, fasilitas dan pelayanan. Perkembangan dunia yang semakin maju dan modern, ditambah dengan tingkat perbaikan ekonomi yang semakin tinggi, disertai dengan makin banyaknya manusia yang keluar rumah untuk berbagai kesibukan, menyebabkan industri restoran telah berkembang pesat seperti sekarang ini. Secara umum ada dua jenis restoran yakni restoran yang berada di dalam hotel dan yang berada di luar hotel. 1) Jenis restoran di dalam hotel

Restoran yang ada di dalam sebuah hotel dapat dikelompokkan yaitu: (a) Rotisserie, adalah restoran eklusif memiliki tempat pembakaran yang dapat dilihat oleh tamu. (b)Grill, adalah restoran eklusif untuk steak atau chops dibakar menurut selera tamu. (c) Cabaret atau Supper Club, adalah restoran yang mengadakan pertunjukkan pada acara makan. Ketiga restoran tersebut terdapat didalam hotel dan pada umumnya merupakan ”highclass restaurant” artinya hanya tamu-tamu tertentu yang dapat menikmati hidangan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan restoran tersebut manjadi eklusif karena: peralatan yang dipakai menggunakan bahan-bahan mewah, cara pelayanan dan jenis makanan yang disediakan harganya cukup mahal, biasanya digunakan untuk jamuan makan lengkap dan resmi. Pada umumnya proses memasak makanan tertentu dapat dilihat atau berlangsung di depan tamu.

(14)

Selain itu terdapat juga jenis restoran yang tidak begitu formal seperti: (a) Coffe Shop, merupakan suatu usaha dibidang makanan yang dikelola secara komersil yang menawarkan kepada tamu, makanan atau makanan kecil dengan pelayanan yang tidak formal dan tidak baku, harganya lebih murah dan biasanya beroperasi 24 jam. (b) Tavern, merupakan restoran kecil yang berada di dalam hotel yang menyajikan menu minuman utamanya adalah bir atau anggur. (c) Coctail Lounge, suatu fasilitas yang diberikan kepada tamu dan pengunjung hotel, merupakan tempat santai untuk minum dan suasana pencahayaanyang agak remang-remang. (d) Pool Snac Bar, merupakan bar kecil yang terletak di tepi kolam renang sebuah hotel. Disamping menyediakan minuman dan makanan kecil, tamu juga dapat memesan makanan lain dan makanan tersebut dapat di ambil dari “main kitchen”.

2) Jenis restoran di luar hotel

(a) Canteen, merupakan restoran yang menyediakan makanan kecil. Di jaman dulu kantin ini berada di bawah kampus militer. Saat ini istilah kantin banyak digunakan sebagai restoran untuk karyawan pada perusahaan atau berada si gedung-gedung perkantoran. (b) Cafe, merupakan restoran disamping menyediakan makanan, juga dilengkapi dengan pelayanan hiburan “music live show”, umumnya terdapat di kota-kota besar. (c) Cafetaria, merupakan restoran dengan hidangan yang diambil sendiri oleh tamu sesuai keinginan makanan diatur diatas meja dan pembayarannya disesuaikan dengan harga makanan yang diambil. (d) Coffe Pot, merupakan restoran kecil yang informal dengan harga yang dapat dijangkau oleh seluruh golongan ekonomi.

(15)

(e) Specialities restaurant, merupakan restoran khusus yang menyajikan hidangan-hidangan khas dari daerah atau negara tertentu.

2.1.5 Konsep Tingkat Hunian Kamar Hotel

Tingkat hunian kamar adalah banyaknya malam kamar yang dihuni (room night occupled) dibagi dengan banyaknya malam kamar yang tersedia (room night avalaible) dikalikan 100 persen. Tingkat hunian kamar hotel atau akomodasi merupakan suatu indikator yang dapat merefleksikan tingkat produktifitas usaha sub sektor jasa akomodasi. Tingkat hunian kamar membesar dan cenderung mendekati 100 persen, itu pertanda bahwa sebagian besar atau hampir seluruh kamar tersedia laku terjual. Sebaliknya apabila tingkat hunian kamar mengecil sampai mendekati 0,00 persen pertanda sebagian besar atau hampir seluruh kamar tersedia tidak laku terjual (BPS Bali,2007:8).

Kenaikan tingkat hunian kamar hotel merupakan indikasi bahwa sektor pariwisata mampu menopang perekonomian suatu daerah. Kenaikan tingkat hunian kamar hotel juga memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja khususnya yang diserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Paling tidak dengan meningkatnya hunian kamar hotel maka akan dibutuhkan tenaga kerja untuk melayani wisatawan yang menginap. Selain itu banyak pula kesempatan kerja di sektor perdagangan hotel dan restoran yang terbuka secara tidak langsung karena semakin banyak wisatawan yang siap membelanjakan uangnya di daerah tujuan wisata, dalam hal ini di Kabupaten Badung. Jadi terdapat hubungan positif antara tingkat hunian kamar hotel dengan penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran.

(16)

2.1.6 Konsep Lama Tinggal Wisatawan

Lama tinggal yang dimaksud yaitu banyaknya hari yang dihabiskan seorang wisatawan untuk tinggal di suatu negara di luar tempat tinggalnya. Lama tinggal wisatawan tergantung pada:

1) Berapa besar potensi wisata yang dimiliki Daerah Tujuan Wisata yang bersangkutan.

2) Kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang ada.

3) Faktor keamanan dan kenyamanan Daerah Tujuan Wisata.

4) Faktor transportasi, telekomunikasi dan fasilitas rekreasi yang tersedia di Daerah Tujuan Wisata tersebut.

Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, semakin banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut, paling sedikit untuk keperluan makanan dan minuman serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Hal ini tentu akan mengakibatkan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran, sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara lama tinggal wisatawan dengan penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Sebagai acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Komang Ayu Sri Astuti (2002) dengan judul “Analisis pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara, Rata-rata Lama Menginap Wisatawan Terhadap Pembentukan PDRB Sub Sektor Perhotelan Di Kabupaten Badung

(17)

Tahun 1991-2000”. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda, t-test, F-test, analisis koefisien determinasi. Persamaan regresi yang diperoleh sebagai berikut:

Y = -67,830,080 + 0,460573X1 + 30.037,1647X2

T-hit = -1,1972 18,079 2,4988 R2 = 0,979348

F-hit = 165,9741

Hasil uji t-hit (18,079) > t-tabel (1,895) untuk variabel hubungan wisatawan mancanegara dan uji t-hit (2,4988) > t-tabel (1,895) untuk rata-rata lama menginap wisatawan terhadap pembentukan PDRB sub sektor perhotelan, artinya masing-masing variabel yaitu kunjungan wisatawan maupun rata-rata lama menginap wisatawan secara parsial berpengaruh nyata dan positif terhadap pembentukan PDRB sub sektor perhotelan.

Hasil uji-F diperoleh hasil F-hit (165,9741) > F-tabel (4,74), artinya kunjungan wisatawan mancanegara dan rata-rata lama menginap wisatawan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan PDRB sub sektor perhotelan. Selanjutnya untuk koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,9793 artinya 97,93 persen variasi pembentukan PDRB sub sektor perhotelan di Kabupaten Badung dipengaruhi oleh variasi kunjungan wisatawan mancanegara dan rata-rata lama menginap wisatawan, sedangkan sisanya 2,07 persen dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak dimasuki dalam model. Selanjutnya nilai koefisien determainasi parsial (R2) sebesar 0,7880 menunjukkan

variabel jumlah wisatawan mancanegara merupakan variabel dominan yang mempengaruhi pembentukan PDRB sub sektor perhatelan di Kabupaten Badung.

(18)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel-variabelnya. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, rata-rata lama menginap wisatawan sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya adalah jumlah kunjungan wisatawan, jumlah akomodasi, tingkat hunian kamar, dan lama tinggal wisatawan. Pada variabel terikatnya adalah penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Badung sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah pembentukan PDRB sub sektor perhotelan di Kabupaten Badung. Sedangkan persamaannya adalah lokasi penelitian yang sama yaitu Kabupaten Badung.

Selain itu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Surata (2001) dengan judul “Pengaruh Jumlah Kunjungan Asing dan Jumlah Akomodasi Pariwisata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 1991-2001”. Adapun independent variabelnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh kunjungan wisatawan asing dan jumlah akomodasi pariwisata. Sedangkan independen variabelnya adalah penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata.

Pengolahan data terhadap variable tersebut menunjukkan analisis regresi berganda dengan persamaan adalah:

Y= 2941,8502 + 0,0124X1 + 12,2224X2

Dalam perhitungan t-test untuk uji β1 (kunjungan wisatawan terhadap

penerimaan tenaga kerja) diperoleh t hitung sebesar 13,05 dan t tabel sebesar 1,860 berarti t hitung > t tabel atau 13,05 > 1,860 maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh nyata antara kunjungan wisatawan asing dengan penyerapan tenaga

(19)

kerja sektor pariwisata di kabupaten Badung. Untuk uji koefisien β2 (jumlah

akomodasi pariwisata dengan penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata) diperoleh t hitung sebesar 2,556 dan t tabel sebesar 1,860 maka t hitung > t tabel atau 2,556 > 1,860 berarti Ho ditolak dan ada pengaruh yang nyata antara akomodasi dengan penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Kabupaten Badung.

Hasil perhitungan untuk uji serempak diperoleh F hitung sebesar 88,873 dan F tabel sebesar 4,46 berarti F hitung > F tabel atau 88,873 > 4,46 sehingga Ho ditolak yang artinya ada pengaruh nyata antara kunjungan wisatawan asing dan akomodasi pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Kabupaten Badung. Selanjutnya nilai koefisien determinasi sebesar 0,956 atau sebesar 95,69 persen, artinya bahwa sebesar 95,69 persen penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata dipengaruhi secara bersama-sama oleh kunjungan wisatawan asing dan akomodasi pariwisata sedangkan sisanya sebesar 4,31 persen dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel-variabel yang digunakan. Variabel bebas pada penelitian sebelumnya adalah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan jumlah akomodasi wisata. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pariwisata. Lokasi dari penelitian ini juga berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan di Kabupaten Badung sedangkan penelitian ini dilakukan di Provinsi Bali. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel terikat penyerapan tenaga kerja.

(20)

2.3 Rumusan Hipotesis

Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu:

a. Diduga bahwa pariwisata (jumlah kunjungan wisatawan, jumlah akomodasi, tingkat hunian kamar, dan lama tinggal) secara simultan berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Badung periode tahun 1995-2007.

b. Diduga bahwa pariwisata (jumlah kunjungan wisatawan, jumlah akomodasi, tingkat hunian kamar, dan lama tinggal) secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Badung periode tahun 1995-2007.

c. Diduga bahwa variabel jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Badung periode tahun 1995-2007.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, perlu adanya usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia atas peran dan manfaat koperasi untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat dengan

10 Roeslan Salah, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1987, hlm.61. Gerakan yang menentang pidana mati bukanlah sekedar suatu usaha atau perjuangan yang

Anestesi intravena seperti propofol dan fentanyl secara signifikan menurunkan aliran darah otak, metabolisme otak dan menurunkan tekanan intrakranial. Selain itu kombinasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tekanan penyebab trauma yang dialami oleh tokoh Ajo Kawir, dampak trauma yang diderita, dan mendeskripsikan bentuk

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi dan asimetri informasi terhadap slack anggaran dengan

Pada saat melompat ke bawah badan kita akan tertekuk sedikit, gerakan ini yang merupakan gerakan sekunder mirip dengan peristiwa "penyek" yang terjadi pada bola

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis hasil pengolahan data metode NASA-TLX dan work sampling serta analisis grafik alat EEG, kemudian pemberian usulan pada rumah sakit

Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih