1
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN RAPAT KORDINASI
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI
I.
Latar Belakang
a.
Dasar Hukum
1.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
2.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899);
3.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
4.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010 -2025.
5.
Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2013
b.
Gambaran Umum
Salah satu agenda reformasi di Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997 adalah
reformasi birokrasi antara lain dengan upaya mewujudkan
checks
and balances
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menempatkan Reformasi
Birokrasi sebagai program prioritas pertama dalam pemerintahannya, yang termuat
dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010 -2025.
Salah satu sasaran dari reformasi birokrasi tersebut adalah terwujudnya pelayanan
publik yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ombudsman Republik
Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik adalah lembaga negara yang memiliki kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan
swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pada tanggal 11 Mei 2011, Ombudsman Republik Indonesia dan Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia telah menandatangani Nota Kesepahaman Antara
2
Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor: 1/ORI-MOU/V/2011 - Nomor: 119-360A Tahun 2011 tentang
Penyusunan Sistem Penyelesaian Laporan atau Pengaduan Masyarakat atas
Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Dalam rangka melaksanakan kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan
publik tersebut, Ombudsman Republik Indonesia menerima dan menyelesaikan
laporan/pengaduan masyarakat yang menjadi korban dari buruknya pelayanan
publik. Selain itu, dalam melaksanakan kewenangan pengawasan pelayanan publik
Ombudsman RI juga melakukan kegiatan supervisi pelayanan publik. Ombudsman
Republik Indonesia dalam melakukan supervisi pelayanan publik tersebut mengacu
kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelayanan Publik, terutama yang menyangkut
maklumat pelayanan publik dan standar pelayanan publik, yang dirinci kepada 3
aspek yakni sarana/prasarana pelayanan publik, petugas pelaksana pelayanan dan
penyimpangan yang dikategorikan sebagai temuan khusus.
Supervisi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi riel dan kualitas pelayanan publik
pada 9 (sembilan) kantor/instansi penyelenggara pelayanan publik yang menjadi
objek pengawasan Ombudsman Republik Indonesia dan untuk merumuskan dan
memberikan saran/masukan terhadap perbaikan penyelenggara pelayanan publik.
Pada tahun 2012 Ombudsman Republik Indonesia melakukan supervisi di 12
kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2013 Ombudsman Republik Indonesia telah
melaksanakan supervisi di 23 kabupaten/kota, yang salah satunya pada Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP), RSUD dan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil.
Hasil supervisi yang selama ini dilakukan sudah disampaikan dalam seminar yang
dilakukan di kabupaten/kota tersebut, yang dihadiri oleh Kepala Daerah dan kepala
kantor/instansi penyelenggara pelayanan publik yang di supervisi atau yang mewakili.
Selain itu, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Inpres Nomor 1 Tahun 2013,
bagi pemerintah daerah, kewajiban membentuk kelembagaan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) adalah bentuk aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK).
Aksi yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut adalah a) Pembentukan
kelembagaan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) bagi daerah yang belum
membentuk, b) Pelimpahan Kewenangan penerbitan perizinan dan non perizinan di
daerah kepada lembaga PTSP, c) Publikasi standar pelayanan terpadu pada lembaga
PTSP, dan d) Penyediaan sarana dan mekanisme penanganan pengaduan layanan
PTSP. Selain itu Kementerian Dalam Negeri diberikan kewenangan untuk mengawasi
penerbitan NIK di 497 Kabupaten/Kota, hal ini guna meminimalisir terjadinya
penyimpangan atas penerbitan NIK dan e-KTP yang berpotensi korupsi.
Penerapan KTP Elektronik (
e
-KTP) merupakan amanat dari UU Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan dan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009
tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan
Secara Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35
Tahun 2010, Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden
Nomor 126 Tahun 2012 yang menyatakan aturan tata cara dan implementasi teknis
dari
e
-KTP yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip. Penerapan e-KTP ini berkaitan
dengan terintegrasi data kependudukan yang tunggal dan akurat untuk memudahkan
proses identifikasi. Semua data e-KTP bermanfaat dalam meningkatkan jaminan
otentikasi identitas penduduk dalam rangka pelayanan publik serta meminimalisir
terjadinya pemalsuan dan penipuan identitas.
3
Berdasarkan kondisi yang diuraikan di atas dan atas dasar Nota Kesepakatan
Bersama antara Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia tersebut, maka dirasa sangat perlu untuk melakukan Rapat
Koordinasi Ombudsman Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia guna menyatukan perspektif serta langkah tindak lanjut dari kondisi
pelayanan publik di jajaran pemerintah daerah yang ada pada saat ini.
II.
Nama dan Tema Kegiatan
Kegiatan ini bernama Rapat Koordinasi Ombudsman Republik Indonesia dengan
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Dalam Rangka Penyampaian Hasil
Supervisi dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sesuai Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik serta Tindak Lanjut Penyelesaian
Laporan/Pengaduan Masyarakat, dengan tema “Upaya Membangun Pelayanan
Publik Yang Baik di Pemerintahan Daerah”.
III.
Tujuan Kegiatan
Kegiatan Rapat Koordinasi Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia bertujuan untuk:
a.
Meningkatkan kinerja pengawasan Kementerian Dalam Negeri RI terutama kepada
Pemerintah Daerah dalam hal pelayanan publik yang diberikan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil terutama pelayanan pembuatan Akte Kelahiran,
Akte Kematian, Akte Pernikahan, KTP dan Kartu Keluarga; pelayanan pada RSUD,
serta pelayanan prima yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (PTSP).
b.
Meningkatkan kinerja Kementerian Dalam Negeri RI dalam menjalankan pelayanan
publik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik yang berkualitas.
c.
Meningkatkan kinerja pengawasan Kementerian Dalam Negeri RI dalam penanganan
pengaduan masyarakat, melalui sistem penerimaan, pengelolaan dan kepastian
tindak lanjut pengaduan masyarakat.
IV.
Hasil Yang Diharapkan
a.
Kementerian Dalam Negeri RI menyusun, menetapkan dan melaksanakan standar
pelayanan serta perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya
layanan di pemerintah daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
terkait layanan perijinan pada Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP), layanan pada
RSUD, serta layanan kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
b.
Adanya koordinasi dalam melakukan pemantauan dan pengawasan bersama secara
berkelanjutan yang dilakukan Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementerian
Dalam Negeri RI dalam memastikan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan
publik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c.
Adanya peningkatan responsifitas dalam penanganan pengaduan masyarakat, melalui
sistem penerimaan, pengelolaan dan kepastian tindak lanjut pengaduan masyarakat.
V.
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini rapat koordinasi akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 3 Desember 2013
Jam
: 08.00 s/d 13.00 WIB
4
VI.
Pembicara
Pembicara dalam Rapat Koordinasi Ombudsman RI dengan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, adalah:
1.
Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI
2.
Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri RI
3.
Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri RI
4.
Ombudsman Bidang Pengawasan
5.
Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan/Pengaduan
VII.
Penyelenggara
Penyelenggaraan Rapat Koordinasi ini diselenggarakan atas kerjasama Ombudsman
Republik Indonesia dengan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, dengan
kepanitian sebagai berikut:
a.
Panita Pengarah
1.
Pranowo Dahlan (Anggota Ombudsman RI Bidang Pengawasan)
2.
Budi Santoso (Anggota Ombudsman RI Bidang Penyelesaian Laporan)
3.
Petrus Beda Peduli (Anggota Ombudsman RI Bidang Penyelesaian Laporan)
4.
M. Khoirul Anwar (Anggota Ombudsman Bidang Pencegahan)
b.
Panitia Pelaksana
Ketua
: Alphonsa Animaharsi (Sekretaris Jenderal Ombudsman RI)
Sekretaris
: Hartoyo
Anggota
: 1. Dominikus Dalu S
2. Winarso
3. Elisa Luhulima
4. Johar Marpaung
5. Muhadjirin
6. Ratna Sari Dewi
7. Yustus Maturbongs
8. Sabaruddin Hulu
9. Tumpal Simanjuntak
10. Triyoga M. Habibie
11. Noerman Adi Santoso
12. Soni Solihin
13. Stephanus
14. Heru Cahyono
15. Rahayu Lestari
16. Indra
17. Subandi
18. Ahmad Sobirin
5
VIII.
Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
Rapat Koordinasi Ombudsman Republik Indonesia dengan dengan Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia.
Jakarta, November 2013
Ombudsman Republik Indonesia
Alphonsa Animaharsi
Sekretaris Jenderal
6
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR PESERTA
RAPAT KOORDINASI
OMBUDSMAN RI DENGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI
Selasa, 3 Desember 2013
NO NAMA/JABATAN/INSTANSI KETERANGAN
1 Menteri Dalam Negeri RI Peserta
2 Ketua Ombudsman RI Peserta
3 Anggota Ombudsman RI Bidang Pengawasan Peserta
4 Anggota Ombudsman RI Bidang Penyelesaian Laporan/Pengaduan Peserta
5 Anggota Ombudsman RI Bidang Penyelesaian Laporan/Pengaduan Peserta
6 Anggota Ombudsman RI Bidang Pencegahan Peserta
7 Anggota Ombudsman RI Bidang Pencegahan Peserta
8 Anggota Ombudsman RI Bidang Pencegahan Peserta
9 Sekretaris Jenderal Ombudsman RI Peserta
10 Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI Peserta
11 Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI Peserta
12 Dirjen Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri RI Peserta
13 Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri RI Peserta
14 Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri RI Peserta
15 Dirjen Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri RI Peserta
16 Direktur Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Kemdagri Peserta
17 Direktur Pembangunan Wilayah, Kemdagri Peserta
18 Direktur Fasilitas Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemdagri Peserta
19 Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah, Kemdagri Peserta
20 Direktur Penataan Perkotaan, Kemdagri Peserta
21 Direktur Pendaftaran Penduduk, Kemdagri Peserta
22 Direktur Pencatatan Sipil, Kemdagri Peserta
23 Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan, Kemdagri Peserta
24 Direktur Pengembangan Kebijakan Kependudukan, Kemdagri Peserta
25 Direktur Penyerasian Kebijakan dan Perencaan Kependudukan, Kemdagri Peserta
26 Walikota Tasikmalaya, Jawa Barat Peserta
27 Walikota Semarang, Jawa Tengah Peserta
28 Bupati Purworejo, Jawa Tengah Peserta
29 Bupati Jember, Jawa Timur Peserta
30 Bupati Kotabaru, Kalimantan Selatan Peserta
31 Walikota Pontianak, Kalimantan Barat Peserta
32 Walikota Samarinda, Kalimantan Timur Peserta
33 Bupati Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara Peserta
34 Bupati Bulukumba, Sulawesi Selatan Peserta
35 Walikota Kendari, Sulawesi Tenggara Peserta
36 Walikota Palu, Sulawesi Tengah Peserta
37 Walikota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam Peserta
7
39 Walikota Pematang Siantar, Sumatera Utara Peserta
40 Walikota Palembang, Sumatera Selatan Peserta
41 Walikota Bandar Lampung, Lampung Peserta
42 Walikota Pekanbaru, Riau Peserta
43 Bupati Natuna, Kepulauan Riau Peserta
44 Bupati Karangasem, Bali Peserta
45 Bupati Maluku Tengah, Maluku Peserta
46 Bupati Sikka, Nusa Tenggara Timur Peserta
47 Walikota Mataram, Nusa Tenggara Barat Peserta
48 Walikota Jayapura, Papua Peserta
49 Koordinator Bidang Penyelesaian Laporan/Pengaduan Peserta
50 Koordinator Bidang Pengawasan Peserta
51 Koordinator Bidang Pencegahan Peserta
52 Karo Administrasi dan Sistem Informasi Laporan Peserta
53 Karo Perencanaan, Pengawasan dan Kerjasama Peserta
54 Karo Umum Peserta
55 Asisten Koordinator Sub Bidang Pengawasan Intenal Peserta
56 Asisten Koordinator Sub Bidang Pengawasan Eksternal Peserta
57 Asisten Koordinator Tim I Peserta
58 Asisten Koordinator Tim II Peserta
59 Asisten Koordinator Tim III Peserta
60 Asisten Koordinator Tim IV Peserta
61 Asisten Koordinator Tim V Peserta
62 Asisten Koordinator Tim VI Peserta
63 Asisiten Ombudsman Bidang Pengawasan Peserta
64 Asisiten Ombudsman Bidang Pengawasan Peserta
65 Asisiten Ombudsman Bidang Pengawasan Peserta
66 Kabag. Hukum dan Humas Peserta
67 Kabag. Keuangan Peserta
68 Kabag. Pelayanan Laporan Peserta
69 Kabag. Program dan Evaluasi Peserta
70 Kabag. Perlengkapan dan Rumga Peserta
71 Kabag. Organisasi dan Kerjasama Peserta
72 Kabag. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Peserta
73 Kabag. Kepegawaian dan Ke-tatausahaan Peserta
74 Kabag. Pengawasan Internal Peserta