• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KADAR BESI (Fe), SENG (Zn) DAN TOTAL BAKTERI KOLIFORM PADA SUMBER AIR SUMBER LANANG DI KABUPATEN NGAWI SEBAGAI AIR BAKU AIR MINUM ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KADAR BESI (Fe), SENG (Zn) DAN TOTAL BAKTERI KOLIFORM PADA SUMBER AIR SUMBER LANANG DI KABUPATEN NGAWI SEBAGAI AIR BAKU AIR MINUM ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS KADAR BESI (Fe), SENG (Zn) DAN TOTAL BAKTERI KOLIFORM PADA SUMBER AIR “SUMBER LANANG” DI KABUPATEN NGAWI SEBAGAI AIR BAKU AIR MINUM

Dahdiar Tria Hapyzanuar

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRAK

Sumber air “Sumber Lanang” merupakan mata air yang memiliki debit air yang cukup besar mencapai 90 liter per detik sehingga berpotensi untuk dijadikan sumber air baku untuk air minum. Sampai saat ini data tentang kualitas air baku air minum di “Sumber Lanang” masih sedikit. Air yang layak konsumsi harus memenuhi syarat fisika, kimia dan biologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air “Sumber Lanang” berdasarkan parameter fisik (suhu, rasa, bau), kimia (besi dan seng), biologis (total bakteri kolform) sebagai air baku air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010.

Metode yang digunakan untuk penelitian kadar besi dan seng dengan metode spektrofotometri, sedangkan untuk pemeriksaan total bakteri koliform menggunakan metode

Most Probable Number (MPN) tabung ganda. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan

persyaratan kualitas air baku untuk air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas air “Sumber Lanang” berdasarkan parameter fisik (suhu, rasa, bau), kimia (besi dan seng), biologis (total bakteri kolform) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010. Ditinjau dari parameter yang diteliti air dari “Sumber Lanang” layak dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum.

(2)

commit to user

ANALYSIS OF IRON (Fe) , ZINC (Zn) AND TOTAL COLIFORM LEVELS IN "SUMBER LANANG" WATER SOURCES IN THE DISTRICT NGAWI AS

STANDARD OF DRINKING WATER

Dahdiar Tria Hapyzanuar

Study Program of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

"Sumber Lanang" water source is a spring that has a big water flow until 90 liters per second so it’s potential to be used as a source of raw for drinking water. Until now, data on the raw water quality of drinking water in the "Sumber Lanang" is still very low. Adequate water consumption must be eligible physical, chemical and biological. The main purpose of this reasearch was determine "Sumber Lanang’s" water quality based on physical parameters (temperature, taste, smell), chemical products (iron and zinc), biological (total colform) for drinking water in accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010.

The method used to study the levels of iron and zinc by spectrophotometric method, while for total coliforms examination using the Most Probable Number (MPN) double tube. Then, the test results were compared with the requirements of the quality of raw for drinking water in accordance Regulation of the Minister of Health No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010.

The results showed that the "Sumber Lanang’s" water quality based on physical parameters (temperature, taste, smell), chemistry (iron and zinc), biological (total colform) were in accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010. In view of the parameters investigated water of the "Sumber Lanang" decent used as raw for drinking water.The results showed that the "Sumber Lanang’s" water quality based on physical parameters (temperature, taste, smell), chemistry (iron and zinc), biological (bacterial kolform total) in accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010. In view of the parameters investigated water of the "Sumber Lanang" decent used as raw water for drinking water.

Keywords : iron (Fe), zinc (Zn), a source for drinking water, total coliforms

PENDAHULUAN

Air merupakan zat yang sangat penting dalam kehidupan. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air (Wandrivel, dkk., 2012). Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi mulai dari 2,1 liter hingga

2,8 liter perhari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya (Suriawiria, 2003).

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi dan untuk kepentingan lainnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Persyaratan kualitas air minum

(3)

commit to user yang dimaksudkan harus sesuai dengan

ketentuan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, yaitu setiap komponen yang dikandung harus sesuai dengan yang ditetapkan baik secara fisik, kimia ataupun biologis.

Mata air “Sumber Lanang” merupakan sumber air yang berada di Dusun Jamus, Desa Girikerto, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Lokasi ini berada di area wisata perkebunan teh yang dikelola oleh PT. CANDI LOKA. Debit air “Sumber Lanang” bisa mencapai 90 liter per detik dimanfaatkan oleh PT. CANDI LOKA sebagai bahan baku air minum dalam kemasan, selain itu masyarakat sekitar juga memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih (Hari, 2014). Masyarakat sekitar tidak mengetahui air tersebut layak atau tidak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, misal untuk air minum, mandi, mencuci dan lain-lain. Lokasi sumber yang berada di area perkebunan teh memungkinkan terjadinya pencemaran akibat pemupukan yang mungkin meresap ke air tanah. Menurut Mumpuni (2008) dosis pemupukan pada tanaman teh yang paling tinggi adalah seng sulfat (ZnO) yaitu 7-10 kali per tahunnya.

Uraian di atas yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian tentang kandungan air “Sumber Lanang” berdasarkan parameter fisik ( suhu, rasa, bau), kimia (besi dan seng), biologis (total bakteri koliform).

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum. Menurut Notoadmodjo (2007), air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum.

Air minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, biologi, dan kimia.

1. Syarat Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah (Mandasari, 2010).

2. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda-beda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya, oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli (koliform) bukan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Fauziah, 2011).

3. Syarat Kimiawi

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain kesadahan, zat organik (KmnO), besi (Fe), mangan (Mn), derajat keasaman (pH), kadmium (Cd) dan zat-zat kimia lainnya. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang berada di dalam air bersifat terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam ferro (Fe2+) tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar seperti Fe(OH)3

(4)

commit to user dan tergabung dengan zat organik atau zat

padat anorganik (Achmad, 2004).

Sekalipun besi diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi dalam dosis besar dapat mengganggu kesehatan. Zat besi yang terkandung dalam suplemen bila dikonsumsi dengan jumlah yang besar dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan usus, kelainan pH badan, shock dan kegagalan hati (Smolin

and Mary, 2002).

Seng termasuk unsur yang berlimpah di alam. Keberadaan seng dalam kerak bumi sekitar 70 mg/kg. Kadar seng dalam perairan alami sekitar <0,05 mg/L, pada perairan yang asam kadarnya mencapai 50 mg/L. Seng termasuk unsur essensial bagi makhluk hidup, berperan dalam membantu kerja enzim dan tidak bersifat toksik pada manusia akan tetapi pada kadar yang tinggi, dapat menimbulkan rasa pada air. Seng biasa digunakan dalam industri besi baja, karet, cat, tekstil, kertas dan bubur kertas (Eckenfelder, 1989).

Kelebihan seng dapat mempercepat timbulnya ateroskelerosis, dapat menyebabkan diare, muntah, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng dapat menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng (Almatsier, 2001). Kekurangan asupan seng menyebabkan rendahnya sistem imunitas (kekebalan tubuh) (Ernawati, 2008).

Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Koliform adalah indikator kualitas air, makin sedikit kandungan koliform artinya kualitas air semakin baik. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada bakteri patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Widiyanti dan Ristianti, 2004).

METODE PENELITIAN 1. Pengambilan Sampel

Sampel diambil di sumber air “Sumber Lanang” yang terletak di Dusun Jamus, Desa Girikerto, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Titik sampling berada di luar pipa secara acak dan menyebar. Sampel diambil sebanyak 3 kali ulangan, masing-masing ulangan diambil dalam 3 waktu yang berbeda (pagi, siang, malam) dalam 3 hari, kemudian dimasukkan ke dalam jerigen untuk pengujian parameter kimia, dan dimasukkan ke dalam botol kaca steril untuk pengujian parameter mikrobiologis.

2. Parameter Fisik a. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan menggunakan termometer, setiap pegambilan sampel dilakukan suhu (pagi, siang, malam).

b. Bau

Metode yang digunakan adala tes organoleptik dan juga observasi pada pengunjung/masyarakat sekitar.

c. Rasa

Metode yang digunakam adalah tes organoleptik dan observasi

terhadap pegunjung/masyarakat sekitar.

3. Parameter Kimia

a. Analisis Kandungan Besi (Fe) dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri

Masing-masing sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan buffer ammonium asetat dan 0,1 ml larutan hidroksilamin pada masing-masing tabung reaksi. Larutan fenantrolin sebanyak 0,5 ml ditambahkan, setelah itu didiamkan selama 10 menit dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.

b. Analisis Kandungan Seng (Zn) dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri

Sampel air sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 2,5 ml, setelah itu dipanaskan di

(5)

commit to user atas kompor listrik (300 W) hingga volume

larutan sisa 15-20 ml. Setelah ditunggu beberapa saat, larutan disaring menggunakan kertas saring ke dalam labu ukur 50 ml,kemudian ditambahkan akuades hingga garis batas, kemudian dibaca absorbansinya pada SSA dengan panjang gelombang 213,90 nm.

4. Analisis Total Koliform dengan Menggunakan Metode Most Probable

Number (MPN) tabung ganda

a. Uji Penduga (Presumptive test) Botol yang berisi sampel air dikocok terlebih dahulu dengan tujuan agar homogen. Tabung reaksi steril yang berisi tabung Durham dengan medium Lactose Broth (LB) disiapkan sebanyak 15 buah. Tabung reaksi dibedakan menjadi 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 tabung reaksi. Pada tabung kelompok pertama berisi 10 ml media lactose

broth triple strength (LBts), kelompok

kedua terdiri dari 5 tabung reaksi yang berisi 5 ml lactose broth single

strength (LBs), dan kelompok ketiga

terdiri dari 5 tabung reaksi yang berisi 5 ml Lactose Broth Single Strength (LBs). Dengan menggunakan pipet tetes yang telah disterilkan, sampel air ditambahkan pada masing-masing kelompok, 10 ml untuk kelompok pertama, 1 ml untuk kelompok kedua dan 0,1 ml untuk kelompok ketiga.

Semua tabung reaksi diinkubasi pada suhu 37˚C selama 2x24 jam. Setelah inkubasi selama 2x24 jam dilakukan pengamatan pada masing-masing tabung Durham. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung Durham dan adanya perubahan warna. Untuk tabung yang positif dilanjutkan pada uji penegasan (confirmed test). Perlakuan dan cara yang sama dilakukan pada masing-masing sampel.

b. Uji Penegasan (Confirmed

test).

Sebanyak 1-2 ose medium pada tabung yang positif dipindahkan ke dalam tabung konfirmatif yang berisi medium

brilliant green lactose bile broth (BGLB).

Sebelum melakukan pemindahan sampel, kawat ose terlebih dahulu disterilkan dengan cara membakarnya dan kemudian didinginkan sebentar sebelum dipakai. Kemudian semua tabung diinkubasi pada suhu 37˚C selama 2x24 jam. Setelah inkubasi selama 2x24 jam dilakukan pembacaan dengan melihat jumlah tabung yang menunjukan positif gas. Selanjutnya dicatat dan dibandingkan dengan tabel MPN (Lampiran 2).

Analisis Data

Data dari hasil uji mikrobiologis dan kimiawi ditabulasi dan dibandingkan dengan Persyaratan kualitas Air Minum

sesuai dengan PERMENKES

No.492/Menkes/Per/IV/2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Besi

Kadar besi pada sampel masih berada di bawah batas maksimum kualitas air minum yang ditentukan oleh Permenkes RI NO. 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 0,3 mg/L (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Besi Sampel Air “Sumber Lanang”

Menurut Mirza (2014), ada beberapa penyebab depot air minum isi ulang (DAMIU) terkontaminasi di antaranya sumber air baku, wadah tempat distribusi tidak memenuhi standar hygiene dan sanitasi DAMIU, juga proses filtrasi dan desinfektan dengan teknologi yang rendah.

No Sampel Satuan Hasil Baku

mutu

1. Hari ke-1 mg/L 0,025 0,3

2. Hari ke-2 mg/L 0,020 0,3

3. Hari ke-3 mg/L 0,015 0,3

(6)

commit to user Apabila sumber air baku sudah terjamin,

masih perlu dilakukan pengujian pada depot hasil pengolahan air minum karena dikhawatirkan selama proses distribusi air baku mengalami kontaminasi akibat wadah distribusi yang tidak memenuhi syarat

hygiene.

Karakteristik tanah juga mempengaruhi kondisi air tanah. Soepraptohardjo (1961) menyatakan bahwa tanah latosol merupakan tanah yang paling banyak mengandung besi dan aluminium. Penelitian yang dilakukan Amrin (2013) juga menunjukkan bahwa air tanah pada tanah lempung yang merupakan karakterisitik latosol positif mengandung besi. “Sumber Lanang” berada di daerah lereng gunung berapi memiliki jenis tanah andosol ataupun entisol yang merupakan jenis tanah yang subur, hal ini yang memungkinkan kandungan besi pada air tanah “Sumber Lanang” sangat rendah.

B. Kadar Seng

Batas maksimal kandungan seng dalam air minum yang telah diatur dalam PERMENKES No.492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 adalah 3 mg/L. Kadar seng pada sampel yang diuji masih berada di bawah batas maksimal untuk baku mutu air minum. (Tabel 2)

Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Seng Sampel Air “Sumber Lanang”

Penelitian Hafni (2012), menyebutkan bahwa semakin dekat jarak antara polutan dengan sumber air akan semakin besar pula tingkat pencemaran yang terjadi. Hal ini bertentangan dengan

hasil penelitian di “Sumber Lanang” yang dikhawatirkan tencemar oleh aktivitas pemupukan di lahan perkebunan justru menunjukkan hasil yang jauh dari kategori tercemar. Hal ini menunjukkan kemungkinan kadar seng yang terserap dengan baik oleh tanaman dan juga lapisan tanah, sesuai dengan pernyataan dari Cunningham dan Saigo (1994) bahwa dalam perjalanan mencapai lapisan-lapisan tanah dengan ukuran pori-pori bermacam-macam maka kadar seng akan banyak tertahan oleh butiran-butiran tanah, hal ini menyebabkan konsentrasi seng pada “Sumber Lanang” sangat rendah.

C. Total Bakteri Koliform

Hasil uji MPN koliform terhadap sampel air baku “Sumber Lanang” dari ketiga sampel menunjukan hasil 0 per 100 ml. Pada sampel hari ke-2 menunjukan hasil positif 2 tabung, ditandai dengan munculnya gelembung gas pada tabung Durham setelah diinkubasi selama 48 jam (presumptive test) pada suhu 37C, namun ketika dilanjutkan ke uji penegasan ternyata menunjukan hasil negatif yang berarti bukan bakteri koliform.(Tabel 3)

Tabel 3. Hasil Pengujian Total bakteri koliform sampel air “Sumber Lanang” dengan metode MPN

Dalam penelitian yang dilakukakan Wandrivel, dkk (2012) tentang kualitas air minum yang diproduksi oleh DAMIU, 56% dari sampel di Kecamatan Bungus

No. Sampel Satuan Hasil Baku Mutu 1. Hari ke-1 mg/L 0,0585 3 2. Hari ke-2 mg/L 0,0478 3 3. Hari ke-3 mg/L 0,0516 3 4. Rata-rata mg/L 0,0526 3 No. Sampel

Deret Tabung Positif

MPN/ 100 ml Presumptive Test (media LB) Confirmed Test (media BGLB) 1. Hari ke-1 0-0-0 - 0 2. Hari ke-2 2-0-0 0-0-0 0 3. Hari ke-3 0-0-0 - 0 4. Rata-rata - - 0

(7)

commit to user menghasilkan air minum yang tidak

memenuhi persyaratan biologis dan berasal dari sumber air baku yang sama, sedangkan sisanya berasal dari sumber air baku yang berbeda. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa bahan baku sangat menentukan kualitas produk air minum yang dihasilkan.

Kualitas air baku “Sumber Lanang” sudah baik sebagai bahan baku air minum untuk parameter biologis, namun harus tetap diperhatikan dalam hal pengolahan agar tidak terjadi kontaminasi seperti perilaku pekerja depot air minum isi ulang karena tangan yang kotor. Kebersihan tangan sangat penting bagi setiap orang terutama bagi pekerja depot air minum isi ulang, dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat membantu dalam pencegahan penularan bakteri dari tangan. Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminasi atau cemaran (Asfawi, 2004).

SIFAT FISIK 1. Rasa

Berdasarkan hasil tes organoleptik dan juga observasi, mata air “Sumber Lanang” tidak berasa. Menurut Nelson (1992), ada beberapa bahan polutan yang memberikan efek rasa terhadap air, seperti besi dan mangan yang memberikan rasa seperti logam, sodium, klorida, dan sulfat yang memberikan rasa sedikit asin, serta dapat pula disebabkan oleh adanya mikroba dalam air.

2. Bau

Berdasarkan hasil tes organoleptik dan juga observasi, mata air “Sumber Lanang” tidak berbau. Menurut Nelson (1992), bau dalam air tidak hanya disebabkan oleh polutan logam, namun dapat pula disebabkan oleh Hidrogen Sulfida (H2S), bahan organik, alga dan

bakteri. 3. Suhu

Hasil pengukuran suhu air di “Sumber Lanang” menunjukkan nilai yang stabil dengan rata-rata suhu 17C. (Tabel 4)

Tabel 4. Hasil pengukuran suhu (C) pada mata air “Sumber Lanang”

Officer (1976) mengemukakan bahwa kondisi suhu air di suatu perairan di pengaruhi terutama oleh kondisi atmosfir, cuaca dan intensitas matahari yang masuk ke air. Suhu yang relative rendah di “Sumber Lanang” dimungkinkan karena lokasi yang berada di daerah pegunungan dan ternaungi oleh pepohonan di sekitar mata air.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kadar besi, seng dan juga bakteri koliform pada sumber air baku “Sumber Lanang” menunjukkan hasil yang baik yaitu kadar yang sesuai dengan persyaratan kualitas air minum oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/ PER/ PER/ IV/ 2010. Berdasarkan parameter fisik ( suhu, rasa, bau), kimia (besi dan seng), biologis (total bakteri koliform) air “Sumber Lanang” memenuhi syarat sebagai air baku untuk air minum.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk parameter lain sesuai dengan yang tercantum pada Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.

492/MENKES/PER/PER/IV/2010 pada sumber air baku “Sumber Lanang” . Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk parameter yang sama ataupun parameter lain pada air yang didistribusi melalui pipa maupun yang diangkut melalui mobil pengangkut oleh perusahaan air minum. Perlu dilakukan kerjasama antara pengelola wisata “Sumber Lanang” dengan Universitas Sebelas Maret perihal informasi kepada pengunjung mengenai kualitas air pada “Sumber Lanang”.

Hari

Waktu pengukuran suhu (C)

Pagi Siang Malam Rata-rata

1 17 17 17 17

2 17 18 17 17,3

(8)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu

Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.

Asfawi, S. 2004. Analisis Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen Di Kota Semarang. Thesis . Program Studi

Magister Kesehatan Lingkungan. Semarang : Universitas Diponegoro Cunningham, W. P. and Saigo, B. W. 1994.

Environmental Science: A Global Concern. New York : Mc Graw Hill

Inc.

Eckenfelder, W. W. 1989. Industrial Water

Pollution Control, 2nd ed. New York

: Mc Graw Hill Inc.

Ernawati, N. 2008. Efek Suplementasi Zn

dan Fe pada Status Gizi Anak stuned Usia 6-24 bulan di Kabupaten

Kebumen Jawa Tengah. Tesis

Program Pacasarjana UGM. USU Repository.

Fauziah, A. 2011. Efektivitas Saringan

Pasir dalam Menurunkan Kadar Mangan (Mn) pada Air Sumur

dengan Penambahan Kalium

Permanganat (KMnO). Skripsi. Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat : Universitas Sumatra Utara.

Hafni, I. N. 2012. Analisis Kandungan Logam Berat Besi (Fe) dan Seng (Zn) Pada Air Sumur Gali Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Jurnal Saintika Vol. 12 No. 2 : 165 -

169.

Hari, A. A. J. ( 2014, 31 Juli). Piramida Jamus : "Kekhasan Perkebunan Teh di Kaki Gunung Lawu". Tersedia :

http://www.kompasiana.com. (10

Agustus 2015).

Mandasari, R., 2010. Analisis Kadar Besi

(Fe) dalam Air Minum Kemasan

dengan Menggunakan Metode

Spektofotometri Serapan Atom.

Karya Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan : Universitas Sumatra Utara.

Mirza, M. N. 2014. Hygiene Sanitasi dan Jumlah Coliform Air Minum. Jurnal

Kesehatan Masyarakat 9 (2)

167-163.

Mumpuni. 2008. Pengelolaan Pemupukan

Tanaman Teh (CameIlia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Pagilaran Batang, Jawa Tengah. Skripsi Program Studi

Agronomi Fakultas Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nelson, D.O. 1992. Fresh Water, Natural

Contaminants. Diakses dari

http://www.waterencyclopedia.com (13 januari 2016).

Officer, C.B. 1976 . Physical oceanography of estuaries and associated coastal waters. New York

: Jhon Willey and Sons.

Smolin, L. A. dan Mary, B. G. 2002.

Nutrition from science to life.

Philadelphia : Harcourt College Publisher.

Soepraptohardjo, M. 1961. Tanah Merah di

Indonesia. Contr. Gen. Agric. Res.

Sta. No. 161. Bogor.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air. Bandung : P.T Alumni.

Wandrivel, R., Netty, S., dan Yuniar, L. 2012. Kualitas Air Minum yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 3: 129 – 132.

Widiyanti, N. L. P. M. dan Ristanti N.P.. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri

(9)

commit to user Koliform pada Depo Air Minum Isi

Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal

Ekologi Kesehatan Vol. 3 No. 1:

Gambar

Tabel  1.  Hasil  Pengujian  Kadar  Besi  Sampel Air “Sumber Lanang”
Tabel  2.  Hasil  Pengujian  Kadar  Seng  Sampel  Air “Sumber Lanang”
Tabel 4. Hasil pengukuran suhu (C) pada  mata air “Sumber Lanang”

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pelayanan penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan masyarakat NTB

berbagai indikator, skor terendah adalah pada indikator: Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dengan

JUDUL : SEPERTIGA ANAK DI INDONESIA ALAMI TUBUH PENDEK. MEDIA :

33. Burgess berpendapat bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian seiring pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau

bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain, tenaga kerja disebut sebagai pekerja/buruh bila

Prosedur dari analisis TOPSIS adalah normalisasi jawaban responden, mengalikan hasil normalisasi dengan bobot normal yang diperoleh dari perhitungan AHP dan ANP sehingga

ASEAN perlu mencari jalan untuk mempertemukan kekhatra- tiran ASEAN terhadap senjata nuklir dongan kepentingan strategi global dari AS* &#34;Sehingga zona bebas senjata nuklir

PLN (Persero) area pelayanan Surabaya Selatan adalah terjadi antrian yang panjang pada tanggal-tanggal tertentu dan besarnya jumlah pelanggan yang datang untuk melakukan